Anda di halaman 1dari 5

Jamaah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah...

Dalam kesempatan khutbah ini, saya kembali mengajak seluruh jamaah –


khususnya diri saya sendiri– agar senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya secara
maksimal dan menjauhi seluruh larangan-Nya secara total.

‫َمعَا ِش ََرَ ْال ُم ْس ِل ِميْنَََ ْال ُم ْعت َ ِك ِفيْنَََ َر ِح َم ُك َُمَهللا‬


Kita tahu bahwa al-Qur’an, sebagai pedoman paripurna bagi manusia, memuat
banyak sekali hal yang utama. Di antaranya adalah kisah teladan orang-orang
terdahulu. Dari sekian banyak kisah teladan, sebagian besarnya adalah kisah para nabi.
Namun, pernahkah kita memperhatikan, ternyata kebanyakan kisah tersebut bukanlah
saat para nabi telah menua, melainkan saat mereka masih muda.
Misalnya, kisah Ibrahim muda, yang mengajak kaumnya berlogika menemukan
Tuhan Yang Maha Esa.[1] Kisah Yahya muda, yang semenjak kecil telah dikaruniai
hikmah dan kebijaksanaan.[2] Kisah Nabi Yusuf yang menjadi pejuang kebenaran
semenjak mudanya.[3] Kisah Ismail muda, yang begitu hebat meyakini perintah Allah
dan taat kepada ketentuan-Nya.[4] Kisah para pemuda Ashabul Kahfi, legenda remaja
yang mempertahankan aqidah tauhid.[5] Dan, masih banyak lagi kisah para pemuda
lainnya.
Ini menjadi bukti bahwa masa muda merupakan masa vital dan produktif untuk
berkarya. Pelajar adalah bagian dari proses produktif pada masa muda. Semangat
pelajar adalah semangat para pemuda. Jiwa pelajar adalah jiwa para pemuda. Dan,
darah para pelajar juga menjadi darah para pemuda. Oleh karena itu, menjadi
keniscayaan bagi para pelajar agar meneladani kisah para pemuda yang diabadikan
oleh al-Qur’an.
Dari sisi kuantitas, jumlah pelajar dan kaum muda sangat besar. Bahkan Indonesia diprediksi akan
mengalami bonus demografi; jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
penduduk usia nonproduktif. Pelajar menjadi penyumbang jumlah penduduk produktif tersebut.
Menyadari potensi besar yang dimiliki oleh kaum muda, Sang Proklamator, Bung
Karno, pernah berorasi dengan lantang, “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia.”
Kata-kata yang tidak kalah lantang juga digemakan oleh Syaikh Mushthofa al-
Ghulaiyaini, seorang ulama besar dari Beirut Lebanon. Dalam karya visionernya yang
berjudul ‘Izhatun Nasyi’in ( ‫ظةََُالنَّا ِشئِين‬
َ ‫) ِع‬, beliau berkarta:
َِ ‫س َِدَ ْال َبا ِس‬
َ‫ل‬ َ َ ‫امَاأل‬ ََ َ‫َفَأ َ ْق ِد ُم ْواَإِ ْقد‬, ‫َ َوفِىَ ِإ ْقدَ ِام ُك َْمَ َح َياتَ َها‬, ‫نَفِىَ َي ِد ُك َْمَأَ ْم ََرَاأل ُ َّم َِة‬ ََّ ‫ِإ‬
ُ‫يَبِ ُك َُمَاأل ُ َّم َة‬
ََ ‫لَتَ ْح‬ َِ ‫الص‬ ِ ‫ص‬ َّ ‫تَال‬ َِ ‫تَذَا‬ ََ ‫َتَ ْح‬, ‫الر َوايَا‬ َّ َ‫ض‬ ََ ‫ض ْواَنُ ُه ْو‬ ُ ‫َوا ْن َه‬
“Di tanganmulah, wahai generasi muda, segala urusan bangsa. Dalam langkahmu tertanggung masa depan
kehidupan bangsa. Oleh karena itu, melangkahlah kalian bagaikan seekor harimau yang gagah berani, yang
tidak pernah mundur setapak pun. Bangkitlah laksana para pemegang panji perang, yang berangkat menuju
medan juang dengan penuh tanggung jawab. Dengan usaha dan hasil karyamu, bangsa kalian akan hidup
bahagia.”

Namun ironisnya, saat ini pelajar di Indonesia dihadapkan pada banyak


permasalahan. Di antaranya adalah masalah ketidakjujuran akademik, pergaulan yang
kelewat batas hingga meledakkan angka kehamilan di luar nikah, kenakalan yang
berujung pada tindakan kriminal, penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain.
Permasalahan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi sudah mewabah
secara sistemik hingga ke pelosok desa. Oleh karena itu, perlu ada usaha sungguh-
sungguh yang dilakukan secara sistemik dan melibatkan seluruh pihak untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Setidaknya ada empat usaha nyata untuk mengembangkan kualitas kaum muda.

Pertama, mematangkan spiritualitas kaum muda.


Pemuda dengan spiritualitas yang baik tidak akan pernah membiarkan dirinya
terkontaminasi oleh hal-hal buruk, seperti narkoba, pergaulan bebas, serta tindakan
anarkis dan tak bermoral yang mengganggu stabilitas sosial.
Di sisi lain, spiritualitas memberi kekuatan kepada seseorang sehingga ia akan
tunduk, patuh, dan takut, hanya kepada Allah Ta’ala. Adanya pejabat yang melakukan
korupsi dan penyalahgunaan jabatan adalah bukti lemahnya spiritualitas mereka. Andai
spiritualitas mereka kokoh dan mendalam, tentu mereka akan takut dan tunduk hanya
kepada Allah. Jika nafsu membujuk agar mencuri, seketika dia takut kepada Allah. Saat
nafsu mendorong untuk melakukan korupsi, dia pun akan malu karena dilihat oleh
Allah.
Inilah yang oleh para ulama disebut dengan muraqabah (merasa selalu diawasi
oleh Allah). Jika muraqabah ini tertanam kuat dalam jiwa setiap pelajar dan kaum muda,
niscaya kelak mereka akan tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang amanah.

Usaha kedua, memotivasi pelajar agar tidak berhenti mencari ilmu.


Tidak ada manusia yang tinggi derajatnya dan mampu mengubah dunia tanpa
dibekali dengan ilmu. Demikian pula tidak ada pemimpin hebat yang tidak dipondasi
dengan ilmu. Tidak mengherankan jika wahyu yang diterima pertama kali oleh Nabi
Muhammad Saw adalah perintah untuk berilmu.
Iqra’, bacalah! Membaca berarti meluaskan cakrawala, meluaskan pengetahuan,
serta meluaskan hati dan pikiran untuk mengenal Tuhan melalui keagungan-
keagungan-Nya. Spirit Iqra’ inilah yang harus terus digelorakan di dalam jiwa pelajar
dan kaum muda.
Sayangnya, semangat belajar kaum muda belum sepenuhnya sesuai harapan.
Masih banyak pelajar yang semangat belajarnya hanya berorientasi pada angka-angka
di dalam raport atau di atas selembar ijazah. Padahal, hakikat ilmu bukanlah pada
angka-angka tersebut, melainkan pada apa yang terserap dan tertanam di dalam hati
lalu terejawantahkan dalam perilaku dan kepribadian sehari-hari. Itulah hakikat ilmu
yang sebenarnya.
Apa jadinya jika generasi muda ogah-ogahan mencari ilmu? Pastilah sekian
tahun ke depan nasib bangsa tersebut akan tersisih dari percaturan dunia. Hampa dari
prestasi dan sepi dari kemajuan. Bahkan, tidak mustahil bangsa tersebut akan lenyap
dan tenggelam.
Di sinilah produktivitas generasi muda hari ini benar-benar ditantang. Kreativitas
dan kematangan jiwa mereka benar-benar diharapkan. Apa yang mereka lakukan hari
ْ ‫ل‬
َِ َ‫َالغ‬
ini adalah cerminan bangsa di masa depan. “‫د‬ َُ ‫َر َجا‬ ْ ‫َّان‬
ِ ‫َال َي ْو َِم‬ ُ (syubbanul yaum rijalul
َُ ‫شب‬
ghad), pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan,” demikian kata pepatah Arab.
Sebagai calon pemimpin masa depan, sudah selayaknya kaum muda tidak henti-
hentinya membekali diri dengan ilmu. Amirul mukminin Umar bin Khattab pernah
berkata:
َْ َ‫ل أ‬
ُ َ‫ن ت‬
‫س ْود ُْوا‬ ََ ‫تَفَقَّ ُه ْوا قَ ْب‬
“Belajarlah kalian sehingga berilmu sebelum kalian menjadi pemimpin.”

Bahkan, secara lebih tegas lagi Imam Syafi’i berkata melalui bait-bait syairnya:

َ‫علَ ْي َِهَأ َ ْربَعاََ ِل َوفَا ِت ِه‬


َ َ‫ش َبابِ َِهَ**َفَ َك ِب َِّْر‬ ََ ‫نَفَات َ َهَُالت َّ ْع ِل ْي َُمَ َو ْق‬
َ َ‫ت‬ َْ ‫َو َم‬
َِ ِ‫ارَ ِلذَات‬
َ‫ه‬ ََ َ‫لَا ْعتِب‬ َ َ َ‫ّللاَِ ِب ْال ِع ْل َِمَ َوالتُّقَى** ِإذَاَلَ َْمَيَ ُك ْونَا‬
ََّ ‫َوذَاتََُ ْالفَتَىَ َو‬
“Barangsiapa menyia-nyiakan waktu menuntut ilmu di masa mudanya, maka bertakbirlah empat kali atas
kematiannya.”
“Demi Allah, hakikat seorang pemuda terletak dalam ilmu dan ketakwaannya. Bila keduanya tidak ada maka
keberadaan sang pemuda dianggap tiada.”

Mereka yang tidak memiliki ilmu laksana orang yang telah mati. Raga mereka memang
hidup, namun hati dan pikiran mereka telah dijemput maut. Karena itulah mereka layak
dishalatkan dengan bertakbir empat kali.

Usaha yang ketiga, menanamkan keluhuran akhlak.


Masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan
hawa nafsu. Dalam kondisi seperti itu, peluang terjerumus ke dalam keburukan dan
kesesatan sangatlah besar. Oleh karena itu, dibutuhkan pondasi moral yang benar-
benar andal, atau akhlak yang benar-benar kuat.
Bukankah di antara misi utama Rasulullah Saw adalah untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak? Beliau bersabda:

ِ ‫ِإنَّ َماَبُ ِعثْتََُألُت َ ِ ِّم ََمَ َم َك‬


‫ار ََمَاأل َ ْخالَق‬
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Syauqi Beik, seorang penulis dan penyair ternama berkebangsaan Mesir, pernah
berkata dalam syairnya:
‫تَأَ ْخالَقُ ُه َْمَذَ َهبُ ْوا‬
َْ َ‫نَ ُه َُمَذَ َهب‬
َْ ِ‫َفَإ‬¤َ‫ت‬ َُ َ‫إِنَّ َماَاأل ُ َم َُمَاأل َ ْخال‬
َْ َ‫قَ َماَبَ ِقي‬
“Sesungguhnya kejayaan suatu bangsa terletak pada akhlak manusianya. Jika mereka telah kehilangan
akhlaknya maka hancurlah bangsanya.”

Usaha keempat, membekali pelajar dengan aneka keterampilan dan keahlian.


Modernisasi menjadi tantangan yang tidak terelakkan. Para pelajar dan kaum
muda harus berani berkompetisi dengan bangsa lain agar tidak tertinggal. Oleh karena
itu, selain membekali diri dengan spiritualitas, ilmu, dan akhlak, mereka juga harus
membekali diri dengan aneka keahlian dan keterampilan, yang sering disebut pula
dengan istilah life skills (kecakapan hidup).
Tentang profesionalitas ini, Rasulullah Saw telah bersabda:
َْ َ‫ع َمالََأ‬
ُ‫نَيُتْ ِقنَ َه‬ َ َ‫لَأَ َحدُ ُك َْم‬ َ َ‫بَإِذَا‬
ََ ‫ع ِم‬ َُّ ‫ّللاََتَعَالىَيُ ِح‬ َِّ ‫ِإ‬
ََّ َ‫ن‬
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja ia mengerjakannya secara
profesional.” (HR. Thabrani dan al-Baihaqi)
Oleh karena itu, para pelajar dan kaum muda tidak boleh putus harapan. Tidak
boleh menjadi pemuda yang mudah frustasi dan pesimistis. Karena, dalam jiwa
pemuda terdapat jantung yang terus berdetak kencang. Ada darah yang mengalir deras
dengan dada yang terus berkobar. Ada semangat yang terpendam seperti api dalam
sekam. Terus membara sampai batu bata menjadi merah dan mengokohkan bangunan-
bangunan megah, simbol kemajuan.

Sebagai kalimat pungkasan dari khutbah pertama ini, marilah kita resapi pesan
Nabi berikut ini.
ََ ‫َاكَقَ ْب‬
َ‫ل‬ ََ ‫َ َو ِغن‬،‫سقَ ِم َك‬ ََ ‫كَقَ ْب‬
َ َ‫ل‬ ََ َ‫ص َّحت‬
ِ ‫َ َو‬،‫لَه ََر ِم َك‬ ََ ‫كَقَ ْب‬ َ َ:‫لَ َخ ْم ٍس‬
ََ َ‫شبَاب‬ ََ ‫اِ ْغتَنِ َْمَ َخ ْمساَقَ ْب‬
ََ ‫لَ َم ْو ِت‬
‫ك‬ ََ َ‫َ َو َح َيات‬،‫ش ْغ ِل َك‬
ََ ‫كَقَ ْب‬ ََ ‫َ َوفَ َراغ‬،‫فَ ْق ِر َك‬
ََ ‫َكَقَ ْب‬
ُ َ‫ل‬
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara; yakni masa mudamusebelum datang
masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu,
kayamu sebelummiskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. al-
Hakim)
Semoga Allah memberi kekuatan dan kemudahan kepada kita dalam mewarisi
tongkat kepemimpinan para tetua sehingga menjadikan bangsa ini bermartabat dan
berjaya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin..

َ،‫تَ َوال ِذِّ ْك َِرَ ْال َح ِكي ِْم‬ َْ ِ‫َ َونَفَ َعن‬،‫آنَ ْالعَ ِظي ِْم‬
َِ ‫يَ َو ِإيَّا ُك َْمَ ِباآليَا‬ َِ ‫هللاَُ ِلىَ َولَ ُك َْمَفِىَ ْالقُ ْر‬
َ َ‫ك‬ ََ ‫ار‬ َ َ‫ب‬
َّ َ‫إِنَّ َهَُ ُه ََوَ ْالغَفُ ْو َُر‬
‫الر ِح ْي َُم‬

Anda mungkin juga menyukai