Anda di halaman 1dari 3

Masalah yang Terjadi Pada Anak Pra-sekolah

Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia 3 tahun, anak-anak
mengalami banyak rasa takut -- terhadap binatang, monster dan mungkin juga terhadap "serigala
besar yang jahat". Karena mereka memunyai kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan
khayalan, mereka perlu diyakinkan berulang-ulang oleh orang tua mereka. Anak usia prasekolah
juga sering merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang, dan sayang.

Orang tua seharusnya memperkenalkan anak-anak prasekolah dengan anak-anak


seusianya. Dalam usia 3 tahun, anak-anak jarang berinteraksi dengan anak-anak lain yang
bermain di ruangan yang sama. Namun, permainan paralel semacam itu akan segera berakhir
ketika anak-anak mulai berinteraksi. Akhirnya, anak-anak prasekolah tidak terlalu berpusat pada
diri sendiri lagi dan belajar untuk merasa empati pada orang lain. Pada tahap ini, sebuah taman
kanak-kanak dengan staf pengajar yang bagus bisa memberi fasilitas untuk perkembangan sosial.
Selama 2 atau 3 hari seminggu jauh dari ibunya akan berakibat positif bagi anak-anak dan
memberi kesempatan kepada ibu untuk beristirahat. Collins (1971, 50) menyatakan bahwa
permainan pada masa anak-anak memberi kesempatan untuk menyalurkan energi; memberikan
stimulasi yang diperlukan; membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik; dan
memampukan anak-anak untuk memerankan dan belajar memahami peranan orang dewasa.
Antara usia 3 sampai 6 tahun, anak-anak menambah ribuan kata dalam kosakata mereka dan
mulai bernalar dengan konkret. Namun, mereka tetap hidup dalam dunia yang kecil. Mereka
masih berpikir bahwa sebagian besar peristiwa pada satu segi berpusat pada mereka, dan bahwa
hampir semua orang melihat sesuatu seperti cara mereka.

Berbagai Masalah yang Umum Muncul pada Anak Masa Prasekolah

1. Kemarahan
Banyak anak prasekolah yang mengungkapkan kemarahan secara tiba-tiba.
Cara menyikapinya: Dalam hal ini orang tua jangan memberikan apa yang diminta anak
sebagai tanggapan terhadap kemarahannya itu, sebab hal itu akan dipandang anak sebagai
pahala. orang tua harus mengabaikan kemarahan pertama anak. Jika usaha ini tidak
berhasil untuk meredakan kemarahannya, orang tua perlu berbicara dengan tegas. Dalam
beberapa kasus anak perlu dipukul.

2. Kecacatan
Sikap orang tua dan perkembangan anak secara umum bisa sangat dipengaruhi oleh
kondisi cacat (Bentovim, 1972). Anak cacat bisa menjadi terlalu bergantung dan menarik
diri. orang tua dan anggota keluarga lainnya yang merasa kasihan terhadap anak itu
mungkin akan membiarkan anak itu bersikap begitu, tetapi hal itu akan menimbulkan
masalah perilaku
Cara menyikapinya: Anak yang cacat harus didorong untuk sebisa mungkin mandiri,
tanpa menyangkal kondisi cacatnya.

3. Kegemukan
Kegemukan menghancurkan citra diri anak dan membuatnya diejek teman-temannya, jadi
orang tua harus mencegah masalah itu dengan risiko apa pun.
Cara Mencegahna: Jangan memberi anak terlalu banyak makanan, atau membiarkan
anak jajan atau makan makanan cemilan secara berlebih.

4. Mengompol
Masalah ini biasa untuk anak masa prasekolah, tetapi itu akan menjadi masalah besar jika
masih berlanjut sampai masa sekolah. Kurang lebih 16 persen anak-anak kadang-kadang
masih mengompol setelah berumur 5 tahun (Rae-Grant, Carr, dan Berman, 1983, 181).
Cara menyikapinya: orang tua tidak boleh mengolok-olok anak yang masih
mengompol; sebaliknya orang tua menyuruh anak itu untuk membersihkan tempat
tidurnya setiap kali hal itu terjadi.

5. Buang Air Besar di Celana – Enkopresis


Seperti halnya mengompol, hal ini juga merupakan hal yang normal untuk anak masa
prasekolah.
Cara menyikapinya: Jika hal ini terus berlanjut setelah umur 4 tahun, orang tua bisa
melakukan konsultasi dengan ahli psikologi. Kadang-kadang, mengompol atau buang air
besar di celana merupakan masalah medis yang bisa diobati dengan obat-obatan tertentu.

6. Menggigit Jari
Anak yang masih suka menggigit jari pada usia ini merupakan hal yang normal.
Cara menyikapi: Untuk menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu ditawari hadiah;
namun hukuman untuk hal ini tidak disarankan.

7. "Gerenyet"
Perilaku seperti gerakan tiba-tiba yang tidak pantas, seperti mengedipkan mata dan
berdehem terus-menerus disebut gerenyet. Anak yang memiliki perilaku seperti ini
mungkin memerlukan konseling karena perilaku ini biasanya disebabkan oleh konflik
emosional yang mendasarinya. Gerenyet tersebut akan hilang dengan sendirinya jika
konflik tersebut diselesaikan (Freedman, Kaplan, dan Saddrock, 1975, 1398-1399).

8. Gagap
Gagap pada anak prasekolah dipandang normal dan biasanya akan hilang saat anak itu
berumur 6 tahun. Gagap biasanya disebabkan oleh ketidakmatangan neurologis.
Cara menyikapinya: orang tua sebaiknya mengabaikan hal ini kecuali hal itu berlanjut
sampai masa sekolah. Makin banyak diberi perhatian, masalah ini justru makin
bertambah parah.

9. Rasa Takut dan Masalah Tidur


Rasa takut terhadap binatang sangat biasa selama usia ini dan tidak perlu terlalu
dikhawatirkan. orang tua harus meyakinkan anak itu berulang-ulang. Mimpi buruk dan
teror malam mungkin merupakan akibat konflik emosional.
Cara menyikapi dan mengaatasinya: Dalam beberapa kasus, dibutuhkan pengobatan,
terutama dengan teror malam di mana anak-anak berteriak dan meronta-ronta tetapi tidak
bangun. Lampu malam mungkin bisa membantu. Anak-anak harus didorong untuk
kembali ke kamar mereka lagi, dan jangan tidur di kamar orang tua. Mengigau
merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-anak kecil. Jika itu terjadi berulang kali,
mungkin dibutuhkan pengobatan khusus.

10. Depresi
Depresi merupakan hal yang biasa dialami setelah anak kehilangan orang tua atau benda
yang dikasihi. Depresi sering kali muncul dalam bentuk penarikan diri, kesedihan yang
berlarut-larut, dan peningkatan atau penurunan tingkat aktivitas yang mencolok.
Cara menyikapinya: Mungkin dibutuhkan konseling secara berkala oleh terapis;
kadang-kadang obat antidepresan dengan dosis rendah bisa diberikan.

11. Stres
Pindah ke rumah atau sekolah yang baru, kunjungan ke dokter gigi atau ke dokter, atau
kelahiran adik mungkin menyebabkan stres yang cukup berat bagi anak.
Cara menyikapi: Orang tua perlu mempersiapkan anak itu dengan membicarakan
kejadian itu dengan jujur. Orang tua harus memberi tahu anak-anak jika akan
mempekerjakan pengasuh untuk mengurangi stres anak.

Sumber:

Judul Buku:
Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen (jilid 2) Hal 25-29
Pengarang:
Paul D. Meier; Frank B. Minirth, M.D.; Frank B. Wichern, PH.D; Donald E. Ratcliff, PH.D
Penerbit:
PBMR ANDI
Kota:
Yogyakarta
Tahun:
2004

Anda mungkin juga menyukai