Anda di halaman 1dari 18

I.

Pendahuluan

Perbincangan tentang modernisasi telah menyita konsentrasi para sarjana baik Muslim
maupun non-Muslim dibuktikan dengan telah lahirnya beragam karya dan pemikiran
dibidang ini menunjukkan modernisasi telah mendapat tempat yang cukup proporsional
dalam kajian global, bahkan ditambah lagi dengan intensnya upaya-upaya pembaruan
tersebut dilakukan secara serentak dan kompak baik dunia Islam sendiri maupun di luar
dunianya merupakan suatu arus deras yang tidak dapat dihentikan demi menciptakan
perbaikan dalam segala bidang kemanusiaanya. Semakin hari kian terasa bahwa
kehidupan manusia makin menjurus kearah pengejaran segala sesuatu yang bermakna
fisik-material, di mana dalam kajian sosiologi kecenderungan semacam ini disebut
sebagai proses “reifikasi”, yaitu ketika manusia saling mengejar apa saja yang bernilai
“material”. Bagi mereka kehidupan ini dimaknai hanya sekedar untuk mengisi “perut”
dan memenuhi segala macam kesenangan yang nyaris mengabaikan segala aspek yang
berdimensi spiritual. Agama hampir dapat dipastikan akan mengalami dampak yang
cukup mengancam kelangsungan hidupnya, ketika sekularisasi besar-besaran telah
menggusur ikatan yang bersifat “sakral, suci dan transenden”, sehingga afinitas
keagamaan makin pudar dan luntur, bahkan kadar keberagamaan dapat menghilang
sama sekali dalam pergaulan hidup manusia era modern, inilah salah satu ciri dan
dampak dari era yang disebut “ Zaman Teknik”. Memang harus diakui bahwa manusia
telah melalui suatu perjalanan panjang dalam pencarian hakekat dan makna hidupnya.
Pengalaman demi pengalaman telah dilalui yang pada akhirnya manusia telah sampai
kepada puncak kemajuan melalui pengemangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), dimana IPTEK mendominasi segala aspek kehidupan. Kemoderenan selalu
identik dengan kehidupan keserbaadaan, sedangkan modernisasi itu sendiri merupakan
salah satu cirri umum peradaban maju – yang dalam sosiologi berkonotasi perubahan
sosial masyarakat yang kurang maju atau primitive untuk mencapai tahap yang telah
dialami oleh masyarakat maju atau berperadaban. Mungkin modernitas memang suatu
keharusan sejarah manusia, modernisasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam kehidupan, baik individual maupun kemasyarakatan. Tidak kurang filosof
eksistensialis menyebut era ini sebagai “kehancuran”, kendatipun membuka berbagai
kemungkinan baru. T.S. Elliot menyebutnya sebagai era kecemasan, bahkan bagi para

1
seniman era ini disebut sebagai keterasingan baru dan pemenjaraan yang paling
menakutkan.

A. AGAMA (ILMU AGAMA)


1. Pengertian Ilmu (Pandangan Ilmuwan tentang Agama)

Ilmu pengetahuan dikendalikan pakar-pakar Muslim, hubungan antara Iimu dan


Agama sangat harmonis. Mengapa demikian? Bahwa salah satu karakteristik agama
Islam adalah wahyu pertama kali turun justru berbicara mengenai indikasi Ilmu, ( tentu
membaca dalam arti luas bukan saja yang tergores dalam kertas melainkan juga goresan
Yang Maha Kuasa yaitu alam semesta). Ketika Ilmu dikuasai Barat hubungan antara
agama dan ilmu mengalami ketegangan dan konflik yang berkepanjangan. Keduanya
dianggap bertentangan bahkan agama dianggap racun yang membelenggu
perkembangan.1 Ilmu dapat dibangun berdasarkan metode ilmiah yang bersifat objektif,
ada aturan atau prosedur ekspilisit yang mengikat setiap individu peneliti, dapat diukur,
dapat dijelaskan dengan berbagai metode yang ada.

Dapat disimpulkan pengertian bahwa Ilmu bukan sekadar pengetahuan


(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.

Setiap manusia memiliki yang namanya ilmu. Ilmu bisa didapatkan dari
berbagai sumber seperti majalah, koran, internet, dan, buku-buku. Ilmu bisa
berkembang kapan saja, dan ilmu juga didapatkan disetiap pemikiran manusia yang
tentunya tidak sama dlam setiap individu. Ilmu juga yang seluruh usaha sadar pada
manusia untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.

1
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 48

2
2. Pengertian Agama

Kata agama adalah bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa
Arab dan Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa (etimologi)
agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi
turun-temurun.sedangkan kata “din” menyandang arti antara lain menguasai,
memudahkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan. (Ensiklopedia Islam, jilid 1, 1994).2

Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulis oleh Anshari bahwa walaupun
agama, din religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri,
mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam pengertian teknis
terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu:

a. Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata
keyakinan) yang mutlak dari diri manusia sendiri.
b. Agama juga adalah suatu sistem ritus (manusia yang dianggap Maha Mutlak
tersebut.
c. Agama juga adalah satu sistem norma (tata kaidah atau aturan) yang mengatur
hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya.3

Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan praktik yang telah
dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama adalah
kepercayaan terhadap sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara Dewey mennyatakan
bahwa agama adalah pencairan manusia terhadap cita-cita umum.4

2
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 35
3
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 35-36.
4
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 36.

3
Jadi, setiap agama sangat berperan penting, dan memiliki tugas yang berbeda-beda
pastinya. Agama juga memiliki sifat toleransi yang sangat kuat dan berpegang teguh
pada keyakinan masing-masing. Agama juga saling bertoleransi antar agama yang lain,
misalnya membantu dalam suatu pekerjaan yang sulit, menjaga kerukunan antar sesama
masyarakat, tidak mencela sesama agama yang dianutnya walaupun mereka berbeda.
Dalam agama Islam sendiri juga diperintahkan juga untuk menjauhi larangannya seperti
berbuat kejahatan, berkata tidak jujur, melakukan penistaan terhadap agama, tidak
melakukan ibadah dll.

1. Unsur-unsur Agama
a. Kekuatan Gaib, manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan
gaib itu sebagai tempat memohon pertolongan.
b. Keyakinan Manusia, keyakinan manusia akan kesejahteraannya didunia dan
kebahagiaan di akhirat bergantung pada adanya hubungan kekuatan gaib
yang dimaksud. Tanpa adanya hubungan baik itu, manusia akan sengsara
hidupnya di dunia dan di akhirat.
c. Respons yang bersifat emosional, yang respons yang bersifat emosional dari
manusia baik dalam bentuk perasaan takut atau perasaan cinta, dan tata cara
hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.5

Dalam kehidupannya manusia selalu senantiasa menghadapi berbagai


tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa
dorongan hawa nafsu dan bisikan dari syetan, sedangkan tantangan dari luar
dapat berupa sebuah rekayasa dan berbagai upaya yang dilakukan oleh manusia
tersebut dengan cara sengaja berupaya untuk memalingkan manusia daru Tuhan-
nya.

Pada kekuatan gaib, manusia itu selalu dianggap lemah dan ada pula
kekuatan gaik itu sebagai cara agar manusia meminta tolong kepadanya. Oleh
karena itu, manusia harus selalu mengadakan hubungan baik dengan kekuatan
gaib tersebut. Dengan adanya hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan
mematuhi perintah dan larangannya. Keyakinan bahwa kesejahteraan di dunia
ini dan hidupnya diakhirat tergantung paa hubungan baik dengan kekuatan gaib
5
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 36

4
yang dimaksud. Maka dari itu dengan hilangnya hubungan baik tersebut,
kesejahteraan dan sebuah kebahagiaan akan hilang pula. Respons manusia itu
dapat dikatakan sebagai sifat yang emosional, karena respons itu bisa
mengambil perasaan takut pada diri manusia. Respons juga mengambil dari
sebuah tata cara kehidupan manusia.

2. Pengelompokkan Agama
Pengelompokkan agama menurut negara atau benua asalnya, seperti
Agama Mesir kuno, Yunani kuno, agama Romawi kuno. Versi agama menurut
sifat dan kondisi masyarakat penganutnya seperti agama-agama primitif
(Animisme, Dinamisme, Politeisme), agam pasca primitif (agama Monteisme).
a. Agama Alamiah
Disebut juga Agama Budaya adalah bukan agama wahyu sering disebut juga
dengan Agama Ardhi, agama bumi, agama budaya. Pada dasarnya
merupakan renungan dan pemikiran yang mendalam tentang hidup dan
kehidupan. Ciri-ciri Agama Budaya:
1). Berkembang secara evolusi dalam masyarakat penganutnya.
2). Tidak disampaikan melalui utusan Tuhan.
3). Konsep ketuhanan Animisme, Dinamisme, Politeisme.
4). Tidak memiliki kitab suci/mengalami perubahan.
5). Ajaran prinsipnya mengalami perubahan.
Agama Budaya ini banyak ragamnya, antara lain:
1). Agama Majusi, agama yang pemeluknya memuja dan menyembah api.
2). Agama Watsani, agama yang pemeluknya memuja berhala.
3). Agama Sabi’ah, agama yang pemeluknya menyembah binatang/benda.
4). Agama Budhha, pengembangan dari ajaran Sidarta Budhha Gautama. 6

b. Agama Samawi
Agama Samawi sering disebut juga sebagai agama langit, yaitu agama
berasal dari wahyu Allah kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat
manusia. Ciri-ciri Agama Samawi, antara lain:
1). Berkembang secara revolusi, diwahyukan Tuhan.
2). Disampaikan melalui utusan Tuhan.
3). Ajaran ketuhanannya Monoteisme Mutlak (tauhid).
4). Memiliki kitab suci (berupa wahyu) yang bersih dari campur tangan
manusia.
5). Ajaran prinsipnya tetap.7
6
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 43
7
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 44

5
c. Islam Satu-satunya Agama Samawi
Kesimpulan ini diambil dari wahyu Allah melalui ayat Al-Quran sebagai
berikut:
Dan Ibrahm telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya begitu
juga Ya’qub: Wahai anak-anakku yang tercinta sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan sebagai orang Muslim. (Q.S A-Baqarah [2]: 132).8
3. Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia
a. Agama Sebagai Sumber Moral
Perbedaan yang fundamental antara hewan dan manusia adalah akal dan
moral yang miliki manusia. Sehingga moral merupakan mustika hidup yang
membedakan manusia dengan hewan. Bisa dibayangkan jika manusia tidak
memiliki moral, kehidupan ini akan menjadi kacau, tidak ada baik dan buruk.
b. Agama Sebagai Petunjuk Kebenaran
Manusia adalah makhluk berakal. Dengan akal itulah lahir ilmu dan
filsafat sebagai sarana untuk mencari kebenaran. Tapi sayang tidak semua
kebenaran yang dicari manusia (lebih-lebih masalah fundamental
manusia/ultimate problem) terjawab oleh ilmu dan filsafat dengan
memuaskan karena pijaknya adalah akal yang memiliki kemampuan terbatas.9

Jadi, setiap agama itu memiliki peranannya masing-masing. Sebagai seorang


manusia bisa pasti bisa membedakan setiap agama yang dianutnya, dan sudah
mengetahui hal itu dari mereka masih kecil. Setiap individu juga tahu Tuhan yang akan
disembahnya, agama Islam diperintahkan untuk menyembah kepada Allah Swt. Dengan
melakukan ibadah, solat 5 waktu, melaukan puasa dll. Agama juga dapat dikatakan
sikap manusia yang percaya adanya Tuhan, dewa, dan manusia yang percaya kepada-
Nya serta melaksanakan berbagai macam bentuk dan kewajiban yang diwahyukan
kepaa manusia melalui utusann-Nya. Agama juga petunjuk suatu kebenaran, karena
agama sebagai sumber moral seorang manusia didunia.

B. MASYARAKAT MODERN

8
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 45
9
Robert W. Crapps, Perkembangan kepribadian dan keagamaan, (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1994),
Hlm. 52.

6
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam
arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang merekaanggap sama. Secara
artiluasnya, Masyarakat adalah kumpulan dari individu-individu yang hidup bersama,
bekerja bersama dan menetap pada ruang lingkup yang sama. Sedangkan, menurut
kamus besar bahasa Indonesia, Modern adalah terbaru, mutakhir, sikap dan cara berpikir
serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.

Dalam arti luasnya, modern adalah suatu perubahan cara dari tradisional menuju
pada cara-cara yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup. Zaman
saat ini termasuk kedalam zaman modern, karena masyarakat sudah berlomba-lomba
untuk melakukan perubahan besar-besaran dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Faktor-faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat adalah karena terjadinya


perubahan-perubahan sosial primer, seperti :

 Perubahan geografis tempat tinggalnya masyarakat.


 Perubahan politik yang dapat merombak struktur sosial.
 Perubahan teknologi dan system komunikasi.
 Perubahan ilmu pengetahuan karena kemajuan pendidikan.
 Perubahan kemakmuran karena kemajuan ekonomi dan lain-lain.10

Dari kelima faktor diatas, bias kita lihat bahwa, peran modern sangat
berpengaruh pada perubahan masyarakat .masyarakat berubah karena adanya teknologi
dan system komunikasi yang semakin maju.

Proses perubahan sosial yang dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa, dapat
dibedakan menjadi dua tipe :

 Karena terjadi penemuan baru (invention) didalam masyarak atau bangsa,


baik penemuan berupa gagasan idealis maupun teori dan penemuan teknis,
yang kemudian dapat merubah norma-norma sosial dan sistem nilainya.
 Karena terjadi penularan atau penyebaran (diffusion) konsepsi, idea atau
penemuan teknologi dari luar, yang dibawa dan dikenalkan oleh agen-
agennya secara teratur dan dalam waktu yang cukup lama, sehingga dapat

10
Hasan Muhammad Tholhah. Prospek Islam dalam menghadapi tantangan akhir zaman. (Jakarta:
Lantabora Press, 2005), Hlm 19.

7
mempengaruhi pandangan masyarakat, merubah sikap hidupnya, menukan
norma-norma social dan system nilainya.11

Kedua macam proses perubahan tersebut dapat membawa perkembangan dan


kemajuan masyarakat, apabila penemuan baru dan penularan membawa konsepsi yang
positif dan bermanfaat untuk perkembangan masyarakat yang bersangkutan.

Bisa kita lihat seperti sekarang ini, kemajuan sudah sangat nampak, seperti
contohnya, banyak sekali masyarakat yang telah menggunakan gadget dalam melakukan
kegiatan sehari-harinya, dari bangun tidur sampai tidur lagi pun masyarakat tidak akan
pernah terlepas dari gadget, semua itu terjadi karena teknologi yang semakin maju,
perkembangan teknologi sekarang ini semakin menjadi-jadi. Itulah kenapa, muncul
suatu istilah masyarakat Modern.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Masyarakat modern adalah masyarakat


yang perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, spesialisasi dibidang industri,
dan pemakaian teknologi canggih. Dalam arti luas, masyarakat modern adalah
masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi budaya yang terarah
dikehidupan dalam era sekarang, atau era masakini.

Kata modern, modernitas, modernisasi, sudah sangat popular dan melalui


retorika sedemikian rupa mengantaranggapan bahwa perkataan “modern” selalu
berkonotasi positif, padahal dalam realitas historinya tidak selalu demikian karena kata
modern juga membawa dampak negative dalam kenyataannya.12

Modernisasi menurut kamus besar bahasa Indonesia, Modernisasi dapat


diartikan sebagai “proses pergeseran sikap dan mentalita ssebagai warga masyarakat
untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.,dan proses perubahan atau
perombakan keadaan lama kepada yang baru sesuai dengan tuntutan zaman guna
kemajuan.

11
Hasan Muhammad Tholhah. Prospek Islam dalam menghadapi tantangan akhir zaman. (Jakarta:
Lantabora Press, 2005), Hlm 20-21
12
Hasan Muhammad Tholhah. Prospek Islam dalam menghadapi tantangan akhir zaman. (Jakarta:
Lantabora Press, 2005), Hlm 234-235

8
Konsep modernisasi menyangkut segala aspek kehidupan, termasuk susunan
sosial, ekonomi, politik, polasikap, perilaku, dan cara pemikiran. Menurut Lucian W.
Pye, bahwa modernitas sebagai budaya dunia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Didukung oleh teknologi canggih dan semangat keilmuan.


 Pandangan hidup yang rasional.
 Pendekatan sekuler dalam hubungan sosial.
 Semangat berkeadilan social dan urusan public.
 Terselenggaranya pemerintahan dalam bentuk Negara bangsa.13

Dalam masyarakat modern setiap individu atau kelompok mengalami proses


perubahan yang lebih maju, yang didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sebelumnya belum pernah dicapai dalam pengetahuan manusia.
Terutama dalam bidang ekonomi, model-model pertumbuhan ditandai dengan tingkat
konsumsi dan standar hidup, revolusi teknologi serta intensitas modal.

Masyarakat modern ini tidak bias dipisahkan dengan era globalisasi. Karena
masyarakat modern hadir karena adanya globalisasi. Globalisasi adalah sebuah
gambaran tentang semakin tinggi ketergantungan di antara sesama masyarakat dunia,
baik budaya maupun ekonomi. Istilah globalisasi juga sering dihubungkan dengan
sirkulasi gagasan, bahasa, dan budaya populer yang melintasi batas Negara.14

Secara arti luas, Globalisasi adalah masa dimana ilmu pengetahuan dan
teknologi berada pada kondisi teratas, ini terjadi ketika iptek merajalela dimana-mana.
Dengandemikian, teknologi sangat mendominasi dikalangan masyarakat sekarang ini.
Sebagaimana, Jaques Ellul, beliau mengatakan dalam bukunya The Technological
Society,bahwa proses perkembangan masyarakat industry dewasa ini sangat ditentukan
oleh peranan teknologi. Begitu besarnya pengaruh teknologi itu, bukan saja merupakan
sarana kehidupan manusia, tetapi sudah menjadi tujuan manusia. Menurut term yang
dipakai oleh Mustafa Mahmud dalam bukunya Rihlati MinassyakkiIla al-iman,
teknologi dewasa ini sudah berubah menjadi berhala masyarakat modern.15
13
Hasan Muhammad Tholhah. Prospek Islam dalam menghadapi tantangan akhir zaman. (Jakarta:
Lantabora Press, 2005), Hlm 238
14
A. Ubaedillah, Pancasila demokrasi dan pencegahan korrupsi, (Jakarta: PT Fajar interpratama mandiri,
2015), Hlm 67
15
Hasan Muhammad Tholhah. Prospek Islam dalam menghadapi tantangan akhir zaman. (Jakarta:
Lantabora Press, 2005), Hlm 71

9
C. AGAMA DAN MODERNITAS

Salah satu wujud perkembangan modernitas adalah keterbukaan informasi dan


hubungan antar manusia yang tidak lagi dibatasi oleh jarak dan waktu. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya perubahan dalam berbagai dimensi kehidupan manusia.
Sehingga hampir tidak ada yang dapat disebut sebagai sesuatu yang benar-benar privat,
termasuk masalah agama. Hubungan yang sangat terbuka ini telah menimbulkan
berbagai kondisi, diantaranya dalam konteks hubungan Islam dengan dunia luar.

Tidak kalah penting, menurut Syahrin Harahap, bahwa modernitas memang


menghadapi resistensi dari sebagian umat beragama, akan tetap penyebab resistensi
tersebut adalah karena tiga faktor. Pertama. kemunculan sisa limbah dari modernitas
berupa sikap westernis, sekularis dan liberalis dan ketiga sikap tersebut dipraktikkan
oleh sejumlah modernis dalam sebuah komunitas agama. Kedua. Kekhawatiran bahwa
modernitas dipandang sebagai modifikasi terhadap agama, sementara sebagian kalangan
menilai bahwa ajaran agama telah final dan tidak boleh diperbaharui. Ketiga. Adanya
kecenderungan sebagian pemikir yang “meringan-ringankan” agama. Padahal, bagi
sebagian kalangan bahwa meskipun modernisasi adalah proyek Barat, namun sebuah
komunitas akan bisa menjadi modern tanpa harus menjadi seorang westernis, sekularis
dan liberalis, dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai fundamental modernitas
tersebut dalam kehidupan mereka. Konon lagi, nilai-nilai fundamenla modernitas
tersebut akan mendapat legitimasi dari agama-agama dunia. 16

Di zaman modernisasi dan globalisasi sekarang ini, manusia di Barat sudah


berhasil mengembangkan kemampuan nalarnya (kecerdasan intelektualnya) untuk
mencapai kemajuan yang begitu pesat dari waktu kewaktu di berbagai bidang
kehidupan termasuk dalam bidang sains dan teknologi yang kemajuannya tidak dapat
dibendung lagi akan tetapi kemajuan tersebut jauh dari spirit agama sehingga yang lahir
adalah sains dan teknologi sekuler. Manusia modern saling berpacu meraih kesuksesan
dalam bidang material, soial, politik, ekonomi, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan
dan seterusnya, namun. tatkala mereka sudah berada dipuncak kesuksesan tersebut lalu
jiwa mereka mengalami goncangan-goncangan mereka bingung untuk apa semua ini.

16
Dr. Ja'far, MA, Agama dan Modernitas. Medan: Pena, 2013, hlm. 19.

10
Terjadi demikian, karena jiwa mereka dalam kekosongan dari nilai-nilai spiritual,
disebabkan tidak punya oreintasi yang jelas dalam menapaki kehidupan di alam dunia
ini. Bahwasanya keterasingan (alienasi) yang di alami oleh orang-orang Barat karena
peradaban modern yang mereka bangun bermula dari penolakan (negation) terhadap
hakikat agama ruhaniyah secara ‘gengsi’ dalam kehidupan manusia. Akibatnya manusia
lupa terhadap eksistensi dirinya sebagai hamba) di hadapan Tuhan karena telah terputus
dari akar-akar spiritualitas.Hal ini merupakan fenomena betapa manusia modern
memiliki spiritualitas yang akut. Pada gilirannya, mereka cenderung tidak mampu
menjawab berbagai persoalan hidupnya, dan kemudian terperangkap dalam kehampaan
dan ketidak bermaknaan hidup.

Keimanan atau kepercayaan pada agama (Tuhan) terutama Islam itu, secara
pragmatis merupakan kebutuhan untuk menenangkan jiwa, terlepas apakah objek
kualitas iman itu benar atau salah. Secara psikologis, ini menunjukkan bahwa Islam
selalu mengajarkan dan menyadarkan akan nasib keterasingan manusia dari Tuhannya.
Manusia bagaimanapun juga tidak akan dapat melepaskan diri dari agama, karena
manusia selalu punya ketergantungan kepada kekuatan yang lebih tinggi diluar dirinya
(Tuhan) atau apapun bentuknya dan agama diturunkan oleh Allah untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk rasional dan spiritul.

Ada dua corak agama yang memiliki cara yang berbeda dalam merespon tuntutan
perkembangan masyarakat, yaitu agama-agama wahyu yang relative bisa bertahan
menghadapi arus gelombang modernisasi seperti Islam, Yahudi dan Kristen juga agama-
agama wahyu lain, yang begitu rentan terhadap amukan modernisasi sehingga tidak
mampu bertahan.

Semua agama mempunyai klaim yang sama, untuk dapat berlaku dalam semua situasi,
dalam segala satuan social dan dalam rentangan waktu yang tidak terbatas. Setiap
agama memiliki empat isi pokok, yaitu: doktrin, organisasi, ritual dan pemimpin.
Kecanggihan unsur-unsur tersebut sangat tergantung pada tingkat kemajuan yang
dialami oleh masyarakat pendukungnya. Karena itu agama yang mempunyai tingkat
kecanggihan abstraksi yang rendah biasanya sangat mudah terpengaruh oleh perubahan
yang dialami pemeluknya.

11
Modernisasi keagamaan dalam Islam, khususnya di Indonesia tidak mesti
berlangsung sebagaimana yang terjadi di Barat. Agama tetap menjadi faktor penting
dalam menjalankan modernisme. Bahkan modernisme harus tetap berlangsung dengan
baik, maka perlu diintegrasikan dan didialogkan dengan agama-agama yang dipeluk
masyarakat lndonesia. Agama dan penganutnya jangan sampai menjadi penghalang
dalam proses modernisasi di Indonesia. Karena itu, langkah pertama yang diambil
adalah menciptakan kehidupan yang harmonis di kalangan umat beragama agar mereka
bersama-sama menjalankan proses dan program modernisasi di Indonesia

Walaupun arus globalisasi dan modernisasi deras mengalir membanjiri jalan pikiran
manusia, tetapi setiap orang pasti memiliki agamanya masing-masing. Agama harus
lebih di utamakan dari segalanya. Allah berfirman :

‫الااا ِهَّلل ذكذ لل ك‬


‫ك ال دد يِّ نن‬ ‫س كع لك لي هك اَ ِهَّلل كل تك لب لد يِّ كل لل كخ لل ل‬
‫ق ا‬ ‫الااا ا لا تل يِ فك ك‬
‫ط كر ال نا اَ ك‬ ‫ت ا‬ ‫ط كر ك‬ ‫ك لل ل دد يِّ لن كح نل ي فف اَ ِهَّلل فل ل‬
‫فك أ ك قل لم كو لج هك ك‬
‫ذ‬
‫س كل يِّك لع لك نم وُ كن‬ ‫ا لل قك يد نم كو لك لك ان أك لك ثك كر ال نا اَ ل‬

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.)17

‫ذكذ لل ك‬
Betapa beruntungnya manusia diberi petunjuk keselamatan dari Allah swt, ‫ك‬
‫“ ال دد يِّ نن ا لل قك يد نم‬itulah agama yang lurus”, yaitu berpegang teguh dengan syariat
‫ذ‬
dan fitrah yang selamat adalah agama yang tegak lurus. “ ‫س كل‬ ‫كو لك لك ان أك لك ثك كر ال نا اَ ل‬
‫“ ”يِّك لع لك نمااااوُ كن‬tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” dengan sikap
menyimpang. 18 . Maka peluklah Agama Islam agar selamat, dan perlu disadari
bahwasanya Agama Islam merupakan satu-satunya agama yang kokoh tidak berubah
walaupun diterjang zaman.

17
Q.S. Ar-Rum:30
18
Tafsir Ibnu Katsir/Penerjemah,M.Abdul Ghoffar E.M., Abdurrahim Mu’thi. Terjemahan Tafsir Ibn
Katsir. Bogor: Pustaka Imam S, 2004. Hal 373

12
KESIMPULAN

Ilmu dan agama adalah adalah hal yang paling nyata. Ilmu juga salah satu sarana
yang memudahkan manusia untuk bertaqwa kepada Allah Swt. Bahwa seluruh manusia
di dunia ini diciptakan untuk memiliki ilmu. Jika kita ketahui imu dan agama itu tidak
sama, namun ilmu dan agama memiliki keterkaitan dan hubungan.

Manusia modern saling berpacu meraih kesuksesan dalam bidang material, soial,
politik, ekonomi, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan dan seterusnya, namun
tatkala mereka sudah berada dipuncak kesuksesan tersebut lalu jiwa mereka mengalami
goncangan-goncangan mereka bingung untuk apa semua ini. Terjadi demikian, karena
jiwa mereka dalam kekosongan dari nilai-nilai spiritual, disebabkan tidak punya
oreintasi yang jelas dalam menapaki kehidupan di alam dunia ini. Pada gilirannya,
mereka cenderung tidak mampu menjawab berbagai persoalan hidupnya, dan kemudian
terperangkap dalam kehampaan dan ketidak bermaknaan hidup. Keimanan atau
kepercayaan pada agama (Tuhan) terutama Islam, secara pragmatis merupakan
kebutuhan untuk menenangkan jiwa, terlepas apakah objek kualitas iman itu benar atau
salah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Robert W. Crapps. 1994. Perkembangan kepribadian dan keagamaan. Yogyakarta:


Penerbit kanisius.

Hasan Muhammad Tholhah. 2005. Prospek Islam dalam menghadapi tantangan akhir
zaman. Jakarta: Lantabora Press.

A. Ubaedillah. 2015. Pancasila demokrasi dan pencegahan korupsi. Jakarta: PT Fajar


interpratama mandiri.

Dr. Ja'far, MA. 2013. Agama dan Modernitas. Medan: Pena.

Tafsir Ibnu Katsir/Penerjemah M.Abdul Ghoffar E.M. 2004. Terjemahan Tafsir Ibn
Katsir. Bogor: Pustaka Imam S.

14
15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai