Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2003:114). Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) namun

dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik ataupun

faktor- faktor lain dari orang yang bersangkutan (Luthviatin et al,

2012:67).

Skinner dalam Notoatmodjo (2003:113) seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut teori S-O-R atau

Stimulus – Organisme - Response. Menurut Sunaryo (2004:3), yang

disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya

7
stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung.

2. Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan

dapat dipelajari. Berikut adalah cara terbentuknya perilaku seseorang

(Walgito dalam Luthviatin 2012:66) :

a. Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan.

Misal menggosok gigi sebelum tidur, bangun pagi dan sarapan pagi.

b. Pengertian (insight), terbentuknya perilaku ditempuh dengan

pengertian.

c. Penggunaan Model, pembentukan perilaku melalui contoh atau model.

Model yang dimaksud adalah pemimpin, orangtua dan tokoh panutan

lainnya.

3. Klasifikasi Perilaku

Berdasarkan bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003:8) :

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus alam

bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

8
b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau

rangsangan yang berupa pengetahuan, sikap, pengalaman, keyakinan,

sosial, budaya, sarana fisik, pengaruh atau rangsangan yang bersifat

internal. Kemudian menurut Green dalam Notoatmodjo (2003:139-140)

mengklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan,yaitu:

a. Faktor Predisposing (predisposing factor) Merupakan faktor internal

yang ada pada diri individu, kelompok, dan masyarakat yang

mempermudah individu berperilaku seperti pengetahuan, sikap,

kepercayaan, nilai- nilai dan budaya. Faktor- faktor yang berhubungan

dengan perilaku salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang atau over behavior (Notoatmodjo, 2003:139-140).

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saranasarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan

sebagainya.

9
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

5. Determinan Perilaku

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang

berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat

dibedakan menjadi dua yakni (Luthviatinet al, 2012:73):

a. Determinan atau faktor internal yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dsb.

b. Determinan atau faktor eksternal yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial budaya, ekonomi, politik, dsb. Faktor lingkungan ini

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Bloom (1980) (dalam Luthviatin,2012:73) membagi perilaku

manusia dalam 3 domain. Ketiga domain tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007:143), pengetahuan adalah merupakan

hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap

obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003:121) merupakan

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

10
terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan terbagi dalam 6

tingkatan, yaitu (Notoatmodjo,2003:122):

1) Tahu (Know). Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall).

Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh:

Dapat menyebutkan cara mencuci tangan dengan benar.

2) Memahami (Comprehension). Diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menafsirkan secara benar materi tersebut. Contohnya dapat

menjelaskan bagaimana cara pencegahan dan penanggulanngan

diare.

3) Aplikasi (Application). Diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

riil (sebenarnya). Misalnya kegiatan buang air besar di jamban,

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan

sesudah makan.

4) Analisis (Analysis). Diartikan sebagi suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih dalam satu struktur dan berkaitan.

11
5) Sintesis (Synthesis). Diartikan sebagai kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru, menyusun formulasi baru dari

formulasi- formulasi lama yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation). Diartikan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek.

Misalnya dengan diketahui bahaya diare bagi kesehatan manusia

maka seseorang menempatkan diare sebagai masalah serius.

b. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

suatu objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari

orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati

atau menjauhi orang lain maupun objek lain. Sikap positif terhadap

nilai- nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.

Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:

1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada

situasi saat itu.

2) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu

kepada pengalaman orang lain.

3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan

pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

12
4) Nilai (Value), Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku

nilai- nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam

menyelenggarakan hidup bermasyarakat.

a) Orang Penting Sebagai Referensi

Perilaku orang, terlebih perilaku anak kecil, banyak

dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila

seseorang itu penting untuknya, maka apa yang dikatakan atau

yang diperbuat cenderung dicontoh oleh anak-anak tersebut.

Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang

menjadi panutan perilaku mereka. Orang-orang yang dianggap

penting ini sering disebut kelompok referensi (reference

group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala

desa, dan sebagainya.

b) Sumber-sumber Daya (inresources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas- fasilitas, uang,

waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh

terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.

Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat

positif maupun negatif. Misalnya pelayanan kesehatan

puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku

penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh

sebaliknya.

13
c) Perilaku normal, kebiasaan, nilai- nilai, dan penggunaan

sumbersumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan

suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut

kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama

sebagai akibat dari kehiduapan suatu masyarakat bersama.

Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai

dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup

masyarakat disini merupakan kombinasi dari semua yang telah

disebutkan diatas. Perilaku yang normal adalah salah satu

aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan

mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan menurut

Newcomb sikap merupakan kesiapan dan kesediaan untuk bertindak

terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, hanya

predisposisi suatu tindakan atau perilaku. Merupakan reaksi yang

masih tertutup. Ada 4 tingkatan sikap, yaitu (Notoatmodjo, 2007:144):

1) Menerima (Receiving). Diartikan sebagai mau dan memperhatikan

rangsangan yang diberikan.

2) Merespon (Responding). Contohnya memberikan jawaban ketika

ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas.

14
3) Menghargai (Valuing). Contohnya mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan masalah alat kontrasepsi yang

akan dipilih.

4) Bertanggungjawab (Responsible). Bertanggungjawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan

sikap yang paling tinggi.

c. Tindakan

Tindakan merupakan respon terhadap rangsangan yang bersifat

aktif, dan dapat diamati. Berbeda dengan sikap yang bersifat pasif dan

tidak dapat diamati. Untuk mendukung sikap menjadi tindakan selain

diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas, pihak yang mendukung

sangat penting perannya. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan:

1) Persepsi (Perception). Merupakan praktek tingkat pertama,

diharapkan seseorang dapat mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2) Respon Terpimpin (Guided Response). Merupakan praktek tingkat

kedua apabila seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai contoh maka ia dapat dikatakan

sudah melakukan respon terpimpin.

3) Mekanisme (Mechanism). Apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek

tingkat tiga yaitu taha mekanisme.

15
4) Adopsi (Adoption). Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Pengertian

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya

memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan

masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi

dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku, melalui pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social Support)

dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga dapat menerapkan

cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI 2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah

upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan

mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif

dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga

dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat

berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap

anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan

yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Maryunani, 2013).

16
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu

strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang

kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga, artinya harus ada

komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan

informasi dan melakukan pendidikan kesehatan (Maryunani, 2013).

Seseorang dapat merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial budaya, hingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang

mengelolah lingkungannya hingga tidak mengganggu kesehatan dirinya

sendiri, keluarga atau masyarakat. Misalnya bagaimana mengelolah

pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan

limbah dan sebagainya (Notoatmodjo,2007).

a. Bagian Perilaku Hidup Sehat

Menurut Becker konsep perilaku sehat merupakan pengembangan

dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan

perilaku kesehatan menjadi 3 domain, yakni pengetahuan kesehatan (

health knowledge), sikap terhadap kesehatan ( health attitude) dan

praktik kesehatan ( health practice). Hal ini berguna untuk mengukur

seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit

analisis peneletian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan

menjadi 3 dimensi :

1) Kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang

diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan,

17
seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan

tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi

kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan

pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.

2) Sikap, terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian

seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak

menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau

mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan

kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.

3) Praktek kesehatan, Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah

semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara

kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak

menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau

mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan

kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Dimensi Perilaku Kesehatan dibagi menjadi dua (Soekidjo

Notoatmojo,2010:24), yaitu:

1) Healthy Behavior yaitu perilaku orang sehat untuk mencegah

penyait dan meningkatkan kesehatan. Disebut juga perilaku

preventif (Tindakan atau upaya untuk mencegah dari sakit dan

masalah kesehatan yang lain : kecelakaan) dan Promotif (Tindakan

atau kegiatan untuk memelihara dan meningkatan kesehatannya).

18
Contoh :

a) Makan dengan gizi seimbang.

b) Olahraga / Kegiatan fisik secara teratur.

c) Tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang

mengandung zat adiktif.

d) Istirahat cukup.

e) Rekreasi atau mengendalikan stress.

2) Health Seeking Behavior yaitu perilaku orang sakit untuk

memperoleh kesembuhan dan pemulihan kesehatannya. Disebut

juga perilaku kuratif dan rehabilitative yang mencakup kegiatan :

a) Mengenali gejala penyakit.

b) Upaya memperoleh kesembuhan dan pemulihan yaitu dengan

mengobati sendiri atau mencari pelayanan (tradisional

professional).

c) Patuh terhadap proses penyembuhan dan pemulihan

(complientce) atau kepatuhan.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS)

Menurut (Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) yang dikutip

oleh Habeahan (2012), ada tiga faktor yang mempengaruhi kebersihan

yaitu:

19
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai

tradisi, Tingkat pendidikan dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi tindakan, faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana

atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya tempat

pembuangan air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga

yang memadai.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Yaitu faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong

terjadinya perilaku. Dukungan dari petugas kesehatan setempat,

maupun masyarakat sekitar menjadi faktor yang dapat menguatkan

perilaku siswa dalam kebersihan di lingkungan sekolah. Dokumen

fasilitas saja tidak akan cukup untuk menunjang perilaku sehat, namun

juga dukungan perilaku atau contoh dari seluruh komponen sekolah.

3. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah

meningkatkan rumah tangga sehat diseluruh masyarakat Indonesia,

meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat agar

hidup sehat, meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan

20
dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal

(DinKes, 2006).

4. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya

untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi

perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dengan membuka jalur

komunikasi. Memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (Advokasi),

Bina suasana (Sosial Support) dan pemberdayaan masyarakat

empovermant sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakt untuk

mengetahui dan mengenali masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah

tangga, agar dapat menerapkan cara – cara hidup sehat dalam rangka

mencari, memelihara dan meningkatkan Kesehatan (DepKes RI,2009).

5. Visi dan Misi

a. Visi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Adapun Visi yang dimaksud dari Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat 2010 adalah keadaan dimana individu – individu di dalam rumah

Tangga (Keluarga) masyarakat Indonesia telah melakukan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rangka :

1) Mencegah timbulnya penyakit dan masalah – masalah kesehatan

lain.

2) Menanggulangi penyakit dan masalah – masalah kesehatan lain

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan.

21
3) Memanfaatkan pelayanan kesehatan.

4) Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan

bersumber masyarakat.

b. Misi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1) Memberdayakan keluarga dan kelompok – kelompok dalam

masyarakat baik melalui pendekatan individu dan keluarga maupun

melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.

2) Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya

hidup bersih dan sehat dalam masyarakat.

3) Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan

serta pihak – pihak lain yang berkepentingan dalam rangka :

a) Mendorong di berlakukannya kebijakan dan peraturan

perundang – undangan yang berwawasan kesehatan.

b) Mengintegrasikan promosi kesehatan khususnya pemberdayaan

masyarakat dalam program – program kesehatan.

c) Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, serta antara pemerintah dengan masyarakat

(termasuk LSM) dan dunia usaha.

d) Meningkatan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada

khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.

22
6. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Bagi Rumah Tangga

1) Semua anggota keluarga sehat dan tidak mudah sakit, anak tumbuh

sehat dan cerdas.

2) Dengan meningkatnya kesehatan anggota keluarga maka biaya

yang tadinya di alokasikan untuk kesehatan dapat di alihkan untuk

biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat

meningatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

b. Bagi masyarakat

Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.

Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah – masalah

kesehatan dan masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan

bersumber masyarakat (DepKes RI, 2008).

7. Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Menyadari bahwa perilaku adalah suatu yang rumit, perilaku tidak

hanya menyangkut dimensi kulkutal yang berupa system nilai dan norma,

melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal – hal mendukung, perilaku,

makna Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diharapkan dapat

melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (Komprehensif), khususnya

dalam hal menciptakan perilaku baru. Menurut DinKes (Sul-Sel 2010), ada

tiga strategi dasar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu :

23
a. Gerakan Pemberdayaan

Pemberdayaan Adalah proses pemberian informasi secara terus

menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran,

serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak

tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi

mau (Aspek Attitude), dan dari tahu menjadi mampu melaksanakan

perilaku yang di perkenankan (Aspek Practice).

b. Bina Suasana

Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan social yang

mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan

perilaku yang di perkenankan.

c. Advokasi

Advokasi Adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana

untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak – pihak yang

terkait (Stakeholders,).

8. Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Dalam Tatanan Rumah Tangga, sasaran Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan

terbagi dalam :

a. Sasaran Primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan

di rubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (Individu

dalam keluarga yang bermasalah).

24
b. Sasaran Sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu

dalam keluarga yang bermasalah misalnya Kepala Keluarga, Ibu,

Orang Tua, Tokoh Keluarga, Kader Tokoh Agama, Toko Masyarakat,

Petugas Kesehatan, dan Lintas Sektor Terkait.

c. Sasaran Tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsure

pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan,

dan kegiataan untuk tercapainya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) misalnya, Kepala Desa, Lurah, Camat, Kepala

Puskesmas, Guru, dan lain-lain.

9. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah

Tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,

mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta

berperan aktif dalam gerakan perilaku hidup bersih dan sehat

dimasyarakat. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

rumah tangga (Dinkes, 2010).

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan

dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (Bidan,

Dokter, dan tenaga para medis lainnya). Meningkatnya proporsi ibu

bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, adalah langkah

paling awal yang terpenting untuk mengurangi kematian ibu dan

kematian neonatal dini. Persalinan yang ditolong oleh tenaga

25
kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril

sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

b. Memberi ASI Eksklusif

Memberi ASI Eksklusif adalah bayi pada usia 0 - 6 bulan yang

hanya diberi ASI sejak lahir sampai dengan usia 6 bulan, tidak diberi

makanan tambahan dan minuman lain kecuali, pemberian air putih

untuk minum obat saat bayi sedang sakit. ASI banyak mengandung

nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi dalam ASI sesuai dengan

kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta

kecerdasan. ASI mengandung zat kekebalan sehingga mampu

melindungi bayi dari alergi. Berdasarkan waktu produksinya, ASI

digolongkan dalam tiga kelompok yakni :

1) Kolostrum

Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar dari hari

pertama. Setelah kelahiran bayi, berwarna kekuning - kuningan dan

lebih kental, karena mengandung banyak vitamin A. Protein dan

zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit

yang menular dan infeksi. Kolostrum mengandung vitamin A, E

dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan Zn.ASI transisi /

peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum

sampai sebelum menjadi matang. Biasanya diproduksi pada hari ke

4 - 10 setelah kelahiran. Kandungan volume protein akan semakin

rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi

26
dibandingkan pada kolostrum, juga volume akan semakin

meningkat.

ASI yang matang/matur ASI matang adalah ASI yang

dikeluarkan sekitar pada hari ke-14 dan seterusnya komposisi

relatif tetap. Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan

yang diakibatkan warna dari gambar c-casenat riboflavin, dan

karoten yang terdapat didalamnya. Pada ibu yang sehat dimana

produksi ASI cukup. ASI ini merupakan makanan satu-satunya

yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan.

Selama 6 bulan pertama, volume ASI sekurang-kurangnya sekitar

500 - 700 ml/hari. Bulan kedua sekitar 400 - 600 ml/hari setelah

bayi berusia satu tahun. Keuntungan menyusui bagi bayi :

a) Ditinjau dari aspek gizi, kandungan gizi lengkap dan sesuai

dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang

optimal.mudah diserap dan dicerna. Ditinjau dari askep

imunologi, bayi tidak sering sakit. ASI mengandung kekebalan

antara lain imunitas seluler yaitu leukosit antar 4000 ml/hari,

misal IgA - enzim pada ASI yang mempunyai efek antibakteri

misalnya lisozim,katalase dan peroksidase.

b) Ditinjau dari askep psikologis bayi lebih sehat, lincah dan tidak

conggang. Pemberikan ASI mendekatkan hubugan ibu dan bayi

menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting untuk

mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai

27
mempercayai orang lain/dan akhirnya mempunyai kepercayaan

pada diri sendiri.

c. Menimbang bayi dan balita setiap bulan

Menimbang bayi dan balita setiap bulan adalah menimbang bayi

dan balita mulai dari umur 0 - 59 bulan dan dicatat dalam kartu menuju

sehat (KMS) berturut-turut dalam 3 bulan terakhir. Penimbangan balita

dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan

untuk mengetahui apakah balita berada pada kondizi gizi yang kurang

atau gizi buruk. Setelah balita ditimbang, di buku KIA atau KMS maka

akan terlihat berat badannya naik atau tidak turun, dikatakan naik

apabila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna

diatasnya. Dikatakan tidak naik apabila garis pertumbuhannya

mendatar dan garis pertumbuhannya naik tetapi pada warna yang lebih

muda. Bila balita mengalami gizi kurang maka akan dijumpai tanda-

tanda sebagai berikut :

1) Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut dan badannya

menjadi kurus.

2) Mudah terserang penyakit.

3) Tampak lesu dan lemah.

4) Mudah menangis dan rewel.

d. Mencuci tangan dengan air dan sabun

Mencuci tangan dengan air dan sabun adalah tindakan

membersihkan tangan dengan air bersih dan mengalir dan memakai

28
sabun untuk membersihkan kotoran/membunuh kuman serta mencegah

penularan penyakit. Misalnya mencuci tangan sebelum menyiapkan

makanan dan minuman, mencuci tangan setelah BAB dengan sabun,

dan sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena

tanpa ada sabun kotoran dan kuman akan masih tertinggal. Waktu yang

tepat untuk mencuci tangan :

1) Pada saat tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,

berkebun dan yang lainnya).

2) Setelah BAB (Buang Air Besar).

3) Setelah membersihkan kotoran bayi.

4) Sebelum memegang makanan.

5) Sebelum makan dan menyuapi makanan.

6) Sebelum menyusui bayi.

7) Sebelum menyuapi anak.

8) Setelah bersin, batuk dan membuang secret.

Cara mencuci tangan adalah sebagai berikut :

1) Cici tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun khusus

antibakteri.

2) Gosok dengan setidaknya selama 15-20 detik.

3) Bersihkan daerah pergelengan tangan. punggung tangan, sela-sela

jari dan kuku.

4) Basuh tangan sampai bersih dengan air mengalir.

29
5) Keringkan dengan handuk bersih dan alat pengering. Gunakan

tissue atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan kran air.

e. Menggunakan air bersih

Air merupkan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Manusia akan lebih cepat meninggal apabila kekurangan air daripada

kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian

besar terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi

sekitar 80%. Kebutuhan manusia terhadap air sangat kompleks dimana

air berguna untuk diminum, dimasak, mandi, mencuci piring, mencuci

pakaian dan lain sebagainya. Itulah sebabnya mengapa air dikatakan

sebagai hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia.

Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita antara

lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba). Meski terlihat bersih, air

tersebut belum tentu bebas dari kuman penyebab penyakit. Kuman

penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat Celsius (saat mendidih).

Syarat-syarat air minum yang sehat agar air minum yag sehat agar air

minum itu tidak menyebabkan penyakit, maka air minum itu tidak

menyebabkan penyakit, maka air itu hendaknya memenuhi persyaratan

kesehatan sebagai berikut :

1) Syarat fisik

Persyaratan fisik itu air minum yang sehat adalah bening

(tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya,

cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

30
2) Syarat bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari

segala bakteri. Terutama pada bakteri pathogen. Cara ini untuk

mngetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri phatogen,

adalah dengan memeriksa sampel tersebut. Dan bila dari

pemeriksaan 100 cc air terdapat kuang dari 4 bakteri E coli maka

air tersebut sudah memenuhi standar kesehatan.

3) Syarat Kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat – zat tertentu

dalam jumlah yang tertentu pula.

f. Menggunakan jamban sehat

Adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan

jamban/WC dengan tangki septic atau lubang penampung kotoran

penampung akhir. Misalnya buang air besar di jamban dan membuang

tinja bayi secara benar. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk

menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak bebau. Jamban mencegah

pencemaran sumber air yang ada di sekitarnya. Jamban sehat juga

memiliki syarat seperti tidak mencemari sumber air, tidak berbau,

mudah di bersihkan dan penerangan dan ventilasi yang cukup.

g. Rumah bebas jentik

Adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk di rumah

satu kali seminggu agar tidak terdapat jentik nyamuk pada tempat –

tempat penampungan air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah

31
penampungan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang

– barang bekas/tempat yang bisa menampung air. Pemberantasan

sarang nyamukdengan cara 3M yaitu : Menguras, Menutup, dan

Mengubur.

h. Makan buah dan sayur setiap hari

Pilihlah buah dan sayur yang bebas pestisida dan zat bebahaya

lainnya. Biasanya ciri – ciri buah dan sayur yang baik ada sedikit

lubang bekas di makan ulat dan tetap segar.

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Anggota rumah tangga harus melakukan aktivitas fisik setiap hari

untuk umur 10 Tahun ke atas minimal 30 menit setiap hari misalnya

jalan – jalan, lari, senam dan sebagainya. Aktivitas fisik dilakukan

secara teraturpaling sedikit 30 menit sehari untuk menyehatkan

jantung, paru – paru, dan organ tubuh lainnya. Lakukan aktivitas fisik

sebelum makan atau 2 jam setelah makan.

j. Tidak merokok di dalam rumah

Anggota rumah tangga tidak boleh merokok di dalam rumah. Hal

ini di maksudkan agar tidak menjadikan anggota keluarga lainnya

sebagai perokok pasif yang berbahaya bagi kesehatan. Karena dalam

satu batang rokok yang di hisap mengandung berbagai zat yang sangat

berbahaya bagi kesehatan.

32
10. Kriteria Rumah Sehat

Menjaga lingkungan rumah selalu bersih dan sehat berdampak

positif bagi kualitas hidup seluruh anggota keluarga.sebuah perubahan

kecil akan berdampak besar bagi kesehatan keluarga. Lingkungan sangat

erat kaitannya dengan rumah singgahan. Untuk itu perhatikan tentang

rumah sehat bagi keluarga. Memilikih rumah sehat tentunya memberikan

rasa nyaman bagi penghuninya. Salah satu ciri rumah sehat adalah

memilikih system sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik. Sistem

sirkulasi udara dapat di ciptakan dengan menggunakan lubang angin dan

ventilasi udara. Ada beberapa hal yang memenuhi syarat untuk rumah

sehat, yakni :

a. Jendela befungsi dengan baik dengan ukuran yang memadai. Jendela

ada dua sisi yang berbeda, sehingga bisa menjadi jalannya udara yang

baru. Pada setiap rumah sebaiknya di buatkan jendela kaca yang

berhubungan dengan ruang luar. Dalam menentuhkan letak jendela,

harus di perhatikan untuk mengarah ke matahari. Cahaya matahari

yang terlalu panas, gunakan kanopi jendela untuk menaungi jendela

dari matahari langsung.

b. Ventilasi udara adalah lubang penghawaan pada ruang agar sirkulasi

udara dalam ruangan menjadi baik. Minimal ventilasi uadara

berukuran lebih dari 10 % dari luas lantai.

c. Pencahayaan ruang dengan standar mata normal bisa membaca tanpa

sinar lampu tambahan.

33
d. Lubang asap dapur lebih besar dari 10 % dari luas lantai dapur.

e. Lingkungan tidak padat penghuni luas lantai rumah per penghuni

10m2.

f. Kandang hewan harus terpisah dengan rumah.

g. Konstruksi rumah, bangunan permanen dengan tembok, bata plesteran

serta papan kedap air.

h. Sarana sanitasi yang benar, yaitu :

1) Sarana air milik sendiri, dan memenuhi syarat kesehatan.

2) Jamban leher angsa atau septic tank.

3) Terdapat sarana pembuangan air limbah yakni dapat di serap atau

tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air lebih dari 10

m) di alirkan ke selokan yang tertutup (saluran kota) untuk di olah

lebih lanjut.

4) Terdapat tempat sampah yang kedap air tetutup.

i. Perilaku penghuni rumah yang baik yaitu :

1) Membersihkan tempat jentik berkembang agar rumah bebas jentik

nyamuk .

2) Membersihkan sampah yang bisa mengundang Tikus datang ke

rumah.

3) Membersihkan rumah dan halaman rumah setiap hari.

4) Memanfaatkan pekarangan misalnya dengan menanami bunga

sehingga ada upaya penghijauan.

34
5) Membuang tinja bayi ke jamban. membuang sampah pada

tempatnya.

35

Anda mungkin juga menyukai