Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan

masa hidup manusia terakhir. Dimasa itu seseorang mengalami kemunduran fisik,

mental dan sosial secara bertahap. Lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan

tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan

tubuh ( Azizah, 2011).

Menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari satu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan

proses alamiah yang berati seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupanya, yaitu

neonatus, toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda tersebut

dimulai baik secara biologis maupun psikologis ( Padila 2013).

Proses menua pada hakikatnya akan menyebabkan terjadinya perubahan-

perubahan biologis pada lansia. Perubahan- perubahan tidak hanya dialami oleh lansia

dengan kondisi sakit tetapi juga pada lansia sehat. Aspek- aspek fisiologik dan patologik

akibat proses menua contohnya seperti pada otot dan tulang terjadi atrofi otot dan

pada lansia sering terjadi akibat ganguan metabolik, degenerasi saraf dan penurunan

aktivitas fisik. Semakin bertambahnya usia, proses penulangan yaitu perusakan dan

pembentukan tulang akan melambat. Tulang–tulang bagian trabekular menjadi lebih

berongga sehingga meningkatkan resiko patah tulang, kemudian pada sistem saraf

1
2

pusat dan atonom yaitu berat otak akan menurun sebanyak 10% pada penuaan 30-70

tahun. Terdapat deposit lipofusin pada semua sitoplasma sel, degenerasi pigmen

substansia nigra, dan kekusutan neurofibliler yang merupakan perubahan bersifat

patologik sindroma parkison (Darmojo, 2009). Kondisi lain yang berubah pada lansia

adalah pada monoamin oksidase. Monoamin oksidase merupakan suatu sistem enzim

kompleks yang terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin

biogenik, seperti norepinefrin, epinefrin, dopamin, serotonin. Kadar monoamine

oksidase yang lebih tinggi pada lansia akan mengakibatkan ganguan aminbiogenik yang

akhirnya akan memicu terjadinya depresi (Mulyadi, 2016).

Prevalensi kejadian depresi pada orang dewasa yang berumur 60 tahun ke atas

dikatakan mencapai angka 1% sampai 5% sementara gejala depresi hampir muncul

20% pada lansia. Berdasarkan WHO ( Word Heart Organisasi, 2013) jumlah lansia yang

ada di asia khususnya yang ada dikawasan Asia Tenggara, lansia yang berumur 60 tahun

keatas ada ±124 juta orang dan meningkat sehingga tiga kali lipat pada tahun 2050,

berdasarkan sensus penduduk di Indonesia prevalensi depresi ada sebanyak ±24 juta

jiwa mengalami gangguan depresi atau 11.6% dari jumlah penduduk Indonesia.

Depresi pada lansia secara umum bervariasi antara 10 – 20% tergantung pada situasi

budaya di masing-masing didunia. Kejadian depresi pada lansia lebih tinggi dari pada

tingkat depresi remaja dan usia produktif, kejadian depresi lebih sering pada wanita

dibandingkan pada pria. Angka pravelensi depresi di jawa timur sendiri yaitu 65%,

dimana indikasi adanya pravelensi penduduk mengalami ganguan mental emosional

yang cukup tinggi karena batas normal kejadian ganguan mental emosional adalah

sebesar 6% ( Azizah, 2011).


3

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Agustus

2016 di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti Turen , peneliti melakukan

wawancara dan observasi kepada lansia yang berjumlah 10 lansia, dimana 7 lansia

mengatakan bahwa dirinya merasa bosan, lebih senang tinggal di kamar dibandingkan

melakukan aktifitas diluar kamar, kehilangan minatnya, takut bahwa sesuatu yang

buruk terjadi pada dirinya, merasa kurang bersemangat dan sering berpikir bahwa

banyak orang yang lebih baik dari pada dirinya. Sedangkan 3 lansia lainya mengatakan

bahwa tidak terjadi apa-apa ketika ditanya tentang masalah yang mereka hadapi.

Gangguan mental yang sering dijumpai pada populasi lanjut usia yaitu depresi,

ansietas, demensia dan delirium. Depresi merupakan gangguan psikologis yang paling

umum terjadi pada tahun-tahun terakhir kehidupan individu. Depresi pada usia lanjut

memberikan dampak diantaranya memperpendek harapan hidup dengan

memperburuk kemunduran fisik pada lansia, menghambat pemenuhan tugas-tugas

perkembangan lansia, menurunkan kualitas hidup lansia, menguras emosi dan finansial

orang yang terkena serta keluarga dan sistem pendukung sosial yang dimiikinya.

Konsekuensi yang serius dari depresi pada usia lanjut apabila tidak mendapat perhatian

dan penanganan adalah semakin memburuknya penyakit yang sedang diderita,

kehilangan harga diri dan keinginan untuk bunuh diri (Stanley & Beare, 2007).

Depresi pada lanjut usia terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius

meskipun pemahaman tentang penyebab depresi dan perkembangan pengobatan

farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejala- gejala depresi sering

berhubungan dengan penyesuaian yang terhambat terhadap kehilangan dalam hidup

dan stresor. Stresor pencetus seperti pesiun yang terpaksa, kematian pasangan,

kemunduran kemampuan atau kekuatan fisik dan kemunduran kesehatan serta

penyakit fisik, kedudukan sosial, keuangan, pengahasilan dan rumah tinggal sehingga
4

mempengaruhi rasa aman lansia dan menyebabkan depresi. Depresi menyerang 10 -

15 % lansia 65 tahun keatas yang tinggal di keluarga dan angka depresi meningkat

secara dratis pada lansia yang tinggal di institusi, dengan sekitar 50-75% penghuni

perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. ( Azizah,

2011).

Lansia pada umunya tinggal bersama keluarga, keluarga merupakan wadah

penagananan lansia yang paling layak dan sesuai dengan nilai- nilai sosiaal budaya dan

agama yang mengandung arti mempererat hubungan keluarga. Ada beberapa faktor,

pada lansia tidak mendapatkan perawatan dari keluarga, seperti tidak memiliki anak,

memiliki anak tetapi anaknya meninggal terlebih dahulu, anak tidak mau direpotkan

untuk mengurus orang tua, anak terlalu sibuk dan sebagainya. Karena itulah keluarga

memutuskan panti werdha sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan perawatan

dan pelayanan secara memadai. Keputusan ini tidak seratus persen akan diterima oleh

lanjut usia secara lapang dada. Bagi beberapa lanjut usia tinggal di panti werda bukan

merupakan pilihan terbaik, bahkan sebaliknya menjadi pilihan pahit yang kadang

menyedihkan, Perasaan ini terjadi akibat terputusnya atau hilangnya interaksi sosial

yang merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya depresi pada lanjut usia yang

tinggal di Panti Werdha (Moniung dkk, 2015).

Penatalaksanaan yang tepat pada lansia diatas adalah aktivitas fisik. Aktifitas

fisik menstimulasi pengeluaran endorfin yang merupakan polipeptida opioid endogen

oleh kelenjar pituitari dan hipotalamus. Endorfin memiliki efek analgesik juga dapat

menghasilkan perasaan segar pada individu. Sistem opioid merupakan kunci utama

dalam memediasi keterikatan seseorang dengan orang lain dan juga berperan dalam

perbaikan depresi. Sistem opioid berkaitan dengan mood dan depresi. Aktivitas fisik

menambah sekresi opioid endogen pada otak yang berfungsi dalam mengurangi nyeri
5

dan menyebabkan euforia. Akhirnya dapat mengurangi tingkat kecemasan dan depresi(

Kowel dkk, 2016).

Salah satu aktivitas fisik yang bisa dilakukan adalah olah gerak dengan metode

lafidzi . Metode lafidzi adalah pengelolaan kesehatan tubuh secara terpadu melalui

serangkaian langkah efektif terhadap elemen – elemen tubuh yang terbagi dalam tiga

bagian, yaitu olah lahir, olah fikir, dan olah dzikir. Olah lahir adalah menjaga, merawat,

dan memelihara kebugaran fisik tubuh dengan olah nafas dan olah gerak secara teratur.

Olah nafas ialah cara untuk memasukan oksigen yang akan disirkulasikan ke seluruh

tubuh untuk memberi makan setiap sel. Dengan menarik nafas dalam, maka oksigen

yang akan lebih banyak dibandingkan dengan pernafasan biasa. Sedangkan Olah gerak

tersebut yaitu dengan melakukan aktifitas fisik sederhana yang dilakukan tampa

merasakan lelah dan kehabisan nafas yang meliputi kelenturan, kekuatan, dan

ketahanan yang berguna mendorong proses biofisika dan biokimia tubuh dengan

lancar dan optimal (Zainul, 2007).

Olah gerak pada metode lafidzi bermanfaat bagi tubuh seperti meningkatkan

sirkulasi darah sehingga distribusi oksigen dan nutrisi menjadi lancar, serta mampu

mengurangi stres dan depresi (Zainul, 2007). Olah gerak dengan metode lafidzi

mempunyai keuntungan yang berbeda dengan metode lainya, dimana olah gerak

metode lafidzi mudah dilakukan untuk kalangan manapun. Olah gerak dengan metode

lafidzi berguna membentuk otot-otot tubuh agar kencang dan kuat serta dapat

menghilangkan kelebihan lemak dalam tubuh. Gerakan tubuh yang baik dan terukur

melalui serangkaian latihan fisik yang efektif dan efisien dapat meningkatkan kapasitas

mental seseorang dan kemampuan dalam menghadapi tekanan mental atau stres,

sehingga kesiagaan mentalnya lebih tinggi dan kemampuan kerjanya lebih baik dan

produktif.
6

Pada penelitian Idelita (2014) yang berjudul “Pengaruh senam argonomis

terhadap penurunan depresi pada lansia” mengatakan bahwa melakukan senam

argonomis dapat menurunkan tingkat depresi. Peryataan tersebut juga di dukung oleh

penelitian Tanaka (2016) melakukan penelitian “Effects of Japanese drum exercise on depresion

and pysical functionin community-dwelling older women” yang dapat memperbaiki suasana hati

depresi dan meningkatkan kebugaran fisik pada lansia wanita yang tinggal di

komunitas.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan memberikan intervensi olah gerak pada metode lafidzi dalam mengurangi

tingkat depresi pada lansia di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti

Turen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan urain diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh olah gerak dengan metode lafidzi terhadap

tingkat depresi pada lansia di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti

Turen.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penurunan tingkat depresi pada

lansia dengan olah gerak metode lafidzi di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan

Tresno Mukti Turen.


7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat depresi sebelum dilakukan olah gerak pada metode

lafidzi pada lansia di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti

Turen.

2. Mengidentifikasi tingkat depresi sesudah dilakukan olah gerak pada metode

lafidzi pada lansia di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti

Turen.

3. Menganalisis pengaruh olah gerak pada metode lafidzi terhadap depresi pada

lansia di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti Turen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap tingkat

depresi pada lansia, sehingga tingkat depresi pada lansia dapat menurun.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai penerapan metode

lafidzi dengan tingkat depresi lansia sehingga dapat menjadi dasar perawat untuk

merencanakan pelayanan yang tepat khususnya pada area keperawatan jiwa dan

keperawatan geriatrik. Selain itu, sebagai tindakan preventif dan promotif untuk

mengurangi tingkat depresi pada lansia.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penambahan wawasan

mengenai metode lafidzi dengan tingkat depresi pada lansia.

3. Sebagai salah satu pertimbangan dan data untuk memberikan program yang tepat

pada lansia terkait masalah depresi di panti sehingga dapat menurunkan angka
8

kesakitan dan kematian akibat depresi di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan

Tresno Mukti Turen.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah serta

dapat menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian selanjutnya,

selain itu peneliti dapat mengetahui bagaimana cara perawatan seorang lansia

secara holistik.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang sudah pernah dilakukan terkait penelitian ini adalah :

1. Ansoni (2014) melakukan penelitian “ Pengaruh senam lanjut usia terhadap

penurunan tingkat depresi usia lanjut di Posyandu Abadi 4 Kartasura. Pada

penelitian ini memberikan intervensi senam lanjut usia untuk mengetahui

pengaruh senam terhadap depresi pada lanjut usia. Penelitian mengunakan

metode quasi – experiment dengan pendekatan pre – and post with control group design.

responden pada penelitian ini adalah lansia di Posyandu Abadi 4 Kartasurya

dengan jumlah responden sebanyak 24 orang. Dari penelitian ditemukan

perhitungan dengan menggunakan uji wilcoxon, menunjukkan hasil P value=

0,001, yang bermakna bahwa adanya penurunan tingkat depresi setelah diberikan

senam lanjut usia. Uji beda pengaruh menggunakan Mann Whitney menunjukkan

hasil P value= 0,0001 yang bermakna ada perbedaan pengaruh kelompok yang

diberikan perlakuan senam lanjut usia dengan kelompok yang tidak diberikan

senam lanjut usia terhadap penurunan tingkat depresi pada usia lanjut. Perbedaan

antara penelitian Ansoni (2014) dengan penelitian saya terdapat pada ,variabel
9

,tempat, waktu, dan desain penelitian di mana variabel yang saya gunakan dalam

penelitian ini adalah olah gerak dengan metode lafidzi sebagai independen dan

depresi pada lansia sebagai variabel dependen. Sedangkan desain yang saya

gunakan pada penelitian ini adalah One-group pra –pre test design.

2. Tanaka (2016) melakukan penelitian “Effects of Japanese drum exercise on depresion and

pysical functionin community-dwelling older women”. Penelitian ini dapat memperbaiki

suasana hati depresi dan meningkatkan kebugaran fisik pada lansia wanita yang

tinggal di komunitas. Metode: Para peserta 40 yang tinggal di komunitas wanita

yang berusia 65 tahun. Mereka dibagi menjadi dua kelompok: kelompok latihan

gendang Jepang dan kelompok kontrol. ”. Teknik pengambilan data mengunakan

metode quasi experiment design dengan rancangan pretest postest dengan kelompok

kontrol ( pretest- posttes with conrol group). Perbedaan penelitian Tanaka (2016)

dengan penelitian saya terdapat pada variabel, desain, tempat dan waktu penelitian.

Variabel pada penelitian adalah olah gerak dengan metode lafidzi sebagai

independen dan depresi pada lansia sebagai variabel dependen. Desain yang saya

gunakan dalam penelitian ini adalah one group pra-prost test design dan penelitian ini

dilakukan di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti Turen.

3. Marko (2014) melakukan penelitian” Emotions in motion: Short-term group form

Dance/Movement Therapy in the treatment of depression. Teknik pengambilan dengan

desain pre –post test design with control group. Pada penelitian ini di dapatkan adanya

pengaruh terapi mengunakan dance movement pada lansia depresi. Perbedaan

penelitian Marko (2014) dengan penelitian saya adalah pada design, variabel, waktu

dan tempat penelitian. Variabel pada penelitian adalah olah gerak dengan metode

lafidzi sebagai independen dan depresi pada lansia sebagai variabel dependen.

Desain yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah one group pra-prost test design
10

dan penelitian ini di lakukan d Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti

Turen.

4. Prasetya (2010) melakukan penelitian “ Pengaruh terapi kognitif dan senam latih

otak terhadap depresi dengan harga diri rendah pada klien lansia di Panti tresna

wredha bakti yuswa natar Lampung. Teknik pengambilan data mengunakan

metode quasi experiment, desain pre –post test design with control group. Pada penelitian

ini didapatkan adanya pengaruh terapi kognitif dan senam latih otak pada depresi

dengan harga diri rendah pada klien lansia . perbedaan antara penelitian Prasetya

(2010) dengan penelitian yang saya lakukan adalah pada variabel ,desain ,tempat

dan waktu penelitian. Variabel pada penelitian ini olah gerak dengan metode

lafidzi sebagai independen dan depresi pada lansia sebagai variabel dependen.

Desain yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah one group pra-prost test design

dan penelitian ini dilakukan Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti

Turen.

5. Idealita (2014) melakukan penelitian “ Pengaruh senam argonomis terhadap

penurunan tingkat depresi pada lansia di unit rehabilitasi sosial wening wardoyo

ungaran kabupaten Semarang”. Teknik pengambilan data mengunakan metode

quasi experiment design dengan rancangan pretest postest dengan kelompok kontrol

( pretest- posttes with conrol group). Pada penelitian ini didapatkan adanya pengaruh

senam argonomis terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia. Perbedaan

penelitian Idealita (2014) dengan penelitian saya terdapat pada variabel, desain,

tempat dan waktu penelitian. Variabel pada penelitian adalah olah gerak dengan

metode lafidzi sebagai independen dan depresi pada lansia sebagai variabel

dependen. Desain yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah one group pra-prost
11

test design dan penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan

Tresno Mukti Turen.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan

dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

tahun (Siti, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan merupakan suatu

proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus-menerus dan

berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan

biokimia pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan.

Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle age (45-59

tahun), elderly old (60- 74 tahun) old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun). Ada lagi

yang membagi ke dalam : young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old (usia

85 tahun ke atas) (Mauk, 2010).

2.1.2 Karakteristik Lansia

Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang

Kesehatan)

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.


13

2.1.3 Proses Penuaan

Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan, menjadi

tua merupaka proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan

, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun

psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran , misalnya kemunduran

fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai

ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat,

dan figur tubuh yang tidak proposional.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara

alamiah yang umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalanya, dengan

kejadian hilangnya jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh

“mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh

tidak akan sama. Adalakalahnya seseorang belum tergolong lanjut usia atau masih

mudah, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok (deskriminasi). Ada pula

orang yang tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan

tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering di

alami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritik dan

struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif, (misalnya hipertensi,

arteriosklerosis, diabetes militus, dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya

hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke , infark miokard, koma

asidotik, kanker metastasis dan sebagainya (Nugroho, 2008).


14

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,

teori psikologis, teori sosial dan teori konsekuensi personal.

1. Teori biologi

a. Teori Jam Genetik

Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah terprogram

bahwa material didalam inti sel di katakan bagaikan memiliki jam genetis terkait

dengan frekuensi mitosis. Teori ini di dasarkan pada kenyataan bahwa spesies-

spesies tertentu memiliki harapan hidup (lifespan) yang tertentu. Manusia

memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel di perkirakan

hanya mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi

(Padila, 2013).

b. Wear and Tear Theory

Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat

kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak

mampu meremajakan fungsinya (Padila, 2013).

c. Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stress menyebabkan sel- sel tubuh telah terpakai (Padila, 2013).

d. Slow Immunology Theory

Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan

responbilitas. Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu


15

zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat bertahan sehingga zat

tersebut menjadi jaringan lemah (Padila, 2013).

e. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan

protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi

(Padila, 2013).

f. Teori Rantai Silang

Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan molecular,

lama kelamaan akan meningkat kekakuanya(tidak elastis), hal ini disebabkan oleh

karena sel- sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang

sangat kuat (Padila, 2013).

g. Teori Mutasi Somatik

Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA dan dalam proses

translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga

akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal menjadi

sel kanker atau penyakit (Sofia, 2014).

h. Teori Nutrisi

Intake nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan membantu

meningkatkan makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan lebih lama

sehat. (Sofia, 2014).


16

2. Teori Psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif termasuk

pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas perkembangan. Teori yang merupakan

psikososial adalah sebagi berikut :

a. Teori integritas Ego

Merupakan teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas- tugas yang

harus di capai dalam tahap perkembangannya. Tugas perkembangan terkahir

merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaianya.

b. Teori integritas personal

Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa kanak- kanak dan

tetap bertahan secara stabil.perubahan yang radikal pada usia tua bisa menjadi

mengindikasi penyakit otak (Padila 2013).

3. Teori Sosial

Menurut teori interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan, kehilangan

peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen sehingga interaksi

sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan

mereka mengikuti perintah (Padila 2013).

4. Teori konsekuensi fungsional

Menurut teori konsekuensi fungsional lanjut usia berhubungan dengan

perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan (Padila, 2013).


17

2.1.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial,

dan psikologis.

1. Perubahan Fisik

a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan

dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar

bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi

tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.

b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan

dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah (kontraksi dan

volume) elastisistas pembuluh darah menurun serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang

mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otot-

otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat

sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,

kemampuan batuk menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.

d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi

fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis,

jumlah serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut

menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun,

rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta

kuku kaki tumbuh seperti tanduk.


18

e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem

saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam

merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress,

berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga menyebabkan

berkurangnya respon motorik dan refleks.

f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause

yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat

mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis), persendian

membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut

dan mengalami sklerosis.

g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan

asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut

menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun

sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim

pencernaan.

h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke ginjal

menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun

sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.

i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat menyebabkan

otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi retensi urine.

j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang dapat

menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran

mengalami kekakuan.
19

k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun

terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang

pandang menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).

2. Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan

fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan

hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran

yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan

angapan negatif tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak

mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya

ekonomi (Fatimah, 2010).

3. Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah

lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan

hal yang sering terjadi (Fatimah 2010).

4. Perubahan Sosial , Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian,

kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan meninggal

(Siti dkk, 2008).

2.2 Konsep Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan gangguan alam perasaan, ditandai dengan sindrom depresif

parsial atau penuh, atau kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas yang biasa

dan yang dilakukan pada waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi sosial atau
20

okupasi (Doenges, Townsend, & Moorhouse, 2006). Menurut Yosep (2009)

merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanisfestasikan dengan

gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu

yang bersangkutan. Bisa juga disertai oleh komponen psikologis dan komponen

somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang (Prabowo, 2014). Perasaan sedih

yang berlebihan, murung, tidak semangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan

tidak ada harapan adalah tanda dari depresi sehingga pikiran klien akan berpusat pada

kegagalan dan menuduh diri sendiri, dan klien tidak tidak berminat pada pemeliharaan

diri dan aktivitas sehari-hari (Ariani, 2012).

2.2.2 Faktor Penyebab Depresi

Menurut Dalami, et al. (2009), faktor penyebab depresi dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor genetik mengemukakan transmisi gangguan alam perawaan diteruskan

melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada

kembar monozigote dari pada kembar dizigote.

b. Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi

diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Ambivalen

antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang

menyalahkan diri sendiri.

c. Teori kehilangan berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya

kehilangan orang tua pada masa anak-anak, perpisahan yang bersifat traumatik

dengan orang yang dicintai sehingga individu tidak berdaya untuk mengatasi

kehilangan tersebut.
21

d. Teori kepribadian mengambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dan

harga diri yang rendah mempengaruhi kepercayaan dan penilaian terhadap

depresi.

e. Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif

yang dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri, lingkungan dan

masa depan.

f. Teori belajar ketidakbedayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari

kehilangan kendali diri lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah.

Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan

kehidupan sehingga tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.

g. Teori perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya

pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan yang ada.

h. Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi

perubahan kimiawi / hormonal yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya

endokrin dan hiperssekresi kortisol. Perubahan hormon pada wanita lebih tinggi

dikarenakan perubahan hormon secara drastis yang sangat sulit dikendalikan

seperti perubahan hormon sesaat sebelum menstruasi (ketegangan pre-

menstruasi) (Junaidi, 2012).

2. Faktor Presipitasi

Stressor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan alam perasaan meliputi :

a. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-

obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan

ketidakseimbangan metabolime tubuh. Faktor obat-obatan yang dapat

diketahui melalui efek samping obat yang digunakan, teruatam pada sejumlah
22

penderita kelainan jiwa yang juga bisa menyebabkan depresi misalnya

penyakit kecemasan, skizofrenia dan sebagainya (Junaidi, 2012).

b. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta

seseorang dan kehilangan harga diri.

c. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian dan kehilangan

pekerjaan.

3. Perilaku

Tabel 2.1 Perilaku yang berhubungan dengan depresi


Perilaku yang berhubungan dengan depresi

Afektif Sedih, cemas, apatis, murung


Kebencian, kekesalan, marah
Perasaan ditolak, perasaan bersalah
Merasa tidak berdaya, putus asa
Merasa sendirian, rendah diri, dan tak berharga
Kognitif Ambivalensi, bingung, ragu-ragu
Tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi
Menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri
Rasa tidak menentu dan pesimis
Fisik Gangguan pencernaan, sakit perut, anoreksia, mual, muntah,
konstipasi
Lemah, lesu, nyeri kepala dan dana, insomnia, perubahan
berat badan dan gangguan selera makan, gangguan
menstruasi, impotent, dan tidak berespon terhadap seksual.

Tingkah Agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas,


kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi sosial, irritable,
Laku
berkesan menyedihkan, kurang spontan, dan gangguan
kebersihan baik diri dan lingkungan.

Sumber : Dalami, et al. (2009)


23

4. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang biasa digunakan pada reaksi kehilangan yang

memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.

Depresi yaitu perasaan berduka yang belum terselesaikan, mekanisme koping yang

digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku mania

merupakan mekanisme koping pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari

kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

Menurut Yosep (2009) depresi disebabkan oleh banyak antara lain: faktor

herediter dan genetik , faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik,

faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor elektrolit,

dan sebagainya. Depresi lebih banyak dijumpai pada seseorang dengan kepribadian

tertentu, sedang kepribadian banyak ditentukan oleh genetik. Bila seseorang lebih

rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain, biasanya yang bersangkutan

mempunyai corak kepribadian sendiri (kepribadian depresif) dengan ciri-ciri :

a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir,

iritable, tegang, dan agitatif.

b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih

senang berdamai untu menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal

dalam usaha atau sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit

ini dan itu.

c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka

menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu,

menjaga jarak dan menghindari keterlibatan dengan orang lain.

d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan

mekanisme pertahanan penyangkalan.


24

2.2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala depresi ditandai dengan data subjektif dan objektif, menurut

Yosep (2010) antara lain :

a. Data Subjektif

Data subjektif menunjukkan bahwa klien tidak mampu mengutarakan

pendapat dan malas berbicara. Sering mengemukakan keluhan somatik seperti

nyeri abdomen dan dada, anoreksia, sakit punggung, pusing. Merasa dirinya

sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus

asa, mudah tersinggung, tidak mampu dalam berkonsentrasi dan cenderung

ingun bunuh diri.

b. Data Objektif

Data objektif menunjukkan bahwa gerakan tubuh klien terhambat, tubuh

yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah

murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret, kadang-kadang

dapat terjadi stupor. Seseorang yang depresi juga tampak berfikir lambat, seolah-

olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak

dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal. Beberapa orang akan mengalami

perasaan bersalah mendalam, tidak masuk akal (irasioanal), waham dosa,

depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang suka menunjukkan sikap

bermusuhan, mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. Bahkan ada

juga yang mengalami kebersihan diri yang kurang dan keterbelakangan

psikomotor.
25

2.2.4 Bentuk-Bentuk Depresi

Menurut Junaidi (2012) depresi dapat muncul dalam beberapa bentuk, antara

lain :

1. Depresi Situasional

Depresi situasional adalah depresi yang terjadi setelah mengalami suatu

peristiwa sedih yang berat /traumatik seperti kematian orang yang dicintai, di-

PHK, kehilangan mata pencaharian mendadak, bangkrut dan sebagainya.

Sedangkan menurut Mahmet dan Roizen (2010) derpresi situasional

disebabkan oleh tekanan dalam kehidupan, penyebab sering kehilangan sesuatu

atau kesulitan dalam pekerjaan dan biasanya akan berlangsung lebih dari dua

bulan dengan gejala-gejala seperti perubahan pola tidur, berkurangnya aktifitas,

perasaan bersalah dll. Gejala–gejala tersebut akan membalik seiring waktu,

sehingga individu akan mampu melewati masa-masa itu tanpa harus

mengonsumsi obat.

2. Holiday Blues

Holiday blues adalah depresi yang terjadi ketika sedang berlibur atau

merayakan suatu momen sedih, mengenang peristiwa masa lalu yang pahit, lalu

timbul depresi. Depresi jenis ini biasanya bersifat sementara, begitu momen

perasaan khususnya selesai maka orang tersebut akan kembali pulih.

3. Depresi Endogenous

Depresi endogenous adalah depresi tanpa penyebab yang pasti, tiba-tiba saja

muncul tanpa diketahui faktor pencetusnya. Menurut Mahmet dan Roizen

(2010) depresi endogenous berasal dari dalam yaitu karena ketidakseimbangan

neurokimia daripada konflik psikologis atau stres lingkungan.

Ketidakseimbangan tersebut berasal dari faktor genetika dari individu.


26

4. Depresi Vegetatif

Depresi vegetatif membuat penderita cenderung menarik diri dari

pergaulan, jarang berbicara, tidak mau makan dan tidak mau tidur. Yang

dilakukannya hanya melamun dan bingung.

5. Depresi Agiatif

Depresi agitatif diketahui dari penderitannya yang tampak sangat gelisah,

cemas, meremas-remas tangannya serta banyak berbicara, hiperaktif, dan tidak

26ndi diam.

6. Depresi Distrimik

Depresi jenis ini berhubungan dengan perubahan kepribadian yang nyata.

Penderita tampak lusuh, muram, pesimis, tidak suka bercanda atau tidak

mampu menikmati kesenangan. Penderita berlaku pasif, menarik diri (introvert),

curiga, suka mengkritik, dan sering menyesali dirinya sendiri. Beberapa

penderita mengeluhkan penyakit fisik berupa sakit dan nyeri, ketakutan akan

musibah atau takut menjadi gila. Penderita juga merasa bahwa mereka

menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau yang memalukan

misalnya kanker, HIV-AIDS, dan berpikir telah menularkan kepada orang lain

sehingga timbul rasa bersalah dan penyesalan.

7. Depresi Psikotik

Depresi psikotik diderita sekitar 15% penderita terutama pada depresi

berat, akan mengalami delusi (keyakinan yang salah terhadap sesuatu) atau

halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang sesungguhnya tidak ada).

Penderita yakin telah berbuat dosa atau kejahatan besar yang tidak dapat

diampuni sehingga banyak lingkungan sekita yang menuduh atau memberikan

judgemen bahwa penderita adalah orang 26ndicato sehingga pantas untuk mati.
27

Perasaan tersebut membuat penderita tidak aman dan tidak berharga yang

menyebabkan depresi berat dimana penderita yakin bahwa dia diawasi dan

dihukum.

2.2.5 Tingkat Depresi

Menurut Prabowo (2014), tingkatan depresi dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Depresi Ringan

Setiap individu pasti pernah mengalaminya yang ciri-cirinya antara lain

bersifat sementara, alamiah adanya rasa sedih, perubahan proses 27ndic,

komunikasi dan hubungan 27ndica kurang baik, dan merasa tidak nyaman

(Dalami, et al. 2009).

2. Depresi Sedang

a. Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan dan harga

diri rendah

b. Proses pikir : perhatian sempit, berfikir lambat, ragu-ragu atau bimbang,

konsentrasi menurun, berfikir rumit dan putus asa serta pesimis.

c. Sensasi somatic dan aktifitas motorik : bergerak lamban, tugas-tugas terasa

berat, tubuh lemah dan sakit kepala dan dada, mual, muntah, konstipas,

nafsu makan dan berat badan menurun, tidur terganggu.

d. Pola Komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal dan non

verbal meningkat.

e. Partisipasi sosial : menarik diri, tidak mau bekerja atau sekolah, mudah

tersinggung, bermusuhan, tidak memperhatikan kebersihan.


28

3. Depresi Berat

Mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu melankolis (rasa sedih

tertentu depresi berat) dan mania (rasa gembira berlebihan disertai dengan

gerakan hiperaktif)

a. Gangguan afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, putus asa

dan inisiatif berkurang.

b. Gangguan proses pikir : halusinasi dan waham, konsetrasi berkurang,

pikiran merusak diri.

c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba

hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurangnya perawatan diri, tidak mau

makan dan minum, berat badan menurun, bangun pagi sekali dengan

perasaan tidak enak, tugas ringan terasa berat.

d. Pola Komunikasi : introvert, tidak ada sama sekali komunikasi verbal.

e. Partisipasi sosial : kesulitan menjalankan peran sosial dan isolasi sosial

menarik diri.

2.2.6 Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)

Beck depression inventory merupakan salah satu instrument penelitian yang

digunakan dalam pengkajian depresi baik pada pasien dengan diagnosa kejiwaan,

kesehatan fisik, maupun pada manusia normal pada umumnya (Shahlaei, et al. 2014).

Beck depression inventory ini menjelaskan tentang skala depresi yang digunakan pada

individu yang berumur diatas 13 tahun sampai dewasa dan biasanya tanda dari depresi

ditunjukkan dengan skala 0 sampai 3 pada 20 macam soal yang diberikan. Instrumen

ini memiliki batas nilai yaitu ≤9 mengalami gejala depresi minimal atau dikatakan

normal, 10-16 depresi ringan, 17-29 depresi sedang, dan 30- 63 depresi berat (Farinde,
29

2013). Menurut Ginting, et al. (2013) dan Shahlaei, et al. (2014) kuesioner ini

mempunyai 3 indikator gejala didalamnya yaitu :

1. Kognitif :

Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu merasa gagal, kebencian

terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, merasa bimbang, tidak mampu

mengambil keputusan dan kesulitan dalam bekerja atau melakukan tindakan.

2. Emosi / Affektif :

Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu merasa sedih, menangis,

mudah tersinggung, perasaan pesimis, perasaan tidak puas, bersalah, keinginan

untuk bunuh diri dan menarik diri dari lingkungan 29ndica.

3. Vegetatif / Fungsi Fisik :

Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu penyimpangan citra

tubuh, gangguan tidur, kehilangan selera/nafsu makan, kelelahan, penurunan

berat badan, gejala psikosomatis, dan kehilangan libido.

Penelitian terkait dengan depresi dengan menggunakan BDI (Beck Depression

Inventory) adalah Rodkjaer, et al. (2014) yang dilakukan pada individu sebanyak

304 sampel yang terinfeksi HIV di Denmark dengan hasil bahwa resiko

peningkatan depresi pada individu yang terkena HIV lebih besar pada individu

yang menutup diri akan statusnya daripada individu yang terbuka dengan

statusnya sebagai pasien HIV.


30

2.3 Konsep Penerapan Metode Lafidzi

2.3.2 Definisi Metode Lafidzi

Metode Lafidzi adalah pengelolaan kesehatan terpadu memalalui serangkaian

langkah efektif terhadap suatu elemen- elemen tubuh yang terbagi dalam tiga yaitu olah

lahir, fikir, dan dzikir :

1. Olah Lahir

Olah Lahir adalah menjaga, merawat dan memelihara kebugaran fisik tubuh

dengan olah fisik secara teratur, menjaga keseimbangan tubuh serta asupan makanan

bergizi dan higenis. Olah lahir meliputi 2 bagian yaitu :

a. Olah Nafas ialah cara untuk memasukan oksigen yang akan disirkulasi ke

seluruh tubuh untuk memberi makanan setiap sel dan juga merupakan cara

mengeluarkan karbondioksida dan zat siza metabolisme serta racun untuk

membersikan setiap sel didalam tubuh. Melakukan menarik nafas dalam, maka

oksigen yang masuk akan lebih banyak di bandingkan dengan pernapasan biasa.

Metode nafas yang baik adalah sistem yang mampu memeperlancar aliran getah

bening dalam tubuh. Selain dapat meberikan oksigen pada tubuh, juga

merangsang proses listrik pada masing-masing serta mengerakan aliran getah

bening dalam tubuh yang penting bagi sistem kekebalan (imunitas) dan sistem

pembuangan bahan- bahan yang beracun (detoksifikasi).

b. Olah Gerak adalah melakukan aktifitas fisik dengan sederhana tampa merasa

kelelahan dan kehabisan nafas. Olah gerak dengan metode lafidzi dapat

melenturkan otot –otot pada tubuh, mengendurkan sistem saraf yang dapat

merespon biolistrik menjadi baik. Melakukan olah gerak juga dapat

merangsang sistem imun yang dapat membuat bugar dan segar pada tubuh.
31

Selain itu olah gerak dapat melancarkan pembulu darah sehingga distribusi

oksigen tercukupi.

2. Olah Fikir

Olah fikir adalah menjaga, merawat dan memelihara kesegaran psikis/jiwa

dengan olah jiwa secara teratur, menjaga keseimbangan alam pikir terkait dengan

pengaktifan saraf parasimpatik dan keseimbangan frekuensi gelombang

otak(Zainul, 2007).

Menurut Sasongko&Trianggono(2006) berfikir adalah bagian dalam proses

otak untuk menanggulagi setiap permasalahan, apabila selama proses

pembentukannya otak tidak sertai oleh hal-hal yang menggangu kenormalan

aktifitas. Berfikir kreatif dan produktif hanya akan dihasilkan melalui proses yang

dilandasi keyakinan dan harapan yang sesuai. Pola hidup yang di landasi oleh nilai-

nilai religius adalah pola hidup yang tampa masalah atau hidup tenteram karena

menggunakan proses berfikir dan bertindak yang tidak menimbulkan masalah,

baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya.

3. Olah Dzikir

Olah dzikir adalah ritual psiko-religius, mengingat, dan menghayati peran

muthlak Allah SWT dalam setiap gerak dan langkah hidup, sehingga semakin yakin

bahwa kesehatan adalah nikmat dan karunia allah yang tidak ternilai, untuk

kemudian mensyukurinya dengan melakukan perencanaa kesehatan seumur hidup

(Long Life Healthy Planing). Dengan dzikir mampu menyeimbangkan aktivitas tubuh

secara totalitas, disiplin, kontinyu, serta terkontrol (Zainul, 2007).


32

2.3.2 Manfaat Olah Gerak Lafidzi

Olah gerak dengan metode lafidzi memberikan banyak manfaat positif,

terutama bagi orang yang menggalami depresi atau stres. Beberapa manfaat dari

gerakan pada metode lafidzi adalah: 1) Melenturkan otot- otot, mengendurkan sistem

saraf sehingga respons terhadap biolistrik menjadi baik, 2) Dapat melancarkan

pembulu darah sehingga distribusi oksigen dan zat nutrizi menjadi lancar, 3) Membuat

tubuh menjadi tetap segar dan kuat, 4) Dapat mengurangi stres dan depresi, 5)

Menajamkan daya ingat, karena meningkatkan aliran darah lebih banyak ke otak, 6)

Membersikan biolistrik yang berhubungan dengan organ- organ dalam yng tersebar

diseluruh tubuh, 7) mengaktifkan organ- organ dalam tubuh (Zainul, 2007).

Salah satu manfaat yang dapat diperoleh setiap gerakan adalah meningkatkan

perasan bahagia dan senang, meningkatkan kekuatan otak, mengurangi kecemasan,

mencegah stress dan depresi, serta mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan.

Mengerakan anggota tubuh dapat menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat

penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas

hidup agar tetap sehat dan bugar setiap hari (Kendhin, 2009). Menurut Sumedi, Dkk

(2010) dengan mengerakan tubuh selama 10 menit setiap hari kesehatan mental akan

meningkat cepat, daya pikir akan menjadi bertambah jernih. Melakukan gerakan tidak

hanya penting memelihara kebugaran fisik saja tetapi kesehatan mental yang meliputi:

mengurangi stress dan depresi, meningkatkan kekuatan otak, mempengaruhi hormon

endogenous opioid, meningkatkan gelombang otak alfa dan penyalur otak saraf.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan jika terdapat beberapa manfaat

positif dari olah gerak diantaranya adalah mengurangi stress dan depresi yang

mempengaruhi kesehatan mental. Selain itu dengan olah gerak dapat memberikan

perasaan bahagia dan senang yang dapat menurunkan tingkat depresi.


33

2.3.3 Proses Olah Gerak Dengan Metode Lafidzi.

a. Proses Pergerakan (Olah Gerak)

Melakukan gerakan sederhana dapat memberikan kelenturan, kekuatan,

ketahanan dan pengaktifan orang- organ dalam tubuh. Melakukan kelenturan mampu

mendorong proses biofisika dan biokimia tubuh yang dapat berjalan lancar dan

optimal. Gerakan kekuatan memberikan kekuatan pada bagian- bagian persendin

tubuh, diantaranya otot, leher, bahu, otot perut, bokong, tulang belakang, persendian

kaki dan merangsang aliran oksigen ke otak. Gerakan ketahanan mampu memberikan

kekuatan pada tubuh dan pengaktifan pada organ- organ tubuh. Sedangkan gerakan

pemijatan dapat membersikan sampah bio- elektrik dari tubuh, melepaskan sumbatan

yang menyebkan kekacauan biolistrik dalam tubuh dan menghindarkan dari penyakit-

penyakit genetik. (Zainul, 2007).

Berikut ini adalah contoh gerakan-gerakan kelenturan, kekuatan, ketahanan dan

gerakan proses pemijatan dengan metode lafidzi :

1. Membuka rahang dengan kosonan A.

Gerakan membuka rahang atau membuka


mulut berfungsi untuk penguatan otot-otot
yang mengelilingi mulut pada rahang bawah
(Trisnowiyanto, 2012).

Gambar 2.1 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan A)


34

2. Membuka rahang dengan kosonan I.

Gerakan membuka rahang dengan konsonan I atau


gerakan seperti ujuk gigi berfungsi untuk penguatan
otot- otot yang mengelilingi mulut pada rahang
bawah (Trisnowiyanto, 2012).

Gambar 2.2 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan I

3. Membuka rahang dengan kosonan U.

Gerakan membuka rahang dengan konsonan U atau


gerakan seperti bersiul berfungsi untuk penguatan
otot-otot yang mengelilingi mulut serta pengeluaran
udara yang panjang (Trisnowiyanto, 2012).

Gambar 2.3 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan U)

4. Melenturkan leher dengan menunduk dan tengada.

Melenturkn leher dengan menunduk dan tengadah


berfungsi melepaskan ketegangan otot serta
meningkatkan kemampuan untuk melakukan
aktivitas tampa stres ( Dennison, 2008).

Gambar 2.4 Kelenturan Leher


35

5. Melenturkan leher dengan menengok kiri, kanan dan di putar.

Melenturkan leher dengan menegok kiri, kanan dan


memutar berfungsi memperbaiki pernapasan dan
meningkatkan relaksasi dari pita suara sehingga
resonansi sewaktu berbicara lebih besar (Dennison,
2008).

Gambar 2.5 Kelenturan Leher

6. Melenturkan leher dengan menarik kanan dan kiri.

Melenturkan leher dengan menarik kanan dan kiri


berfungsi melemaskan dan merengangkan otot dan
persendian di sekitar leher (Dennison, 2008).

Gambar 2.6 Kelenturan Leher

7. Melenturkan badan dengan dada dibusungkan ke depan.

Melentukan badan dengan dada di busungkan ke


depan bermanfat untuk melenturkan tubuh bagian
tengah dan atas dan dapat mengurangi berat badan
(Wratsongko, 2015).

Gambar 2.7 Kelenturan Badan


36

8. Melenturkan badan dengan tangan berada di bawah dan menunduk.

Melenturkan badan dengan tangan berada di


bawah dan menunduk bermanfaat membantu
relaksasi dan mengoptimalkan fungsi serabut saraf
serta dapat memompahkan darah ke batang tubuh
bagian atas, melonggarkan otot-otot perut,
abdomen, ginjal, meningkatkan kebaikan batin
dan keselarasan batin (Wratsongko, 2015).

Gambar 2.8 Kelenturan Badan

9. Melenturkan badan dengan tangan di atas dan menarik kesebelah kanan.

Gerakan melenturkan dengan tangan di atas dan


menarik kesebelah kanan dan kiri bermanfaat
memberikan kelenturan pada oto-otot, pembuluh
darah dan saraf (Zainul, 2007).

Gambar 2.9 Kelenturan Badan

10. Melenturkan tangan dengan memutar lengan kedepan dan kebelakang.

Memutar lengan ke depan dan ke belakang adalah


gerakan membangkitkan biolistrik didalam tubuh
sekaligus menjadi sirkulasi oksigen yang cukup,
sehingga tubuh akan terasa segar dan
meningkatkan energi dalam tubuh ( Sagiran,
2012).

Gambar 2.10 Kelenturan Tangan


37

11. Melenturkan tangan dengan menarik lengan kedepan.

Melenturkan tangan dengan menarik lengan ke


depan berfungsi merengangkan otot bahu dan
merengangkan pungung bagian atas (Wratsongko,
2015)

Gambar 2.11 Kelenturan Tangan

12. Melenturkan tangan dengan menarik kebelakang.

Gerakan memutar tangan dengan menarik


kebelakang bermanfaat membuka simpul –simpul
saraf di bahu, belikat, dan tulang belakang
(Wratsongko, 2015).

Gambar 2.12 Kelenturan Tangan

13. Melenturkan tangan dengan meneku siku.

Melenturkan tangan dengan menekuk siku


bermanfaat meningkatkan elastisitas dan kekuatan
otot dan memeperbaiki peredaran darah otot
sehingga terhindar dari kelelahan yang berlebihan
(Wratsongko, 2015)

Gambar 2.13 Kelenturan Tangan


38

14. Melenturkan tangan dengan menekan pergelangan tangan.

Melenturkan tangan dengan menekan pergelangan


tangan bermanfaat melepaskan sumbatan yang
menyebabkan kekacauan biolistrik dalam tubuh dan
dapat terhindar dari penyakit-penyakit genetik
(Zainul, 2007).

Gambar 2.14 Kelenturan Tangan

15. Melenturkan tangan dengan memutar pergelangan tangan.

Melenturkan tangan dengan memutar pergelangan


tangan bermanfaat menstimulasi tombol –tombol
kesehatan di pergelangan tangan, lengan bawah,
siku, dan sedikit di bahu (Wratsongko, 2015).

Gambar 2.15 Kelenturan Tangan

16. Menekuk pergelangan tangan.

Menekuk atau menekan pergelangan tangan


bermanfaat meningkatkan atau mempertahankan
fleksibilitas dan kekuatan otot, mencegah kekakuan
pada sendi dan melancarkan sirkulasi darah dalam
tubuh ( Wratsongko, 2015).

Gambar 2.16 Kelenturan Tangan


39

17. Menekan pergelangan tangan.

Menekuk atau menekan pergelangan tangan


bermanfaat meningkatkan atau mempertahankan
fleksibilitas dan kekuatan otot, mencegah kekakuan
pada sendi dan melancarkan sirkulasi darah dalam
tubuh ( Wratsongko, 2015).

Gambar 2.17 Kelenturan Tangan

18. Memutar pergelangan tang an

Memutar pergelangan tangan bermanfaat


melenturkan saraf pada bagian pergelangan dan
merawat kinerja pengatur ritme jantung atau nadi
agar bekerja optimal (Wratsongko, 2015).

Gambar 2.18 Kelenturan Tangan

19. Menekuk jari –jari kedepan.

Menekuk jari –jari kedepan atau belakang


bermanfaat merangsang sel –sel otak dan organ-
organ yang ada dalam tubuh agar tetap aktif,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan fisik
maupun daya pikir secara keseluruhan (
Wratsongko, 2015).

Gambar 2.19 Menekuk Jari Jari Tangan Kedepan atau Kebelakang


40

20. Menekan jari-jari ke belakang.

Menekan jari –jari kedepan atau belakang


bermanfaat merangsang sel –sel otak dan organ-
organ yang ada dalam tubuh agar tetap aktif,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan fisik
maupun daya pikir secara keseluruhan(
Wratsongko, 2015).

Gambar 2.20 Menekuk Jari Jari Tangan Kedepan atau Kebelakang

21. Menekan jari- jari ke samping.

Menekan jari-jari kesamping bermanfaat


melancarkan peredaran darah dalam tubuh,
mengaktifkan fungsi otak besar, dan dapat
membersikan sampah bio-elektrik dari tubuh
(Zainul, 2007).

Gambar 2.21 Menekan Jari Jari Tangan ke Samping

22. Menekuk pergelangan kaki ke depan.

Menekuk pergelangan kaki ke depan bermanfaat


memberikan kelenturan otot-otot tubuh yang kaku,
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
fleksibilitas otot dalam tubuh (Zainul, 2007).

Gambar 2.22 Kelenturan Kaki-kaki


41

23. Menekan pergelangan kaki ke belakang.

Menekuk pergelangan kaki ke belakang


bermanfaat memberikan kelenturan otot-otot
tubuh yang kaku, melancarkan peredaran darah
dan saraf sehingga mampu mendorong prosses
biofisika dan biokimia tubuh dengan lancar dan
optimal (Zainul, 2007).

Gambar 2.23 Kelenturan Kaki-kaki

24. Memutar pergelangan kaki.

Gerakan memutar pergelangan kaki bermanfaat


untuk meningkatkan fungsi ginjal secara cepat dan
mengurangi pembekakan disekitar pergelangan kaki
akIbat penurunan fungsi ginjal (Wratsongko, 2015).

Gambar 2.24 Kelenturan Kaki-kaki

25. Posisi berdiri dan jongkok.

Gerakan posisi berdiri dan jongkok berfungsi


melati dan memperkuat otot dan sendi sehingga
dapat melatih elastisitasnya serta dapat menjaga
kekeringan sendi dan menyampaikan difungsi
yang sehat terhadap cairan yang masuk ke sendi
lutut (Pajatai dkk, 2012).

Gambar 2.25 Kekuatan Bagian Bawah


42

26. Posisi berdiri dan jongkok.

Gerakan posisi berdiri dan jongkok berfungsi


menstimulasi sirkulasi darah, memperluas
pemuluh darah arteri, menghilangkan kolesterol,
membakar lemak dan mencegah terjadinya
penebalan pada dinding pembulu nadi (Pajatai
dkk, 2012).

Gambar 2.26 Kekuatan Bagian Bawah


27. Posisi paha ke depan

Gerakan posisi paha ke depan beguna untuk


poses pemanasan atau pembakaran tubuh serta
memberikan kekuatan dan pengaktifan pada
organ- organ tubuh (Zainul, 2007).

Gambar 2.27 Gerakan Ketahanan


28. Gerakan pemijatan buku-buku jari

Jari kelingking : membuang sampah biolistrik dan sistem


pencernaan seperti lambung, jari manis : membuang sampah
biolistrik sistem organ penglihatan, pendengaran, dan emosional,
jari tengah: membuang sampah biolistrik dari sistem pernafasan,
jari telunjuk : mrmbuang sampah biolistrik dari sistem pikiran
(kecerdasan), ibu jari : membuang sampah biolistrik dari sistem
keperkasaan (tenaga atau energi) (Zaiunul, 2007).

Gambar 2.28 Gerakan Pemijatan Buku-buku Jari


43

29. Gerakan pemijatan bagian pergelangan tangan.

Gerakan pemijatan pada tombol- tombol


pergelangan tangan bermanfaat untuk
melepaskan sumbatan yang menyebabkan
kekacauan biolistrik dalam tubuh dan dapat
menghindarkan dari penyakit- penyakit genetik
(Zainul, 2007).

Gambar 2.29 Gerakan Pemijatan Siku

30. Gerakan pemijatan bagian ketiak.


Gerakan menekan tombol –tombol pada ketiak
merupakan pusat dari seluruh sistem tubuh yang
berfungsi memberikan stimulus pada pleksus
brakialis (cabang besar serabut saraf yang berasal
dari saraf tulang belakang ) yang melayani lengan
hingga jari , baik untuk fungsi sensorik, motorik
maupun otonom (Wratsongko, 2015).

Gambar 2.30 Gerakan Pemijatan Siku


31. Gerakan pemijatan bagian siku-siku.

Gerakan pemijatan tombol siku bermanfaat


untuk memberikan tambahan biolistrik positif
dalam membuang sampah biolistrik yang
terakumulasi di lengan dan jari- jari (Wratsongko,
2015).
44

Gambar 2.31 Gerakan Pemijatan Siku

32. Gerakan pemijatan cekungan alis mata pada bagian kepala.

Menekan , mengeser dikit dengan menggunakan


ujung jari pada cekungan alis mata untuk
menghilangkan pengapuran yang menutupi saraf
mata dan selalu arahkan gerakan pemijatan keluar
ke arah cekungan kening di samping mata untuk
menghilangakan bintit mata yang dapat
menghubungkan saraf emosi/ sedih dan kelenjar
air mata yang tidak terhubung (Wratsongko,
2015).

Gambar 2.32 Gerakan Pemijatan kepala

33. Gerakan pemijatan tombol belakang telinga.

Gerakan menekan tombol telinga berfungsi


mengaktifkan sistem saraf agar tidak terjadi
pikun atau penuaan (Wratsongko, 2015).

Gambar 2.33 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala (dengan jempol)

34. Gerakan menekan bagian daun telinga.

Gerakan menekan daun telinga berfungsi


menyuplai darah ke wajah yang mengoptimalkan
otot –otot di wajah dan saraf (Wratsongko,
2015).

Gambar 2.34 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala ( bagian telinga)


45

35. Memutar hingga area seluruh daun telinga dan menekan bagian pinggir dalam

telinga kemudian jari-jari jempol melakukan pengurutan

Gerakan menekan bagian pingir dalam telinga


dengan mengunakan jari jari berfungsi
meningkatkan kualitas daya ingat,
meningkatkan energi keseluruh tubuh,
mengobati stres, kecemasan, depresi dan
meningkatkan sistem kestabilan tubuh
(Wratsongko, 2015).

Gambar 2.35 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala ( bagian telinga )

36. Gerakan pemijatan tombol sekitar tulang selangkah

Gerakan menekan di sekitar tulang selangka


merupakan tombol sensor untuk mengetahui
tingkat rangsangan terhadap seluruh sistem saraf
apakah telah berjalan dengan baik (Zainul, 2007).

Gambar 2.36 Gerakan Pemijatan Sekitar Kaki

37. Gerakan pemijatan sekitar tombol pembakaran pada kaki.

Gerakan menekan tombol pembakaran


bermanfaat mengaktifkan sistem perlawanan
tubuh dan stimulus tombol kesehatan seperti
pencernaan, reproduksi, pembuangan ginjal dan
sistem kekebalan di liver (Zainul, 2007).

Gambar 2.37 Gerakan Pemijatan Sekitar Kaki


46

38. Gerakan sekitar pergelangan kaki yaitu pemijatan dengan menekan tombol
cekungan mata kaki ke dalam dan pemijatan cekungan mata kaki keluar.

Gerakan menekan tombol di cekungan mata


kaki dalam bermanfaat untuk membuang
sampah biolistrik dari sistem keseimbangan
tubuh, sedangkan dengan menekan tombol
mata kaki luar bermanfaat untuk membuang
sampah biolistrik sistem pencernaan,
penglihatan, pengungkapan dan pendengaran
(Zainul, 2007).

Gambar 2.38 Gerakan Sekitar Pergelangan Kaki


( Sumber : Documentasi pribadi, 2016)

2.3.4 Pengaruh Olah Gerak Dengan Metode Lafidzi Terhadap Depresi

Pada depresi terjadi ganguan pada sistem neurobiologi yang sering dipengaruhi

oleh stressor yaitu pada aksis HPA (hypotalamic Pituitary Adrenal), sehingga apabila HPA

dipaksa untuk menghadapi stressor- stressor secara berlebih maka HPA akan mengalami

hiperaktivitas, yang nantinya akan mempengaruhi volume hipokampus pada seseorang

dan akan berdampak pada berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan

ketajaman daya ingat seseorang, selain itu juga berdampak pada meningkatnya kadar

Glukokortikoid, yang akan mengakibatkan berhentinya siklus sel sehingga volume

hipokampus berkurang (Bramastyo, 2009).

Olah gerak dalam metode lafidzi dapat mengurangi stress dan menjauhkan

dari depresi. Gerakan tubuh sederhana dalam olah gerak pada metode lafidzi yang

meliputi gerakan kelenturan, kekuatan, ketahanan serta gerakan pemijatan syaraf dapat

menstimulus pengeluaran endorfin yang merupakan polipeptida opioid endogen oleh

kelenjar pituitari dan hipotalamus. Endorfin memiliki efek analgesik yang juga dapat

menghasilkan perasaan segar dan bahagia pada individu. Salain itu dengan olah gerak

merode lafidzi juga dapat menginduksi seluler dan molekuler yang dapat mendorong
47

antiogenesis, neurogenesi dan sinaptogenesis otak. Mekanisme neurobiologis yang

terhadap kognitif yaitu peningkatan aliran darah ke otak pada beberapa daerah kortikal

yang merupakan peptiol dan subkortikal yang nantinya akan menghasilkan peningkatan

sintesis dan penggunaan neurotransmitter, penurunan formasi protein betaamyloid,

peningkatan sintesis dan pelepasan BDNF ( brain derived neurotropik factor) (Kowel,

2006).
48

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan abstrasi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal –

hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak

langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melalui konstruk atau yang

lebih dikenal dengan nama variabel (Notoatmodjo, 2012).

Adapun kerangka kerja dalam penelitian ini digambarkan pada gambar 3.1

dibawah.
49

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Faktor Penyebab Depresi:


Tanda dan gejala
1.Faktor Predisposisi Lansia dengan Depresi depresi:
2.Faktor Presipitasi 1. Data subyektif
2. Data objektif
3.Perilaku
4.Mekanisme koping
jj
Penatalaksanaan Metode
Tahapan metode lafidzi : lafidzi:
1. Olah Lahir
1. Kelenturan Kepala 2. a. Olah Gerak Bentuk – Bentuk
2. Kelenturan Leher Depresi:
3. Kelenturan Badan b. Olah Nafas
1 Depresi situasional
4. Kelenturan Kaki 3. Olah Fikir
4. Olah Dzikir 2. Holiday blues
5. Kekuatan
6. Ketahanan 3. Depresi Endoveganus
7. Gerakan Pemijatan 4. Depresi Vegetatif
Syaraf 5. Depresi Agiatif
6. Depresi Distrimik
Meningkatkan hormon 7. Depresi Psikotik
norepinefrin

Meningkatkan sirkulasi darah


dalam tubuh

Jumlah oksigen ke otak


Ket : : Diteliti
meningkat
: Tidak Diteliti

Produksi endorfin
meningkat

Memberikan perasaan
segar dan bahagia

Depresi teratasi

Gambar 4.1 : Kerangka Konseptual Pengaruh Olah Gerak dengan Metode Lafidzi
terhadap Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Werda Usia Bala Kesehatan
tresno Mukti Turen.
50

Depresi adalah masalah medis yang serius dengan melibatkan gejala-gejala yang

berkaitan dengan mood, kognitif dan gejala fisik. Gejala-gejala yang berkaitan dengan

mood yaitu merasa depresi, sedih, atau mood irritable, kehilangan minat pada aktivitas

sehari-hari, ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan, merasa bersalah dan tidak

berguna, pikiran tentang kematian dan ide bunuh diri (Kowel, 2016). Mengurangi gejala

depresi ini dapat dilakukan dengan olah gerak dengan metode lafidzi yang meliputi,

kelenturan kepala, kelenturan leher, kelenturan badan kelenturan tangan, kelenturan

kaki,kekuatan, ketahanan dan gerakan teknik pijat syaraf. Berdasarkan gambar 4.1

kerangka konsep diatas menunjukkan bahwa area yang akan diteliti adalah depresi pada

lansia yang akan diberikan intervensi olah gerak dengan metode lafidzi untuk

menggurangi depresi pada lansia. Penelitiaan ini akan melihat pengaruh sebelum dan

sesudah pemberian intervensi olah gerak dengan metode lafidzi dalam menggurangi

depresi pada lansia.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan

dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan rumusan masalah

dan kerangka konsep penelitian maka dalam penelitian akan dikemukakan hipotesis

sebagai berikut :

H1 : “Ada pengaruh olah gerak dengan metode lafidzi terhadap tingkat depresi pada

lansia di panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti Turen.


51

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan

penelitian Pre- Experimental Design dengan pendekatan One-group pra-post test design.

Desain penelitian ini menggunakan satu kelompok sample yang sama. Kemudian

kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi

setelah intervensi. Hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan pada suatu kelompok atau

subyek (Nursalam, 2013).

Pola dari desain penelitian Pre-Experimental Design dengan pendekatan One-group

pra-post test design sebagai berikut :

Subjek Pra Perlakuan Pasca tes

K O I 01

Gambar 4.1 Rancangan penelitian Pre-Experimental Design dengan pendekatan One-

Group Pra-Post test design (Nursalam, 2013).

Keterangan :

K : Subyek perlakuan

O : Observasi sebelum perlakuan olah gerak dengan metode lafidzi

I : Intervensi berupa perlakuan olah gerak dengan metode lafidzi


52

O1 : Observasi sesudah perlakuan olah gerak dengan metode lafidzi

4.2 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian adalah pertahapan (langkah-langkah dalam aktivitas

kelompok ilmiah) mualai dari penetapan populasi, sample dan seterusnya yaitu kegiatan

sejak awal penelitian akan dilakukan (Nursalam, 2013). Kerangka penelitian ini

dibentuk berdasarkan tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sehingga

kerangka penelitian ini di paparkan dalam skema 4.2 sebagai berikut :

Populasi : Seluruh lansia laki-laki dan perempuan di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno
Mukti Turen sebanyak 24

Sample diambil dengan mengunakan teknik Purposive sampling

Sample : lansia di Panti Werdha Usia Bala Kesehatan Tresno Mukti


Turen yang mengalami depresi

Pre-test:

Angket (Indeks Depresi)

Diberikan intervensi olah gerak dengan metode lafidzi 2x seminggu


selama 4 minggu

Post-test:

Angket (Indek Depresi)

Dianalisi dengan menggunakan

Uji wilcoxon

Kesimpulan : Ada pengaruh olah gerak dengan metode


lafidzi terhadap tingkat depresi pada lansia

Gambar 4.2 Skema penelitian pengaruh olah gerak dengan metode lafidzi
terhadap tingkat depresi lansia di Panti Werdha Bala Kesehatan Tresno Mukti
53

4.3 Populasi , Sampel dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri : obyek / subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiono, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh lansia laki-laki maupun perempuan sebanyak 30 lansia di Panti Werdha Usia Bala

Keselamatan Tresno Mukti Turen.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sample terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling (Nursalam, 2014). Penelitian ini menggunakan sample lansia

laki-laki maupun perempuan yang ada di Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno

Mukti Turen yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi :

a. Lansia laki–laki dan perempuan berusia 60-75

b. Lansia dengan depresi

c. Mampu berkomuniksi dengan baik

d. Mampu berdiri dan berjalan tampa alat bantu

e. Bersedia mengikuti olah gerak dengan metode lafidzi.

2. Kriteria eksklusi :

a. Terdapat ganguan visual dan sensori

b. Memiliki kecacatan neurologis seperti hemiplegi atau hemiparase

c. Nyeri berat pada punggung dan anggota gerak bawah

d. Menderita penyakit kronis yang berat


54

e. Mengalami ganguan kognitif (dimensia)

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan jenis non probality sampling

dengan teknik pengambilan sample “ Purposive Sampling”, yaitu suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sample di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti, sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam,2014).

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen sering disebut dalam bahasa indonesia adalah variabel bebas.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel depende (terikat) (Sugiono, 2013). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah olah gerak dengan metode lafidzi.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut juga dalam bahasa Indonesia adalah variabel

terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat

depresi.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Definisi operasional memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2008). Definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


55

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Keterangan


Operasional

Idependent: Melakukan aktifitas fisik Aktifitas fisik Standart Data -


Olah gerak dengan gerakan dengan olah Operasional
Dengan kelenturan,kekuatan, gerak lafidzi 2x Prosedur
(SOP)
metode ketahanan dan gerakan seminggu Selama
Lafidzi pemijatan yang dapat 2x dalam 4 minggu
menjadikan tubuh bugar
dan sehat.

Dependen : Depresi adalah ganguan 1. Kognitif Beck Ordinal .Tingkat depresi


Tingkat perasaan akibat dari 2. Emosi / Afektif Depression dikategorikan:
depresi ketidak mampuan 3. Vegetatif / Inventory 1. Normal 9
( BDI)
individu dalam mengatur Fungsi fisik 2. Depresi ringan :
kemampuannya yang 10-16
di alami. 3. Depresi sedang:
17-29
4. Depresi berat::
30-42
(Farinde, 2013)

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan di Panti Werdha Usia Bala Kesehatan

Bokor dengan waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2017.

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data yang sanga menentukan

kualitas data yang dikumpulkan dan sekaligus menentukan kualitas sebuah penelitian.
56

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yang dilakukan

pada Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Bokor Turen.

4.7.1 Kuisoner Tingkat Depresi

Kuisoner tingkat depresi diambil dari Beck Depresion Inventory (BDI) dimana

kuisoner yang disusun oleh Aaront (1961) dengan 20 pertanyaan menggunakan Skala

Likert dengan kelompok pertanyaan tersebut mengambarkan perasaaan seseorang. Setiap

item pertanyaan terdiri dari 4 pilihan jawaban yang menggambarkan beratnya gejala dari

netral sampai berat dengan rentang nilai 0-3. Angka 0= tidak ada gejala ,1 = ada gejala

ringan, 2= ada gejala sedang, 3= ada gejala berat dengan interprestasi nilai untuk masing-

masing kategori adalah angka tertinggi yang dipilih subyek pada katagori tersebut,

sedangkan nilai total dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh nilai yang diperoleh

tersebut sehingga nilai akan berada dikisaran 0-42 point. Interprestasi dari nilai tersebut

jika <9 tidak ada depresi /normal, 10-16 depresi ringan , 17-29 depresi sedang dan 30-42

depresi berat. Berikut adalah kisi-kisi kuisoner depresi.

Tabel 4.4 Kisi-Kisi Kuisoner Tingkat Depresi

No Pertanyaan Item
1. Kognitif 3,6,7,8,13,15
2. Emosi/ Affektif 1,2,4,5,9,10,11,12
3. Vegetatif / Fungsi Fisik 14,16,17,18,19,20

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, peneliti membuat surat ijin melakukan penelitian kepada

Panti Werdha Usia Bala Keselamatan Tresno Mukti Turen dengan mengajukan surat

permohonan ijin dari pimpinan Program Study FIKES UMM yang ditujukan kepada

kepala Panti. Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud, tujuan penelitian dan kontrak
57

waktu akan melakukan penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan observasi dan juga

melakukan pendekatan terhadap lansia. Selanjutnya peneliti mempersiapkan alat dan

bahan yang diperlukan peneliti untuk mendapatkan data dengan menggunakan

komunikasi tak langsung dan sebagai alat pengumpulan data kuisoner.

4.8.2 Tahap Pelaksanaan

Dalam prosedur pengumpulan data, peneliti melakukan tahap-tahap pelaksanaan

yaitu:

a. Lansia dikumpulkan dalam suatu aula kemudian peneliti memberikan

pengarahan tentang penelitian yang akan dilakukan.

b. Peneliti memberikan lembar inform consent untuk memastikan bahwa sampel

bersedia menjadi responden, jika responden setuju peneliti akan menjamin

kerahasiaan data dari responden.

c. Peneliti menyebarkan kuisoner kepada responden.

d. Peneliti memberikan penjelasan tentang petunjuk pengisian kuisoner.

e. Responden melakukan pre-test (mengisi angket indeks depresi).

f. Hasil kuisoner ditabulasi, diproses dan disimpukan hasilnya.

g. Pada hari berikutnya responden yang mengalami depresi sesuai hasil Pre- test

dikumpulakan di aula.

h. Peneliti menjelaskan bahwa latihan olah gerak dengan metode lafidzi dilakukan

kurang lebih 20 menit 2x dalam seminggu selama 4 minggu.

i. Pada hari berikutnya responden melakukan olah gerak dengan metode lafidzi

selama 2x dalam seminggu.

j. Setelah melakukan olah gerak dengan metode lafidzi 2x seminggu selama 4

minggu responden mengisi post-test (mengisi angket indeks depresi) untuk


58

mengukur apakah ada hasil yang signifikan pada tingkat depresi lansia setelah

dilakukan olah gerak dengan metode lafidzi.

k. Setelah responden selesai mengisi, kuisoner dikumpulkan kembali kepada

peneliti dan peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas

kerjasama dan waktu yang telah diberikan.

l. Hasil kuisoner ditabulasi, dianalisa dan disimpulkan hasilnya.

4.9 Teknik Pengolahan Data

Pada pengelolaan data, data yang diterima diolah menggunakan langkah-langkah:

1. Editing data, yaitu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuisoner. Peneliti melihat tulisan sudah jelas dan bisa dipahami (Notoadmojo, 2012).

Dalam

2. Coding data, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan (Notoadmojo, 2012). Peneliti membandingkan indek depresi pada pre-

test dan post-test

3. Processing, yaitu setelah semua kuisoner terisi penuh dan sudah dilakukan. Langka

pengelolaan selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan

data dilakukan dengan cara meng- entry data dari kuisoner ke program komputer

(Notoadmojo,2012). Memasukan data kuisoner dan analisis menggunakan software

SPSS versi 22 for windows.

4. Tabulasi, yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau

diinginkan oleh peneliti (Notoadmojo,2012). Peneliti membuat tabel-tabel untuk data-


59

data yang didapatkan dari hasil angket atau kuisoner antara lain karakteristik umum

responden (umur dan riwayat pendidikan).

4.10 Analisa Data

Analisa adalah proses dalam merinci data yang akan ditulis pada penyajian data.

Hal ini dilakukan dengan menentukan makna setiap data sehingga dapat memberi

tafsiran yang dapat diterima akal sehat dalam konteks masalah secara keseluruhan.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menjawab rumusan

masalah dengan menggunakan analisis univariat dan menguji hipotesis yang dirumuskan

yang menduga bahwa olah gerak dengan metode lafidzi yang dilakukan di panti werdha

memberi pengaruh terhadap perubahan tingkat depresi pada lansia dengan analisis uji

wilcoxon.

4.10.1 Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Notoadmojo,

2010). Karakteristik masing masing variabel yang diteliti berupa jenis kelamin, usia

riwayat pendidikan, lama tinggal di panti dan factor yang mempengaruhi depresi.

4.10.2 Analisa Bivariat

Analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode statistik untuk

mengetahui dan menganalisis olah gerak dengan metode lafidzi pada lansia memberi

pengaruh terhadap tingkat depresi. Maka dilakukan analisa menggunakan Uji wilcoxon,

dimana fungsinya untuk menguji data yang berskala ordinal (Dharma, 2011).
60

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji wilcoxon dengan

menggunakan program SPSS 16 for windows dengan nilai signifikansi (p)<0,05 (Dahlan,

2009). Tingkat kepercayaan (α) yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,05 H1

diterima jika dari hasil analisa didapatkan nilai signifikansi (p) < 0,05, maka hasil

tersebut menunjukan ada pengaruh olah gerak dengan metode lafidzi terhadap tingkat

depresi pada lansia.

4.11 Etika Penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan tetap menekankan pada masalah etika

penelitian yang mengacu pada Notoadmojo (2012) :

1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)

Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan

diberikan kepada sample yang akan diteliti sebelum penelitian dilaksanakana agara

sample mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta prosedurnya. Dalam penelitian

ini jika sample bersedia maka sample diminta untuk mendatangani lembar

persetujuan yang disediakan peneliti, namun jika tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak sample untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian.

2. Tampa Nama (Annonimity)

Annonimity merupakan masalah etika penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan nama asli sample pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan identitas sample peneliti tidak

mecantumkan nama sample, tetapi hanya menggunakan inisial saja. Dalam penelitian
61

ini kerahasiaan responden terjada dengan cara peneliti tidak mecantumkan nama

responden pada lembar kuesioner.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masala-masalah lainya. Informasi yang

diperoleh peneliti dari sample akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelomok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Dalam penelitian ini informasi yang

diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti.


62

Daftar Pustaka

Adji, Dharma.(2011). (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan (deskriptif, bivariat,
dan multivariat) dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika

Aminah, Siti. (2010). Perawatan Lansia dengan Demensia; Universitas Sumatra Utara;
diakses pada tanggal 06/08/2016, dari http://digilib.unimus.ac.id.

Ariani, Tutu A. (2012). Sistem Neurobehavior. Jakarta: Salemba Medika.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta : Graham Ilmu.

Dalami, Ermawati, Suliswati., Ns. Rohmah., Ketut Rai Suryati, Widji Lestari. (2009).
Asuhan Keperawatan Klien dengan Ganguang Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika (TIM).

Darmojo, R. (2009). Buku Ajar Giatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) edisi ke-4 . Jakarta
: FKUI.

Dennison P.E & Dennison G.E. (2008). Brain Gym 101: balance for daily life. Ventura,
CA Edu Kinestetics, Inc.

Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :


Deepublish.

Doengers, Marilyn E., Townsend, Mery C., & Moorhouse, Mray France. (2006).
Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Drs. Madyo Wratsongko, M.M dan dr. Trianggoro. (2006). Senam Ergonomis & Pijat
Getar Saraf. Kawan Pustaka: Depok.

Drs.Madyo Wratsongko. (2015). Shalat Jadi Obat : PT Elex Media Komputindo.

Fahriza Zulfi A. (2014). Pengaruh Senam Lanjut Usia Terhadap Penurunan Tingkat Depresi
Usia Lanjut di Posyandi Abadi 4 Kartasurya. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

Farinde, Abimbola. (2013). The Beck Depresion Inventory. The Pharma


Innovation.(02).56-62.
63

Fatimah, S.Kp. (2010). Merawat Manusia Usia Lanjut (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan Gerontik), Jakarta : Trans Info Media.

Inri F Moniung, Anita E Dundun, Herdy Munayang. (2015). Hubungan Lama Tinggal
dengan Tingkat Depresi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha “Agape”. Tondano.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangin Manado.

Junaidi,. Dr. Iskandar. (2012). Anomali jiwa: Cara Mudah Mengetahui Penyimpangan Jiwa
dan Perilaku Tidak Normal Lainya. Yogyakarta: CV.Andi OFFSET.

Nugroho, Wahyudi.( 2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku kedokteran EGC.

Notoadmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba


Medika.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi Ketiga.
Jakarta: Salemba Medika.

Neky Woorwinda I. (2014). Pengaruh Senam Argonomis Terhadap Penurunan Tingkat


Depresipada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang.
Fakultas Ilmu Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.

Masayo Tanaka Ms, Fumiko Komura Phd, Akiko Hanai Ms, Tadao Tsuboyama Md,
Hidenori Arai Md. (2016). Effects Japanese Drum Exercise On Depresi and Pysical Function
in Community- Dwelling Order Women. Internasional Jurnal Of Crinical Gerontology & Geriatrik.
(1-6).

Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba.

Mehmet, Oz., & Roizen, Michael F. (2010). Being Beautiful: Sehat dan Cantik Luar dan
Dalam ala Dr.Oz. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Yogyakarta : Nuha Medika.


64

Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Aauha Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Sugiono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Taat Sumedi, Wahyudi, Ani Kuswati. (2010). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan
Skala Imsonia Terhadap Lansia di Panti Werdha Dewanata Cilacap. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Jurnal of Nursing), Volume 5 No 1 Maret 2010. Poltekes Depkes
Purwokerto.

Trisnowiyanto Bambang. (2012). Instrumen Pemeriksaan fisioterapi dan penelitian kesehatan.


Jogjakarta, Nuha medika.

Word Health Organization. (2012). Depresion : A Global Crisis. [serial online]


http://www.wfmh.org/2012DOCS/WMHDay%202012%20SMALL%20FIL
E%FINAL.pdf 10 [diperoleh 7 November 2016).

Wahyu bramastyo. (2009). Depresi ? no way, Yogyakarta: Andi Offset.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa Ed- Revisi. Bandung: PT.Refika Aditama.

Zen Zainul. (2007). Kekuataan Metode Lafidzi, Jakarta : Qultum Media.


65

LEMBAR KUISONER

Judul Penelitian : “Pengaruh Olah Gerak dengan Metode Lafidzi Terhadap Tingkat

Depresi pada Depresi Lansia di Panti Werdha Bala Keselamatan Tresno Mukti Turen.”

Peneliti : (Tubagus Hafidh H) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Malang

Kode Responden :

Tanggal Pengisian :

Petunjuk Pengisian :

1. Beri tanda ( X ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda.

2. Semua pernyataan harus dijawab peserta.

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan langsung pada peneliti.

A. Profil Responden

Nama :

Panti/wisma :

Petunjuk Pengisian : Beri tanda ceklist ( X ) pada jawaban yang dianggap benar.

1. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki

( ) Perempuan

2. Usia : (….) ( .... )

( .... ) (….)

3. Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA

( ) Diploma ( ) Perguruan Tinggi


66

4. Berapa lama anda tinggal di panti ? ( .... ) ( .... )

( .... ) ( .... )

5. Apakah anda masih mempunyai keluarga atau saudara ? ( ) Ada

( ) Tidak Ada

6. Apakah tinggal di panti merupakan suatu keinginan sendiri atau keluarga ?

( ) Sendiri ( ) Keluarga

7. Apakah anda selalu merasakan kesepian setiap hari di panti ? ( ) Iya

( ) terkadang

( ) Tidak

8. Apakah ada kegiatan rutin sehari-hari dalam panti ? ( ) Ada

( ) Tidak Ada

9. Apakah ada kegitan lain selain kegiatan rutin dalam panti ? ( ) Ada

( ) Tidak Ada

10. Apakah anda lebih sering berada di kamar tidur ? ( ) Iya

( )Tidak
67

KUESIONER TINGKAT DEPRESI

Pilihlah salah satu penyataan yang anda anggap sesuai dengan diri anda saat ini, dengan
memberi tanda silang (x) pada huruf di depan penyataan yang anda pilih ?

1. [ ] Saya tidak merasa sedih


[ ] Saya merasa sedih
[ ] Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat menghilangkannya
[ ] Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi

4. [ ] Saya tidak merasa berkecil hati terhadap masa depan


[ ] Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan
[ ] Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
[ ] Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan dan segala sesuatunya
tidak dapat diperbaiki

5. [ ] Saya tidak merasa gagal


[ ] Saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan dari pada rata – rata orang
[ ] Kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang dapat saya lihat hanyalah
banyak kegagalan
[ ] Saya merasa sebagai seorang pribadi yang gagal total

6. [ ] Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti biasanya


[ ] Saya tidak dapat menikmati segala sesuatu seperti biasanya
[ ] Saya tidak lagi memperoleh kepuasan yang nyata dari segala sesuatu
[ ] Saya merasa tidak puas atau bosan terhadap apa saja

7. [ ] Saya tidak merasa bersalah


[ ] Saya cukup sering merasa bersalah
[ ] Saya sering merasa sangat bersalah
[ ] Saya merasa bersalah sepanjang waktu
68

8. [ ] Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum


[ ] Saya merasa bahwa saya mungkin dihukum
[ ] Saya mengharapkan agar dihukum
[ ] Saya merasa bahwa saya sedang dihukum

9. [ ] Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri


[ ] Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
[ ] Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri
[ ] Saya membenci diri saya sendiri

10. [ ] Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
[ ] Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan atau kekeliruan saya
[ ] Saya menyalahkan diri saya sendiri sepanjang waktu atas kesalahan – kesalahan
saya
[ ] Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi

11. [ ] Saya tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri


[ ] Saya mempunyai pikiran – pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan
pelaksanakannya
[ ] Saya ingin bunuh diri
[ ] Saya akan bunuh diri kalau ada kesempatan

12. [ ] Saya tidak menangis lebih dari biasanya


[ ] Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya
[ ] Sekarang saya menangis sepanjang waktu
[ ] Saya biasanya dapat menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis
meskipun saya ingin menangis.
69

13. [ ] Sekarang saya tidak merasa lebih jengkel daripada sebelumnya


[ ] Saya lebih mudah jengkel atau marah daripada biasanya
[ ] Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
[ ] Saya tidak dibuat jengkel oleh hal – hal yang biasanya menjengkelkan saya

14. [ ] Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain


[ ] Saya kurang berminat pada orang lain dibandingkan dengan biasanya
[ ] Saya tak kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain
[ ] Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain

15. [ ] Saya mengambil keputusan – keputusan sama baiknya dengan sebelumnya


[ ] Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya
[ ] Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil keputusan
daripada sebelumnya
[ ] Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apa pun

16. [ ] Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada sebelumnya
[ ] Saya merasa cemas jangan – jangan saya tua atau tidak menarik
[ ] Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan tetap pada penampilan saya
yang membuat saya kelihatan tidak menarik
[ ] Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek

17. [ ] Saya dapat bekerja dengan baik seperti sebelumnya


[ ] Saya membutuhkan usaha istimewa untuk mulai mengerjakan sesuatu
[ ] Saya harus memaksa diri saya untuk mengerjakan sesuatu
[ ] Saya sama sekali tidak dapat mengerjakan apa – apa

18. [ ] Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya


[ ] Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya
[ ] Saya bangun 2-3 jam lebih awal dari biasanya dan sukar tidur kembali
[ ] Saya bangun beberapa jam lebih awal daripada biasanya dan tidak dapat tidur
kembali
70

19. [ ] Saya tidak lebih lelah dari biasanya


[ ] Saya lebih mudah lelah dari biasanya
[ ] Saya hampir selalu merasa lelah dalam mengerjakan segala sesuatu
[ ] Saya merasa terlalu lelah untuk mengerjakan apa saja

20. [ ] Nafsu makan saya masih seperti biasanya


[ ] Nafsu makan saya tidak sebesar biasanya
[ ] Sekarang nafsu makan saya jauh lebih berkurang
[ ] Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali

21. [ ] Saya tidak banyak kehilangan berat badan akhir - akhir ini
[ ] Saya telah kehilangan berat badan 2,5 kg lebih
[ ] Saya telah kehilangan berat badan 5 kg lebih
[ ]Saya telah kehilangan berat badan 7,5 kg lebih. Saya sengaja berusaha
mengurangi berat badan dengan makan lebih sedikit :- ya – tidak

22. [ ] Saya tidak mencemaskan kesehatan saya melebihi biasanya


[ ] Saya cemas akan masalah kesehatan fisik saya, seperti sakit dan rasa nyeri; sakit
perut; ataupun sembelit
[ ] Saya sangat cemas akan masalah kesehatan fisik saya dan sulit memikirkan hal
– hal lainnya
[ ] Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat berpikir
mengenai hal – hal lainny
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini (responden) :

Nama (inisial) :
71

Usia :

Jenis Kelamin :

Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, maka dengan ini saya menyatakan

bersedia menjadi responden untuk berperan serta di dalam kelancaran penelitian dan

memberikan jawaban yang sebenarnya mengenai pertanyaan dari pernyataan yang

berhubungan dengan penelitian ini.

Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya sudah diberikan informasi dan

memutuskan dengan suka rela tanpa tekanan dari pihak manapun untuk kepentingan

dalam mengisi kuesioner ini.

Malang, Januari 2017

(…………………...)

Responden

Anda mungkin juga menyukai