Bab I Bab Ii
Bab I Bab Ii
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid adalah salah satu bagian dari sistem endokrin yang mempunyai
banyak efek pada proses metabolik di semua jaringan, terutama di jantung. Terdapat 2 tipe
gangguan tiroid yaitu hipotiroidisme dan hipertiroidisme yang dapat dibedakan melalui
manifestasi klinik yang timbul dan pemeriksaan laboratorium kadar T3,T4, dan TSH
fungsi diastolik, konsumsi oksigen miokard, curah jantung dan tekanan darah, tahanan
Penelitian yang dilakukan oleh Faizel Osman mengatakan bahwa hormon tiroid
memiliki hubungan secara langsung dan tidak langsung terhadap miokardium dan
irama jantung. Dua jenis aritmia yang paling sering ditimbulkan oleh keadaan hipertiroid
adalah atrial fibrilasi (10-15%) dan gangguan irama supraventrikular. Penelitian yang
dilakukan oleh Christian Selmer menyatakan bahwa atrial fibrilasi dapat pula disebabkan
oleh hipotiroid, namun memiliki resiko yang lebih rendah dibanding atrial fibrilasi akibat
hipertiroid. Atrial fibrilasi merupakan suatu kondisi gangguan irama jantung yang paling
sering ditemui di dalam praktik sehari-hari dan menyebabkan mortalitas yang dihubungkan
Akibat dari pengaruh biokimiawi hormon tiroid pada jantung terjadi terutama pada
hipertirodisme sehingga membuat suatu penyakit yang disebut penyakit jantung tiroid.
Insiden penyakit jantung tiroid cukup tinggi di masyarakat dan dapat mengenai segala usia.
Insiden diperkirakan 0,4 per 1000 wanita per tahun, lebih sering pada wanita dibandingkan
pria dengan perban-dingan 4:1, terutama pada usia 30-50 tahun; 15% terjadi pada usia diatas
60 tahun dan 70% disebabkan oleh penyakit Graves yang berakibat meningkatnya angka
kematian dan angka kesakitan kardiovaskuler, Diagnosis penyakit jantung tiroid dapat
ditegakkan dan dipastikan dengan pemeriksaan kadar hormon tiroid bebas, yaitu kadar FT4
TINJAUAN PUSTAKA
terdiri dari 2 lobus dan dihubungkan oleh istmus yang menutupi cincin trakea (annulus
trachealis) 2 dan 3. Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari a. thyroidea superior cabang
dari a. carotis communis atau a. carotis externa, a. thyroidea inferior cabang dari a.
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4), dimana kelenjar tiroid ini awalnya mendapatkan sinyal
dari Thyroid Stimulating Hormon (TSH) dari hipofisis, dimana hipofisis mendapatkan sinyal
kelenjar tiroid ini akan merespon sinyal dari TSH yang diterima dengan mengambil yodium
yang berasal dari makanan yang telah diserap oleh tubuh dan beredar di dalam darah.
T3 dan T4 yang disekresi dari kelenjar tiroid ini akan beredar didalam darah yang
terikat dengan protein Tiroksin Binding Globulin (TBG), dimana T3 ini lebih aktif daripada
hati dan ginjal. T3 dan T4 yang beredar di dalam darah tersebut akan memberikan efek
tulang
- meningkatkan metabolism dan konsumsi oksigen (O2) jaringan kecuali otak orang
norepinefrin)
protein transporter hormon tiroid yang ditemukan di membran plasma. T4 mempunyai dua
transporter, yaitu Lat2 dan Oatp14.2 Setelah berikatan dengan kedua transporternya, T4
menjadi TAM; transporter untuk T3 adalah MCT8. Dalam sitoplasma, baik T3 yang berasal
dari deiodinasi T4 maupun T3 yang ditransport oleh MCT8 berikatan dengan reseptor
hormon tiroid (TR) yang terdapat dalam nukleus dan menjalankan fungsi fisiologisnya.
Berbeda dengan T4 dan T3 yang mempunyai reseptor di nukleus, TAM bukan berikatan
dengan reseptor di dalam nukleus, melainkan berikatan dengan reseptor di membran plasma.
Reseptor untuk TAM adalah trace amine associated receptors (TAAR); TAAR merupakan
golongan G-protein-coupled receptors (GPCR). Mekanisme kerja hormon tiroid meliputi aksi
genomik dan non-genomik. Aksi genomik melibatkan transkripsi gen target, sedangkan aksi
non-genomik bukan melalui proses aktivasi transkripsi gen, melainkan melalui aktivasi
Gambar 4. Mekanisme kerja hormon tiroid secara genomik atau non genomik 9
TSH, disekresikan oleh sel tirotropik dari pituitari anterior memegang peranan
penting dalam kontrol aksis tiroid dan merupakan petanda fungsi kelenjar tiroid. TSH adalah
hormon yang terdiri dari 2 subunit yaitu β dan α. Sub unit α sering pada hormon glikoprotein
lain seperti luteinizing hormon, Folikel Stimulating Hormon, dan Human Chorionic
Aksis tiroid merupakan contoh lengkung umpan balik dalam endokrin. TRH dari
hipotalamus akan merangsang hipofisis memproduksi TSH, yang akan merangsang sintesis
dan sekresi hormon tiroid. Hormon tiroid akan menberikan umpan balik negatif untuk
menghambat produksi TRH dan TSH. TRH adalah merupakan regulator positif utama dari
sintesis dan sekresi TSH. Puncak sekresi TSH terjadi ± 15 menit setelah pemberian TRH
Penurunan kadar hormon tiroid akan meningkatkan produksi basal TSH dan meningkatkan
TSH melalui perangsangan TRH. Kadar hormon tiroid yang tinggi akan secara cepat dan
TSH dilepaskan secara pulsatif sesuai irama diurnal dengan kadar paling tinggi pada
malam hari. Waktu paruh TSH cukup lama yaitu 50 menit sehingga pengukuran tunggal
kadarnya cukup untuk melihat kadar dalam sirkulasi. TSH diukur menggunakan
immunoradiometric assay yang sangat sensitif dan spesifik yang dapat digunakan untuk
pada reseptor TSH spesifik. Gangguan pada reseptor TSH karena autoantibodi akan
- perubahan morfologi sel tiroid : merangsang pseudopod pada sel koloid sehingga
- metabolisme yodium
- Efek lain: meningkatkan transkripsi mRNA tiroglobilin dan TPO, meningkatkan aktivitas
2.1.2 Jantung
Jantung (cor) merupakan organ berotot, berskeleton dan berongga dengan berukuran
sekepalan tangan yang dibungkus oleh pericardium.). Jantung terdiri dari sepasang ruang
atrium (dextra et sinistra / kanan kiri) dan sepasang ruang ventrikel (dextra et sinistra / kanan
kiri) serta jantung tersusun atas 3 lapisan yaitu epikardium, miokardium, dan endokardium,
antara atrium dan ventrikel dihubungkan oleh ostium atrioventrikular yang dilengkapi oleh
katup (valvula) yaitu valvula tricuspidalis untuk bagian dextra (kanan) dan valvula mitralis
atau valvula bicuspidalis untuk bagian sinistra (kiri). Pada ventrikel dextra et sinistra di
dalamnya.
Vaskularisasi utama jantung berasal dari a.coronaria dextra dan a.coronaria sinistra,
dimana darah yang untuk mendarahi jantung berasal dari residu fase sistolik jantung yang
masuk ke dalam a.coronaria dextra et sinistra melalui sinus valsava yang membuka saat fase
diastolik jantung. Sistem konduktorium jantung ini utamanya ada pada Nodus sinus atrial
berperan sebagai pacemaker yang menghasilkan impuls secara transport aktif dengan
menggunakan ion Natrium, ion Kalium dan ion Kalsium melalui 3 kanal yaitu 1). Kanal cepat
Secara fisiologis jantung berfungsi sebagai pompa darah untuk mengedarkan oksigen
(O2) dan nutrisi untuk jaringan untuk proses metabolisme. Darah diedarkan oleh jantung
melalui dua sirkulasi utama yaitu sirkulasi jantung-paru dan sirkulasi jantung-paru-jantung-
2.2.1 Definisi 11
dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur, sering ditemukan pada
perempuan dari pada laki-laki. Hipertiroid merupakan bentuk tirotoksikosis yang paling
sering dijumpai, terjadi akibat kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodo-tironin (T3).
2.2.2 Etiologi 11
Penyakit Graves merupakan penyebab paling umum; sekitar 60% dari hipertiroid
disebabkan oleh penyakit Graves. Hipertiroid pada penyakit Graves biasanya disebabkan
karena adanya antibodi reseptor TSH yang merangsang aktivitas tiroid secara berlebihan.
Selain beberapa etiologi hipertiroid diatas, juga terdapat etiologi hipertiroid atau
tirotoksikosis yang jarang yaitu struma ovarii, thyroid karsinoma, mola hidatidosa dan
2.2.3 Patogenesis
kelenjar tiroid, dimana terjadi peningkatan produksi atau pengeluaran hormon tiroid.
Hipertiroid ini paling banyak disebabkan oleh penyakit Graves, meskipun hipertiroid dapat
disebabkan beberapa penyebab selain penyakit Graves.5,12,13 Akibat sekresi produksi atau
pengeluaran simpanan hormon tiroid yaitu Triiodotironin (T3) dan Tetraiodotironin (T4) oleh
sel-sel kelenjar tiroid maka sel-sel ini akan mengalami penambahan jumlah sel atau
hyperplasia, sehingga penderita hipertiroid ini sebagian besar kelenjar tiroidnya menjadi
goiter atau pembesaran kelenjar tiroid. Berikut ini mekanisme terjadinya hipertiroid
Penyakit Graves
Hipertiroid akibat penyakit ini disebabkan karena T limfosit (TS) yang mengenali
tiroid (TSH-Ab) atau thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) ini akan berinteraksi
dengan reseptor tiroid di membran epitel folikel tiroid sehingga merangsang sel-sel
folikel tiroid untuk memproduksi atau mensekresi simpanan hormon tiroid (T3 dan
T4), hal ini karena reseptor tiroid tersebut mengenali TSH-Ab sebagai TSH, yang
sebenarnya bukan merupakan TSH yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior. Penyakit
Graves ini selain mempengaruhi kelenjar tiroid juga mempengaruhi mata, karena sel
mengakibatkan inflamasi fibroblast orbital dan extraokular otot mata yang berakibat
bola mata menjadi terlalu menonjol keluar yang disebut exophtalmus. Selain itu
penyakit graves juga mengakibatkan goiter, sehingga pada penyakit graves dikenal
adanya “trias graves” yaitu hipertiroid, exophtalmus, dan goiter. Selain “trias graves”
penyakit graves ditandai dengan palpitasi, tremor halus, kelemahan otot proksimal,
Penyebab hipertiroid ini paling sering ditemukan pada usia lanjut sebagai komplikasi
goiter nodular kronis. Pada penyakit ini ditemukan goiter yang multinodular dan
berbeda dengan goiter difus pada penyakit graves. Goiter nodular toksik ini ditandai
oleh mata melotot, pelebaran fissure palpebra, kedipan mata berkurang akibat
Adenoma hipofisis
Adenoma hipofisis merupakan salah satu penyebab hipertiroid, karena adenoma jenis
ini paling banyak terjadi yang menimbulkan sekresi hormon prolaktin yang berlebih.
Sekresi prolaktin ini merangsang pengeluaran TRH dari hypothalamus karena TRH
prolaktin pada ambang jumlah yang sama untuk stimulasi pengeluaran TSH. Sehingga
terjadi pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan dan akibatnya terjadi hipertiroid
dimana disebabkan rangsangan yang berlebihan oleh TSH yang dikeluarkan lebih dari
kadar normalnya. Adenoma hipofisis prolaktin ini ditandai galaktorea dan amenorrhea
Iatrogenik
Iatogenik juga dapat menyebabkan hipertiroid atau tirotoksiktosis dan penyebab paling
banyak pada penggunaan obat antiaritnia yaitu amiodaron. Amiodaron merupakan obat
antiaritmia yang mengandung 37,3% yodium dan amiodaron ini karena mengandung
yodium sehingga menyerupai hormon tiroid, dan amiodaron dapat terikat pada reseptor
sel tiroid maka dapat memicu sekresi hormon tiroid pada kelenjar tiroid sehingga dapat
Adenoma toksik
hipertiroid. Lesi mulanya nodul fungsional yang kecil timbul dengan sendirinya,
pengurangan fungsi kontralateral lobus kelenjar tiroid. Adenoma toksik ini mempunyai
symptom berat badan turun, takikardi, intoleransi panas, TSH yang menurun,
peningkatan T3 dan T4 serta nodul pada adenoma ini bertipe panas atau hot, dan yang
paling menonjol yaitu hilangnya fungsi kontralateral lobus kelenjar tiroid terhadap
Goiter multinodular toksik biasanya terjadi pada usia lanjut dengan euthyroid
multinodular goiter yang menetap. Ditandai dengan takikardia, gagal jantung, atau
arritmia dan terkadang kehilangan berat badan, cemas, lemah, tremor, dan berkeringat.
Pemeriksaaan fisik didapatkan goiter multinodular yang kecil atau cukup besar dan
elevasi T3 serum dan sedikit elevasi T4 serum.Hipertiroid pada pasien dengan goiter
multinodular yang lama bisa dipicu dengan penggunaan obat-obatan yang mengandung
Tirotoksikosis Faktitia
menghasilkan kadar T4 berlebih atau simpanan hormon tiroid, biasanya untuk tujuan
tremor, tapi goiter dan tanda mata tidak ada. Karakteristik, TSH rendah, serum FT4
Tanda dan gejala penyakit hipertiroid yang paling mudah dikenali ialah adanya
hipertiroidisme) dan sering disertai oftalmopati, dan disertai dermopati meskipun jarang.11
Gejala klinis penyakit Graves meliputi dua kelompok utama, yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroid
hipermetabolisme dan aktivitas simpatis berlebihan, seperti cepat lelah, gemetar, tidak tahan
panas, berat badan turun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare, dan
kelemahan serta atrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit
yang tergantung dari etiologi hipertiroid, yang mempengaruhi dari fungsi kerja jantung,
tekanan darah, metabolisme tubuh, ekskresi melalui ginjal, sistem gastrointestinal serta otot
Manifestasi klinis yang terjadi akibat penyakit hipertiroid ini lebih banyak mempengaruhi
fungsi kerja jantung, dimana jantung dipacu untuk bekerja lebih cepat sehingga
mengakibatkan otot jantung berkontraksi lebih cepat karena efek ionotropik yang langsung
dari hormon tiroid yang keluar secara berlebihan sehingga meningkatkan rasio ekspesi rantai
panjang α : β, dengan otot jantung berkontraksi lebih cepat juga mengakibatkan cardiac
output yang dihasilkan menurun dan meningkatkan tekanan darah, iktus kordis terlihat jelas,
kardiomegali, bising sitolik serta denyut nadi. Pada hipertiroid dapat mennyebabkan kelainan
jantung seperti prolaps katup mitral yang sering terjadi pada penyakit Graves or Hashimoto,
atrial fibrilasi, dan 15 % penderita dengan atrial fibrilasi tidak terjelaskan. Atrial fibrilasi
menurunkan effisiensi respon jantung untuk meningkatkan kebutuhan sirkulasi dan dapat
Ginjal.
Hipertiroid tidak menimbulkan symptom yang dapat dijadikan acuan terhadap traktus urinaria
kecuali polyuria sedang. Meskipun aliran darah ginjal, filtrasi glomerulus, dan reabsorbsi
tubulus serta sekretori maxima meningkat. Total pertukaran potassium menurun karena
Metabolisme tubuh
perifer dan arteriovenous shunt maka darah yang terkumpul semakin bertambah sehingga
venous return ke jantung akan meningkat, disamping itu vasodilatasi perifer yang terjadi juga
Sistem gastrointestinal
Hipertiroid juga meningkatkan absorbsi karbohidrat tetapi hal ini tidak sebanding dengan
karbohidrat berkurang dan lebih banyak dipakai dan juga meningkatkan motilitas usus, yang
Pada pasien hipertiroid secara fisik mengalami penurunan berat badan dan tampak kurus
karena hal ini disebabkan peningkatan metabolisme jaringan dimana simpanan glukosa
beserta glukosa yang baru diabsorbsi digunakan untuk menghasilkan energi yang akibatnya
terjadi pengurangan massa otot. Hal ini juga terjadi pada jaringan adiposa/lemak yang juga
mengalami lipolisis dimana simpanan lemak juga akan dimetabolisme untuk menghasilkan
energi. Dan bila simpanan glukosa dan lemak ini berkurang maka tubuh akan memetabolisme
protein yang tersimpan di dalam otot sehingga massa otot akan semakin berkurang. Sehingga
pada otot akan terjadi kelemahan dan kelelahan yang tidak dapat dihubungkan dengan bukti
Hemopoetik
akan oksigen meningkat. Hal ini disebabkan karena peningkatan metabolisme tubuh pada
hipertiroid.
Sistem Respirasi
Dyspnea biasanya terjadi pada hipertiroid berat dan faktor pemberat juga ikut dalam kondisi
ini. Kapasitas vital biasanya tereduksi kareana kelemahan otot respirasi. Selama aktivitas,
ventilasi meningkat untuk memenuhi pemenuhan oksigen yang meningkat, tapi kapasitas
2.2.5 Diagnosa
Untuk diagnosis tepat dan terpercaya, Crooks (1959) membuat indeks diagnostik,
Pengaruh langsung hormon tiroid pada umumnya akibat pengaruh T3 yang berikatan
dengan reseptor pada inti sel yang mengatur ekspresi dari gen-gen yang responsive terhadap
hormon tiroid, dengan kata lain bahwa perubahan fungsi jantung dimediasi oleh regulasi T3
gen spesifik jantung. Terdapat dua jenis gen reseptor T3, yaitu alfa dan beta, dengan paling
sedikit dua mRNA untuk tiap gen, yaitu alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2. T3 juga
bekerja pada ekstranuklear melalui peningkatan sintesis protein. Berikut ini penjelasan
sintesis fast myosin heavy chain dan menghambat penampakan slow beta
isoform.Pada ventrikel jantung manusia, sebagain besar terdiri dari myosin heavy
retikulu sarkoplasma Ca2+ATPase, meskipun sebagian besar juga oleh beta isoform.
2. T3 mengatur ekspresi reseptor yang peka hormon tiroid (pada hewan percobaan)
kerja Ca2+ATPase regulatory protein. T3 juga mengatur Na-K ATPase jantung, enzim
fingsi dari reticulum sarkoplasma Ca-ATPase sehingga pada pasien hipertiroid akan
T3 mungkin mempengaruhi aliran natrium dan kalium pada sel otot polos sehingga
arteriole.15
hormon tiroid secara tidak langsung akan mempengaruhi sistem kardiovaskuler dengan
Pasien hipertiroid memiliki gejala klinik yang mirip dengan keadaan hiperadrenergik,
hipertiroid terjadi peningkatan kadar atau afinitas beta-reseptor, inotropik respon isoprotrenol
dan norepinefrin.13 Banyak penelitian menyimpulkan bahwa hormon tiroid berinteraksi
terhadap kerja katekolamin dan pada pasien yang hipotiroidterjadi penurunan sensitivitas
terhadap katekolamin.15 Hal ini terbukti dari kadar katekolamin pada pasien-pasien
hipertiroid justru menurun atau normal sedangkan pada pasien hipotiroid cenderung
meningkat. Hormon tiroid dapat meningkatkan jumlah reseptor beta adrenergik dan
sensitivitasnya. Hormon tiroid juga meningkatkan jumlah subunit stimulasi pada guanosin
jumlah dan aktifitasnya, terlihat dari respon yang melambat dari plasma cAMP terhadap
epinefrin. Respon cAMP terhadap glukagon dan hormon paratiroid juga menurun, dengan
demikian tampak penurunan aktivitas adrenergic pada pasien hipotiroid.Pada rat atria yang
berasal dari hipotiroid binatang terjadi peningkatan reseptor alfa dan penurunran reseptor
beta. Tetapi sebenarnya pada manusia, peningkatan respon simpatis akibat hormon tiroid
Pada model eksperimen pada hewan-hewan dengan hipertiroid dalam satu minggu pemberian
T4 terlihat pembesaran jantung pada ukuran ventrikel kiri lebih kurang 135% disbanding
membuktikan hal ini, Klein memberikan propanolol dengan T4 pada hewan percobaan,
dimana propanolol berperan mencegah peningkatan denyut jantung dan respon hipertrofi.Dari
hasil penelitian Klein dan Hong terlihat bahwa hewan percobaan tanpa peningkatan
yang dapt diukur pada sintesis protein kontraktil otot jantung. Jadi, yang menyebabkan
Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer. Beberapa peneliti
mengatakan bahwa hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme dan konsumsi oksigen
Kelainan jantung yang dapat ditimbulkan oleh hipertiroid. Dan berikut jenis-jenis dari
kelainan jantung :
Regurgitasi mitral ialah keadaan dimana aliran darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri
pada waktu sistolik jantung akibat tidak menutupnya katup mitral secara sempurna.
Regurgitasi mitral dibagi menjadi dua yaitu regurgitasi mitral akut dan kronik. Gambaran
ekokardiografi pada MR, dengan color flow Doppler menunjukkan adanya pembesaran
atrium kiri, dan ventrikel kiri biasanya hiperdinamik. Sedangkan dengan quided M-mode
dapat diukur besar ventrikel kiri, massa ventrikel kiri, tekanan dinding ventrikel, fraksi ejeksi
Regurgitasi tricuspid adalah aliran darah balik dari ventrikel kanan ke atrium kanan akibat
oleh penyakit jantung reumatik, bukan reumatik antara lain endocarditis, anomaly Ebstein,
Kelainan jantung ini merupakan kelainan jantung yang khusus karena langsung mengenai
otot jantung atau miokardium yang disebabkan bukan dari akibat penyakit pericardium,
hipertensi, koroner, kelainan kongenital, atau kelainan katup. Kardiomiopati dibagi menjadi
Dan kardiomiopati dilatasi merupakan kardiomiopati yang banyak ditemukan, dan etiologi
kardiomiopati ini belum diketahui pasti dan adapun kardiomiopati yang disebabkan karena
alcohol, kehamilan, penyakit tiroid, kokain, takikardia kronik tidak terkontrol, dikatakan
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan sesak nafas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal
jantung dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu 1). Gagal jantung sistolik dan gagal jantung
diastolik, gagal jantung jenis ini disebabkan oleh karena ketidakmampuan kontraksi jantung
untuk memompa sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik,
hipoperfusi dan aktivitas menurun (gagal jantung sistolik) dan gangguan relaksasi dan
gangguan pengisian ventrikel (gagal jantung diastolik). 2). Gagal jantung Low output
disebabkan oleh kardiomiopati dilatasi, kelainan katup dan pericardium dan gagal jantung
High output disebabkan hipertiroid, anemia, kehamilan, fistula A-V, beri-beri, dan penyakit
paget. 3). Gagal jantung akut disebabkan oleh kelainan katup secara tiba-tiba akibat
endocarditis, trauma, atau infark miokard luas, sedangkan gagal jantung kronik disebabkan
oleh kelainan multivalvular yang terjadi secara perlahan-lahan. 4). Gagal jantung kanan dan
kiri, bila gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel kiri dan meningkatkan tekanan vena
pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak nafas dan ortopneu. Sedangkan gagal jantung
kanan disebabkan oleh karena kelemahan ventrikel kanan sehingga terjadi kongesti vena
sistemik.
MVP dapat terjadi dalam kondisi primer tanpa ada kaitan dengan penyakit lain dan bisa
familial atau non familial. Tetapi MVP juga bisa disebabkan secara sekunder yang
Wildebrand, hipertiroid, dan malformasi kongenital. Simptoms yang didapatkan pada MVP
ketidaknyamanan dada, dan saat MR berat. Ketidaknyamanan dada mungkin karena angina
pectoris typical tapi kadang banyak atypical yang terjadi lama, tetapi tidak jelas hubungannya
dengan pengerahan tenaga. Pada penderita MVP dan MR berat dijumpai simptoms seperti
lelah, dyspnea, dan keterbatasan aktivitas. Dan MVP juga dapar menimbulkan gejala
arritmia.
f. Atrial Fibrilasi 11
Atrial fibrilasi yaitu aritmia yang dikarakteristikan dengan gangguan depolarisasi atrial tanpa
kontraksi atrial yang efektif. AF terjadi pada lebih dari 15% pasien hipertiroid, dibandingkan
hanya 4% pada populasi umum, terutama pada laki-laki dan orang tua. Efek hormon tiroid
pada jantung dan pembuluh darah perifer meliputi penurunan resistensi vaskular sistemik,
peningkatan laju jantung, dan peningkatan kontraktilitas ventrikel kiri. Jika hal ini dideteksi
oleh ginjal, maka sistem renin angiotensin aldosteron akan teraktivasi dan absorpsi natrium
Beberapa manifestasi klinik pasien AF dengan hipertiroid, yaitu: palpitasi, angina saat
latihan, dispneu, cepat lelah, sinkop, atau gejala tromboemboli. Manifestasi lanjut adalah
g. Sinus Takikardi 18
Takikardi pada dewasa ditetapkan 100 kali/menit. Sinus takikardi umumnya onsetnya
berangsur-angsur dan berakhir. Sinus takikardi yaitu reaksi fisiologis atau patofisiologi stress,
Etiologi hipertiroid yang sering terjadi kelainan jantung yaitu hipertiroid graves
sebanyak 10 pasien hipertiroid yang mengalami kelainan jantung dari 85 pasien hipertiroid
pasien dari 51 pasien hipertiroid non-graves, yang diambil dari jumlah total 136 data pasien
kelainan jantung, karena hipertiroid graves menghasilkan produksi T4, T3 yang tinggi
meskipun TSH normal ataupun turun. Produksi T4, T3 yang tinggi tersebut berasal dari
immunoglobulin (TSI) yang berinteraksi dengan reseptor TSH di membran epitel folikel
tiroid, yang mengakibatkan peningkatan aktivitas saraf simpatis tubuh salah satunya
peningkatan saraf simpatis di jantung, sehingga impuls listrik dari nodus SA jantung
katup jantung bekerja dengan cepat sehingga dapat terjadi putusnya chordae tendinae salah
satu chordae tendinae ataupun semuachordae tendinae akibatnya katup-katup jantung tidak
menutup dengan rapat dan terjadi regurgitasi maupun prolapse katup, dan kardiomiopati
dapat timbul dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun, serta menebalnya otot jantung
atau hipertrofi jantung akibat kontraksi jantung yang cepat dan meningkat, sehingga dapat
Pengaruh hormon tiroid pada fungsi fisiologis jantung sangat dipengaruhi oleh kadar
serum T3. Hal ini karena jantung tidak mempunyai aktivitas 5’-monodeiodinase, sehingga
ambilan T3 dari peredaran darah merupakan sumber hormon tiroid utama pada
secara genomik melalui ikatan dengan TR yang terletak dalam nukleus kardiomiosit. Aktivasi
kompleks TR-RXR-TRE oleh T3 meningkatkan proses transkripsi dan ekspresi gen-gen yang
kardiomiosit. Gen-gen pada kardiomiosit yang ekspresinya dipengaruhi oleh kompleks T3-
TR-RXR-TRE dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis. Jenis pertama adalah gen yang diatur
secara positif yaitu gen-gen yang mengalami peningkatan aktivitas transkripsi akibat T3. Gen
ini antara lain gen alfa-miosin rantai berat, Ca2+-ATPase retikulum sarkoplasma, Na+-K+-
ATPase, reseptor adrenergik beta-1, atrial natriuretic hormone (ANP), dan voltage-gated
potassium channels. Gen alfa-miosin rantai berat menyandi protein kontraktil rantai berat
alfamiosin yang merupakan serabut otot tipe cepat dalam filamen tebal pada kardiomiosit.
membran retikulum sarkoplasma, yang mengatur ambilan kalsium dari sitoplasma ke dalam
retikulum sarkoplasma selama fase diastolik jantung. Ambilan kalsium ini menurunkan kadar
kalsium dalam sitoplasma yang penting dalam memperlama fase diastolik. Kedua gen
tersebut berperan dalam pengaturan fungsi sistolik dan diastolik jantung. Gen Na+/K+-
ATPase dan voltage-gated potassium channels mengatur respons elektrik dan kimiawi
berperan dalam menghantarkan aktivitas elektrik kardiomiosit. Gen reseptor adrenergik beta-
1 menyandi protein reseptor beta-1 pada membran plasma kardiomiosit, yang berfungsi
sebagai penghantar respon jantung terhadap pacuan simpatis dan adrenergik. Ekspresi
reseptor beta-1 mengalami peningkatan akibat pengaruh T3.Jenis kedua adalah gen yang
diatur secara negatif, yaitu gen-gen yang mengalami penurunan aktivitas transkripsi akibat
T3. Gen ini antara lain gen beta-miosin rantai berat, fosfolamban, adenilil siklase tipe V dan
VI, thyroid hormone receptor-1, dan Na+/Ca2+ exchanger. Gen beta-miosin rantai berat
menyandi protein miosin rantai berat tipe beta pada filamen tebal yang merupakan ATPase
miosin tipe lambat. T3 menurunkan ekspresi gen beta- miosin rantai berat sekaligus
menaikkan ekspresi alfa-miosin rantai berat, menghasilkan efek hipertrofi dan peningkatan
sitoplasma meningkat dan mengganggu fase diastolik. Tabel 2 menunjukkan gen yang
2.4.1 Definisi 4
Penyakit jantung tiroid adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh pengaruh
hormon tiroid. Pengaruh biokimiawi hormon tiroid pada jantung terjadi terutama pada
2.4.2 Epidemiologi 4
Insiden penyakit jantung tiroid cukup tinggi di masyarakat dan dapat mengenai segala
usia. Insiden diperkirakan 0,4 per 1000 wanita per tahun, lebih sering pada wanita
dibandingkan pria dengan perban-dingan 4:1, terutama pada usia 30-50 tahun; 15% terjadi
pada usia diatas 60 tahun dan 70% disebabkan oleh penyakit Graves yang berakibat
2.4.3 Etiopatogenesis 4
mekanisme, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hormon tiroid meningkatkan
metabolisme tubuh total dan konsumsi oksigen yang secara tidak langsung meningkatkan
beban kerja jantung. Mekanisme secara pasti belum diketahui namun diketahui bahwa
hormon tiroid menyebabkan efek inotropik, kronotropik, dan dromotropik yang mirip dengan
Efek hormon tiroid terhadap sel nuklear terutama dijembatani melalui perubahan
penampilan gen yang responsif. Proses ini dimulai dengan difusi T4 dan T3 melintasi
membran plasma karena mudah larut dalam lemak. Di dalam sitoplasma, T4 dirubah menjadi
merupakan hubungan tidak langsung sebagai respons jaringan terhadap hormon tiroid.
Selanjut-nya, T3 sirkulasi dan T3 yang baru disintesis melalui membran nukleus untuk
Secara anatomis, hormon tiroid dapat mengakibatkan hipertrofi jantung sebagai akibat
frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup, penurunan resistensi perifer, dan adanya
hormon tiroid pada hemodinamik jantung dapat juga terjadi akibat meningkatnya
kontraktilitas otot jantung. Pada tirotoksikosis, sirkulasi yang meningkat mirip dengan
keadaan meningkatnya kegiatan adrenergik. Hal ini bukan disebabkan oleh meningkatnya
sekresi katekolamin, karena kadar katekolamin justru turun pada tirotoksikosis. Keadaan ini
disebabkan oleh meningkatnya kepekaan jaringan terhadap katekolamin. Pada sistem
memendeknya masa refrakter yang tak dapat dipengaruhi oleh katekolamin. Sinus takikardia
terjadi 40% pasien dengan hipertiroidisme dan 10 - 15% dapat terjadi fibrilasi atrial persisten.
yang nyata, kecuali adanya dilatasi dan hipertrofi ventrikel. Umumnya, gagal jantung pada
pasien hipertiroidisme terjadi pada dekade akhir kehidupan dengan insiden tinggi terjadinya
penyakit jantung koroner. Kemungkinan peran hormon tiroid dalam mengakibatkan gagal
jantung melalui peningkatan kebutuhan oksigen pada pasien yang sudah mengalami
kekurangan penyediaan oksigen akibat penyakit jantung koroner. Keadaan pasien yang berat
kontraktilitas otot jantung yang buruk, isi semenit yang rendah, dan gejala serta tanda gagal
jantung.
Pasien dengan penyakit jantung tiroid sering mengeluhkan gejala-gejala yang berkaitan
dengan perubahan kronotropik. Pasien sering mengalami palpitasi, irama jantung yang tidak
teratur, dan dispnea saat beraktivitas. Pada pasien lanjut usia yang memiliki dasar penyakit
arteri koroner, angina pektoris dapat terjadi bersamaan dengan onset hipertiroidisme. Selain
itu, pasien dengan hipertiroidisme dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif
Masalah irama jantung yang paling sering ditemukan pada hipertiroidisme ialah sinus
takikardia. Peningkatan denyut jantung >90 x/menit terjadi pada saat istirahat atau selama
tidur dan respon berlebihan jantung ditemukan selama berolahraga. Masalah berat ditemukan
pada pasien dengan hipertiroidisme dan atrial fibrillation (AF) rapid ventricular response
hipertiroidisme dan AF bisa dikonversi ke irama sinus dalam waktu 8 sampai 10 minggu
setelah dimulai peng-obatan. Bentuk lain dari aritmia jarang terjadi. Pasien yang mengalami
2.4.5 Diagnosis 4
pemeriksaan kadar hormon tiroid bebas,yaitu kadar FT4 yang tinggi dan TSHs yang sangat
rendah. Menurut Bayer MF,kombinasi hasil pemeriksaan laboratorium TSHs yang tak terukur
atau subnormal dan FT4 yang meningkat jelas menunjukkan hipertirodisme. Pemeriksaan
TSHs, kadar FT4, dan FT3. Indeks klinis Wayne sudah dikenal sejak lama dan sangat
asenden dan desenden, penonjolan segmen pulmonal,dan pada kasus yang berat dijumpai
pula pembesaran jantung. Pemeriksaan ekokardiografi dapat menunjukkan insufisiensi mitral
dan trikuspid.
kadang juga ditemukan gangguan hantaran. Pada kasus yang berat dapat dijumpai
pembesaran ventrikel kiri yang menghilang setelah pengobatan. Fibrilasi atrium (AF) adalah
aritmia yang paling sering ditemukan. Ciri-ciri AF pada gambaran EKG adalah:11
2. Tidak ada gelombang P yang jelas, digantikan oleh gelombang getar (fibrilasi)
2.4.6. Tatalaksana4
Tujuan pengobatan ialah secepatnya menurunkan keadaan hipermetabolik dan kadar hormon
tiroid yang berada dalam sirkulasi. Keadaan sirkulasi hiperdinamik dan aritma atrial akan
memberikan respon baik dengan pemberian obat penyekat beta. Dalam hal ini,propanolol
merupakan obat pilihan karena bekerja cepat dan mempunyai keampuhan yang sangat besar
dalam menurunkan frekuensi denyut jantung. Selain itu, penghambat beta dapat menghambat
Pada pasien dengan gagal jantung berat, penggunaan obat penyekat beta harus dengan
sangat hati-hati karena dapat memperburuk fungsi miokard, meskipun beberapa penulis mendapat
hasil baik pada pengobatan pasien gagal jantung akibat tirotoksikosis.Bahaya lain dari obat
penyekat beta ialah dapat menimbulkan spasme bronkial, terutama pada pasien dengan asma
bronkial. Dosis yang diberikan berkisar antara 40-160 mg per hari dibagi 3-4 kali pemberian.
Obat antitiroid yang banyak digunakan ialah PTU dan imidazol (metimazol, tiamazol,
dan karbimazol). Kedua obat ini termasuk dalam golongan tionamid yang kerjanya
menghambat sintesis hormon tiroid, tetapi tidak memengaruhi sekresi hormon tiroid yang
di perifer. Dosis awal PTU yang digunakan ialah 300-600 mg/hari dengan dosis maksimal
biasanya terjadi dalam 3 minggu dan eutiroidisme dapat tercapai dalam 6-8 minggu.
Pada pasien dengan hipertiroidisme dan AF, terapi awal harus difokuskan pada
kontrol irama jantung dengan menggunakan penyekat beta (propanolol, atenolol, bisoprolol),
tetapi konversi ke irama sinus sering terjadi secara spontan bersamaan dengan pengobatan
hipertiroidisme. Pemberian penyekat beta pada kasus hipertiroidisme terkait dengan gagal
jantung, harus diberikan sedini mungkin. Golongan obat penyekat beta dapat mengontrol
takikardia, palpitasi, tremor, kecemasan, dan mengurangi aliran darah ke kelenjar tiroid.
Tujuan terapi dengan penyekat beta ialah menurunkan denyut jantung ke tingkat mendekati
normal dan kemudian meningkatkan perbaikan komponen disfungsi ventrikel kiri (LV).
dengan AF karena berhubungan dengan remodeling dari ventrikel kiri dan terdapat
pertimbangan harus diberikan untuk antikoagulasi, terutama pada pasien yang berisiko tinggi
terhadap emboli.
Frekuensi rata-rata insiden tromboemboli pada pasien hipertiroidisme sekitar 19%. Beberapa
peneliti tidak merekomendasikan pemberian obat antikoagulan pada pasien usia muda dengan
durasi AF yang pendek (kurang dari 3 bulan) dan tanpa kelainan jantung oleh karena konversi
ke irama sinus akan terjadi setelah diterapi dengan obat antitiroid. Pasien dengan AF kronik
dan mempunyai kelainan jantung organik, berisiko tinggi terjadinya emboli sehingga
diberikan sampai 4 minggu setelah konversi. Risiko kejadian tromboemboli dan strok pada
pasien dengan AF tidaklah sama. Terdapat berbagai faktor klinis lain yang turut berkontribusi
terhadap risiko tersebut.23 Salah satu model yang paling populer dan sukses dalam
identifikasi pencegahan primer pasien dengan risiko tinggi strok ialah indeks risiko
CHA2DS2-VASc
memrediksi risiko strok pada pasien dengan AF. Antikoagulan diperlukan untuk skor
perdarahan.
Tabel 7. Indeks HAS-BLED
Pada pasien hipertiroidisme dengan gagal jantung, terapi diuretik digunakan untuk
mengatasi kelebihan cairan, tetapi pengobatan awal harus mencakup pem-berian penyekat
beta. Terapi rutin untuk gagal jantung, termasuk inhibitor ACE, harus digunakan pada pasien
yang sudah dideteksi adanya disfungsi LV atau pada pasien gagal jantung yang tidak
membaik ketika detak jantung menjadi normal. Terapi tambahan yang dapat diberikan untuk
Ko-enzim Q-10 (CoQ10) merupakan suatu nutrien yang berperan vital dalam bioenergetik
otot jantung yaitu sebagai kofaktor produksi adenosin trifosfat (ATP) mitokondrial. Efek bio-
energetik CoQ10 ini sangat penting dalam aplikasi klinik, terutama hubungannya dengan sel-
sel yang mempunyai kebutuhan metabolik sangat tinggi seperti miosit jantung. Nutrien ini
merupakan anti-oksidan poten yang memiliki implikasi penting dalam fungsi jantung
terutama pada kondisi cedera iskemia reperfusi pada miokard. Ko-enzim Q10 dapat
Trimetazidin telah diketahui sejak lama efektif pada penatalaksanaan angina melalui
setelah 4-6 minggu. Setelah tercapai eutiroidisme, pemantauan dilakukan setiap 3-6 bulan
sekali terhadap gejala dan tanda klinis, serta laboratorium (FT4 dan TSHs). Dosis obat
antitiroid dikurangi dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan
eutiroidisme selama 12-24 bulan. Pengobatan kemudian dihentikan dan dinilai apakah telah
terjadi remisi, yaitu bila setelah 1 tahun obat antitiroid dihentikan, pasien masih dalam
keadaan eutiroidisme, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroidisme atau terjadi relaps.