Topeng Monyet-Legislasi
Topeng Monyet-Legislasi
OLEH :
Kelas :C
PENDAHULUAN
Jaman sekarang ini penyiksaan terhadap hewan sudah semakin banyak dilakukan
oleh sekelompok orang. Namun sampai saat ini Banyak kasus penyiksaan terhadap
hewan yang tidak dilaporkan kepada aparat yang berwenang. Salah satu faktor yang
menyebabkan penganiayaan terhadap hewan semakin banyak dilakukan oleh
sekelompok orang adalah kurang pahamnya masyarakattentang kesejahteraan
hewan disertai dengan sanksi yang begitu ringan bagi pelaku penganiayaan
terhadap hewan itu sendiri. Serta kurangnya tindakan yang tegas dari aparat yang
berwenang.
Salah satunya adalah pertunjukan topeng monyet semakin hari semakin unik karena
ada saja atraksi aneh dan menarik yang diakukan oleh si monyet. Kita bisa melihat
sendiri betapa lihai atau lincahnya mereka dalam melakukan berbagai atraksi seperti
naik motor motoran, jungkir balik, bahkan memainkan engkrang yang panjangnya
bisa jauh lebih tinggi dari ukuran badan si monyet itu. Mungkin sekilas dalam benak
kita berpikir bahwa si monyet sangatlah atraktif dan hebat bisa melakukan apa saja
pasti karena sudah di latih oleh pawangnya, namun apakah kita pernah tahu
bagaimana cara si pawang melatih monyet tersebut?
Binatang memiliki hak asasi seperti halnya manusia. Maraknya eksploitasi dan
kekerasan pada binatang khususnya monyet (Topeng Monyet) sangatlah
memprihatinkan sehubungan dengan adanya video-video kekerasan pada pelatihan
topeng monyet.
Doger monyet atau topeng monyet merupakan salah satu tradisi negara Indonesia.
Bukan hanya di Indonesia, topeng monyet juga bisa kita temukan di negara India,
Thailand, Korea, Pakistan, dll. Kesenian ini melibatkan pawang dan monyet yang
dilatih untuk melakukan suatu kegiatan yang biasa dilakukan manusia pada
umumnya. Monyet-monyet yang bertingkah laku layaknya manusia memang terlihat
lucu dan menarik. Apalagi dengan diiringi oleh musik yang membuat pertunjukan
topeng monyet begitu ramai. Biasanya pertunjukan topeng monyet ini dilakukan
secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Topeng monyet pun saat ini
banyak ditemui di perempatan jalan kota.
Monyet disiksa dengan alasan agar mereka cepat bisa melakukan atraksi
sesuai dengan apa yang si pawang perintahkan. Tidak jarang mereka di pukul
ataupun disayat dengan kater atau silet.
Monyet monyet malang ini kadang tidak diberi makan selayaknya
Cara para pawang megikat monyet-monyet ini agar tidak kabur sangat
menyedihkan. Mereka diikat dengan rantai besi di bagian leher sambil
digantung. Pijakan monyet monyet ini hanya sebatas kayu kecil. Jadi bila
mereka banyak bergerak atau terjatuh dari kayu tersebut, mereka akan
tergantung dengan leher terikat oleh besi.
Cuaca pun tidak menjadi alasan untuk para pawang memberikan kandang
atau rumah yang layak bagi mereka. Kandang tempat monyet itu diikat tidak
beratap. Tidak jarang mereka memiliki kondisi fisik yang buruk. Hal tersebut
juga bukan merupakan alasan bagi si pawang untuk berhenti mempekerjakan
monyet-monyet itu di jalanan. Dengan alasan mencari uang, mereka tetap
mempekerjakan monyet monyet tersebut tak peduli kondisi fisik mereka
seperti apa.
Monyet adalah binatang hutan yang tidak boleh dimiliki perseorangan apalagi
diperjualbelikan. Salah satu alasan mengapa sangat banyak monyet yang ada di
jalanan adalah karena harga monyet bisa dikatakan murah dan terjangkau. Oleh
karena itu banyak sekali masyarakat yang membeli monyet dengan mudah lalu
mereka jual belikan kembali atau mereka jadikan sebagai “mesin uang” dengan cara
menjual atraksi mereka di jalanan. Disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan
karena akar dari permasalahan ini berasal dari tidak adanya hukum yang tegas
mengenai penangkapan binatang hutan khususnya binatang yang dilindungi.
Topeng monyet mungkin adalah salah satu sumber mata pencaharian yang dimiliki
oleh sebagian orang dalam menyambung hidup, namun masih banyak cara lain
untuk mencari sesuap nasi TANPA HARUS MENGORBANKAN BINATANG secara tidak
wajar apalagi melakukan penyiksaan khususnya monyet pada kegiatan topeng
monyet.
Pasal 67
Penyelenggaraan kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat
(1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama
masyarakat (Anonim2, 2009).
Analisa Pelanggaran Hukum
Namun telah mengalami perubahan pada UU No. 18 Tahun 2009 pasal 66-67
yakni : Di antara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal
66A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 66A
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan
ringan terhadap hewan:
a. Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui
batas, dengan sengaja menyakiti atau melukai hewan atau
merugikan kesehatannya;
b. Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui
batas yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dengan
sengaja tidak memberi makanan yang diperlukan untuk hidup
kepada hewan, yang seluruhnya atau sebagian menjadi
kepunyaannya dan ada di bawah pengawasannya, atau kepada
hewan yang wajib dipeliharanya.
(2) Perbuatan ini mengakibatkan sakit lebih dari seminggu, atau cacat atau
menderita luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan, atau pidana denda paling banyak tiga ratus
rupiah, karena penganiayaan hewan.
(3) Jika hewan itu milik yang bersalah, maka hewan itu dapat dirampas.
(4) Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana.
Menurut saya, tindakan tersebut sudah melanggar UU No. 18 Tahun 2009 Pasal
66-67 mengenai kesejahteraan hewan. Kurangnya efek jera yang diberlakukan oleh
perundang-undangan di Indonesia dan pengimplementasian tindak pidana dalam
lapangan yang tidak selalu diterapkan dapat menyebabkan semakin meningkatnya
tindakaan kekerasan terhadap hewan.
Ada lima azas kesejahteraan hewan yang perlu diperhatikan manusia selaku pemilik
atau pengelola hewan untuk memastikan hewan tersebut telah memenuhi syarat
untuk dapat dikatakan bahwa hewan itu telah sejahtera hidupnya, yaitu :
a.Bebas dari rasa lapar, haus dan malnutrisi (kekurangan nutrisi)
b.Bebas dari rasa sakit dan tidak nyaman.
c.Bebas dari rasa takut dan tertekan.
d.Bebas dari kesakitan, luka dan penyakit.
e.Bebas untuk mengekspresikan pola perilaku normal.
Akibat dari kekerasan pada hewan yang dilakukan oleh manusia adalah :
hewan itu bisa menderita,cacat seumur hidup dan bisa juga menyebabkan kematian
apabila kekerasan yang dilakukan sudah mencapai tingkat yang tidak bisa
ditoleransi. Pada dasarnya penganiayaan terhadap hewansekalipun ringan tetap
harus dibuktikan secara hokum, karena telah melanggar hukum positif. Jika praktik
penganiayaan terhadap hewan tidak segera dilakukan tindakan hukum sama sekali,
maka sama saja kita melegalkan penyiksaan hewan di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang cara-cara memperlakukan hewan
dengan baik maka perlu dilakukan upaya edukasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang cara-cara memperlakukan hewan dengan baik. Dan
pelaksanaan UU yang berlaku di Indonesia belum terlaksana sepenuhnya.
Saran:
https://www.change.org/p/topeng-monyet-usut-tindakan-kekerasan-pada-monyet-
yang-dilakukan-oleh-manusia
Lampiran