Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA

DIAGNOSIS KELUARGA DAN KOMUNITAS PADA PASIEN

TB PARU

DISUSUN OLEH

AYU INDAH LESTARI

(2010730016)

KEPANITERAAN KLINIK STASE IKAKOM II

PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2016

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, juga

shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti

kepaniteraan klinik IKAKOM TAHAP II, khususnya Kedokteran Keluarga dan diagnosis

komunitas, saat ini kita sebagai dokter dituntut agar bisa melakukan tindakan promotif dan

preventif selain dari rehabilitatif dan kuratif. Setelah belajar saat mahasiswa untuk memahami

dan menerapkan ilmu tersebut dalam praktik kedokteran nanti setelah menyelesaikan masa

pendidikan di bangku perkuliahan.

Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri

dan orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa setiap

faktor perilaku, faktor lingkungan, ketersediaan pelayanan kesehatan, dan faktor genetik

mempengaruhi status kesehatan.

Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis

sendiri dan orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa

setiap keluarga memmiliki masalah lingkungan mendasar yang perlu penanganan berbeda

beda, maka dari itu inilah fungsi diagnosis komunitas di masyarakat dan peran dokter

keluarga sangat penting

Tangerang Selatan, September 2016

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO, 1947) adalah suatu keadaan

sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit

atau kecacatan. Sedangkan menurut UU No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap

orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut H. Blum, status

kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku, faktor lingkungan, ketersediaan pelayanan

kesehatan yang bermutu, adil, merata dan terjangkau, serta faktor genetik.

Gambaran masyarakat Indonesia di tahun 2010 hidup dalam lingkungan dan

perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara

merata, serta memiliki derajak kesehatan yang setinggi-tingginya. Paradigma sehat

adalah cara pandang/pola pikir/model perkembangan kesehatan, yang melihat

masalah kesehatan saling terkait dengan sektor-sektor lain (bersifat sektoral), lebih

diarahkan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif

dan rehabilitatif.

Kondisi pelayanan kedokteran saat ini lebih banyak spesialisasi sehingga

pelayanan kesehatan terpenggal-penggal, ketidakmanusiawian hubungan dokter-

pasien, komersialisasi pelayanan kedokteran, dan pembiayaan kesehatan meningkat.

Kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu dan manusiawi (pelayanan dokter

keluarga) menjadi andalan karena pelayanan kedokteran saat ini berkembang pesat

3
menjadi semakin terkotak-kotak, komersialisasi pelayanan kedokteran, menurunnya

etos profesionalisme, dan pelanggaran norma dan etik kedokteran.

Menurut Wonca-WHO tahun 2003, dokter keluarga adalah dokter yang

memberikan pelayanan medis yang komprehensif, kontinu, mengutamakan

pencegahan, koordinatif, kolaboratif, dengan penekanan khusus pada unit individu

sebagai bagian integral dari keluarga dan masyarakatnya. Keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suammi istri dan anak,

atau ayah dan anak, atau ibu dan anaknya (UU No. 10 tahun 1992). Menurut (Leavitt,

1982), keluarga adalah sekelompok manusia yang terkait dengan emosi yang sama,

dan biasanya hidup bersama dalam rumah tangga. Tujuannya agar dapat

memberdayakan potensi yang dimiliki keluarga/anggota keluarga untuk

menyembuhkan dan menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga.

B. Tujuan Kunjungan kedokteran keluarga

a. Tujuan Umum :
 Diketahuinya status kesehatan, gambaran karakteristik

lingkungan dan kebiasaan sebuah keluarga dan mencari hubungan dengan

terjadinya penyakit dalam keluarga tersebut, serta mencari faktor resiko dan

penanganannya.

b. Tujuan Khusus : Diketahuinya gambaran besaran pengaruh lingkungan

sekitar, lingkungan rumah, dan perilaku keluarga, dengan hubungan terjadinya

TB paru.

c. Diketahuinya gambaran faktor faktor resiko apa saja yang bisa menyebabkan

TB paru.

4
d. Mendapatkan penilaian dari universitas sebagai tugas akhir stase IKAKOM II

dalam rangka menjalankan kepaniteraan stase IKAKOM II.

C. Manfaat Kunjungan kedokteran keluarga

a. Mengetahui status pasien yang dipilih sebagai subjek analisa, dan mengetahui

kondisi kesehatan terakhir pasien

b. Dapat melatih dan mempelajari lebih jauh tentang diagnosis komunitas dan

kedokteran kerluarga.

c. Dapat dijadikan sebagai rujukan subjektif untuk penelitian, diagnosis

komunitas lain, survey daerah, dan referensi keadaan lingkungan

D. Penyakit dalam Keluarga

Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan

keluarga, merupakan serangkaian kegiatan pelayanan medik dan kesehatan yang

terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta

keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembuhkan anggota

keluarga dan menyelesaikan maslah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam

pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga anggota keluarga untuk

menyembuhkan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dilakukan bila

memahami profil dan fungsi keluarga.

5
BAB II

STATUS PASIEN, DAN HASIL PENGAMATAN KUNJUNGAN

A. Identitas Pasien

Nama : An. Suliana Sadevi

Usia : 13 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jalan Anggur 8 RT 07 RW 01 Rempoa Ciputat Timur

Tangerang Selatan.

B. Riwayat Penyakit Pasien

Anamnesis (alloanamnesa)

a. Keluhan utama :

Batuk darah sejak 6 hari sebelum masuk Puskesmas

b. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke Puskesmas Ciputat Timur dengan keluhan batuk darah sejak 6 hari

sebelum masuk Puskesmas. Batuk dirasakan terus menerus dengan dahak berwarna

merah segar, darah yang dikeluarkan sebanyak kurang lebih ½ aqua gelas. Pasien juga

mengalami demam, demam naik turun kurang lebih sejak 1 minggu yang lalu, demam

tidak tinggi dan tidak disertai menggigil. Demam turun dengan obat penurun panas.

Nafsu makan pasien berkurang sejak 2 bulan yang lalu. Berat badan turun sebanyak 2

kg dalam waktu 5 hari. Badan terasa lemas dan terdapat mual namun tidak disertai

6
muntah. Buang air kecil warna dan jumlah biasa, riwayat nyeri saat buang air kecil

tidak ada. Buang air besar warna dan konsistensi biasa.

c. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah dirawat

di Puskesmas karena penyakit tifoid.

d. Riwayat penyakit keluarga :

Ayah kandung pasien pernah menderita TB paru, sudah menyelesaikan pengobatannya

sampai tuntas (selama 9 bulan) dan rutin kontrol. Ayah pasien sudah dinyatakan

sembuh dalam 1 bulan terakhir. Ayah pasien tinggal serumah dengan pasien.

e. Riwayat penyakit alergi :

Riwayat alergi obat, makanan, debu, cuaca disangkal.

f. Riwayat pengobatan :

Ibu pasien mengaku bahwa pasien hanya mengkonsumsi obat yang dibeli dari warung

untuk mengurangi keluhan batuknya, pasien tidak diajak untuk berobat ke dokter

dengan alasan pendidikan. Riwayat konsumsi OAT (-).

g. Riwayat psikososial :

Pasien tinggal di rumah bersama ayah dan ibunya. Pencahayaan dirumah kurang.

Pasien sering berkomunikasi langsung dengan ayahnya tanpa menggunakan masker.

7
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital  TD : 100/70 mmHg

Nadi : 96 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 37◦C

Status gizi  BB : 30 kg

TB : 145 cm

IMT : 14,27 kg/m2 ~ underweight

Status generalis  Kepala : Normocephal, rambut tipis hitam tidak mudah rontok

Mata : mata cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

Hidung

Telinga

Mulut

Leher Dalam batas normal

Pulmo

Cor

Abdomen

Ekstremitas : RCT <2 detik, turgor ekstremitas normal, edema (=/=)

8
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dahak :

Hasil Pemeriksaan : BTA I 2 +

BTA II 2+

BTA III 2 +

Diagnosa Kerja

Hemoptisis ec Tuberkulosis paru

Penatalaksanaan

1. Non-medikamentosa :

- Diet  Diet makanan biasa tinggi kalori tinggi protein

- Edukasi  Anggota keluarga harus ada yang berperan sebagai PMO

Menggunakan masker agar tidak menularkan pada orang lain

Usahakan sinar matahari dapat masuk kedalam rumah terutama

kamar pasien agar tidak lembab dengan memperbaiki ventilasi

udara.

2. Medikamentosa :

a. OAT Kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)

Tahap Intensif tiap hari selama 8 minggu : 2 tablet 4KDT

Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu 2 tablet 2KDT

b. Vit K tab 2 x1

c. Vit B complex 2 x 1

9
Profil Keluarga Pasien

Jumlah Anggota Keluarga 4 orang

Nama Ayah : Tn. Sarimin 39 tahun, kepala keluarga

Ibu : Ny. Puji 37 tahun

Anak :

1. Suliana 13 tahun

2. Dwi Putri 2 tahun, 1 bulan

Pekerjaan Ayah Tukang Kebun

Ibu IRT

Kewarganegaraan WNI

Sudah berkeluarga selama 15 Tahun

Tempat tinggal Rumah Pribadi (Jalan Sudah tinggal dirumah

Anggur 8 RT 07 RW tersebut semenjak 16 tahun

01 Rempoa Ciputat lalu.

Timur Tangerang

Selatan

Agama Islam

Pendidikan terakhir Ayah SMA

Ibu SMA

Pendapatan Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.000.000,-/bulan

10
Tabel Anggota keluarga yang tinggal serumah

Kedudukan Keterangan
dalam Tambahan
No Nama Jenis Umur Pendi- Pekerjaan
Keluarga
Kel dikan

1. Tn. Sarimin Kepala Keluarga L 39 th SMA Tukang -


kebun

2. Ny. Puji Istri P 37 th SMA Ibu -


Rumah
Tangga

3. Suliana Anak P 13 th SD Pelajar Pasien

4. Dwi Putri Anak P 2 th 1 - - -


bln

Genogram

Sumarta Dian Topik Darn


a

Salim Junaedi Sarimin Hasmi Anto Puji Nia

Suliana Dwi

11
Laki – Laki (Almarhum) Riwayat TB

Laki – Laki (Hidup) Penderita TB

Perempuan (Almarhum)

Perempuan (Hidup)

Aspek Perumahan

a. Luas tanah : 6,5 x 15 m.


b. Luas bangunan : 6,5 x 12 m, 2 ruang tidur, ruang tamu, dapur bergabung
dengan warung di depan rumah.
c. Lantai : keramik, sebagian plester semen.

d. Atap : genteng.

e. Ventilasi : kurang baik (jendela depan rumah jarang dibuka), rumah cenderung

berdebu karena sempit.

f. Pencahayaan : kurang (sinar matahari tidak masuk kedalam rumah).

g. Kelembaban : sangat lembab.

h. Kebisingan : tidak bising.

i. Pembuangan sampah : ada.

j. Sumber pengadaan air : Pompa air listrik dengan satu penampungan air.

k. Saluran air dialirkan ke got didepan rumah.

l. Kebersihan dan kerapihan : cukup.

12
BAB III

PEMBAHASAN

A. Diagnosis Holistik

- Aspek Personal.

- Keluhan (sign and symptom) : keluarga pasien datang membawa pasien dengan

keluhan batuk darah dengan dahak berwarna merah segar disertai demam, berat

badan turun dan nafsu makan pasien berkurang.

- Harapan : keluarga pasien membawa pasien ke Puskesmas Ciputat Timur agar pasien

bisa mendapat pengobatan dan sembuh.

- Kekhawatiran dan persepsi : Orang tua pasien khawatir anaknya tambah lama

tambah lemas dan batuk darahnya tidak berhenti sehingga bisa menjadi masalah lain

nantinya

- Aspek Klinis.

- Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang,

diagnosis kerja pasien adalah Hemoptisis ec Tuberkulosis paru

- Aspek Risiko Internal.

- Pada anak anak dengan berat badan yang kurang, maka ketahanan imunitasnya-pun

akan menjadi lebih rendah. Tubuhnya akan lebih mudah terkena infeksi, termasuk

infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis. Hal ini ditunjang dengan

lingkungan tempat tinggal yang buruk. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman

dapat tahan berhari – hari sampai berbulan – bulan namun kuman TB cepat mati

dengan sinar matahari langsung.

- Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB paru adalah kecenderungan

masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan mengenai TB (penyebab, gejala,

13
penularan, terapi) serta pencegahannya. Pada kasus ini, sang anak bisa saja tertular

oleh ayahnya.

- Aspek Risiko Eksternal dan Psikososial.

- Peluang peningkatan paparan terkait dengan faktor lingkungan, yaitu konsentrasi

kuman di udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak).  Pada kasus, rumah

pasien sangat lembab terutama kamar tidur pasien. Pencahayaan rumah pasien

juga kurang, sinar matahari tidak dapat masuk kedalam rumah dikarenakan

banyak pepohonan. Ventilasi rumah pasien kurang baik, jendela jarang dibuka.

- Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB paru antara lain, yaitu

kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara-negara yang

sedang berkembang.  ayah pasien bekerja sebagai tukang kebun dan pendapatan

per bulannya masih sangat kecil. Jangankan untuk mendapatkan sistem ventilasi

rumah yang baik, untuk makan dan memanage keluarga saja sudah cukup sulit dan

pas-pasan, sehingga sulit untuk memberikan makanan bergizi tinggi  pada

kasus, keadaan seperti ini dapat menyudutkan keluarga menengah kebawah

dengan keadaan buruk yang terpaksa dijalani karena tidak ada pilihan lain.

- Aspek fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik

didalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental) Aktivitas menjalankan fungsi

sosial memiliki nilai skala satu, yaitu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari tidak ada

kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri.

14
B. Fungsi Keluarga

a. Pengaruh keluarga pada kesehatan dan kesehatan pada keluarga.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat  bila masalah kesehatan setiap

keluarga dapat diatasi  masalah kesehatan masyarakat secara keseluruhan akan dapat

terselesaikan. Keluarga adalah pusat pengambilan keputusan kesehatan yang penting

 akan mempengaruhi keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat secara

keseluruhan. Bila salah satu anggota keluarga sakit, akan mempengaruhi

pelaksananaan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh keluarga tersebut.

Pada kasus, pasien sebagai anak dari sebuah keluarga, tentunya diharapkan oleh

keluarga nantinya akan memberikan sesuatu yang baik pada keluarga dan harapan

orang tua adalah anaknya suatu saat dapat memperbaiki keluarga dan menjadi sebuah

pembuka jalan untuk garis keluarga yang lebih baik. Hal ini tidak akan bisa terwujud

tanpa adanya kerja sama dari orang tua, dalam membesarkan anak paling tidak untuk

orang tua lulusan SMA sudah dapat mengerti banyak hal untuk mengajari anaknya

yang baik dan lebih mudah diedukasi oleh penanggung jawab kesehatan daerah

setempat. Dalam kasus ini sepertinya peran orang tua masih sedikit dalam memelihara

kesehatan anak, terbukti dari perilaku sang ayah yang masih saja merokok didalam

rumah.

Jadi, pada kasus ini dilakukan tindakan pencegahan/preventif dengan mengedukasi

agar anggota keluarga pasien yang memiliki gejala batuk >3 minggu untuk turut

berobat. Menjaga kebersihan rumah, ventilasi udara, dan pencahayaan harus masuk

kedalam rumah. Sebagai dokter keluarga yang menangani pasien tersebut, dokter

selain mengobati dan mengatasi penyakit, juga memberi penjelasan bagaimana

seharusnya penyakit ini bisa dihindari dengan PHBS, seperti membudayakan cuci

tangan, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah,

15
membersihkan rumah setiap saat, Selain itu, evaluasi nutrisi juga penting, pada kasus

ini pasien mengalami gizi kurang, hal ini dimungkinkan karena belum tercukupinya

nutrisi yang baik.

- Hakekat psikologik.

Di keluarga pasien saling memiliki keterikatan dan keterkaitan antar anggota

keluarga dalam keakraban yang amat erat. Tn. Sarimin sebagai kepala keluarga,

mendidik anggota keluarganya untuk dapat bertanggungjawab atas masalah yang

dihadapi, memberikan kebebasan untuk setiap hak masing-masing anggota keluarga,

menerapkan ketaatan dalam beribadah, tekun dan ulet dalam bekerja, saling

menghargai pendapat masing-masing anggota keluarga, serta saling menyayangi satu

sama lain.

Saat pasien sakit, anggota keluarga pasien saling memberikan rasa kepedulian dan

kenyamanan terhadap pasien dengan cara menemani pasien saat berobat/kontrol ke

Puskesmas Ciputat Timur, mengurus pasien dan tetap mencari nafkah sebagai biaya

kehidupan sehari – hari.

- Hakekat sosiologik.

1. Proses dinamika dalam keluarga.

Hubungan antar anggota keluarga yang erat dan saling bertanggungjawab 

sehingga tercipta timbal balik dalam menjalankan fungsi keluarga.

2. Kualitas hidup dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

Keluarga pasien terbilang adalah keluarga kecil  untuk memenuhi kebutuhan

pokok/primer, seperti papan, sandang dan pangan lebih mudah dibanding keluarga

dengan jumlah besar.

16
3. Pendidikan dan lingkungan.

Latar pendidikan orang tua pasien adalah SMA, dimana kedua orang tua pasien

sebenarnya sudah tau dan mengerti bagaimana memelihara kesehatan yang baik,

namun terkadang ekonomi menjadi masalah untuk melaksanakan hal tersebut. Di

lingkungan tempat tinggal pasien, keluarga pasien tidak aktif ikut kegiatan kerja

bakti yang diadakan oleh ketua RT. Halaman tempat tinggal agak kotor.

- Hakekat ekologik.
Kepadatan hunian ditentukan dengan jumlah kamar tidur dibagi jumlah

penghuni (sleeping density), yaitu baik (bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7),

cukup (bila kepadatan antara 0,5-0,7), dan kurang (bila kepadatan kurang dari 0,5)

(Winslow dan American Public Health Association/APHA). Peluang peningkatan

paparan terkait dengan kedekatan kontak dengan sumber penularan (Kemenkes,

2014).

Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi beberapa

persyaratan antara lain memenuhi kebutuhan fisiologis, seperti pencahayaan yang

cukup (baik cahaya alam maupun buatan), perhawaan (ventilasi) yang cukup untuk

proses pergantian udara dalam ruangan, tidak terganggu oleh suara-suara yang

berasal dari dalam maupun dari luar rumah, cukup tempat bermain bagi anak-anak

dan untuk belajar, tiap anggota keluarga terjamin ketenangan dan kebebasannya

(privacy), memenuhi ruang tempat berkumpul keluarga, lingkungan yang sesuai,

jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis

kelaminnya, mempunyai WC dan kamar mandi, mempunyai halaman yang dapat

ditanami pohon, dan hewan atau ternak peliharaan kandangnya terpisah dari rumah.

Kesimpulannya pada kasus, rumah pasien tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan

ini dan dapat menjadi salah satu faktor resiko penyebab timbulnya penyakit.

17
C. Rencana Pelaksanaan

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil diharapkan Keterangan

Aspek Menjelaskan Pasien Pada saat Pemahaman pasien Bersedia


personal kepada pasien dan kunjungan tentang penyakit
tentang penyakit keluarga ke yang dideritanya
TBC membutuhkan puskesmas dan pasien mau
pengobatan yang terus berobat
berkelanjutan dan
memerlukan
ketekunan berobat

Aspek Memberikan obat Pasien Pada saat Pasien mampu Bersedia


klinik dan kunjungan meminum obat
- OAT Kategori 1 keluarga ke OAT secara teratur
(2HRZE/ puskesmas dan kontrol rutin.
4H3R3)
- Vit K tab 2 x1
- Vit B complex 2
x1

Menjelaskan
fungsi obat dan
cara konsumsinya

Aspek - Menganjurkan Pasien Pada saat Pasien mampu Bersedia


risiko pasien merubah dan kunjungan mencegah
internal pola hidup keluarga ke rumah penularan
seperti menutup pasien pemyakit kepada
mulut dengan orang lain
tangan saat batuk
- Memakai masker Pasien dapat
- Mengkonsumsi memiliki daya
makanan bergizi tahan tubuh yang
tinggi baik agar proses
- Menganjurkan penyembuhan
untuk latihan menjadi lebih baik.
jasmani

Aspek - Menganjurkan Pasien Saat Keluarga memberi Bersedia


psikososial keluarga dan kunjungan perhatian lebih
keluarga memberi keluarga ke rumah kepada pasien
dukungan kepada pasien

18
pasien agar
selalu menjaga
kesehatannya
dan selalu
mengingatkan
pasien untuk
kontrol berobat.

Aspek Menyarankan Pasien Saat Kondisi tubuh Bersedia


fungsional pasien untuk latihan dan kunjungan pasien lebih sehat
jasmani yang keluarga ke rumah dan kuat
bersifat aerobik pasien
seperti : jalan kaki

19
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada keluarga ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa secara diagnostik pasien

terkena hemoptisis et causa Tuberkulosis Paru, hal ini didasarkan dari anamnesa dan

pemeriksaan fisik serta laboratorium. Dalam kunjungan, faktor resiko yang bisa

menyebabkan hal ini bisa dari kurangnya pengetahuan mengenai penyakit tersebut. TB

paru bisa juga disebabkan karena faktor lingkungan, rumah, dan faktor dari anggota

keluarga lain, dalam kasus ini sang kepala keluarga masih berperilaku kurang sehat

seperti merokok didalam rumah, batuk tanpa menutup mulut. Anggota keluarga lain

(dalam kasus ini adalah si pasien) juga bisa mengalami hal yang serupa karena TB adalah

penyakit menular. Dari segi keluarga, keluarga Tn. Sarimin ini tidak mempunyai masalah

apapun, semua berjalan sepeti semestinya dimana kepala keluarga bertindak sebagai

pemimpin dan pencari nafkah sementara anggota keluarga lain menjalankan tugas seperti

semestinya.

B. Saran

Pasien dengan penyakit TB paru harus lebih diperhatikan dalam evaluasi pengobatan,

terutama keteraturan meminum obat. Keluarga pasien sebagai orang terdekat pasien

dapat membantu proses penyembuhan pasien sampai sembuh dengan mengawasi saat

pasien minum obat, mengingatkan jadwal kontrol pasien, dan memberikan dorongan

terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai. Selain itu, faktor lingkungan,

ventilasi, pencahayaan dan kebiasaan merokok perlu diperbaiki agar mencegah

20
penularan dan bertambah buruknya penyakit. Ibu dan adik pasien disarankan juga untuk

melakukan medical check up karena memiliki risiko tertular yang sangat tinggi.

21
LAMPIRAN KEGIATAN

Foto-foto kegiatan

22

Anda mungkin juga menyukai