Keluarga
Keluarga
TB PARU
DISUSUN OLEH
(2010730016)
2016
1
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, juga
shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti
kepaniteraan klinik IKAKOM TAHAP II, khususnya Kedokteran Keluarga dan diagnosis
komunitas, saat ini kita sebagai dokter dituntut agar bisa melakukan tindakan promotif dan
preventif selain dari rehabilitatif dan kuratif. Setelah belajar saat mahasiswa untuk memahami
dan menerapkan ilmu tersebut dalam praktik kedokteran nanti setelah menyelesaikan masa
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri
dan orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa setiap
faktor perilaku, faktor lingkungan, ketersediaan pelayanan kesehatan, dan faktor genetik
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis
sendiri dan orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa
setiap keluarga memmiliki masalah lingkungan mendasar yang perlu penanganan berbeda
beda, maka dari itu inilah fungsi diagnosis komunitas di masyarakat dan peran dokter
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO, 1947) adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan. Sedangkan menurut UU No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut H. Blum, status
kesehatan yang bermutu, adil, merata dan terjangkau, serta faktor genetik.
perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
masalah kesehatan saling terkait dengan sektor-sektor lain (bersifat sektoral), lebih
diarahkan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
keluarga) menjadi andalan karena pelayanan kedokteran saat ini berkembang pesat
3
menjadi semakin terkotak-kotak, komersialisasi pelayanan kedokteran, menurunnya
sebagai bagian integral dari keluarga dan masyarakatnya. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suammi istri dan anak,
atau ayah dan anak, atau ibu dan anaknya (UU No. 10 tahun 1992). Menurut (Leavitt,
1982), keluarga adalah sekelompok manusia yang terkait dengan emosi yang sama,
dan biasanya hidup bersama dalam rumah tangga. Tujuannya agar dapat
terjadinya penyakit dalam keluarga tersebut, serta mencari faktor resiko dan
penanganannya.
TB paru.
c. Diketahuinya gambaran faktor faktor resiko apa saja yang bisa menyebabkan
TB paru.
4
d. Mendapatkan penilaian dari universitas sebagai tugas akhir stase IKAKOM II
a. Mengetahui status pasien yang dipilih sebagai subjek analisa, dan mengetahui
b. Dapat melatih dan mempelajari lebih jauh tentang diagnosis komunitas dan
kedokteran kerluarga.
keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembuhkan anggota
keluarga dan menyelesaikan maslah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam
pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga anggota keluarga untuk
5
BAB II
A. Identitas Pasien
Usia : 13 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tangerang Selatan.
Anamnesis (alloanamnesa)
a. Keluhan utama :
Pasien datang ke Puskesmas Ciputat Timur dengan keluhan batuk darah sejak 6 hari
sebelum masuk Puskesmas. Batuk dirasakan terus menerus dengan dahak berwarna
merah segar, darah yang dikeluarkan sebanyak kurang lebih ½ aqua gelas. Pasien juga
mengalami demam, demam naik turun kurang lebih sejak 1 minggu yang lalu, demam
tidak tinggi dan tidak disertai menggigil. Demam turun dengan obat penurun panas.
Nafsu makan pasien berkurang sejak 2 bulan yang lalu. Berat badan turun sebanyak 2
kg dalam waktu 5 hari. Badan terasa lemas dan terdapat mual namun tidak disertai
6
muntah. Buang air kecil warna dan jumlah biasa, riwayat nyeri saat buang air kecil
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah dirawat
sampai tuntas (selama 9 bulan) dan rutin kontrol. Ayah pasien sudah dinyatakan
sembuh dalam 1 bulan terakhir. Ayah pasien tinggal serumah dengan pasien.
f. Riwayat pengobatan :
Ibu pasien mengaku bahwa pasien hanya mengkonsumsi obat yang dibeli dari warung
untuk mengurangi keluhan batuknya, pasien tidak diajak untuk berobat ke dokter
g. Riwayat psikososial :
Pasien tinggal di rumah bersama ayah dan ibunya. Pencahayaan dirumah kurang.
7
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 96 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 37◦C
Status gizi BB : 30 kg
TB : 145 cm
Status generalis Kepala : Normocephal, rambut tipis hitam tidak mudah rontok
Hidung
Telinga
Mulut
Pulmo
Cor
Abdomen
8
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dahak :
BTA II 2+
BTA III 2 +
Diagnosa Kerja
Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa :
udara.
2. Medikamentosa :
b. Vit K tab 2 x1
c. Vit B complex 2 x 1
9
Profil Keluarga Pasien
Anak :
1. Suliana 13 tahun
Ibu IRT
Kewarganegaraan WNI
Timur Tangerang
Selatan
Agama Islam
Ibu SMA
10
Tabel Anggota keluarga yang tinggal serumah
Kedudukan Keterangan
dalam Tambahan
No Nama Jenis Umur Pendi- Pekerjaan
Keluarga
Kel dikan
Genogram
Suliana Dwi
11
Laki – Laki (Almarhum) Riwayat TB
Perempuan (Almarhum)
Perempuan (Hidup)
Aspek Perumahan
d. Atap : genteng.
e. Ventilasi : kurang baik (jendela depan rumah jarang dibuka), rumah cenderung
j. Sumber pengadaan air : Pompa air listrik dengan satu penampungan air.
12
BAB III
PEMBAHASAN
A. Diagnosis Holistik
- Aspek Personal.
- Keluhan (sign and symptom) : keluarga pasien datang membawa pasien dengan
keluhan batuk darah dengan dahak berwarna merah segar disertai demam, berat
- Harapan : keluarga pasien membawa pasien ke Puskesmas Ciputat Timur agar pasien
- Kekhawatiran dan persepsi : Orang tua pasien khawatir anaknya tambah lama
tambah lemas dan batuk darahnya tidak berhenti sehingga bisa menjadi masalah lain
nantinya
- Aspek Klinis.
- Pada anak anak dengan berat badan yang kurang, maka ketahanan imunitasnya-pun
akan menjadi lebih rendah. Tubuhnya akan lebih mudah terkena infeksi, termasuk
infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis. Hal ini ditunjang dengan
lingkungan tempat tinggal yang buruk. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman
dapat tahan berhari – hari sampai berbulan – bulan namun kuman TB cepat mati
13
penularan, terapi) serta pencegahannya. Pada kasus ini, sang anak bisa saja tertular
oleh ayahnya.
kuman di udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Pada kasus, rumah
pasien sangat lembab terutama kamar tidur pasien. Pencahayaan rumah pasien
juga kurang, sinar matahari tidak dapat masuk kedalam rumah dikarenakan
banyak pepohonan. Ventilasi rumah pasien kurang baik, jendela jarang dibuka.
sedang berkembang. ayah pasien bekerja sebagai tukang kebun dan pendapatan
per bulannya masih sangat kecil. Jangankan untuk mendapatkan sistem ventilasi
rumah yang baik, untuk makan dan memanage keluarga saja sudah cukup sulit dan
dengan keadaan buruk yang terpaksa dijalani karena tidak ada pilihan lain.
didalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental) Aktivitas menjalankan fungsi
sosial memiliki nilai skala satu, yaitu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari tidak ada
14
B. Fungsi Keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat bila masalah kesehatan setiap
keluarga dapat diatasi masalah kesehatan masyarakat secara keseluruhan akan dapat
Pada kasus, pasien sebagai anak dari sebuah keluarga, tentunya diharapkan oleh
keluarga nantinya akan memberikan sesuatu yang baik pada keluarga dan harapan
orang tua adalah anaknya suatu saat dapat memperbaiki keluarga dan menjadi sebuah
pembuka jalan untuk garis keluarga yang lebih baik. Hal ini tidak akan bisa terwujud
tanpa adanya kerja sama dari orang tua, dalam membesarkan anak paling tidak untuk
orang tua lulusan SMA sudah dapat mengerti banyak hal untuk mengajari anaknya
yang baik dan lebih mudah diedukasi oleh penanggung jawab kesehatan daerah
setempat. Dalam kasus ini sepertinya peran orang tua masih sedikit dalam memelihara
kesehatan anak, terbukti dari perilaku sang ayah yang masih saja merokok didalam
rumah.
agar anggota keluarga pasien yang memiliki gejala batuk >3 minggu untuk turut
berobat. Menjaga kebersihan rumah, ventilasi udara, dan pencahayaan harus masuk
kedalam rumah. Sebagai dokter keluarga yang menangani pasien tersebut, dokter
seharusnya penyakit ini bisa dihindari dengan PHBS, seperti membudayakan cuci
tangan, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah,
15
membersihkan rumah setiap saat, Selain itu, evaluasi nutrisi juga penting, pada kasus
ini pasien mengalami gizi kurang, hal ini dimungkinkan karena belum tercukupinya
- Hakekat psikologik.
keluarga dalam keakraban yang amat erat. Tn. Sarimin sebagai kepala keluarga,
menerapkan ketaatan dalam beribadah, tekun dan ulet dalam bekerja, saling
sama lain.
Saat pasien sakit, anggota keluarga pasien saling memberikan rasa kepedulian dan
Puskesmas Ciputat Timur, mengurus pasien dan tetap mencari nafkah sebagai biaya
- Hakekat sosiologik.
pokok/primer, seperti papan, sandang dan pangan lebih mudah dibanding keluarga
16
3. Pendidikan dan lingkungan.
Latar pendidikan orang tua pasien adalah SMA, dimana kedua orang tua pasien
sebenarnya sudah tau dan mengerti bagaimana memelihara kesehatan yang baik,
lingkungan tempat tinggal pasien, keluarga pasien tidak aktif ikut kegiatan kerja
bakti yang diadakan oleh ketua RT. Halaman tempat tinggal agak kotor.
- Hakekat ekologik.
Kepadatan hunian ditentukan dengan jumlah kamar tidur dibagi jumlah
penghuni (sleeping density), yaitu baik (bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7),
cukup (bila kepadatan antara 0,5-0,7), dan kurang (bila kepadatan kurang dari 0,5)
2014).
Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi beberapa
cukup (baik cahaya alam maupun buatan), perhawaan (ventilasi) yang cukup untuk
proses pergantian udara dalam ruangan, tidak terganggu oleh suara-suara yang
berasal dari dalam maupun dari luar rumah, cukup tempat bermain bagi anak-anak
dan untuk belajar, tiap anggota keluarga terjamin ketenangan dan kebebasannya
jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis
ditanami pohon, dan hewan atau ternak peliharaan kandangnya terpisah dari rumah.
ini dan dapat menjadi salah satu faktor resiko penyebab timbulnya penyakit.
17
C. Rencana Pelaksanaan
Menjelaskan
fungsi obat dan
cara konsumsinya
18
pasien agar
selalu menjaga
kesehatannya
dan selalu
mengingatkan
pasien untuk
kontrol berobat.
19
BAB IV
A. Kesimpulan
Pada keluarga ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa secara diagnostik pasien
terkena hemoptisis et causa Tuberkulosis Paru, hal ini didasarkan dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik serta laboratorium. Dalam kunjungan, faktor resiko yang bisa
menyebabkan hal ini bisa dari kurangnya pengetahuan mengenai penyakit tersebut. TB
paru bisa juga disebabkan karena faktor lingkungan, rumah, dan faktor dari anggota
keluarga lain, dalam kasus ini sang kepala keluarga masih berperilaku kurang sehat
seperti merokok didalam rumah, batuk tanpa menutup mulut. Anggota keluarga lain
(dalam kasus ini adalah si pasien) juga bisa mengalami hal yang serupa karena TB adalah
penyakit menular. Dari segi keluarga, keluarga Tn. Sarimin ini tidak mempunyai masalah
apapun, semua berjalan sepeti semestinya dimana kepala keluarga bertindak sebagai
pemimpin dan pencari nafkah sementara anggota keluarga lain menjalankan tugas seperti
semestinya.
B. Saran
Pasien dengan penyakit TB paru harus lebih diperhatikan dalam evaluasi pengobatan,
terutama keteraturan meminum obat. Keluarga pasien sebagai orang terdekat pasien
dapat membantu proses penyembuhan pasien sampai sembuh dengan mengawasi saat
pasien minum obat, mengingatkan jadwal kontrol pasien, dan memberikan dorongan
terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai. Selain itu, faktor lingkungan,
20
penularan dan bertambah buruknya penyakit. Ibu dan adik pasien disarankan juga untuk
melakukan medical check up karena memiliki risiko tertular yang sangat tinggi.
21
LAMPIRAN KEGIATAN
Foto-foto kegiatan
22