Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN DIAGNOSA


CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE ) DI RUANG
DAHLIA GARING BRSU TABANAN

OLEH :

DWI CANDRA KUSMA DEWI

11031110015

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


PROGRAM PENDIDIKAN SI KEPERAWATAN
STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN DIAGNOSA
CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE ) DI RUANG
DAHLIA GARING BRSU TABANAN

I. KONSEP DASAR TEORI

A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner
& Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

B. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ginjal kronis (CKD) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia


publik. Di Amerika Serikat (AS), prevalensi stadium akhir penyakit ginjal meningkat.
Jumlah pasien yang terdaftar dalam penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) Medicare
didanai program telah meningkat dari sekitar 10.000 penerima manfaat pada tahun
1973 menjadi 86.354 pada tahun 1983, dan 547.982 pada tanggal 31 Desember, 2008

Pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal (ESRD) mengkonsumsi bagian


yang tidak proporsional sumber daya perawatan kesehatan. Total biaya program
ESRD di Amerika Serikat adalah sekitar $ 39460000000 pada tahun 2008. Biaya
Medicare per orang per tahun hampir $ 66.000 secara keseluruhan, mulai dari $
26.668 untuk pasien transplantasi untuk $ 77.506 bagi mereka yang menerima terapi
hemodialisis.

C. ETIOLOGI

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis.


2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis.
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif.
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal.
5. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis.
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale.
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis.

D. KLASIFIKASI

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

1. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum


normal dan penderita asimptomatik.
2. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat
3. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat


penurunan LFG :

1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan


LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2).

2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-
89 mL/menit/1,73 m2.
3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2..
4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2.
5. Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )


72 x creatini serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.

E. PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya


diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2001 : 1448).
F. GEJALA KLINIS

Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a.Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan kardiovaskuler.

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.

b. Gannguan Pulmoner.

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal.

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein


dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.

d. Gangguan musculoskeletal.

Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

f. Gangguan endokrim

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

h. System hematologi

Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga


rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu


pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :

1. Pemeriksaan lab.darah.
a. Hematologic (Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit).
b. RFT ( renal fungsi test ).
c. ureum dan kreatinin : LFT (liver fungsi test ), Elektrolit.
d. Klorida, kalium, kalsium (koagulasi studi).

2. Urine

a. Urine rutin.
b. Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu.

3. Pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG.
b. ECO.

4. Radidiagnostik

a. USG abdominal.
b. CT scan abdominal.
c. Renogram .
d. RPG ( retio pielografi ).

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :

a) Konservatif

1. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin.


2. Observasi balance cairan.
3. Observasi adanya odema.
4. Batasi cairan yang masuk.

b) Dialysis

1. Peritoneal dialysis.

Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis


yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (
Continues Ambulatori Peritonial Dialysis ).

2. Hemodialisis.

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan


menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :

a. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri.


b. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi
ke jantung ).
c) Operasi
1. Pengambilan batu.
2. Transplantasi ginjal.

I. KOMPLIKASI

1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan


masukan diit berlebih.
2. Perkarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia /
gelisah atau somnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak,tangan, disritmia jantung. Nadi lemah halus,hipotensi ortostatik
menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan perdarahan.

3) Integritas ego
Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.

4) Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare,
atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, cokelat,berawan,
oliguria, dapat menjadi anuria.

5) Makanan/ cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak
sedap di mulut (pernapasan amonia), penggunaan diuretic.
Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,, perubahan turgor kulit /
kelembaban, edema (umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan
gusi / lidah, penurunan oto, penurunan lemak subkutan, penampilan
tak bertenaga.

6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “ kaki
gelisah”,
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh
dan tipis.

7) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat
malam hari).
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.

8) Pernapasan
Gejala : Napas pendek ; dispnea nocturnal paroksimal ; batuk dengan / tanpa
sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernapasan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda – encer
(edema paru).

9) Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual
terjdai peningkatan pada pasie yang mengalami suhu tubuh lebih
rendah dari normal., petechie.

10) Seksualitas
Gejala : Penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
11) Interaksi social
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankn fungsi peran biasanya dalam keluarga.

12) Penyuluhan / Pembelajaran


Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat
terpajan oleh toksin, contoh, obat, racun lingkungan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
pembatasan diet.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, tidak mampu melakukan
aktivitas.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan berhubungan
dengan kurang informasi.
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor resiko internal :
kondisi ketidakseimbangan nutrisi.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, penurunan daya tahan
tubuh primer

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
1. Perubahan Setelah dilakukan 1. Observasi status 1. Menyediakan
nutrisi: kurang asuhan keperawatan nutrisi. data dasar untuk
dari kebutuhan selama 1 x 24jam memantau
berhubungan diharapkan pola perubahan dan
dengan nutrisi terkontrol mengevaluasi
anoreksia, dengan kriteria intervensi.
2. Menyediakan
pembatasan diet. hasil : 2. Monitor factor
informasi
1. Mual muntah yang berperan
mengenai faktro
berkurang dalam merubah
lain yang dapat
atau hilang masukan nutrisi.
2. Sakit kepala dirubah atau
hilang dihilangkan
3. Diet
untuk
terkontrol
meningkatkan
masukan oral.
3. Protein lengkap
3. Tingkatkan diberikan untuk
masukan protein mencapai
yang keseimbangan
mengandung nitrogen yang
nilai biologis diperlukan untuk
tinggi telur, pertumbuhan
produk susu, dan
daging. penyembuhan.

4. Timbang berat 4. Untuk memantau


badan harian. status cairan dan
nutrisi.
5. Anjurkan
5. Mengurangi
camilan tinggi
makanan dan
kalori, rendah
protein yang
protein, rendah
dibatasi dan
natrium diantara
menyediakan
waktu makan.
kalori untuk
energy, membagi
protein untuk
pertumbuhan
dan
penyembuhan
jaringan.

6. Jelaskan
6. Meningkatkan
rasional
pemahaman
pembatasan diet
pasien tentang
dan
hubungan antara
hubungannya
diet, urea,kadar
dengan penyakit
kreatinin dengan
ginjal dan
penyakit renal.
peningkatan
urea dan kadar
kreatinin.

7. Kolaborasi
pemberian obat. 7. Membantu
penyembuhan
pasien.
2. Kelebihan Setelah diberikan 1. Observasi status 1. Memantau
volume cairan asuhan keperawatan cairan perubahan dan
berhubungan selama 1x24 jam mengevaluasi
dengan diharapkan intervensi.
2. Pembatasan
penurunan keseimbangan 2. Batasi masukan
cairan akan
haluaran urin, volume cairan cairan
menentuka berat
diet berlebih dan tercapai setelah
tubuh ideal,
retensi cairan dilakukan HD 4-5
haluaran
serta natrium. jam dengan Kriteria
urin,dan respon
Hasil:
terhadap terapi
a. BB post HD
3. Kenyamanan
sesuai dry 3. Beritahu pasien
pasien
weight dalam
meningkatkan
b. Edema hilang
menghadapi
c. Retensi 16-28 kepatuhan
ketidaknyamana
x/m terhadap
n akibat
Kadar natrium darah pembatasan diet.
pembatasan
132-145 mEq/l
cairan.
4. Hygiene oral
4. Tingkatkan dan mengurangi
dorong hygiene kekeringan
oral dengan membrane
sering mukosa mulut.

5. Pemahaman
meningkatkan
5. Jelaskan pada
kerjasama pasien
pasien dan
dan keluarga
keluarga
rasional dalam
pembatasan pembatasan
cairan

3. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Indentifikasi faktor 1. Menyediakan


aktivitas tindakan yang menimbulkan informasi tentang
berhubungan keperawatan & HD, keletihan: anemia, indikasi tingkat
dengan selama 1x24 jam ketidakseimbangan keletihan.
kelemahan, tidak diharapkan klien cairan & elektrolit,
mampu mampu Retensi produk
melakukan berpartisipasi dalam sampah depresi.
2. Meningkatkan
aktivitas aktivitas yang dapat
aktifitas
ditoleransi, dengan 2. Tingkatkan
ringan/sedang &
Kriteria Hasil: kemandirian dalam
memperbaiki harga
a. berpartisipasi aktifitas perawatan
diri.
dalam aktivitas diri yang dapat
perawatan ditoleransi, bantu jika
3. Mendorong latihan
mandiri yang keletihan terjadi.
& aktifitas yang
dipilih
dapat ditoleransi &
b. berpartisipasi
3. Anjurkan aktivitas
istirahat yang
dalam ↑
alternatif sambil
adekuat.
aktivitas dan
istirahat.
latihan 4. Istirahat yang
c. istirahat &
adekuat dianjurkan
aktivitas
4. Anjurkan untuk setelah dialisis,
seimbang/berga
istirahat setelah karena adanya
ntian
dialisis. perubahan
keseimbangan
cairan & elektrolit
yang cepat pada
proses dialisis
sangat melelahkan.

4. Kurang Setelah diberikan 1. Observasi 1. Merupakan instruksi


pengetahuan asuhan keperawatan pemahaman dasar untuk
tentang kondisi, selama 1x24 jam mengenai penyebab penjelasan dan
dan program diharapkan gagal ginjal, penyuluhan lebih
penanganan pengetahuan konsekuensi dan lanjut.
berhungan bertambah dengan penanganannya.
dengan kurang kriteria hasil: Dapat 2. Pasien dapa melihat
2. Bantu pasien untuk
informasi memahami penyakit bahwa
mengidentifikasi
yang dialami. kehidupannya tidak
cara-cara untuk
harus berubah akibat
memahami berbagai
penyakit.
perubahan akibat
penyakit dan
penanganan yang
mempengaruhi
hidupnya.
3. Pasien dapat belajar
3. Jelaskan fungsi tentang gagal ginjal
renal dan dan penaganan
konsekuensi gagal setelah mereka siap
ginjal sesuai dengan untuk memahami
tingkat pemahaman dan menerima
dan kesiapan pasien diagnosis dan
untuk belajar. konsekuensinya.
4. Pasien memiliki
4. Sediakan informasi
informasi digunakan
baik tertulis maupun
di rumah.
secara oral dengan
tepat.
5 Resiko kerusakan Setelah diberikan 1. Inspeksi kulit 1. Menandakan area
integritas kulit asuhan keperawatan terhadap sirkulasi buruk atau
berhubungan selama 1 x 24 jam perubahan kerusakan yang dapat
dengan faktor diharapkan, warna, turgor, menimbulkan
resiko internal : Integritas kulit dapat vaskuler, pembentukan
kondisi terjaga dengan perhatikan dekubitus / infeksi.
ketidakseimbang kriteria hasil : kadanya
an nutrisi - Mempertahankan kemerahan.
kulit utuh. 2. Pantau masukan 2. Mendeteksi adanya
- Menunjukan
cairan dan dehidrasi atau hidrasi
perilaku / teknik hidrasi kulit dan berlebihan yang
untuk mencegah membran mempengaruhi
kerusakan kulit. mukosa. sirkulasi dan
integritas jaringan.
3. Inspeksi area
3. Jaringan edema lebih
tergantung
cenderung rusak /
terhadap edema.
robek.
4. Ubah posisi
4. Menurunkan tekanan
sesering
pada udem , jaringan
mungkin.
dengan perfusi buruk
untuk menurunkan
iskemia.
5. Berikan 5. Mengurangi
perawatan kulit. pengeringan ,
robekan kulit.
6. Pertahankan
6. Menurunkan iritasi
linen kering.
dermal dan risiko
kerusakan kulit.
7. Anjurkan pasien 7. Menghilangkan
menggunakan ketidaknyamanan dan
kompres lembab menurunkan risiko
dan dingin cedera.
untuk
memberikan
tekanan pada
area pruritis. 8. Mencegah iritasi
8. Anjurkan
dermal langsung dan
memakai
meningkatkan
pakaian katun
evaporasi lembab
longgar.
pada kulit.

6 Resiko infeksi Setelah diberikan 1. Ajarkan tehnik 1. Proteksi diri dari


berhubungan asuhan keperawatan mencuci tangan infeksi
dengan tindakan selama 1 x 24 jam 2. Ajarkan tanda-tanda 2. Mencegah infeksi
invasive, diharapkan tidak infeksi sekunder
penurunan daya terjadi infeksi 3. Laporkan dokter 3. Mencegah INOS
tahan tubuh sekunder dengan segera bila ada tanda
primer kriteria hasil: infeksi
-- Bebas dari tanda- 4. Cuci tangan sebelum 4. Membantu proteksi
tanda infeksi dan sesudah infeksi
-Pasien mengatakan merawat pasien
tahu tentang tanda- 5. Anjurkan istirahat 5. Meningkatkan daya
tanda dan gejala cukup tahan tubuh
infeksi 6. Pastikan penanganan
aseptic daerah IV 6. Mencegah tjdnya
infeksi
7. Berikan PEN-KES 7. Meningkatkan
tentang risiko infeksi pengetahuan pasien

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta
dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

5. EVALUASI
1. Masukan nutrisi yang adekuat teratasi.
2. Berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan teratasi.
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi teratasi.
4. Pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan meningkat.
5. Integritas kulit dapat terjaga.
6. Tidak terjadi infeksi sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)


Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai