Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN BIOETANOL UNTUK ANTISEPTIK DARI BONGGOL PISANG

TUGAS MIKROBIOLOGI

OLEH

1. MOCHAMMAD EMBI OKTORIANDY


2. ANGGIT NUR ROMADHONI
3. HESTI MEKARSARI
4. TRIPINDI HANDAYANI
5. RATNA AYU REDNASARI

PROGRAM STUDI ILMU KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


PEMBUATAN ALKOHOL UNTUK ANTISEPTIK DARI BONGGOL PISANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil pisang terbesar di Asia. Tingkat
konsumsi pisang semakin meningkat setiap tahunnya yang mengakibatkan tingginya limbah
batang pisang yang dihasilkan. Limbah ini, belum termanfaatkan dengan baik sehingga limbah
ini menumpuk tanpa tahu cara pemanfaatan nya. Batang pisang mengandung 76% pati, 20% air
dan sisanya protein dan vitamin. Potensi kandungan pati dari batang pisang yang besar dapat
dimanfaatkan sebagai alkohol melalui tahap hidrolisis dan fermentasi.

Antiseptik merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau


menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan
kulit dan membran mukosa. Sangat banyak digunakan di dunia medis sebagai pencegah atau
menangani infeksi pada luka luar. Tidak seperti antibiotik yang khusus untuk melawan
organisme tertentu, antiseptik ditujukan untuk menghambat dan membunuh semua jenis
mikroorganisme yang mungkin ada pada luka. Biasanya sangat berfungsi untuk menghancurkan
bakteri, jamur, virus, protozoa, dan bahkan prion.

Pembuatan antiseptik dari bahan kimia biasanya terbuat dari etil dan isopropyl yang
kadarnya muali dari 60 – 70%. Larutan pendukung lainnya adalah khorheksidin Glukonat(CHG)
dan larutan iodium yang memiliki konsentrasi sebanyak 3% dan ditambahkan larutan lainnya
sampai 100%.

Pembuatan antiseptik dari hasil fermentasi bonggol pisang bertujuan untuk mengurangi
konsumsi air yang berlebihan di Balai Kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan
sebagainya. Selain itu juga, penggunaan bonggol pisang untuk pembuatan antiseptik lebih
ekonomis dibandingkan dengan menggunakan bahan dasar kimia, dikarenakan bahan dasar yang
digunakan mudah diperoleh di alam sehingga persediaan nya melimpah.
Di dalam bonggol pisang terkandung getah yang menyimpan banyak maanfaat, yang
salah satunya digunakan di dalam dunia medis. Getah pisang mengandung “saponin,
antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit.
Selain itu, terdapat pula kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel
kulit. Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk pada
bagian tubuh kita yang sedang mengalami luka. Getah gedebong pisang bersifat mendinginkan.
Zat tanin pada getah batang pisang bersifat antiseptik, sedangkan zat saponin berkhasiat
mengencerkan dahak.

Alkohol merupakan cairan yang dihasilkan melalui proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat pati menggunakan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang banyak
digunakan untuk mengkonversi glukosa menjadi alkohol adalah Saccharomyces cerevisiae.
Alkohol yang dihasilkan nantinya dapat digunakan sebagai obat-obatan, anti-septik, bahan bakar,
alat pemanas dan pelarut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh bakteri Saccharomyces cerevisiae terhadap proses fermentasi?
2. Bagaimana pengaruh waktu dan suhu terhadap proses distilasi?
3. Bagaimana pola pertumbuhan bakteri Saccharomyces cerevisiae selama proses
fermentasi?
4. Bagaimana pentingnya penggunaan antiseptik dalam kehidupan sehari hari?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh bakteri Saccharomyces cerevisiae dalam proses fermentasi.
2. Pengaruh waktu dan suhu dalam proses distilasi.
3. Bentuk aktivitas dan pola pertumbuhan bakteri Saccharomyces cerevisiae selama
proses fermentasi.
4. Peran dan pentingnya penggunaan antiseptik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman golongan terna monokotil tahunan
berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah
daun yang tersusun secara rapat teratur. Tanaman pisang dapat ditanam dan ditumbuh dengan
baik pada berbagai macam topogfrafi tanah datar atau pun tanah miring (Stover, 1972).

Fermentasi adalah proses perombakan makromolekul (misalnya karbohidrat atau protein)


tanpa memerlukan oksigen, atau dapat disebut sebagai respirasi anaerob. Beberapa
mikroorganisme mampu melakukan proses fermentasi, misalnya Saccharomyces cerevisae,
Lactobacillus sp., Rhyzopus sp. Proses fermentasi ini merupakan bioteknologi sederhana dan
sudah dikenal sejak zaman dahulu. Contohnya pembuatan roti, yoghurt, tape, tempe, brem, wine,
dan etanol (Purwoko. dkk. 2007).

Saccharomyses ceserevisiaetelah lama digunakan dalam industri alkohol dan minuman


beralkohol sebab memiliki kemampuan dalam memfermentasikan glukosa menjadi etanol. Hal
yang paling menarik adalah proses fermentasi etanol pada khamir tersebut berlangsung pada
kondisi anaerob (Anonim, 2010).
Respirasi anaerob disebut pula fermentasi atau respirasi intramolekuler. Proses ini terjadi
pada Saccharomyses ceserevisiaebertujuan samadengan respirasi aerob yaitu mendapatkan
energi. Hanya saja energi yang dihasilkan dalam respirasi anaerob jauh lebih sedikit daripada
respirasi aerob. Perhatikan reaksi yang ada di bawah ini :
Respirasi aerob :C6H12O66CO2 +6H2O + 675 kalori + 38 ATP
Respirasi anaerob :C6H12O62C2H5OH + 2CO2 + 21 kalori + 38 ATP
(Latunra, 2007 : 42).
Etanol atau etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa
organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak
berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol
adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada
gugus hidroksil. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan dari
fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen media yang
dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan fermentasi mikroorganisme dan kondisi
selama fermentasi (Hanum dkk, 2013).

Alkohol banyak digunakan sebagai antiseptik/desinfektan untuk disinfeksi permukaan


dan kulit yang bersih, tetapi tidak untuk luka. Alkohol sebagai disinfektan mempunyai aktivitas
bakterisidal, bekerja terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur.
Akan tetapi karena merupakan pelarut organik maka alkohol dapat melarutkan lapisan lemak dan
sebum pada kulit, dimana lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi
mikroorganisme (Jones, 2000).

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa


faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi mempengaruhi adsorpsi atau
penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat
fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika
konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi kedalam sel dan
menganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis pembuatan
makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA). Lama
paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya dengan
mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi
(menggumpalkan) cairan disekitar bakteri atau meracuni bakteri (Marriot, 1999).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan yang digunakan adalah limbah bonggol pisang yang diperoleh dari limbah
bonggol pisang. Bahan yang digunakan adalah Saccaromyces cereviseae, enzim alfa-amilase dan
enzim gluko-amilase. Alat yang digunakan berupa seperangkat alat hidrolisis, seperangkat alat
fermentasi dan seperangkat alat distilasi.

A. PROSES HIDROLISIS

Proses Hidrolisis 200 gr bonggol pisang dimasukkan dalam labu leher tiga, ditambah
aquadest sampai 2000 ml dan enzim alfa-amilase sebanyak 20 ml (proses likuifikasi) dengan
suhu 90°C- 95°C selama 2 jam dan larutan didinginkan. Kemudian masuk proses sakarifikasi
menggunakan enzim gluko-amilase sebanyak 20 ml dan dipanaskan pada suhu 60°C – 66°C
selama 3 jam, lalu filtrat diambil dan dilanjutkan dengan proses fermentasi.

B. PROSES FERMENTASI

Proses Fermentasi Sebanyak 350 ml filtrat dari proses hidrolisis dimasukkan ke dalam
botol fermentor dan ditambahkan starter Saccaromyces Cereviseae dengan variabel 9% (v/v) dan
dikocok. Tutup botol fermentasi hingga rapat dan gas dialirkan dengan botol lain yang berisi air.
Fermentasi dijalankan sesuai variabel waktu, yaitu 2 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari, dan 8 hari dengan
suhu fermentasi 30°C kemudian saring dan ambil filtrat terbaik untuk proses distilasi.

C. PROSES DISTILASI

Proses Distilasi Filtrat hasil fermentasi didistilasi pada suhu 78°C untuk mendapatkan
kadar etanol yang lebih tinggi dan kemudian dianalisa kadar etanolnya.
BAB IV

Daftar Pustaka

Hanum, Farida dkk., 2013. “Pengaruh Massa Ragi Dan Waktu Fermentasi Terhadap Bioetanol
Dari Biji Durian”, Universitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Teknik Kimia USU Vol. 2 No.4

Jones,R. D., 2000, “Moisturizing Alcohol Hand Gels for Surgical Hand Preparation”, AORN
Journal, Vol.71, p. 584-599.

Latunra, 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Marriott, N. G. 1999. Principles of Food Sanitation 4th ed. Gaithersburg, AN Aspen


Publication, Maryland.

Purwoko, Tjahjadi., 2007, Fisologi Mikroba, Bumi Aksara, Jakarta.

Stover, R.H., 1972, Banana, Plantain and Abaca Diseases, Commonwealth Mycological
Institute, Kew, Surrey, England. 316 pp.

Anda mungkin juga menyukai