Anda di halaman 1dari 39

Nelson Mandela

Biografi Nelson Mandela

Nama : Nelson Mandela


Nama Lengkap : Nelson Rolihlahla Mandela
Agama : Kristen
Tempat Lahir : Mvezo, Afrika Selatan
Tanggal Lahir : 18 Juli 1918
Istri :
1. Evelyn Mase ( Oktober 1944 – Maret 1958 )
2. Winnie Madikizela ( Juni 1958 – April 1992 )
Anak :
1. Madiba "Thembi" Thembekile
2. Makaziwe ( Keduanya merupakan anak dari hasil
pernikahannya dengan Evelyn )
Ayah : Gadla Henry Mphakanyiswa
Ibu : Nosekeni Fanny
Aktivitas revolusi

Studi hukum dan ANC Youth League: 1943–1949

Saat belajar hukum di University of Witwatersrand, Mandela adalah satu-satunya orang


pribumi Afrika di fakultas tersebut, dan meski menghadapi rasisme ia berteman dengan
sejumlah mahasiswa Eropa, Yahudi, dan India liberal dan komunis, termasuk Joe Slovo,
Harry Schwarz, dan Ruth First.[49] Setelah bergabung dengan ANC, Mandela semakin
dipengaruhi Sisulu dan menghabiskan waktunya bersama aktivis lain di rumah Sisulu di
Orlando, termasuk teman lamanya Oliver Tambo.[50] Tahun 1943, Mandela bertemu Anton
Lembede, seorang nasionalis Afrika yang sangat menentang front ras bersatu terhadap
kolonialisme dan imperialisme atau aliansi dengan kaum komunis.[51] Meski berteman
dengan orang non-kulit hitam dan komunis, Mandela mendukung pandangan Lembede,
percaya bahwa orang Afrika kulit hitam harus terbebas sepenuhnya dalam perjuangan
mendapatkan penentuan nasib sendiri secara politik.[52] Merasa perlunya sayap pemuda untuk
memobilisasi penduduk Afrika secara besar-besaran dalam penentangan penindasan mereka,
Mandela ikut dalam delegasi yang memberitahu Presiden ANC Alfred Bitini Xuma soal
rencana tersebut dirumahnya di Sophiatown; African National Congress Youth League
(ANCYL) didirikan pada Minggu Paskah 1944 di Bantu Men's Social Centre di Eloff Street;
Lembede menjadi Presiden dan Mandela menjadi anggota komite eksekutif.[53]

Mandela dan Evelyn tahun 1944


Di rumah Sisulu, Mandela bertemu Evelyn Mase, seorang aktivis ANC dan perawat dari
Engcobo, Transkei. Menikah tanggal 5 Oktober 1944, setelah awalnya tinggal bersama
kerabat Evelyn, mereka menyewa Rumah no. 8115 di Orlando pada awal 1946.[54] Anak
pertama mereka, Madiba "Thembi" Thembekile, lahir bulan Februari 1946, sementara
seorang putri bernama Makaziwe lahir tahun 1947 namun meninggal 9 bulan kemudian
akibat meningitis.[55] Mandela menikmati kehidupan rumah tangga, mengajak ibu dan
saudarinya Leabie untuk tinggal bersamanya.[56] Pada awal 1947, masa kerjanya di Witkin,
Sidelsky and Edelman selama tiga tahun berakhir dan ia memutuskan menjadi mahasiswa
purnawaktu, bergantung pada pinjaman dari Bantu Welfare Trust.[57]

Bulan Juli 1947, Mandela melarikan Lembede ke rumah sakit, tempat ia meninggal dunia;
Lembede digantikan sebagai presiden ANCYL oleh Peter Mda yang lebih moderat dan
sepakat bekerja sama dengan kaum komunis dan non-kulit hitam. Mda menunjuk Mandela
sebagai sekretaris ANCYL.[58] Pada Desember 1947, Mandela tidak sependapat dengan
pendekatan Mda untuk mendukung upaya pengusiran kaum komunis dari ANCYL, karena
ideologi mereka dianggap tidak Afrikawi; upaya ini terbukti gagal.[59] Tahun 1947, Mandela
terpilih masuk komite eksekutif ANC Transvaal di bawah presiden regional C.S. Ramohanoe.
Ketika Ramohanoe bertindak melawan keinginan Komite Eksekutif Transvaal dengan
bekerja sama dengan orang India dan komunis, Mandela termasuk salah satu yang
memaksanya mengundurkan diri.[60]

Pada pemilihan umum Afrika Selatan 1948 yang hanya boleh diikuti penduduk kulit putih,
Partai Herenigde Nasionale yang didominasi Afrikaner pimpinan Daniel François Malan
menang dan bergabung dengan Partai Afrikaner menjadi Partai Nasional. Karena rasialis
secara terbuka, partai ini meresmikan dan memperluas segregasi ras melalui undang-undang
apartheid yang baru.[61] Semakin meningkat pengaruhnya di ANC, Mandela dan kader-
kadernya mulai menyerukan aksi langsung terhadap apartheid, seperti boikot dan mogok,
yang dipengaruhi oleh taktik masyarakat India Afrika Selatan. Xuma tidak mendukung aksi
ini dan didepak dari kursi presiden melalui pemungutan suara tidak percaya dan digantikan
oleh James Moroka dan kabinet yang lebih militan yang terdiri dari Sisulu, Mda, Tambo, dan
Godfrey Pitje; Mandela kelak berkata bahwa "Kami sekarang telah memandu ANC ke jalur
yang lebih radikal dan revolusioner."[62] Karena meluangkan waktunya untuk politik,
Mandela gagal pada tahun terakhirnya sebanyak tiga kali di Witwatersrand; gelarnya
akhirnya ditahan permanen pada Desember 1949.[63]
Defiance Campaign dan Presiden ANC Transvaal: 1950–1954

Bendera triwarna Kongres Nasional Afrika

Mandela menggantikan Xuma sebagai Eksekutif Nasional ANC pada bulan Maret 1950.[64]
Bulan itu, Defend Free Speech Convention diadakan di Johannesburg dan meminta para
aktivis Afrika, India, dan komunis melakukan mogok massal anti-apartheid. Mandela
menentang mogok tersebut karena tidak dipimpin ANC, tetapi mayoritas pekerja berkulit
hitam terlibat, sehingga kepolisian terpaksa meningkatkan aksi kekerasan dan
memperkenalkan Undang-Undang Pemberantasan Komunisme 1950 yang memengaruhi aksi
semua kelompok pengunjuk rasa.[65] Pada tahun 1950, Mandela terpilih sebagai presiden
nasional ANCYL; di konferensi nasional ANC Desember 1951, ia terus menentang front ras
bersatu, sayangnya ia kalah jumlah suara.[66] Sejak itu, ia mengubah seluruh sudut
pandangnya dan beralih ke pandangan tadi; dipengaruhi teman-temannya seperti Moses
Kotane dan dukungan Uni Soviet terhadap perang pembebasan nasional. Ketidakpercayaan
Mandela terhadap komunisme juga patah. Ia terpengaruh tulisan-tulisan Karl Marx, Friedrich
Engels, Vladimir Lenin, Joseph Stalin, dan Mao Zedong, dan menganut materialisme
dialektik.[67] Pada April 1952, Mandela mulai bekerja di firma hukum H.M. Basner,[68] meski
komitmen kerja dan aktivismenya yang meningkat berarti ia menghabiskan lebih sedikit
waktunya untuk keluarga.[69]

Tahun 1952, ANC memulai persiapan Defiance Campaign gabungan terhadap apartheid
dengan kelompok India dan komunis dan mendirikan National Voluntary Board untuk
merekrut voluntir. Tentang jalur pemberontakan non-kekerasan yang dipengaruhi Mohandas
Gandhi, beberapa pihak menganggapnya pilihan yang etis, tetapi Mandela menganggapnya
pragmatis.[70] Di rapat umum Durban tanggal 22 Juni, Mandela menyampaikan pidato di
hadapan 10.000 orang, memulai protes kampanye, yang karena itu ia ditangkap dan ditahan
sementara di penjara Marshall Square.[71] Seiring berlanjutnya protes, keanggotaan ANC
meledak dari 20.000 menjadi 100.000; pemerintah menanggapi dengan penangkapan massal
dan memperkenalkan Undang-Undang Keselamatan Umum 1953 supaya bisa menerapkan
darurat militer.[72] Bulan Mei, pihak berwenang melarang Presiden ANU Transvaal J. B.
Marks tampil di hadapan publik; karena gagal mempertahankan posisinya, ia menyarankan
agar Mandela menggantikannya. Meski kelompok ultra-Afrikanis Bafabegiya menentang
pencalonannya, Mandela terpilih sebagai presiden regional pada bulan Oktober October.[73]

Pada awal 1950-an, Mandela dipengaruhi


pemikiran anti-kolonialis sayap kiri, termasuk olah
tokoh-tokoh seperti Karl Marx (kiri) dan Jawaharlal
Nehru (kanan).

Tanggal 30 Juli 1952, Mandela ditangkap di bawah UU Pemberantasan Komunisme dan


diadili sebagai bagian dari 21 orang terdakwa—termasuk Moroka, Sisulu, dan Dadoo—di
Johannesburg. Dinyatakan bersalah karena "komunisme menurut undang-undang", hukuman
kerja paksa mereka selama sembilan bulan diperpanjang menjadi dua tahun.[74] Bulan
Desember, Mandela dijatuhkan larangan menghadiri pertemuan atau berbicara kepada lebih
dari satu orang dalam satu waktu selama enam bulan, sehingga kepresidenan ANU
Transvaal-nya menjadi tidak praktis. Defiance Campaign berangsur-angsur selesai.[75] Bulan
September 1953, Andrew Kunene membacakan pidato "No Easy Walk to Freedom" Mandela
di sebuah pertemuan ANC Transvaal; judulnya diambil dari kutipan pemimpin kemerdekaan
India Jawaharlal Nehru, kelak memengaruhi pemikiran Mandela. Pidato ini menetapkan
rencana cadangan seandainya ANC dibubarkan. Rencana Mandela (Mandela Plan) atau M-
Plan ini terdiri dari pembelahan organisasi menjadi struktur sel dengan kepemimpinan yang
lebih tersentralisasi.[76]
Mandela mendapatkan pekerjaan sebagai pengacara untuk firma Terblanche and Briggish
sebelum pindah ke Helman and Michel yang liberal dan lulus tes kualifikasi untuk menjadi
pengacara penuh.[77] Pada Agustus 1953, Mandela dan Oliver Tambo membuka firma
hukumnya sendiri, Mandela and Tambo, yang beroperasi di pusat kota Johannesburg. Sebagai
satu-satunya firma hukum milik orang Afrika di negara itu, firma ini populer di kalangan
orang kulit hitam yang merasa dirugikan dan sering menangani kasus kebrutalan polisi.
Karena tidak disukai pihak berwenang, firma ini dipaksa pindah ke lokasi terpencil setelah
izin pendiriannya dicabut sesuai Group Areas Act; akibatnya, pengguna jasa mereka
menyusut.[78] Walau putri kedua, Makaziwe Phumia, lahir pada Mei 1954, hubungan
Mandela dengan Evelyn merenggang dan Evelyn menuduhnya selingkuh. Bukti-bukti muncul
bahwa ia selingkuh dengan anggota ANC Lillian Ngoyi dan sekretaris Ruth Mompati; klaim
kuat namun tanpa bukti menandakan Mompati memiliki anak dengan Mandela. Karena jijik
akan kelakuan putranya, Nosekeni pulang ke Transkei, sedangkan Evelyn memeluk Saksi-
Saksi Yehuwa dan menentang obsesi politik Mandela.[79]

Kongres Rakyat dan Pengadilan Pengkhianatan: 1955–1961

"Kami, rakyat Afrika Selatan, menyatakan kepada seluruh negeri dan dunia:
Bahwa Afrika Selatan adalah milik semua orang yang tinggal di dalamnya, hitam dan putih, dan tak satu
pemerintahan pun yang dapat mengklaim kekuasaan kecuali berdasarkan keinginan rakyat."

— Kalimat pembuka Piagam Kebebasan[80]

Mandela berpendapat bahwa ANC "tidak punya alternatif terhadap pemberontakan bersenjata
dan keras" setelah terlibat dalam unjuk rasa yang gagal mencegah penggusuran kota
pinggiran berpenduduk kulit hitam Sophiatown, Johannesburg, pada Februari 1955.[81] Ia
menyarankan Sisulu agar meminta persenjataan dari Republik Rakyat Tiongkok, tetapi meski
mendukung perjuangan anti-apartheid, pemerintah Cina percaya gerakan ini tidak cukup siap
untuk perang gerilya.[82] Dengan keterlibatan South African Indian Congress, Coloured
People's Congress, South African Congress of Trade Unions dan Congress of Democrats,
ANC berencana mengadakan Kongres Rakyat, meminta semua warga Afrika Selatan
mengirimkan proposal untuk zaman pasca-apartheid. Berdasarkan tanggapan-tanggapan ini,
Piagam Kebebasan dirancang oleh Rusty Bernstein yang isinya meminta pembentukan negara
demokratis non-rasialis disertai nasionalisasi industri besar. Saat piagam ini diadopsi pada
konferensi Juni 1955 di Kliptown yang dihadiri 3000 delegasi, polisi membubarkan acara,
namun ini tetap menjadi bagian utama ideologi Mandela.[83]

Setelah akhir pelarangan kecua bulan September 1955, Mandela cuti kerja ke Transkei untuk
membahas dampak Undang-Undang Otoritas Bantu 1951 bersama ketua-ketua suku
setempat. Ia juga menjenguk ibunya dan Noengland sebelum melanjutkan perjalanan ke Cape
Town.[84] Pada Maret 1956, ia dijatuhkan larangan tampil di hadapan publik untuk ketiga
kalinya, melarangnya masuk Johannesburg selama lima tahun, tetapi sering ia langgar.[85]
Pernikahannya berakhir setelah Evelyn meninggalkan Mandela, membawa anak-anak mereka
ke rumah saudaranya. Saat memulai sidang cerai bulan Mei 1956, ia mengklaim Mandela
menyiksanya secara fisik; ia menolak tuduhan-tuduhan tersebut dan berjuang mendapatkan
hak asuh anak-anaknya. Evelyn menarik petisi perceraiannya pada November, namun
Mandela meminta cerai pada Januari 1958; perceraian ini akhirnya diputuskan bulan Maret
yang hasilnya anak-anak berada di bawah asuhan Evelyn.[86] Selama sidang cerai, Mandela
mulai merayu dan melakukan politisasi terhadap seorang pekerja sosial, Winnie Madikizela,
yang ia nikahi di Bizana tanggal 14 Juni 1958. Madikizela kelak terlibat dalam aktivitas ANC
dan sempat dipenjara selama beberapa minggu.[87]

Sistem apartheid membatasi berbagai bidang kehidupan.

Pada tanggal 5 Desember 1956, Mandeal ditahan bersama sebagian besar eksekutif ANC
karena "pengkhianatan tinggi" terhadap negara. Pada sidang di Penjara Johannesburg yang
dipenuhi unjuk rasa massal, mereka menjalani pemeriksaan sementara di Drill Hall tanggal
19 Desember sebelum dibebaskan dengan jaminan.[88] Sidang sanggahan terdakwa dimulai
tanggal 9 Januari 1957, melibatkan pengacara terdakwa Vernon Berrangé, dan berlanjut
sampai ditangguhkan pada bulan September. Pada Januari 1958, hakim Oswald Pirow
ditunjuk untuk menangani kasus ini, dan pada Februari ia memutuskan bahwa ada "bukti
yang cukup" supaya para terdakwa diadili di Mahkamah Agung Transvaal.[89] Pengadilan
Pengkhianatan resmi dimulai di Pretoria bulan Agustus 1958 dan para terdakwa berhasil
meminta ketiga hakim—semuanya terlibat dengan Partai Nasional yang berkuasa—diganti.
Pada Agustus, satu tuduhan dicabut, dan pada Oktober jaksa menarik dakwaannya dan
mengirim rancangan baru pada November yang berpendapat bahwa pemimpin ANC
melakukan pengkhianatan tinggi dengan menyerukan revolusi kekerasan, tuduhan yang
ditolak mentah-mentah oleh terdakwa.[90]

Pada April 1959, para militan Afrikanis yang tidak puas dengan pendekatan front bersatu
ANC mendirikan Pan-African Congress (PAC); teman Mandela Robert Sobukwe terpilih
menjadi presiden, meski Mandela menganggap kelompok ini "tidak dewasa".[91] Kedua partai
menyerukan kampanye anti-pas pada bulan Mei 1960, yaitu pembakaran pas yang wajib
dibawa ke mana-mana oleh penduduk Afrika. Salah satu demonstrasi PAc dibubarkan polisi
dan menewaskan 69 pengunjuk rasa dalam pembantaian Sharpeville. Sebagai bentuk
solidaritas, Mandela membakar pasnya ketika kerusuhan pecah di seluruh Afrika Selatan,
sehingga pemerintah memberlakukan darurat militer.[92] Di bawah kondisi Keadaan Darurat,
Mandela dan sejumlah aktivis lain ditangkap pada tanggal 30 Maret, dipenjara tanpa tuduhan
di penjara lokal Pretoria yang kotor, sementara ANC dan PAC dibubarkan pada bulan
April.[93] Hal ini membuat para pengacaranya sulit menghubungi mereka dan disepakati
bahwa tim terdakwa untuk Pengadilan Pengkhianatan harus mengundurkan diri sebagai
bentuk protes. Mewakili mereka di pengadilan, para terdakwa dibebaskan dari penjara ketika
keadaan darurat dicabut pada akhir Agustus.[94] Mandela memanfaatkan waktu luangnya
untuk mengadakan All-In African Conference dekat Pietermaritzburg, Natal, pada bulan
Maret yang dihadiri 1.400 delegasi anti-apartheid dan menyepakati protes mogok kerja untuk
memperingati 31 Mei, hari ketika Afrika Selatan menjadi negara republik.[95] Tanggal 29
Maret 1961, setelah pengadilan berlangsung selama enam tahun, para hakim menjatuhkan
vonis tidak bersalah yang lantas mempermalukan pemerintah.[96]
Umkhonto we Sizwe dan tur Afrika: 1961–1962

Ruang beralas jerami di Liliesleaf Farm, tempat Mandela bersembunyi

Menyamar sebagai sopir, Mandela berkeliling Afrika Selatan secara rahasia dan menyusun
struktur sel baru ANC dan mogok kerja massal pada 29 Mei. Dijuluki "Black Pimpernel" di
media—mengutip novel Emma Orczy tahun 1905 The Scarlet Pimpernel—polisi
mengeluarkan surat perintah penangkapannya.[97] Mandela mengadakan beberapa rapat
rahasia dengan wartawan, dan setelah pemerintah gagal mencegah mogok tersebut, ia
memperingatkan mereka bahwa banyak aktivis anti-apartheid yang beralih ke aksi kekerasan
melalui kelompok-kelompok seperti Poqo PAC.[98] Ia yakin bahwa ANC harus membentuk
kelompok bersenjata untuk menyalurkan aksi-aksi kekerasannya dan meyakinkan ketua ANC
Albert Luthuli—yang secara moral menentang kekerasan—dan kelompok aktivis sekutu
tentang perlunya hal tersebut.[99]

Terinspirasi oleh Gerakan 26 Juli Fidel Castro dalam Revolusi Kuba, pada tahun 1961
Mandela ikut mendirikan Umkhonto we Sizwe ("Tombak Bangsa", disingkat MK) bersama
Sisulu dan komunis Joe Slovo. Ketika menjabat sebagai ketua grup militan ini, ia
mendapatkan sejumlah ide dari literatur ilegal tentang perang gerilya karya Mao dan Che
Guevara. Setelah terpisah secara resmi dari ANC, pada tahun-tahun berikutnya MK menjadi
sayap bersenjata dari grup tersebut.[100] Kebanyakan anggota awal MK adalah komunis
berkulit putih; setelah bersembunyi di flat Wolfie Kodesh di Berea, Mandela pindah ke
Liliesleaf Farm milik komunis di Rivonia dan bergabung dengan Raymond Mhlaba, Slovo,
dan Bernstein, yang sama-sama menyusun konstitusi MK.[101] Beroperasi dengan struktur sel,
MK sepakat melakukan sabotase demi memberi tekanan besar terhadap pemerintah dengan
korban kecil, mengebom instalasi militer, pembangkit listrik, kabel telepon, dan jalur
transportasi pada malam hari ketika tidak ada warga sipil. Mandela mencatat bahwa jika
taktik-taktik tersebut gagal, MK akan beralih ke "peperangan gerilya dan terorisme."[102]
Sesaat setelah pemimpin ANC Luthuli mendapatkan Hadiah Perdamaian Nobel, MK
mengumumkan keberadaan mereka ke publik dan rencana 57 pengeboman pada Hari
Dingane (16 Desember) 1961, diikuti serangan-serangan lain pada Malam Tahun Baru.[103]

ANC setuju mengirim Mandela sebagai perwakilan mereka di pertemuan Pan-African


Freedom Movement for East, Central and Southern Africa (PAFMECSA) Addis Ababa,
Ethiopia, Februari 1962.[104] Bepergian secara rahasia, Mandela bertemu Kaisar Haile
Selassie I dan berpidato setelah pidato Selassie di konferensi tersebut.[105] Pasca konferensi, ia
mengunjungi Kairo, Mesir, menyukai reformasi politik Presiden Gamal Abdel Nasser, dan
pergi ke Tunis, Tunisia, tempat Presiden Habib Bourguiba memberinya dana £5000 untuk
persenjataan. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Maroko, Mali, Guinea, Sierra Leone,
Liberia, dan Senegal, sambil menerima bantuan dana dari Presiden Liberia William Tubman
dan Presiden Guinea Ahmed Sékou Touré.[106] Di London, Inggris, ia bertemu para aktivis
anti-apartheid, wartawan, dan politikus kiri ternama.[107] Di Ethiopia, ia mengikuti kursus
perang gerilya selama enam bulan, namun hanya sempat menyelesaikan dua bulan saja
sebelum dipanggil pulang ke Afrika Selatan.[108]

Penahanan

Penangkapan dan pengadilan Rivonia: 1962–1964

Pada 5 Agustus 1962, polisi menangkap Mandela dan Cecil Williams dekat Howick.[109]
Ditahan di penjara Marshall Square, Johannesburg, ia dituduh menghasut mogok buruh dan
ke luar negeri tanpa izin. Mewakili dirinya sendiri ditemani Slovo sebagai penasihat hukum,
Mandela hendak memanfaatkan pengadilan ini untuk menunjukkan "penentangan moral ANC
terhadap rasisme" sementara para pendukungnya berdemo di luar pengadilan.[110] Setelah
dipindahkan ke Pretoria, tempat yang bisa dijangkau Winnie, Mandela mulai mengambil
studi korespondensi untuk mendapatkan gelar Bachelor of Laws (LLB) dari University of
London dari dalam selnya.[111] Sidang dengar pendapatnya dimulai tanggal 15 Oktober, tetapi
ia mengganggu jalannya sidang dengan mengenakan kaross tradisional, menolak memanggil
saksi mata, dan mengganti permohonan keringanannya menjadi pidato politik. Dinyatakan
bersalah, Mandela dihukum penjara lima tahun; ketika ia keluar dari ruang sidang, para
pendukungnya menyanyikan Nkosi Sikelel iAfrika.[112]

"Dengan cara yang belum pernah kupahami sebelumnya, aku menyadari peran yang kumainkan di
pengadilan dan kemungkinan di hadapanku selaku terdakwa. Aku adalah simbol keadilan di pengadilan
para penindas, perwakilan ide-ide agung kebebasan, keadilan, demokrasi di dalam masyarakat yang
memandang rendah nilai-nilai tersebut. Aku kemudian sadar dan di sanalah aku dapat melanjutkan
perjuangan meski berada di benteng musuh."

— Mandela, 1994[113]

Tanggal 11 Juli 1963, polisi menggeledah Lilielsleaf Farm, menahan semua orang di sana,
dan menyita berkas-berkas aktivitas MK, beberapa di antaranya menyebut nama Mandela.
Pengadilan Rivonia langsung diselenggarakan di Mahkamah Agung Pretoria pada tanggal 9
Oktober. Mandela dan rekan-rekannya dituduh empat kali melakukan sabotase dan konspirasi
untuk menggulingkan pemerintah. Kepala jaksa penuntut Percy Yutar menuntut mereka
dihukum mati.[114] Hakim Quartus de Wet menutup kasus jaksa dengan alasan bukti tidak
cukup, tetapi Yutar menyusun ulang tuntutannya dan mengajukan kasus baru sejak Desember
sampai Februari 1964 dengan melibatkan 173 saksi mata dan ribuan dokumen dan foto.[115]

Kecuali James Kantor, yang dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan, Mandela dan
terdakwa lainnya mengaku melakukan sabotase namun menolak pernah sepakat melancarkan
perang gerilya terhadap pemerintah. Mereka menegaskan tujuan politik mereka di pengadilan
ini; salah satu pidato Mandela—terinspirasi pidato "History Will Absolve Me" oleh Castro—
diliput besar-besaran oleh pers meski ada sensor dari pemerintah.[116] Pengadilan ini
mendapat perhatian internasional; banyak pihak di seluruh dunia meminta pembebasan para
terdakwa, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan World Peace Council. University of
London Union menyerukan agar Mandela menjadi presiden dan misa malam untuknya
diadakan di St. Paul's Cathedral, London.[117] Apa daya, karena dianggap penyerobot
komunis, pemerintah Afrika Selatan mengabaikan tuntutan-tuntutan tersebut, dan pada 12
Juni 1964 de Wet menetapkan empat tuduhan kepada Mandela dan dua terdakwa dan
menjatuhkan vonis penjara seumur hidup, bukan hukuman mati.[118]
Pulau Robben: 1962–1982

Tambang batu kapur di Pulau Robben

Mandela dan terdakwa lainnya dipindahkan dari Pretoria ke penjara di Pulau Robben dan
dikurung di sana sampai 18 tahun selanjutnya.[119] Terisolasi dari tahanan-tahanan non-politik
di Section B, Mandela ditahan di sel beton lembap berukuran 8 feet (2.4 m) kali 7 feet
(2.1 m) yang dilengkapi tikar jerami untuk tidur.[120] Selain sering ditindas secara verbal dan
fisik oleh penjaga berkulit putih, para tahanan Pengadilan Rivonia menghabiskan waktu
dengan memecah batu sampai akhirnya dipindahtugaskan ke tambang batu kapur pada
Januari 1965. Mandela awalnya dilarang memakai kaca mata, sehingga sinar batu kapur
tersebut merusak penglihatannya secara permanen.[121] Malamnya, ia belajar demi
mendapatkan gelar LLB tetapi dilarang membaca surat kabar. Ia sempat beberapa kali
ditahan di kurungan soliter akibat menyelundupkan kliping berita.[122] Dengan level tahanan
terendah, Kelas D, Mandela hanya boleh dijenguk sekali dan mengirim sepucuk surat saja
setiap enam bulan, walaupun semua surat yang keluar masuk disensor besar-besaran.[123]

Para tahanan politik bekerja dan mogok makan–cara terakhir dianggap tidak efektif oleh
Mandela—demi memperbaiki kondisi penjara dan melihatnya sebagai dunia perjuangan anti-
apartheid berukuran kecil.[124] Para tahanan ANC mengangkat Mandela sebagai anggota
"High Organ" bersama Sisulu, Govan Mbeki, dan Raymond Mhlaba. Mandela juga terlibat
dalam sebuah grup yang mewakili semua tahanan politik di pulau itu, Ulundi; dari situ ia
membina hubungan dengan anggota PAC dan Yu Chi Chan Club.[125] Setelah merintis
"University of Robben Island," tempat para tahanan berceramah tentang bidang yang
dikuasainya, ia memperdebatkan topik-topik seperti homoseksualitas dan politik dengan
teman-temannya sampai terlibat perdebatan panas soal politik dengan penganut Marxis
seperti Mbeki dan Harry Gwala.[126] Meski rajin menghadiri misa Minggu, Mandela juga
mempelajari Islam.[127] Ia juga belajar bahasa Afrikaans dengan harapan mampu membuat
penjaga penjara mengerti dan mendukung perjuangannya.[128] Sejumlah pejabat menjenguk
Mandela, termasuk perwakilan parlemen liberal Helen Suzman dari Partai Progresif yang
melanjutkan perjuangan Mandela di luar penjara.[129] Pada September 1970, Mandela
dijenguk AP Partai Buruh Britania Raya Dennis Healey.[130] Menteri Kehakiman Afrika
Selatan Jimmy Kruger berkunjung bulan Desember 1974, namun Healey dan Mandela gagal
menemuinya.[131] Ibu Mandela berkunjung tahun 1968 dan meninggal tidak lama kemudian.
Putra pertama Mandela, Thembi, meninggal dunia akibat kecelakaan mobil setahun
berikutnya; Mandela dilarang menghadiri pemakaman ibu maupun putranya.[132] Istrinya
jarang menjenguk karena sering dipenjara akibat aktivitas politiknya, sementara putri-
putrinya pertama menjenguk Mandela bulan Desember 1975; Winnie keluar penjara tahun
1977 namun dipaksa menetap di Brandfort, sehingga tidak bisa menjenguk ayahnya.[133]

Sel Mandela dan lapangan penjara di Pulau Robben

Sejak 1967, kondisi penjara membaik, tahanan berkulit hitam diberikan celana panjang
(sebelumnya celana pendek), permainan boleh diselenggarakan, dan kualitas makanan
meningkat.[134] Pada 1969, rencana kabur untuk Mandela disusun oleh Gordon Bruce, namun
dibatalkan setelah diketahui agen South African Bureau of State Security (BOSS) yang ingin
melihat Mandela ditembak saat kabur.[135] Tahun 1970, Komandan Piet Badenhost
mengambil alih kendali. Merasa penyiksaan fisik dan mental terhadap tahanan meningkat,
Mandela menyampaikan keluhannya ke hakim-hakim yang berkunjung; Badenost akhirnya
dipindahtugaskan.[136] Ia digantikan oleh Komandan Willie Willemse yang membina
hubungan baik dengan Mandela dan mau memperbaiki standar penjara.[137] Pada 1975,
Mandela menjadi tahanan Kelas A,[138] sehingga ia berhak mendapat jatah kunjungan dan
surat yang lebih besar; ia menghubungi para aktivis anti-apartheid seperti Mangosuthu
Buthelezi dan Desmond Tutu.[139] Tahun itu pula, ia mulai menulis otobiografi yang
kemudian diselundupkan ke London, namun tidak diterbitkan; otoritas penjara menemukan
beberapa lembar halaman dan hak belajar Mandela dihentikan selama empat tahun.[140] Ia
lantas menghabiskan waktunya dengan berkebun dan membaca sampai melanjutkan studi
LLB-nya tahun 1980.[141]

Pada akhir 1960-an, ketenaran Mandela dikalahkan oleh Steve Biko dan Black Consciousness
Movement (BCM). Menganggap ANC tidak efektif, BCM menyerukan aksi militan, tetapi
setelah pemberontakan Soweto tahun 1976 banyak aktivis BCM yang dipenjara di Pulau
Robben.[142] Mandela mencoba membangun hubungan dengan radikal-radikal muda ini,
meski kritis terhadap rasialisme dan ketidaksukaan mereka terhadap aktivis anti-apartheid
berkulit putih.[143] Ketertarikan dunia internasional terhadap perjuangannya bermula bulan
Juli 1978, bertepatan dengan ulang tahun Mandela ke-60.[144] Ia mendapatkan gelar doktoral
kehormatan di Lesotho, Nehru Prize for International Understanding di India tahun 1970, dan
Freedom of the City di Glasgow, Skotlandia, tahun 1980.[145] Pada Maret 1980, slogan "Free
Mandela!" dicetuskan oleh jurnalis Percy Qoboza dan mengawali kampanye internasional
yang memaksa Dewan Keamanan PBB menuntut pembebasannya.[146] Walaupun tekanan luar
negeri sangat besar, pemerintah menolak dan bergantung pada sekutu Perang Dingin yang
kuat seperti Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan Perdana Menteri Britania Raya
Margaret Thatcher; Thatcher menganggap Mandela teroris komunis dan mendukung
penekanan terhadap ANC.[147]

Penjara Pollsmoor: 1982–1988

Bulan April 1982, Mandela ditransfer ke Penjara Pollsmoor di Tokai, Cape Town bersama
sejumlah pemimpin senior ANC Walter Sisulu, Andrew Mlangeni, Ahmed Kathrada, dan
Raymond Mhlaba; mereka yakin sedang diisolasi demi menghapus pengaruh mereka
terhadap aktivis-aktivis muda.[148] Kondisi di Pollsmoor lebih baik ketimbang Pulau Robben,
tetapi Mandela merasa rindu camaraderie dan pemandangan pulau tersebut.[149] Berteman
dengan kepala sipir Pollsmoor, Brigadir Munro, Mandela diizinkan membuat kebun atap,[150]
serta membaca besar-besar dan mendapat jatah 52 surat setahun.[151] Ia ditunjuk sebagai
pelindung gerakan multiras Front Demokratik Bersatu (UDF) yang didirikan untuk melawan
reformasi pemerintahan Presiden Afrika Selatan P.W. Botha. Pemerintah Partai Nasional
pimpinan Botha mengizinkan warga Kleurlinge dan India memilih perwakilannya sendiri
yang kelak mengatur pendidikan, kesehatan, dan perumahan, namun orang Afrika kulit hitam
dikecualikan dari sistem ini; layaknya Mandela, UDF memandang hal ini sebagai upaya
memecah gerakan anti-apartheid di sektor ras.[152]
Patung Mandela di Southbank, London, dipasang oleh Greater London Council yang dipimpin sosialis
Ken Livingstone tahun 1985

Kekerasan di seluruh negeri meningkat. Banyak orang mengkhawatirkan pecah perang


saudara. Di bawah tekanan lobi internasional, bank-bank multinasional berhenti berinvestasi
di Afrika Selatan, mengakibatkan stagnasi ekonomi. Beberapa bank dan Thatcher menuntut
Botha membebaskan Mandela—pada puncak ketenaran internasionalnya—untuk meredam
situasi yang tidak stabil ini.[153] Walaupun menganggap Mandela "Marxis besar" yang
berbahaya,[154] pada Februari 1985 Botha menawarkan pembebasannya dari penjara dengan
syarat ia "menolak kekerasan tanpa syarat sebagai senjata politik". Mandela menolaknya dan
merilis pernyataan melalui putrinya, Zindzi, bahwa "Kebebasan apa yang sedang ditawarkan
kepadaku jika organisasi rakyat [ANC] tetap dilarang? Hanya orang bebas yang dapat
bernegosiasi. Seorang tahanan tidak boleh terlibat kesepakatan."[155]

Pada tahun 1985, Mandela menjalani operasi terhadap pembesaran kelenjar prostat sebelum
ditempatkan di sel soliter baru di lantai bawah.[156] Ia bertemu "tujuh orang penting", yaitu
delegasi internasional yang dikirimkan untuk menegosiasikan penyelesaian kasus, tetapi
pemerintah Botha menolak kerja sama. Bulan Juni tahun itu, pemerintah menyatakan keadaan
darurat dan mengizinkan polisi meredam kerusuhan tersebut. Pemberontak anti-apartheid
melawan; ANC melakukan 231 serangan tahun 1836 dan 235 serangan tahun 1987. Dengan
pasukan darat dan paramiliter sayap kanan untuk melawan pemberontak, pemerintah diam-
diam mendanai gerakan nasionalis Zulu, Inkatha, untuk menyerang anggota-anggota ANC
yang lantas memperparah tindak kekerasan.[157] Mandela meminta diskusi dengan Botha tapi
ditolak, malah bertemu secara rahasia dengan Menteri Kehakiman Kobie Coetsee pada 1987,
lalu bertemu lagi sebanyak 11 kali selama 3 tahun. Coetsee mengatur negosiasi antara
Mandel dengan satu tim beranggotakan empat pejabat pemerintah sejak Mei 1988; tim
sepakat membebaskan tahanan politik dan mengesahkan ANC dengan syarat mereka tidak
boleh lagi melancarkan aksi kekerasan, memutus hubungan dengan Partai Komunis, dan
tidak memaksakan kekuasaan mayoritas. Mandela menolak semuanya dan menegaskan
bahwa ANC hanya akan mengakhiri pemberontakan bersenjata jika pemerintah
menghentikan kekerasan.[158]

Ulang tahun Mandela ke-70 bulan Januari 1988 menarik perhatian internasional. BBC
mengadakan konser musik Nelson Mandela 70th Birthday Tribute di Wembley Stadium,
London.[159] Meskipun dijadikan tokoh heroik di seluruh dunia, ia menghadapi masalah
pribadi ketika para pemimpin ANC memberitahunya bahwa Winnie menjadi ketua geng
penjahat, "Mandela United Football Club", yang bertanggung jawab atas penyiksaan dan
pembunuhan lawan—termasuk anak-anak—di Soweto. Walau banyak orang memaksa
Mandela menceraikannya, ia tetap setia sampai Winnie dinyatakan bersalah oleh
pengadilan.[160]
Penjara Victor Verster dan pembebasan: 1988–1990

Mandela di prangko peringatan Soviet tahun 1988

Sepulihnya dari tuberkulosis yang disebabkan kondisi sel yang lembap,[161] pada Desember
1988 Mandela dipindahkan ke Penjara Victor Verster dekat Paarl. Di sini, ia tinggal di rumah
sipir yang lebih nyaman dengan koki pribadi; Mandela memanfaatkannya untuk
menyelesaikan studi LLB-nya.[162] Diizinkan banyak pengunjung, Mandela melakukan
komunikasi rahasia dengan pemimpin ANC yang terasingkan, Oliver Tambo.[163] Tahun
1989, Botha menderita stroke, tetap menjadi presiden tetapi mundur sebagai ketua Partai
Nasional dan digantikan oleh F. W. de Klerk yang konservatif.[164] Tanpa diduga, Botha
mengundang Mandela minum teh pada Juli 1989; Mandela menyebutnya undangan yang
hangat.[165] Botha digantikan sebagai presiden oleh de Klerk enam minggu kemudian;
presiden baru ini percaya bahwa apartheid tidak berkelanjutan dan membebaskan semua
tahanan ANC tanpa syarat kecuali Mandela.[166] Setelah runtuhnya Tembok Berlin bulan
November 1989, de Klerk memanggil kabinetnya untuk membicarakan legalisasi ANC dan
pembebasan Mandela. Meski beberapa anggota kabinet sangat menentang renccananya, de
Klerk bertemu Mandela pada Desember untuk mendiskusikan situasi ini, sebuah pertemuan
yang dianggap bersahabat oleh kedua orang tersebut, sebelum membebaskan Mandela tanpa
syarat dan mengesahkan semua partai politik yang sebelumnya dibubarkan pada 2 Februari
1990.[167]
Setelah keluar dari Victor Verster pada 11 Februari, Mandela menggandeng tangan Winnie di
hadapan kerumunan dan pers; acara ini disiarkan langsung di seluruh dunia.[168] Di Balai Kota
Cape Town, ia menyampaikan pidato yang menyatakan komitmennya terhadap perdamaian
dan rekonsiliasi dengan kaum minoritas kulit putih, tetapi menegaskan bahwa pemberontakan
bersenjata ANC belum berakhir dan akan terus berlanjut sebagai "aksi defensif murni
terhadap kekejaman apartheid". Ia berharap pemerintah akan menyepakati negosiasi sehingga
"pemberontakan bersenjata tidak diperlukan lagi" dan memaksa bahwa fokus utamanya
adalah membawa perdamaian ke kalangan mayoritas kulit hitam dan memberi mereka hak
suara di pemilu nasional dan lokal.[169] Ketika tinggal di rumah Desmond Tutu beberapa hari
selanjutnya, Mandela bertemu teman-teman, aktivis, dan pers, dan berpidato di hadapan
100.000 orang di Soccer City, Johannesburg.[170]

Akhir apartheid
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Negosiasi untuk mengakhiri apartheid di Afrika Selatan

Negosiasi pertama: 1990–1991

Shell House di Johannesburg yang menjadi kantor pusat ANC pada 1991

Mandela melanjutkan tur Afrikanya, bertemu banyak pendukung dan politikus di Zambia,
Zimbabwe, Namibia, Libya, dan Aljazair, kemudian ke Swedia untuk reuni dengan Tambo,
lalu London, tempat ia tampil di konser Nelson Mandela: An International Tribute for a Free
South Africa di Wembley Stadium.[171] Ketika mendorong negara-negara asing untuk
mendukung sanksi terhadap pemerintah apartheid, di Perancis ia disambut Presiden François
Mitterrand, di Kota Vatikan ia disambut Paus Yohanes Paulus II, dan di Inggris ia bertemu
Margaret Thatcher. Di Amerika Serikat, ia bertemu Presiden George H.W. Bush, berpidato di
Kongres, dan berkunjung ke delapan kota; ia populer di kalangan masyarakat Afrika-
Amerika.[172] Di Kuba, ia bertemu Presiden Fidel Castro yang sudah lama digemarinya;
keduanya bersahabat.[173] Di Asia ia bertemu Presiden R. Venkataraman di India, Presiden
Suharto di Indonesia dan Perdana Menteri Mahathir Mohamad di Malaysia, sebelum
mengunjungi Australia dan Jepang. Ia justru tidak mengunjungi Uni Soviet, pendukung lama
ANC.[174]

Pada Mei 1990, Mandela memimpin delegasi multirasial ANC dalam negosiasi pendahuluan
dengan delegasi 11 pria Afrikaner pemerintah. Mandela membuat mereka terkesan dengan
diskusinya seputar sejarah Afrikaner, dan negosiasi ini berujung pada Groot Schuur Minute,
yaitu pemeirntah mencabut keadaan darurat. Bulan Agustus, Mandela—mengakui
kekurangan militer ANC yang sangat besar—menawarkan gencatan senjata, Pretoria Minute,
yang karena itulah ia dikritik habis-habisan oleh aktivis MK.[175] Ia menghabiskan banyak
waktu untuk menyatukan dan membangun ANC, tampil di konferensi Johannesburg bulan
Desember yang dihadiri 1.600 delegasi, kebanyakan menganggap Mandela lebih moderat
daripada yang diharapkan.[176] Pada konferensi nasional ANC Juli 1991 di Durban, Mandela
mengakui kekurangan-kekurangan partai ini mengumumkan rencananya untuk membangun
"satuan tugas yang kuat dan kokoh" agar memperoleh kekuasaan mayoritas. Di konferensi
tersebut, ia diangkat sebagai Presiden ANC, menggantikan Tambo yang sakit, dan eksekutif
nasional multigender dan multiras dipilih bersama-sama.[177]

Mandela diberikan kantor di markas ANC yang baru dibeli di Shell House, Johannesburg
pusat, dan pindah bersama Winnie ke rumahnya yang besar di Soweto.[178] Pernikahan
mereka semakin renggang setelah ia tahu perselingkuhan Winnie dengan Dali Mpofu, tetapi
ia mendukungnya saat Winnie diadili dengan tuduhan penculikan dan penyerangan. Ia
mendapatkan dana untuk pembelaan Winnie dari International Defence and Aid dan
pemimpin Libya Muammar Gaddafi, namun pada Juni 1991 Winnie dinyatakan bersalah dan
dihukum penjara enam tahun, dikurangi menjadi dua di pengadilan banding. Tanggal 13
April 1992, Mandela mengumumkan perpisahannya dengan Winnie, sedangkan ANC
memaksa Winnie mengundurkan diri dari eksekutif nasional karena menyalahgunakan dana
ANC; Mandela pindah ke pinggiran Johannesburg yang didominasi kulit putih, Houghton.[179]
Reputasi Mandela semakin hancur akibat peningkatan kekerasan "hitam-ke-hitam", terutama
antara pendukung ANC dan Inkatha di KwaZulu-Natal yang menewaskan ribuan orang.
Mandela bertemu pemimpin Inkatha Buthelezi, tetapi ANC mencegah perundingan lebih
lanjut mengenai masalah ini. Mandela mengakui bahwa ada "pasukan ketiga" di dalam dinas
intelijen negara yang mengompori "pembantaian rakyat" dan secara terbuka menyalahkan de
Klerk—yang semakin tidak ia percayai—atas pembantaian Sebokeng.[180] Pada bulan
September 1991, konferensi perdamaian nasional diadakan di Johannesburg. Mandela,
Buthelezi, dan de Klerk menandatangani perjanjian damai, tetapi kekerasan tetap
berlanjut.[181]

Diskusi CODESA: 1991–1992

Convention for a Democratic South Africa (CODESA) diselenggarakan bulan


Desember 1991 di Johannesburg World Trade Center, dihadiri oleh 228 delegasi dari 19
partai politik. Meski Cyril Ramaphosa memimpin delegasi ANC, Mandela masih menjadi
tokoh penting, dan setelah de Klerk menggunakan pidato penutupnya untuk mengutuk
kekerasan ANC, ia naik panggung dan menyebut de Klerk "pemimpin rezim minoritas yang
tidak sah dan terdiskreditkan". Karena didominasi Partai Nasional dan ANC, tidak banyak
perundingan yang tercapai. CODESA 2 diadakan bulan Mei 1992. De Klerk memaksa Afrika
Selatan pasca-apartheid harus memakai sistem federal dengan rotasi presiden untuk
menjamin keselamatan etnis minoritas; Mandela menolaknya dan menuntut sistem kesatuan
yang dikuasai kaum mayoritas. Setelah pembantaian Boipatong oleh militan Inkatha yang
dibantu pemerintah terhadap aktivis-aktivis ANC, Mandela membatalkan negosiasi tersebut
sebelum menghadiri pertemuan Organisation of African Unity di Senegal. Di sana ia
meminta agar Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang istimewa dan pasukan penjaga
perdamaian PBB diterjunkan di Afrika Selatan untuk mencegah "terorisme negara". PBB
langsung mengirim utusan khusus Cyrus Vance ke negara ini untuk membantu proses
negosiasi. Menyerukan aksi massal dalam negeri, pada bulan Agustus ANC mengadakan
mogok terbesar dalam sejarah Afrika Selatan dan para pendukungnya memadati jalanan
Pretoria.
De Klerk dan Mandela bersalaman di World Economic Forum, 1992

Pasca pembantaian Bisho, yaitu penembakan oleh Ciskei Defence Force terhadap 28
pendukung ANC dan 1 tentara saat unjuk rasa, Mandela menyadari bahwa aksi massal
berujung pada kekerasan lebih lanjut dan melanjutkan negosiasi pada bulan September. Ia
menyetujuinya dengan syarat semua tahanan politik dibebaskan, senjata tradisional Zulu
dilarang, dan hostel-hostel Zulu dipagari, dua syarat terakhir bertujuan mencegah serangan
Inkatha selanjutnya; karena ditekan terus-menerus, de Klerk mau tidak mau setuju. Negosiasi
ini menyepakati pemilu multiras akan diselenggarakan, yang kemudian membentuk
pemerintahan koalisi persatuan nasional selama lima tahun dan majelis konstitusional yang
memberi Partai Nasional pengaruh besar. ANC juga setuju melindungi pekerjaan para
pegawai negeri kulit putih; konsesi semacam itu dikritik habis-habisan di dalam negeri.[186]
Keduanya menyetujui konstitusi interim, menjamin pemisahan kekuasaan, mendirikan
pengadilan konstitusi, dan undang-undang hak asasi manusia bergaya Amerika Serikat.
Negosiasi ini juga membagi negara ini menjadi sembilan provinsi, masing-masing dengan
pemimpin dan pelayanan sipilnya sendiri, kesepakatan di antara keinginan federalisme de
Klerk dan pemerintah kesatuan Mandela.

Proses demokratis ini terancam oleh Concerned South Africans Group (COSAG),
aliansi partai-partai Afrikaner sayap kanan dan kelompok separatis kulit hitam seperti
Inkatha; pada Juni 1993, kelompok supremasis kulit putih Afrikaner Weerstandsbeweging
(AWB) menyerang Kempton Park World Trade Centre. Pasca pembunuhan ketua ANC Chris
Hani, Mandela berpidato untuk meredam kerusuhan, sesaat setelah muncul di pemakaman
massal di Soweto mewakili Tambo yang meninggal akibat stroke. Bulan Juli 1993, Mandela
dan de Klerk sama-sama berkunjung ke Amerika Serikat, bertemu Presiden Bill Clinton
secara terpisah dan masing-masing mendapatkan Liberty Medal. Tidak lama kemudian,
mereka sama-sama mendapatkan Hadiah Perdamaian Nobel di Norwegia. Dipengaruhi ketua
ANC yang muda, Thabo Mbeki, Mandela mulai bertemu tokoh-tokoh bisnis besar dan
membungkam dukungannya untuk nasionalisasi, khawatir ia akan menakut-nakuti investor
asing yang sangat diperlukan. Meski dikritisi anggota-anggota ANC yang sosialis, ia
didorong memboyong perusahaan swasta oleh anggota partai Komunis Cina dan Vietnam di
World Economic Forum Januari 1992 di Swiss. Mandela juga tampil kameo sebagai guru
sekolah yang membacakan salah satu pidato Malcolm X di adegan terakhir film Malcolm X
(1992).

Pemilihan umum : 1994

Mandela memberikan suara pada pemilu 1994.

Dengan penetapan pemilu pada tanggal 27 April 1994, ANC mulai berkampanye,
membuka 100 posko pemilu, dan mempekerjakan penasihat Stanley Greenberg. Greenberg
merancang pondasi People's Forums di seluruh negeri, sehingga Mandela bisa tampil; meski
merupakan pembicara publik yang buruk, Greenberg adalah tokoh terkenal dengan status
tinggi di kalangan penduduk kulit hitam Afrika Selatan. ANC mengampanyekan
Reconstruction and Development Programme (RDP), yaitu program pembangunan satu juta
rumah dalam lima tahun, penciptaan pendidikan gratis universal, dan perluasan akses air
bersih dan listrik. Slogan partai ini adalah "a better life for all" (kehidupan yang lebih baik
untuk semua), walaupun tidak dijelaskan dari mana pendanaannya. Selain Weekly Mail dan
New Nation, pers Afrika Selatan menentang pencalonan Mandela, mengkhawatirkan konflik
etnis, dan mendukung Partai Nasional atau Partai Demokrat. Mandela menghabiskan banyak
waktu untuk menggalang dana untuk ANC, keliling Amerika Utara, Eropa, dan Asia untuk
bertemu donatur-donatur kaya, termasuk mantan pendukung rezim apartheid.[197] Ia juga
mengusulkan pengurangan batas usia memberi suara dari 18 tahun menjadi 14; setelah
ditolak ANC, kebijakan ini menjadi bahan tertawaan.[198]

Khawatir bahwa COSAG akan mengacaukan pemilu, terutama pasca Pertempuran Bop dan
Pembantaian Shell House—masing-masing kekerasan yang melibatkan AWB dan Inkatha—
Mandela bertemu beberapa politikus dan jenderal Afrikaner, termasuk P.W. Botha, Pik
Botha, dan Constand Viljoen, membujuk mereka untuk ikut sistem demokrasi, dan de Klerk
meyakinkan Buthelezi dari Inkatha untuk ikut pemilu alih-alih melancarkan perang
separatis.[199] Selaku ketua kedua partai besar tersebut, de Klerk dan Mandela tampil dalam
acara debat televisi; meskipun de Kler dianggap luas sebagai pembicara terbaik di acara ini,
tawaran Mandela untuk bersalaman mengejutkannya, sehingga banyak komentator
menganggap Mandela-lah yang menang.[200] Pemilihan umum berlangsung dengan sedikit
aksi kekerasan, termasuk bom mobil sel AWB yang menewaskan 20 orang. Mandela
memberi suara di Ohlange High School di Durban, dan meski menjadi Presiden terpilih, ia
mengaku secara terbuka bahwa pemilu ini penuh penipuan dan sabotase.[201] Dengan 62%
suara nasional, ANC tinggal sedikit lagi mencapai dua pertiga mayoritas yang diperlukan
untuk mengubah konstitusi. ANC juga menang di 7 provinsi, sementara masing-masing
Inkatha dan Partai Nasional 1 provinsi.[202]

Kepemimpinan di Afrika Selatan: 1994–1999


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kepresidenan Nelson Mandela

Pelantikan Mandela dilangsungkan di Pretoria pada tanggal 10 Mei 1994, disiarkan ke satu
miliar penonton di seluruh dunia. Acara ini dihadiri 4.000 tamu, termasuk pemimpin dunia
dari berbagai latar belakang.[203] Selain Presiden Afrika Selatan berkulit hitam pertama,
Mandela juga menjadi kepala Pemerintah Persatuan Nasional yang didominasi ANC—yang
justru tidak punya pengalaman di pemerintahan—tetapi juga melibatkan perwakilan Partai
Nasional dan Inkatha. Sesuai perjanjian sebelumnya, de Klerk menjadi Wakil Presiden
pertama, sedangkan Thabo Mbeki sebagai wakil pada masa jabatan kedua.[204] Meski Mbeki
bukan pilihan pertamanya untuk jabatan ini, Mandela menjadi sangat bergantung padanya
sepanjang masa pemerintahannya dan mengizinkan Mbeki menyusun rincian kebijakan.[205]
Setelah pindah ke kantor presiden di Tuynhuys di Cape Town, Mandela mengizinkan de
Klerk tetap di kediaman kepresidenan di puri Groote Schuur, bukan di puri Westbrooke yang
berganti nama menjadi "Genadendal" yang berarti "Lembah Pertolongan" dalam bahasa
Afrikaans.[206] Selain mempertahankan rumahnya di Houghton, ia juga membangun rumah di
kampung halamannya, Qunu. Ia sering berkunjung ke Qunu, jalan-jalan di sana, bertemu
warga setempat, dan memutuskan sengketa suku.[207]

Mandela pindah ke Kantor Kepresidenan Tuynhuys, Cape Town.

Pada usia 76 tahun, ia menghadapi berbagai penyakit, dan walaupun memiliki cukup tenaga,
ia merasa terisolasi dan ditinggal sendirian.[208] Ia sering menghibur selebritis, seperti
Michael Jackson, Whoopi Goldberg, dan Spice Girls. Ia juga berteman dengan sejumlah
pebisnis kaya seperti Harry Oppenheimer dari Anglo-American, dan ratu Britania Raya
Elizabeth II dalam kunjungan kenegaraannya ke Afrika Selatan bulan Maret 1995, sehingga
Mandela dihujani kritik dari penganut anti-kapitalis di ANC.[209] Meski orang-orang
sekitarnya hidup berkecukupan, Mandela hidup sederhana dan menyumbangkan sepertiga
gaji tahunannya sebesar 552.000 rand ke Nelson Mandela Children's Fund yang ia dirikan
tahun 1995.[210] Walaupun berbicara lantang mendukung kebebasan pers dan berteman
dengan banyak jurnalis, Mandela kritis terhadap sebagian besar media di negaranya karena
dimiliki dan dioperasikan penduduk kulit putih kelas menengah dan yakin mereka terlalu
fokus menakut-nakuti penonton dengan berita kejahatan.[211] Setelah duduk di kursi presiden,
Mandela ganti baju beberapa kali sehari dan salah satu merek dagang Mandela adalah kemeja
batiknya yang dikenal sebagai "kemeja Madiba". Ia selalu memakainya bahkan dalam
suasana formal.[212]

Bulan Desember 1994, otobiografi Mandela, Long Walk to Freedom, akhirnya


diterbitkan.[213] Pada akhir 1994, ia menghadiri konferensi ANC ke-49 di Bloemfontein. Di
sana Eksekutif Nasional yang lebih militan dipilih, termasuk di antaranya Winnie Mandela;
meski Winnie tertarik rujuk, Nelson memulai proses perceraian pada Agustus 1995.[214]
Tahun 1995, ia menjalin hubungan dengan Graça Machel, aktivis politik Mozambik yang 27
lebih muda dan merupakan janda mantan presiden Samora Machel. Mereka pertama bertemu
bulan Juli 1990 ketika Machel masih berduka, namun persahabatan mereka berkembang
menjadi pasangan kekasih. Machel sering menemani Mandela dalam kunjungannya ke luar
negeri. Ia menolak lamaran pernikahan pertama Mandela karena ingin lebih bebas dan bisa
membagi waktunya antara Mozambik dan Johannesburg.[215]

Rekonsiliasi nasional

Memimpin transisi dari kekuasaan minoritas apartheid ke demokrasi multikultural, Mandela


melihat rekonsiliasi nasional sebagai tugas utama pemerintahannya.[216] Setelah melihat
negara-negara Afrika pasca-kolonial hancur akibat ditinggalkan elit kulit putih, Mandela
berusaha menjamin populasi kulit putih Afrika Selatan bahwa mereka dilindungi dan diwakili
di "Bangsa Pelangi" ini.[217] Mandela berupaya menciptakan koalisi seluas mungkin di
kabinetnya. De Klerk menjadi Wakil Presiden pertama, sedangkan pejabat-pejabat Partai
Nasional lainnya menjadi menteri Pertanian, Energi, Lingkungan, dan Mineral dan Energi,
dan Buthelezi menjadi Menteri Dalam Negeri.[218] Jabatan kabinet yang lain diduduki anggota
ANC, kebanyakan di antaranya—seperti Joe Modise, Alfred Nzo, Joe Slovo, Mac Maharaj,
dan Dullah Omar—adalah teman seperjuangan, meski yang lainnya seperti Tito Mboweni
dan Jeff Radebe justru jauh lebih muda.[219] Hubungan Mandela dengan de Klerk renggang;
Mandela menduga de Klerk sengaja provokatif, sementara de Klerk merasa ia sengaja
dipermalukan oleh presiden. Pada Januari 1995, Mandela mengkritik habis-habisan de Klerk
karena memberikan amnesti kepada 3.500 polisi tepat sebelum pemilu, dan kemudian
mengkritiknya karena melindungi mantan Menteri Pertahanan Magnus Malan yang dituduh
melakukan pembunuhan.[220]

Bendera Afrika Selatan, diadopsi April 1994


Mandela secara pribadi bertemu tokoh-tokoh senior rezim apartheid, termasuk janda Hendrik
Verwoerd Betsie Schoombie dan pengacara Percy Yutar; menekankan pemberian maaf dan
rekonsiliasi pribadinya, ia mengumumkan bahwa "orang-orang berani tidak takut memberi
maaf demi perdamaian."[221] Ia mendorong penduduk kulit hitam Afrika Selatan mendukung
tim nasional rugbi yang sebelumnya dibenci, Springboks, saat Afrika Selatan menjadi tuan
rumah Piala Dunia Rugbi 1995. Setelah Springboks memenangkan final melawan Selandia
Baru, Mandela mempersembahkan trofinya ke kapten Francois Pienaar, seorang Afrikaner,
sambil mengenakan baju Sprinboks dengan nomor 6 miliki Pienaar di belakangnya. Hal ini
dipandang luas sebagai loncatan besar rekonsiliasi penduduk kulit putih dan hitam Afrika
Selatan; seperti yang dikatakan de Klerk, "Mandela memenangkan hati jutaan penggemar
rugbi berkulit putih."[222] Upaya rekonsiliasi Mandela meredam rasa takut masyarakat kulit
putih, namun juga mendapat kritik dari kaum militan kulit hitam. Mantan istrinya, Winnie,
menuduh ANC lebih tertarik memuaskan orang kulit putih ketimbang membantu orang kulit
hitam.[223]

Kontroversialnya lagi, Mandela terlibat dalam pembentukan Komisi Kebenaran dan


Rekonsiliasi untuk menyelidiki kejahatan-kejahatan era apartheid oleh pemerintah dan ANC
dan menunjuk Desmond Tutu sebagai ketuanya. Untuk mencegah munculnya martir, Komisi
ini memberikan amnesti individu dengan imbalan kesaksian kejahatan yang dilakukan selama
era apartheid. Didirikan bulan Februari 1996, Komisi ini mengadakan dengar pendapat
selama dua tahun yang merincikan kasus pemerkosaan, penyiksaan, pengeboman, dan
pembunuhan, sebelum menerbitkan laporan terakhirnya pada Oktober 1998. Baik de Klerk
dan Mbeki menuntut sebagian laporan tersebut dihapus, tetapi hanya tuntutan de Klerk yang
dipenuhi.[224] Mandela memuji kerja Komisi sambil menyatakan mereka "telah membantu
kita beralih dari masa lalu untuk berkonsentrasi pada masa kini dan masa depan".[225]
Program dalam negeri

Mandela mengunjungi Brasil tahun 1998

Pemerintahan Mandela mewarisi negara dengan kesenjangan kekayaan dan jasa yang sangat
besar di kalangan masyarakat kulit putih dan hitam. Dengan populasi 40 juta orang, kurang
lebih 23 juta di antaranya tidak terhubung dengan listrik atau sanitasi memadai, 12 juta orang
tidak punya suplai air bersih, dan 2 juta anak tidak bersekolah dan sepertiga penduduknya
buta huruf. 33% rakyat menganggur dan nyaris separuh populasi hidup di bawah garis
kemiskinan.[226] Cadangan keuangan pemerintah hampir habis dan seperlima anggaran
nasional dihabiskan untuk bayar utang, artinya cakupan Program Rekonstruksi dan
Pembangunan (RDP) yang dijanjikan harus disusutkan dan tidak ada nasionalisasi atau
penciptaan lapangan kerja.[227] Pemerintah malahan mengadopsi kebijakan ekonomi liberal
untuk mempromosikan investasi asing, mengikuti "konsensus Washington" yang dikeluarkan
Bank Dunia dan International Monetary Fund.[228]

Di bawah pemerintahan Mandela, anggaran kesejahteraan naik 13% tahun 1996/97, 13%
tahun 1997/98, dan 7% tahun 1998/99.[229] Pemerintah memperkenalkan kesetaraan bantuan
untuk masyarakat, termasuk bantuan orang cacat, bantuan perawatan anak, serta dana pensiun
lansia, yang sebelumnya diberi tingkatan-tingkatan untuk berbagai kelompok ras Afrika
Selatan.[229] Tahun 1994, layanan kesehatan gratis diberikan untuk anak-anak di bawah usia 6
tahun dan ibu hamil, suatu peraturan yang cakupannya diperluas sampai semua pengguna
layanan kesehatan sektor publik tingkat dasar pada tahun 1996.[230] Pada pemilu 1999, ANC
mengatakan bahwa karena kebijakan mereka, 3 juta orang terhubung ke telepon, 1,5 juta anak
mengenyam pendidikan, 500 klinik diperbarui atau dibangun, 2 juta orang terhubung ke
listrik, akses air bersih diperluas samapai 3 juta orang, dan 750.000 rumah dibangun dengan
total penghuni nyaris 3 juta orang.[231]

Undang-Undang Pengembalian Lahan 1994 memungkinkan masyarakat yang kehilangan


propertinya akibat Undang-Undang Tanah Prbumi 1913 mengklaim balik tanah mereka.
Puluhan ribu orang berhasil menyelesaikan klaim tanah mereka.[232] UU Reformasi Lahan 3
tahun 1996 melindungi hak-hak penyewa pekerja yang tinggal dan menanam hasil bumi atau
beternak di peternakan. Undang-undang ini menjamin penyewa tidak dapat diusir tanpa
perintah pengadilan atau usianya melebihi 65 tahun.[233] UU Pengembangan Kemampuan
1998 menetapkan serangkaian mekanisme untuk mendanai dan mempromosikan
pengembangan kemampuan di tempat kerja.[234] UU Hubungan Tenaga Kerja 1995
mempromosikan demokrasi di tempat kerja, perundingan bersama secara tertib, serta
penyelesaian efektif sengketa tenaga kerja.[235] UU Persyaratan Dasar Pekerjaan 1997
memperbaiki mekanisme kerja serta memperluas "cakupan" hak ke semua pekerja,[235]
sedangkan UU Kesetaraan Pekerjaan 1998 disahkan untuk mengakhiri diskriminasi tidak adil
dan menjamin implementasi tindakan yang disetujui di tempat kerja.[235]

Sayangnya banyak masalah di dalam negeri. Sejumlah kritikus seperti Edwin Cameron
menuduh pemerintah Mandela berbuat sedikit untuk meredam wabah HIV/AIDS di negara
itu; tahun 1999, 10% penduduk Afrika Selatan dinyatakan positif mengidap HIV. Mandela
kelak mengakui bahwa ia secara pribadi mengabaikan masalah ini dan menyutuh Mbeki
menanganinya.[236] Mandela juga mendapat kritik karena gagal memberantas kejahatan,
karena itu pula Afrika Selatan memiliki salah satu tingkat kejahatan tertinggi di dunia; ini
juga alasan utama yang dikatakan 750.000 orang kulit putih yang beremigrasi pada akhir
1990-an.[237] Pemerintahan Mandela dibanjiri skandal korupsi dan Mandela sendiri dianggap
"lembek" terhadap korupsi dan kerakusan.[238]
Hubungan luar negeri

Mandela bersama Presiden AS Bill Clinton. Meski secara terbuka mengkritik Clinton, Mandela
menyukai Clinton, dan secara pribadi mendukungnya saat sidang pemakzulannya.[239]

Mencontoh Afrika Selatan, Mandela mendorong negara-negara lain menyelesaikan konflik


melalui diplomasi dan rekonsiliasi.[240] Ia mengulang seruan Mbeki untuk "Renaisans Afrika"
dan sangat memedulikan masalah di benua ini. Ia mengambil pendekatan diplomatik lembut
untuk menurunkan junta militer Sani Abacha di Nigeria namun justru menjadi tokoh utama
yang menuntut sanksi ketika rezim Abacha terus-terusan melanggar hak asasi manusia.[241]
Tahun 1996, ia ditunjuk sebagai Ketua Southern African Development Community (SADC)
dan memulai negosiasi pengakhiran Perang Kongo Pertama di Zaire yang kemudian terbukti
gagal.[242] Dalam operasi militer pasca-apartheid pertama Afrika Selatan, Mandela
memerintahkan tentara masuk Lesotho pada September 1998 untuk melindungi pemerintahan
Perdana Menteri Pakalitha Mosisili setelah sengketa pemilu memicu pemberontakan
oposisi.[243]

Pada September 1998, Mandela ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok dan
mengadakan konferensi tahunannya di Durban. Ia memanfaatkan acara ini untuk mengkritik
"kepentingan sempit dan chauvinistik" pemerintah Israel karena menghambat negosiasi untuk
mengakhiri konflik Israel-Palestina dan memaksa India dan Pakistan berunding untuk
mengakhiri konflik Kashmir, dan karena itu pula ia dikritik oleh Israel dan India.[244]
Terinspirasi oleh ledakan ekonomi di kawasan ini, Mandela mempererat hubungan
ekonominya dengan Asia Timur, terutama dengan Malaysia, walaupun terganggu oleh krisis
keuangan Asia 1997.[245] Ia memicu kontroversi karena berteman dekat dengan Presiden
Indonesia Suharto, yang rezimnya bertanggung jawab atas sejumlah besar pelanggaran hak
asasi manusia. Mandela secara pribadi membujuk Suharto agar menarik pasukannya dari
Timor Timur.[246]
Mandela menghadapi kritik serupa dari dunia barat karena berteman dengan Fidel Castro dan
Muammar Gaddafi. Castro berkunjung ke Afrika Selatan tahun 1998 dan disambut
masyarakat, sedangkan Mandela bertemu Gaddafi di Libya untuk menganugerahkan Order of
Good Hope kepadanya.[247] Saat pemerintah dan media barat mengkritik kunjungan-
kunjungan tersebut, Mandela menyebut kritik tersebut bernada rasis.[248] Mandela berharap
bisa menyelesaikan masalah yang tak kunjung uai antara Libya dan Amerika Serikat dan
Britania seputar pengadilan dua warga Libya, Abdelbaset al-Megrahi dan Lamin Khalifah
Fhimah, yang diadili bulan November 1991 dan dituduh menyabotase Pan Am Penerbangan
103. Mandela mengusulkan mereka diadili di negara ketiga yang disetujui semua pihak
terlibat. Mengikuti hukum Skotlandia, pengadilan ini diselenggarakan di Camp Zeist di
Belanda pada April 1999 dan menyatakan salah satunya bersalah.[249]

Penarikan diri dari politik

Konstitusi Afrika Selatan yang baru disetujui parlemen pada bulan Mei 1996. Konstitusi ini
menetapkan serangkaian institusi untuk mengawasi kewenangan politik dan administratif di
dalam bingkai demokrasi konstitusional.[250] De Klerk tetap saja menentang penerapan
konstitusi ini dan menarik diri dari pemerintah koalisi sebagai bentuk protes.[251] ANC
mengambil alih jabatan-jabatan kabinet yang sebelumnya dipegang Partai Nasional; Mbeki
menjadi Wakil Presiden tunggal.[252] Andai suatu hari Mandela bersama Mbkei berada di luar
negeri, Buthelezi ditunjuk sebagai "Presiden Sementara". Ini menandakan adanya perbaikan
hubungan antara dirinya dengan Mandela.[253]

Mandela mengundurkan diri sebagai Presiden ANC pada konferensi Desember 1997, dan
meski berharap Ramaphosa akan menggantikannya, ANC memilih Mbeki sebagai presiden;
Mandela mengaku bahwa saat itu Mbeki telah menjadi "Presiden negara secara de facto".
Menggantikan Mbeki sebagai Wakil Presiden, Mandela dan Eksekutif mendukung
pencalonan Jacob Zuma, seorang Zulu yang sempat dipenjara di Pulau Robben, tetapi ia
ditantang Winnie, yang retorika populisnya memberinya banyak pengikut di dalam partai;
Zuma mengalahkannya dengan telak di pemilu.[254]

Hubungan Mandela dengan Machel semakin intensif; pada Februari 1998 ia menyatakan
bahwa "Aku jatuh cinta dengan seorang wanita yang luar biasa", dan di bawah tekanan
sahabatnya Desmond Tutu, yang memaksanya menjadi panutan bagi para pemuda, ia
mengadakan pernikahan pada ulang tahun Mandela ke-80 bulan Juli.[255] Keesokan harinya,
ia mengadakan pesta besar yang dihadiri beberapa tamu asing.[256] Mandela tidak pernah
berencana mencalonkan diri untuk kedua kalinya dan menyampaikan pidato perpisahan pada
29 Maret 1999. Setelah itu ia pensiun.[257]

Masa pensiun

Kelanjutan aktivisme: 1999–2004

Mandela mengunjungi London School of Economics tahun 2000

Pensiun bulan Juni 1999, Mandela memilih kehidupan keluarga yang sunyi, terbagi antara
Johannesburg dan Qunu. Ia hendak menulis sekuel otobiografinya yang berjudul The
Presidential Years, tetapi ditinggalkan begitu saja sebelum diterbitkan.[258] Karena
menganggap hidup sendiri sulit, ia beralih ke kehidupan publik yang sibuk dengan program
harian penuh tugas, bertemu pemimpin dunia dan selebriti, dan di Johannesburg bekerja
dengan Nelson Mandela Foundation yang didirikan tahun 1999 untuk berfokus pada
pemberantasan HIV/AIDS, pembangunan desa, dan pembangunan sekolah.[259] Walaupun
dihujani kritik karena gagal melakukan hal yang sepantasnya untuk mencegah wabah tersebut
selama masa pemerintahannya, ia menghabiskan banyak waktunya untuk masalah ini setelah
pensiun dan menyebutnya "perang" yang menewaskan lebih dari "perang-perang
sebelumnya". Ia juga meminta pemerintahan Mbeki menjamin warga Afrika Selatan yang
terjangkit HIV+ mendapatkan retrovirus.[260] Tahun 2000, turnamen golf amal Nelson
Mandela Invitational diadakan dan dibawakan oleh Gary Player.[261] Mandela berhasil
sembuh dari kanker prostat pada bulan Juli 2001.[262]

Pada tahun 2002, Mandela meresmikan Nelson Mandela Annual Lecture, dan Mandela
Rhodes Foundation dibentuk tahun 2003 di Rhodes House, University of Oxford, untuk
menyediakan beasiswa pascasarjana kepada mahasiswa-mahasiswa Afrika. Proyek-proyek ini
diikuti oleh Nelson Mandela Centre of Memory dan kampanye 46664 melawan
HIV/AIDS.[263] Ia menyampaikan pidato penutup di XIII International AIDS Conference di
Durban tahun 2000,[264] dan pada 2004, ia berbicara di XV International AIDS Conference di
Bangkok, Thailand.[265]

Secara terbuka, Mandela semakin lantang mengkritik negara-negara Barat. Ia sangat


menentang intevensi NATO di Kosovo tahun 1999 dan menyebutnya upaya bangsa-bangsa
kuat dunia untuk menjadi polisi dunia.[266] Pada tahun 2003, ia menentang rencana Amerika
Serikat dan Britania Raya melancarkan perang di Irak, menyebutnya "tragedi" dan mengecam
Presiden AS George W. Bush dan Perdana Menteri Britania Tony Blair karena meremehkan
PBB. Ia umumnya lebih menyerang AS, menegaskan bahwa negara tersebut melakukan
"kekerasan yang sangat tak terhitung" di seluruh dunia ketimbang negara lain sambil
menyebut pengeboman atom di Jepang; pernyataan ini memicu kontroveris internasional,
meski ia tetap melanjutkan hubungannya dengan Blair.[267] Tertarik dengan hubungan Libya-
Britania, ia menjenguk Megrahi di penjara Barlinnie dan tidak menerima perlakuan
terhadapnya; ia menyebut perlakuan tersebut "siksaan psikologis."[268]

"Pensiun dari masa pensiun": 2004–sekarang

pada bulan Juni 2004, pada usia 85 tahun dan kesehatan yang memburuk, Mandela
mengumumkan bahwa ia "pensiun dari masa pensiun" dan menarik diri dari kehidupan publik
seraya mengatakan "Jangan panggil aku, aku yang akan memanggilmu."[269] Meski terus
bertemu teman dekat dan keluarga, Foundation terus menolak undangan agar Mandela tampil
di acara-acara publik dan menolak sebagian besar permintaan wawancara.[270] Ia tetap terlibat
dalam urusan internasional dan mendorong Presiden Zimbabwe Robert Mugabe
mengundurkan diri karena meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia di negara itu.
Setelah terbukti tidak efektif, ia berbicara lantang menentang Mugabe pada tahun 2007,
memintanya turun "dengan penuh rasa hormat dan martabat."[271] Tahun itu, Mandela,
Machel, dan Desmond Tutu mengumpulkan para pemimpin dunia di Johannesburg untuk
menyumbangkan pemikiran dan kepemimpinan independen mereka untuk menyelesaikan
sejumlah masalah tersulit di dunia. Mandela mengumumkan pembentukan grup barunya, The
Elders, dalam sebuah pidato yang disampaikan pada ulang tahun ke-89.[272]
Mandela bersama istrinya Graça Machel dan guru Sri Chinmoy dari India

Ulang tahun Mandela ke-90 dirayakan di seluruh Afrika Selatan pada 18 Juli 2008. Pesta
utamanya diadakan di Qunu[273] dan konser penghormatan kepadanya diselenggarakan di
Hyde Park, London.[274] Dalam pidato acara tersebut, Mandela meminta semua orang kaya
membantu orang miskin di seluruh dunia.[273] Sepanjang masa pemerintahan Mbeki, Mandela
terus mendukung ANC, meski biasanya dibayang-bayangi Mbeki di setiap acara publik yang
dihadiri keduanya. Mandela lebih mudah bersosialisasi dengan pengganti Mbeki Jacob Zuma,
walaupun Nelson Mandela Foundation kecewa karena cucunya, Kepala Suku Mandla
Mandela, menerbangkannya ke Eastern Cape untuk menghadiri rapat umum pro-Zuma di
tengah badai pada tahun 2009.[275]

Sejak 2004, Mandela berhasil berkampanye agar Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala
Dunia FIFA 2010 seraya menyatakan bahwa di sana "ada hadiah yang lebih baik bagi kita
pada tahun" peringatan satu dasawarsa sejak jatuhnya apartheid. Meski tetap tertutup
sepanjang acara, Mandela untuk pertama kalinya tampil pada upacara penutupan dan
mendapat "sambutan yang menggembirakan hari".[276]

Kesehatan

Bulan Februari 2011, ia sempat diinapkan di rumah sakit akibat infeksi pernapasan[277]
sebelum diinapkan kembali akibat infeksi paru-paru dan pengangkatan batu empedu pada
Desember 2012.[278] Setelah prosedur medis berhasil pada awal Maret 2013,[279] infeksi paru-
parunya kambuh kembali dan ia dilarikan ke rumah sakit di Pretoria.[280]

Pada 8 Juni 2013, infeksi paru-parunya memburuk dan ia dilarikan kembali ke rumah sakit
Pretoria dalam keadaan serius.[281] Setelah empat hari, dilaporkan bahwa ia stabil dan berada
dalam "kondisi serius namun stabil".[282] Dalam perjalanan ke rumah sakit, ambulansnya
mogok dan terjebak di pinggir jalan selama 40 menit; pemerintah Afrika Selatan dikritik atas
insiden tersebut setelah mengonfirmasi laporannya beberapa minggu kemudian, tetapi
Presiden Jacob Zuma melawan balik bahwa "Ada tujuh dokter di konvoi tersebut yang
memegang kendali penuh atas situasi waktu itu. Ia mendapatkan perawatan medis dari para
ahli."[283]

Pada tanggal 22 Juni 2013, CBS News menyatakan bahwa ia belum membuka mata berhari-
hari dan tidak responsif, dan keluarganya membahas betapa banyak intervensi medis yang
harus diberikan.[284] Tanggal 23 Juni 2013, Presiden Jacob Zuma merilis pernyataan bahwa
kondisi Mandela semakin "kritis".[285][286][287] Zuma, ditemani Wakil Presiden ANC, Cyril
Ramaphosa, bertemu istri Mandela Graça Machel di rumah sakit di Pretoria dan membahas
kondisinya.[288] Tanggal 25 Juni, Uskup Agung Cape Town Thabo Makgoba menjenguk
Mandela di rumah sakit dan berdoa bersama Graça Machel Mandela "pada waktu sulit untuk
menyaksikan dan menunggu".[289] Keesokan harinya, Zuma menjenguk Mandela dan
membatalkan kunjungan esok harinya ke Mozambik.[290] Kerabat Mandela memberitahu The
Daily Telegraph bahwa ia memakai mesin pendukung hidup.[291]

Kehidupan pribadi dan publik

Citra

Di seluruh dunia, Mandela terlihat seperti "otoritas moral' yang memiliki "kepedulian
terhadap kebenaran" yang besar.[292] Dianggap ramah, Mandela tampak "santai" ketika
berbicara dengan orang lain, termasuk para saingannya.[293] Meski sering berteman dengan
miliuner dan tamu penting, ia menikmati berbicara dengan staf-staf mereka saat menjalankan
tugas resmi.[294] Di kehidupan akhirnya, ia dikenal mencari hal terbaik dari setiap orang,
bahkan mempertahankan saingan politiknya sebagai sekutunya; beberapa orang
menganggapnya terlalu mempercayai orang lain.[295] Ia terkenal karena keras kepala dan
kesetiaannya,[296] dan memiliki "temperamen panas" yang dapat meledak menjadi amarah
dalam situasi tertentu, serta "murung dan gundah" ketika menjauhi mata publik.[297] Ia juga
memiliki rasa humor dan sering jahil.[298] Dalai Lama ke-14 adalah teman lama mantan
presiden Nelson Mandela.

Sangat sadar akan citranya, sepanjang hidupnya Mandela memakai pakaian-pakaian


berkualitas tinggi, menjadikan dirinya "bergaya kerajaan" karena terpengaruh masa kecilnya
di rumah kerajaan Thembu, dan selama masa pemerintahannay sering dibanding-bandingkan
dengan raja konstitusional.[299] Dianggap sebagai "master citra dan penampilan", ia sangat
pintar menampilkan dirinya saat difoto pers dan mulutnya sering mengeluarkan suara
gigit.[300]

Ideologi politik

Unjuk rasa "Free Mandela" di Berlin, 1986

Mandela adalah seorang nasionalis Afrika, posisi ideologi yang ia pegang terus sejak
bergabung ANC,[301] sekaligus menjadi "demokrat dan sosialis".[302] Walaupun menampilkan
diri dengan gaya otokratik dalam beberapa pidatonya, Mandela adalah penganut demokrasi
dan akan mematuhi keputusan mayoritas bahkan jika ia sangat tidak setuju.[303] Ia memegang
keyakinan bahwa "keterlibatan, pertanggungjawaban, dan kebebasan berbicara" adalah dasar-
dasar demokrasi,[304] dan didorong oleh kepercayaan akan hak alami dan hak asasi
manusia.[305]

Sebagai seorang sosialis demokratik, Mandela "secara terbuka menentang kapitalisme,


kepemilikan lahan swasta, dan kekuatan pihak berkantong tebal".[306] Dipengaruhi Marxisme,
selama revolusi Mandela menyerukan sosialisme ilmiah,[307] meski ia menolak dicap komunis
pada Pengadilan Pengkhianatan.[308] Biografer David James Smith menduga ini tidak benar
dan menyatakan bahwa Mandela "menganut komunisme dan komunis" pada akhir 1950-an
dan awal 1960-an, walaupun ia adlaah "sesama petualang" alih-alih anggota partai.[309] Di
Piagam Kebebasan 1955, yang penyusunannya dibantu Mandela, isinya menuntut
nasionalisasi bank, tambang emas, dan tanah, percaya hal ini diperlukan untuk menjamin
distribusi kekayaan secara adil.[310] Meski punya kepercayaan seperti ini, Mandela tidak
menasionalisasikan apapun selama masa pemerintahannya, khawatir ia akan menakuti
investor asing. Keputusan ini separuh dipengaruhi jatuhnya negara sosialis di Uni Soviet dan
Blok Timur sepanjang awal 1990-an.[311]
Keluarga

Mandela telah menikah tiga kali, menjadi ayah dari enam anak, memiliki 17 cucu per April
2013,[312] dan cicit yang terus bertambah.[313] Dianggap tidak demonstratif secara fisik dengan
anak-anaknya, Mandela bisa saja bersikap keras dan menuntut terhadap mereka, namun justru
lebih sayang kepada cucu-cucunya.[314]

Pernikahan pertama Mandela adalah dengan Evelyn Ntoko Mase, yang berasal dari Transkei
dan bertemu di Johannesburg sebelum menikah pada bulan Oktober 1944.[54] Keduanya
berpisah tahun 1957 setelah 13 tahun menikah, lalu bercerai akibat Mandela dituduh sering
selingkuh dan tidak berada di rumah, setia dengan perjuangan revolusi, dan fakta bahwa
Evelyn adalah anggota Saksi-Saksi Yehuwa, agama yang mewajibkan netralitas politik.[86]
Keduanya dikaruniai dua putra, Madiba "Thembi" Thembekile (1946–1969) dan Makgatho
Mandela (1950–2005), dan dua putri, keduanya bernama Makaziwe Mandela (known as
Maki; lahir 1947 dan 1953). Putri pertama mereka meninggal pada usia sembilan bulan dan
mereka memberi nama putri keduanya sama seperti itu sebagai bentuk penghormatan.[315]
Mase meninggal dunia tahun 2004 dan Mandela menghadiri pemakamannya.[316] Putra
Makgatho, Mandla Mandela, menjadi kepala dewan suku Mvezo pada tahun 2007.[317]

Istri kedua Mandela, Winnie Madikizela-Mandela, juga berasal dari Transkei meski mereka
juga bertemu di Johannesburg, tempat Winnie menjadi pekerja sosial berkulit hitam pertama
di kota itu.[318] Mereka dikaruniai dua putri, Zenani (Zeni), lahir 4 Februari 1958, dan
Zindziswa (Zindzi) Mandela-Hlongwane, lahir 1960.[318] Zindzi hanya berusia 18 bulan
ketika ayahnya dikirim ke Pulau Robben. Winnie kelak merasa sangat hancur akibat
percekcokan keluarga yang menyerupai kekacauan politik negara ini; saat suaminya
menjalani hukuman penjara seumur hidup di Pulau Robben, ayahnya menjadi menteri
pertanian di Transkei.[318] Pernikahan ini berakhir dengan perpisahan (April 1992) dan
perceraian (Maret 1996), diperparah oleh pengasingan politik.[319] Mandela masih dipenjara
ketika putrinya, Zenani, menikah tahun 1973 dengan Pangeran Thumbumuzi Dlamini,
saudara Raja Mswati III dari Swaziland[320] dan Ratu Mantfombi dari suku Zulu.[321] Meski ia
punya ingatan jelas tentang ayahnya, sejak usia empat sampai enam belas tahun, otoritas
Afrika Selatan melarang ia menjenguknya.[322] Bulan Juli 2012, Zenani ditunjuk sebagai duta
besar untuk Argentina dan menjadi anak Mandela pertama yang memasuki kehidupan
publik.[323]
Mandela menikah kembali pada ulang tahunnya ke-80 tahun 1998 dengan Graça Machel (née
Simbine), janda Samora Machel, mantan presiden Mozambik dan sekutu ANC yang tewas
dalam kecelakaan pesawat 12 tahun sebelumnya.[324]

Pengaruh

Mandela Family Museum, Soweto

Di Afrika Selatan, Mandela sering dipanggil dengan nama klan Xhosa-nya, Madiba.[325][326]

Penghargaan dan monumen

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar penghargaan yang diterima Nelson Mandela

Di South Africa, Mandela secara luas dianggap sebagai "bapak bangsa",[327] dan "bapak
pendiri demokrasi",[328] dipandang sebagai "pembebas bangsa, sang penyelamat, Washington
dan Lincoln digabung menjadi satu".[329] Pada tahun 2004, Johannesburg memberikan
Mandela kunci kota,[330] dan pusat perbelanjaan Sandton Square diganti namanya menjadi
Nelson Mandela Square setelah sebuah patung Mandela dipasang di sana.[331] Tahun 2008,
patung Mandela dipasang di Groot Drakenstein Correctional Centre, sebelumnya Penjara
Victor Verster, dekat Cape Town, di titik tempat Mandela dibebaskan dari penjara.[332]

Ia juga mendapat banyak pujian dari dunia internasional. Pada tahun 1993, ia menerima
Hadiah Perdamaian Nobel bersama de Klerk.[333] Bulan November 2009, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan ulang tahun Mandela, 18 Juli, sebagai "Hari
Mandela", yang menandakan kontribusinya untuk perjuangan anti-apartheid. Peringatan ini
meminta semua orang menyumbangkan 67 menit waktunya untuk menolong orang lain.
Angka tersebut diambil dari 67 tahun masa keterlibatan Mandela dalam pergerakan anti-
apartheid.[334]
Selain US Presidential Medal of Freedom,[335] dan Order of Canada,[336] ia merupakan orang
hidup pertama yang mendapatkan status warga negara kehormatan Kanada.[337] Setelah
menjadi penerima terakhir Hadiah Perdamaian Lenin dari Uni Soviet,[338] pada tahun 1990 ia
menerima Bharat Ratna Award dari pemerintah India,[339] dan tahun 1992 ia menerima
Nishan-e-Pakistan dari Pakistan.[340] Pada tahun 1992, ia dianugerahkan Atatürk Peace Award
oleh Turki. Ia menolaknya karena waktu itu Turki melakukan serangkaian pelanggaran hak
asasi manusia,[341] namun akhirnya diterima Mandela tahun 1999.[338] Elizabeth II
menganugerahkan Mandela Bailiff Grand Cross of the Order of St. John dan Order of
Merit.[342]

Seni

Jembatan Nelson Mandela di Johannesburg

Banyak artis yang mempersembahkan lagunya kepada Mandela. Salah satu lagu yang paling
terkenal adalah "Free Nelson Mandela" dari The Special AKA tahun 1983, yang juga
dinyanyikan Elvis Costello dan sama-sama terkenal. Stevie Wonder mendedikasikan Piala
Oscar 1985 untuk lagu "I Just Called to Say I Love You"-nya kepada Mandela, sampai-
sampai musiknya dilarang beredar oleh South African Broadcasting Corporation.[343] Tahun
1985, album Youssou N'Dour Nelson Mandela adalah rilis pertama artis Senegal ini di
Amerika Serikat. Artis-artis lain yang merilis lagu atau video sebagai penghormatan untuk
Mandela meliputi Johnny Clegg,[344] Hugh Masekela,[345] Brenda Fassie,[346] Beyond,[347]
Nickelback,[348] Raffi,[349] dan Ampie du Preez dan AB de Villiers.[350]

Film dan televisi

Mandela telah ditampilkan di film dan televisi beberapa kali. Film tahun 1997, Mandela and
de Klerk, dibintangi Sidney Poitier yang berperan sebagai Mandela,[351] sedangkan Dennis
Haysbert memerankannya di Goodbye Bafana (2007).[352] Dalam film televisi BBC tahun
2009, Mrs Mandela, Nelson Mandela diperankan oleh David Harewood,[353] dan Morgan
Freeman memerankannya di Invictus (2009).[354]

Anda mungkin juga menyukai