Laporan Pendahuluan Tonsilitis
Laporan Pendahuluan Tonsilitis
TONSILITIS
A. Definisi Tonsilitis
memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi
tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman, memasuki tubuh melalui
mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi
tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus
(Mansjoer, A. 2000).
Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang. Tonsil tidak
mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan
bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan
pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu peradangan pada
tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus beta hemolitik,
Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes na mun disebabkan juga oleh bakteri jenis
lain atau oleh infeksi virus. Tonsilitis biasanya sering dialami anak-anak yang disertai demam
B. Etiologi Tonsilitis
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections).
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
6. Virus
7. Adenovirus
8. ECHO
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi
virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai
tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
C. Pathway Tonsilitis
D. Patofisiologi Tonsilitis
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2001) terjadi karena bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh
melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian
menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Adanya bakteri virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar
masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya
sakit tenggorokan, nyeri menelan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang
menjalar ke telinga.
Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan dasar manusia
1. Sistem Gastrointestinal
Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit untuk menelan sehingga
2. Sistem Pulmoner
Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada tonsil dan faring, klien
sering batuk.
3. Sistem Imun
Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien menurun, klien mudah terserang
demam.
4. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak, klien susah untuk
5. Sistem Endokrin
Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar tiroid.
E. Manifestasi Tonsilitis
berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit waktu menelan. Pada
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan sekitar,
kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di
dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang
purulen.
1. Sistem Gastointestinal
d. Mulut berbau
e. Bibir kering
2. Sistem Pernafasan
c. Pernafasn bising.
d. Edema faring
e. Batuk
3. Sistem Imun
b. Pembesaran tonsil
c. Tonsil Hiperemia
4. Sistem Muskuloskeletal
b. Letargi
d. Malaise
F. Klasifikasi Tonsilitis
1. Tonsilitis Akut
2. Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih
yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas
3. Tonsilitis Lakunaris
Bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-
kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
eritromisin dll
3. analgesik
1. Test laboratorium
Test laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien
merupakan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam rematik, glomerulunefritis
2. Pemeriksaan penunjang
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik dan obat kumur
I. Komplikasi Tonsilitis
Faringitis merupakan komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam rematik,
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa
hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty
Arsyad,dkk. 2007 ).
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga (
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid (
4. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx. Peradangan ini
mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter, lingkungan,
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari sinus paranasal.
Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx ( Reeves,
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
2. Pemeriksaan Fisik
c. palpasi sinus frontalis dan maksilaris, terhadap nyeri tekan yangmenunjukkan inflamasi.
e. inspeksi tonsil dan faring, warna kemerahan, asimetri, asanya drainase, ulserasi, atau
pembesaran
f. palpasi trachea, apakah posisi pada garis tengah leher, apakah ada massa, deformitas
g. palpasi nodus limfe leher, apakah terjadi pembesaran, nyeri tekan yang berkaitan.
3. Diagnosa Keperawatan
Dx 1.
Tujuan :
Setelah di lakukan perawatan selama 3x 24 jam tidak ada masalah dalam suhu tubuh sehingga
Kriteria Hasil :
Intervensi :
d. Gunakan waslap dingin (atau kantong es yan di balut dengan kain) di aksila, kening tengkuk,
e. Ajarkan pasien/ keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini
g. Dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu
Dx 2.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen nyeri selama 1x 24 jam diharapkan tidak
ada masalah nyeri dengan skala 5 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
Intervensi :
a. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
b. Hadir di deket pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain untuk
membantu relaksasi
c. Intruksikan pasien untuk menginformasikann kepada perwat jika peredaan nyeri tidak dapat
tercapai
d. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
Dx.3
Tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 5x24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
b. Buat perencanaan makan dengan pasien yang masik dalam jadwal makan, lingkungan makan,
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
d. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami
a. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun pada
7) Memonitor TTV
b. Evaluasi
turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan
18 x/menit.
e) TB dan BB seimbang
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.8. Jakarta : EGC;
Soeparman, dkk. 1990. Ilmu penyakit dalam. (Edisi kedua). Jilid II. Jakarta: Balai penerbit FK-UI.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil