Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PEMIMPIN (KEPALA DESA) SEBAGAI

MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN KONFLIK


SENGKETA DI MASYARAKAT

NAMA : DEWA SANG MADE WIJAYA


NPM : 1504742010213
KELAS : IV D

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS ILMU HUKUM
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “TUGAS pemimpin kepala Desa sebagai
mediator dalam penyelesaian konflik sengketa di masyarakat ” ini dengan
lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan serta infomasi dari media massa yang berhubungan
dengan Geostrategi sebagai dasar ketahanan nilai peran kepemimpinan, tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Sosiologi
Pemerintahan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Peran
kepemimpinan yang ditinjau dari aspek sosial atauBudaya, khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak di temukan Sengketa antar warga
misalnya perebutan lahan untuk sektor perkebunan, persaingan usaha tidak sehat
untuk sektor industry, atau perebutan pembibitan untuk peternakan dan
perikanan. Sengketa atau pun masalah yang melibatkan dinamika sosial budaya
ini haruslah dikelola dengan baik agar terhindar dari konflik yang lebih besar dan
meluas. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme yang tepat untuk
menyelesaikan sengketa antar warga ini. Juga perlu adanya antisipasi sengketa
yang akan bermuara kepada konflik komunal masyarakat. Salah satu metode yang
memberikan solusi kemenangan bagi pihak yang bertikai adalah melalui jasa
mediasi. Dan yang paling sesuai untuk menjadi mediator dalam hal ini adalah
pemimpin wilayah misalnya kepala desa, yang mengerti betul akan kondisi
warganya dan tentunya dihormati oleh warganya. Namun pengetahuan mengenai
ADR sendiri belum terlalu dipahami oleh kades ataupun lurah.

Tetapi masih banyak kendala yang di hadapi Pertama, kurangnya


pemahaman kepala desa ataupun lurah mengena tugas dan pokoknya sebagai
pemimpin sekaligus dapat menjadi mediator dalam penyelesaian perkara antar
warga masyarakatnya, sehingga perlu dilaksanakannya penyuluhan sekaligus
sosialisasi mengenai penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa mediator
serta tugas dan fungsi mediator itu sendiri. Kedua, belum adanya lembaga khusus
di desa atau kelurahan yang khusus menjadi lembaga awal penyelesaian sengketa
yang susunan dari lembaga ini adalah pemimpin desa/kelurahan dan tetua adat
wilayah setempat, sehingga perlu dibentuk lembaga ini.

B. Permasalahan Pokok
Seperti yang telah kita ketahui bahwa salah satu bentuk pengelolaan konflik
adalah dengan cara mediasi dan yang paling sesuai untuk menjadi mediator dalam
menyelesaikan konflik suatu wilayah adalah kepala desa, untuk itu akan di bahas
terlebih dahulu definisi konflik dan mediasi serta jenis2 mediasi sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen menempatkan frustasi agresi sebagai sumber
konflik?
2. Bagaimana kepribadian dan Interaksi, termasuk didalamnya kepribadian
yang brasive?
3. Apakah Struktural, banyak konflik yang melekat pada struktur
organisasi masyarakat?
4. Mengapa konflik ini juga timbul dikalangan masyarakat?
5. Apakah Konvergensi dalam sumber- sumber konflik itu?

C. Pengertian
Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang
berarti bersama, dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Dengan demikian konflik dalam kehidupan sosial berarti terjadinya benturan


kepentingan, pendapat, harapan yang harus diwujudkan dan sebagainya yang
paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih, dimana tiap-tiap pihak dapat berupa
perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, maupun satu
organisasi sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, suku bangsa
maupun satu pemeluk agama tertentu.
BAB II
PERMASALAHAN

Sumber Sumber Konflik / Permasalahan


Sumber- sumber konflik / Permasalahan dapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu :
1. Biososial, para pakar manajemen menempatkan frustasi agresi sebagai
sumber konflik. Berdasarkan pendekatan ini frustasi sering menghasilkan
agresi yang mengarah pada terjadinya konflik. Frustasi juga dihasilkan dari
kecenderungan ekspetasi pencapaian yang lebih cepat dari apa yang
seharusnya.
2. Kepribadian dan Interaksi, termasuk didalamnya kepribadian yang abrasive
( suka menghasut ), gangguan psikologi, kemiskinan, interpersonal,
kejengkelan, persaingan ( rivalitas ), perbedaan gaya interaksi,
ketidaksederajatan hubungan.
3. Struktural, banyak konflik yang melekat pada struktur organisasi dan
masyarakat. Kekuasaan, status dan kelas merupakan hal- hal yang
berpotensi menjadi konflik, seperti tentang hak asasi manusia, gender dan
sebagainya.
4. Budaya dan Ideologi, intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan
sdari perbedaan politik, sosial, agama dan budaya. Konflik ini juga timbul
dikalangan masyarakat karena perbedaan system nilai.
5. Konvergensi ( gabungan ), dalam situasi tertentu sumber- sumber konflik itu
menjadi satu, sehingga menimbulkan kompleksitas konflik itu sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Biososial, para pakar manajemen menempatkan frustasi agresi sebagai


sumber konflik. Berdasarkan pendekatan ini frustasi sering
menghasilkan agresi yang mengarah pada terjadinya konflik. Frustasi
juga dihasilkan dari kecenderungan ekspetasi pencapaian yang lebih
cepat dari apa yang seharusnya.

Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa Latin, mediare yang
berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak
ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa antara para pihak. “Berada di tengah” juga bermakna
mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan
sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa
secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak
yang bersengketa.

Mediasi sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa juga telah


dikenal luas dan menarik minat banyak. Prof. Joni Emirzon dalam
bukunyaMediation in negotiation carried out with the assistance of a third party.
(Stephen B. Gotdberg, dkk, 1992: 103). Dalam Undang-Undang No 30 Tahun
1999, Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.”

2. Kepribadian dan Interaksi, termasuk didalamnya kepribadian yang


abrasive ( suka menghasut ), gangguan psikologi, kemiskinan,
interpersonal, kejengkelan, persaingan ( rivalitas ), perbedaan gaya
interaksi, ketidaksederajatan hubungan.

Secara umum mediasi dapat diartikan upaya penyelesaian sengketa para


pihak dengan kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap netral, dan
tidak membuat keputusan atau kesimpulan bagi para pihak tetapi menunjang
fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak dengan suasana keterbukaan,
kejujuran dan tukar pendapat untuk tercapainya mufakat. Dengan kata lain, proses
negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak (impartial)
dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mereka
memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan (win-win solution).
Konflik atau sengketa yang terjadi antara manusia cukup luas dimensi dan ruang
lingkupnya. Konflik dan persengketaan dapat terjadi dalam wilayah publik
maupun wilayah privat. Konflik dalam wilayah publik berkait erat dengan
kepentingan umum, di mana negara berkepentingan untuk mempertahankan
kepentingan umum tersebut. Kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan
seseorang, harus diselesaikan secara hukum melalui penegakan aturan pidana di
pengadilan. Dalam kasus pidana, pelaku kejahatan atau pelanggaran tidak dapat
melakukan tawar-menawar (bargaining) dengan negara sebagai penjelma dan
penjaga kepentingan umum. Dalam dimensi ini, seorang pelaku kejahatan
berkonflik atau bersengketa dengan negara, dan ia tidak dapat menyelesaikan
sengketanya melalui kesepakatan atau kompensasi kepada negara. Contoh si A
melakukan korupsi. Si A tidak dapat dibebaskan dari hukuman dengan alasan ia
sudah mengembalikan sejumlah uang yang ia korupsi kepada negara. Tindakan si
A bukan hanya merugikan negara dalam bentuk material, tetapi ia juga sudah
mengganggu kepentingan umum, dan negara berkewajiban untuk menjaga dan
mempertahankan kepentingan umum tersebut. Dalam hukum Islam, kepentingan
umum yang dipertahankan negara melalui sejumlah aturan pidana dikenal dengan
mempertahankan hak Allah (haqqullah).

Lain halnya dengan wilayah hukum privat, di mana titik berat kepentingan
terletak pada kepentingan perseorangan (pribadi). Dimensi privat cukup luas
cakupannya yang meliputi dimensi hukum keluarga, hukum kewarisan, hukum
kekayaan, hukum perjanjian (kontrak), bisnis, dan lain-lain. Dalam dimensi
hukum privat atau perdata, para pihak yang bersengketa dapat melakukan
penyelesaian sengketanya melalui jalur hukum di pengadilan ataupun di luar jalur
pengadilan. Hal ini sangat dimungkinkan karena hukum privat/perdata, titik berat
kepentingan terletak pada para pihak yang bersengketa, bukan negara atau
kepentingan umum. Oleh karena itu, tawar-menawar dan pembayaran sejumlah
kompensasi untuk menyelesaikan sengketa dapat terjadi dalam dimensi ini. Dalam
hukum Islam, dimensi perdata mengandung hak manusia (haqqul 'ibad) yang
dapat dipertahankan melalui kesepakatan damai antar para pihak yang
bersengketa.

Mediasi sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa memiliki ruang


lingkup utama berupa wilayah privat/perdata. Sengketa-sengketa perdata berupa
sengketa keluarga, waris, kekayaan, kontrak, perbankan, bisnis, lingkungan hidup
dan berbagai jenis sengketa perdata lainnya dapat diselesaikan melalui jalur
mediasi. Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi dapat ditempuh di
pengadilan maupun di luar pengadilan. Mediasi yang dijalankan di pengadilan
merupakan bagian dari rentetan proses hukum di pengadilan, sedangkan bila
mediasi dilakukan di luar pengadilan, maka proses mediasi tersebut merupakan
bagian tersendiri yang terlepas dari prosedur hukum acara pengadilan.

3. Struktural, banyak konflik yang melekat pada struktur organisasi dan


masyarakat. Kekuasaan, status dan kelas merupakan hal- hal yang
berpotensi menjadi konflik, seperti tentang hak asasi manusia, gender dan
sebagainya.

Dalam perundang-perundangan Indonesia ditegaskan ruang lingkup


sengketa yang dapat dijalankan kegiatan mediasi. Dalam UU No. 30 Tahun 2000
tentang Arbitrase dan alternatif Penyelesaian Sengketa disebutkan bahwa sengketa
atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui alternatif
penyelesaian sengketa yang didasarkan pada iktikad baik dengan menyampingkan
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri (Pasal 6). Ketentuan dalam pasal
ini memberi ruang gerak mediasi yang cukup luas, yaitu seluruh perbuatan hukum
yang termasuk dalam ruang lingkup perdata.

Konflik dapat diibaratkan seperti api yang dapat membakar dan menjalar
kemana- mana dan memusnahkan jika tidak ditangani secara baik. Proses
pengendalian konflik itu bermula dari persepsi tentang konflik itu sendiri, apa
komponennya dan bersumber dari mana, kemudian menuju ke tahap realisasi,
penghindaran, intervensi, pemilihan strategi dan implementasidan evaluasi
dampak yang ditimbulkan oleh konflik. Untuk dapat mengatasi konflik-konflik
yang ada pemimpin harus melakukan mediasi dengan memberikan kesempatan
kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang
kondisi - kondisi penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing -
masing harus dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang
tersedia. Meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan
memberikan argumentasi kuat mengenai posisi tersebut. Kemudian posisi peran
itu dibalik, pihak yang tadinya mengajukan argumentasi yang mendukung suatu
gagasan seolah - olah menentangnya, dan sebaliknya pihak yang tadinya
menentang satu gagasan seolah- olah mendukungnya. Setelah itu tiap - tiap pihak
diberi kesempatan untuk melihat posisi orang lain dari sudut pandang pihak lain.

Kewenangan pimpinan sebagai sumber kekuatan kelompok. Seorang


pemimpin yang bertugas memimpin suatu kelompok, untuk mengambil suatu
keputusan, atau memecahkan masalah secara efektif, perlu memiliki kemahiran
menggunakan kekuaasaan dan kewenangan yang melekat pada perannya dan
itulah tugas pemimpin yang dalam hal ini adalah kepala desa yang bertidak
sebagai mediator dalam menyelesaikan suatu konflik dengan cara mediasi.

Di Indonesia, pengertian mediasi secara lebih konkret dapat ditemukan


dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2003 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan. Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 butir 6). Mediator
adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu
para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa (Pasal 1
butir 5).

Pengertian mediasi dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun


2003 tidak jauh berbeda dengan esensi mediasi yang dikemukakan oleh para ahli
resolusi konflik. Namun, pengertian ini menekankan pada satu aspek penting yang
mana mediator proaktif mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa.
Mediator harus mampu menemukan alternatif-alternatif penyelesaian sengketa. Ia
tidak hanya terikat dan terfokus pada apa yang dimiliki oleh para pihak dalam
penyelesaian sengketa mereka. Mediator harus mampu menawarkan solusi lain
ketika para pihak tidak lagi memiliki alternative penyelesaian sengketa, atau para
pihak sudah mengalami kesulitan atau bahkan terhenti (deadlock) dalam
penyelesaian sengketa mereka. Di sinilah peran penting mediator sebagai pihak
ketiga yang netral dalam membantu penyelesaian sengketa. Oleh karenanya,
mediator harus memiliki sejumlah skill yang dapat memfasilitasi dan membantu
para pihak dalam penyelesaian sengketa merek.

4. Budaya dan Ideologi, intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan
sdari perbedaan politik, sosial, agama dan budaya. Konflik ini juga timbul
dikalangan masyarakat karena perbedaan system nilai.

Mengenai peran dan fungsi kepala desa atau perangkat desa dalam
penyelesaian sengketa yang terjadi bahwa mereka harus mampu melakukan
tugasnya selaku mediator yang berusaha untuk menyelesaikan sengketa yang
terjadi antar warganya. Sengketa baik itu mengenai sengketa lahan, sengketa antar
masyarakat, ataupun sengketa rumah tangga. Fungsi mediator disini adalah
penengah yang tidak memihak kepada pihak manapun. Semata-mata hanya
menjadi sarana membangun komunikasi yang terhambat diantara warga tersebut.
Jika dilihat bahwa fungsi mediator yang sebaiknya digunakan oleh perangkat
desa, lurah ataupun kepala desa adalah mediator yang sifatnya settlement mediator
dengan menggunakan settlement mediasi. Adapun settlement mediasi dikenal
sebagai mediasi kompromi merupakan mediasi yang tujuan utamanya adalah
untuk mendorong terwujudnya kompromi dari tuntutan kedua belah pihak yang
sedang bertikai. Dalam mediasi model ini, tipe mediator yang dikehendaki adalah
yang berstatus tinggi, sekalipun tidak terlalu ahli dalam proses dan teknik-teknik
mediasi. Adapun peran yang dapat dimainkan oleh mediator adalah menentukan
“bottomlines” dari disputan dan secara persuasive mendorong kedua belah pihak
bertikai untuk sama-sama menurunkan posisi mereka ke titik kompromi.

Model settlement mediation mengandung sejumlah prinsip antara lain:


a. Mediasi dimaksudkan untuk mendekatkan perbedaan nilai tawar atas suatu
kesepakatan.
b. Mediator hanya terfokus pada permasalahan atau posisi yang dinyatakan
para pihak.
c. Posisi mediator adalah menentukan posisi “bottom line” para pihak dan
melakukan berbagai pendekatan untuk mendorong para pihak mencapai titik
kompromi.

Bisanya mediator adalah orang yang memiliki status yang tinggi dan model
ini tidak menekankan kepada keahlian dalam proses atau teknik mediasi.Dalam
hal ini permasalahan yang kedua adalah ketika bersengketa masyarakat setempat
biasanya lari keketua adat, kepala desa atau sesepuh desa.Namun dikarenakan
mereka merupakan perorangan, maka seringkali kendala-kendala penyelesaian
sengketa terjadi misalnya:
“Kekurangpahaman terhadap mediasi dan proses mediasi dapat menyebabkan
terhambatnya penyelesaian sengketa yang dihadapi.”

5. Konvergensi ( gabungan ), dalam situasi tertentu sumber- sumber konflik


itu menjadi satu, sehingga menimbulkan kompleksitas konflik itu sendiri.

Kepentingan perorangan sering kali menghalangi cepatnya penyelesaian


sengketa yang terjadi. Belum adanya lembaga khusus pengaduan sengketa di desa
atau kelurahan setempat. Sengketa yang umunya terjadi pada masyarakat desa
adalah masalah pertanahan, konflik keluarga ataupun lainnya. Oleh karena adnya
beberapa hambatan dalam penyelesaian sengketa yang dilakukan perorangan, oleh
karena itu sebaiknya harus ada lembaga khusus yang menjadi lembaga pengaduan
sengketa masyarakat. Lembaga ini sebaiknya terdiri dari gabungan dari kepala
desa, perangkat desa, sesepuh dan tokoh masyarakat. Pembentukan lembaga ini
berdasarkan rapat desa atau kelurahan yang melibatkan seluruh kepala dusun, atau
ditingkat kelurahan melibatkan ketua RT serta masyarakat pada umumnya.
Lembaga ini didasarkan AD-ART yang jelas sehingga pembentukkannya nanti
bisa sesuai dengan tujuan yang diharapkan yakni membantu penyelesaian
sengketa yang dihadapi masyarakat. Dalam kegiatan penyuluhan ini diberikan
penjelasan singkat mengenai pembentukan lembaga mediasi desa disertai contoh
AD-ART yang sederhana.
Kurangnya pengenalan mengenai anger manajemen bagi kepala desa /
lurah. Anger management merupakan suatu jenis pengontolan emosi bagi pihak
yang menjadi mediator. Dalam prakteknya seringkali mediator sendiri menjadi
terpancing emosi dikarenakan tingkah laku dari para pihak. Dalam kegiatan
penyuluhan ini diberikan pelatihan singkat bagaimana mengontrol marah dan
emosi dalam proses mediasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan pokok yang mengakibatkan terjadinya perdebatan adalah
peran kepemimpinan., yakni kemampuan legal Kepala Desa dalam memutuskan
masalah atau komflik sangat baik dan yang tampak dari segi sistematika atau
struktur desa yang rancu dan mempuyai hukum yang dipergunakan dalam
menyelesaikan konflik. Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2003 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan. Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui
proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 butir 6).
Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi
membantu para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan penyelesaian
sengketa (Pasal 1 butir 5).

Pengertian mediasi dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun


2003 tidak jauh berbeda dengan esensi mediasi yang dikemukakan oleh para ahli
resolusi konflik. Namun, pengertian ini menekankan pada satu aspek penting yang
mana mediator proaktif mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa.

B. Pendapat
Setelah kita mempelajari pembahasan diatas maka kita dapat
mengetahui, kita bagaiman cara peran kepemimpinan seorang kepala Desa
terhadap rakyatnya dan menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di
daerah. Alangkah baiknya kita bukan hanya mengetahui peran dari
kepemimpinan saja akan tetapi kita harus bisa mengaplikasikanya ke baik dan
buruknya peran tersebut.
Daftar Pustaka

 Stephen B. Gotdberg, dkk, (1992: 103). Dalam Undang-Undang No 30 Tahun


1999,
 (Christopher W Moore, 1986). Mediation in Negotiation carried out with the
assistance of a third party.
 Prof. Joni Emirzon.
 Dalam UU No. 30 Tahun 2000 tentang Arbitrase dan alternative

Anda mungkin juga menyukai