Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “TUGAS pemimpin kepala Desa sebagai
mediator dalam penyelesaian konflik sengketa di masyarakat ” ini dengan
lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan serta infomasi dari media massa yang berhubungan
dengan Geostrategi sebagai dasar ketahanan nilai peran kepemimpinan, tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Sosiologi
Pemerintahan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Peran
kepemimpinan yang ditinjau dari aspek sosial atauBudaya, khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak di temukan Sengketa antar warga
misalnya perebutan lahan untuk sektor perkebunan, persaingan usaha tidak sehat
untuk sektor industry, atau perebutan pembibitan untuk peternakan dan
perikanan. Sengketa atau pun masalah yang melibatkan dinamika sosial budaya
ini haruslah dikelola dengan baik agar terhindar dari konflik yang lebih besar dan
meluas. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme yang tepat untuk
menyelesaikan sengketa antar warga ini. Juga perlu adanya antisipasi sengketa
yang akan bermuara kepada konflik komunal masyarakat. Salah satu metode yang
memberikan solusi kemenangan bagi pihak yang bertikai adalah melalui jasa
mediasi. Dan yang paling sesuai untuk menjadi mediator dalam hal ini adalah
pemimpin wilayah misalnya kepala desa, yang mengerti betul akan kondisi
warganya dan tentunya dihormati oleh warganya. Namun pengetahuan mengenai
ADR sendiri belum terlalu dipahami oleh kades ataupun lurah.
B. Permasalahan Pokok
Seperti yang telah kita ketahui bahwa salah satu bentuk pengelolaan konflik
adalah dengan cara mediasi dan yang paling sesuai untuk menjadi mediator dalam
menyelesaikan konflik suatu wilayah adalah kepala desa, untuk itu akan di bahas
terlebih dahulu definisi konflik dan mediasi serta jenis2 mediasi sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen menempatkan frustasi agresi sebagai sumber
konflik?
2. Bagaimana kepribadian dan Interaksi, termasuk didalamnya kepribadian
yang brasive?
3. Apakah Struktural, banyak konflik yang melekat pada struktur
organisasi masyarakat?
4. Mengapa konflik ini juga timbul dikalangan masyarakat?
5. Apakah Konvergensi dalam sumber- sumber konflik itu?
C. Pengertian
Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang
berarti bersama, dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa Latin, mediare yang
berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak
ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa antara para pihak. “Berada di tengah” juga bermakna
mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan
sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa
secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak
yang bersengketa.
Lain halnya dengan wilayah hukum privat, di mana titik berat kepentingan
terletak pada kepentingan perseorangan (pribadi). Dimensi privat cukup luas
cakupannya yang meliputi dimensi hukum keluarga, hukum kewarisan, hukum
kekayaan, hukum perjanjian (kontrak), bisnis, dan lain-lain. Dalam dimensi
hukum privat atau perdata, para pihak yang bersengketa dapat melakukan
penyelesaian sengketanya melalui jalur hukum di pengadilan ataupun di luar jalur
pengadilan. Hal ini sangat dimungkinkan karena hukum privat/perdata, titik berat
kepentingan terletak pada para pihak yang bersengketa, bukan negara atau
kepentingan umum. Oleh karena itu, tawar-menawar dan pembayaran sejumlah
kompensasi untuk menyelesaikan sengketa dapat terjadi dalam dimensi ini. Dalam
hukum Islam, dimensi perdata mengandung hak manusia (haqqul 'ibad) yang
dapat dipertahankan melalui kesepakatan damai antar para pihak yang
bersengketa.
Konflik dapat diibaratkan seperti api yang dapat membakar dan menjalar
kemana- mana dan memusnahkan jika tidak ditangani secara baik. Proses
pengendalian konflik itu bermula dari persepsi tentang konflik itu sendiri, apa
komponennya dan bersumber dari mana, kemudian menuju ke tahap realisasi,
penghindaran, intervensi, pemilihan strategi dan implementasidan evaluasi
dampak yang ditimbulkan oleh konflik. Untuk dapat mengatasi konflik-konflik
yang ada pemimpin harus melakukan mediasi dengan memberikan kesempatan
kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang
kondisi - kondisi penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing -
masing harus dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang
tersedia. Meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan
memberikan argumentasi kuat mengenai posisi tersebut. Kemudian posisi peran
itu dibalik, pihak yang tadinya mengajukan argumentasi yang mendukung suatu
gagasan seolah - olah menentangnya, dan sebaliknya pihak yang tadinya
menentang satu gagasan seolah- olah mendukungnya. Setelah itu tiap - tiap pihak
diberi kesempatan untuk melihat posisi orang lain dari sudut pandang pihak lain.
4. Budaya dan Ideologi, intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan
sdari perbedaan politik, sosial, agama dan budaya. Konflik ini juga timbul
dikalangan masyarakat karena perbedaan system nilai.
Mengenai peran dan fungsi kepala desa atau perangkat desa dalam
penyelesaian sengketa yang terjadi bahwa mereka harus mampu melakukan
tugasnya selaku mediator yang berusaha untuk menyelesaikan sengketa yang
terjadi antar warganya. Sengketa baik itu mengenai sengketa lahan, sengketa antar
masyarakat, ataupun sengketa rumah tangga. Fungsi mediator disini adalah
penengah yang tidak memihak kepada pihak manapun. Semata-mata hanya
menjadi sarana membangun komunikasi yang terhambat diantara warga tersebut.
Jika dilihat bahwa fungsi mediator yang sebaiknya digunakan oleh perangkat
desa, lurah ataupun kepala desa adalah mediator yang sifatnya settlement mediator
dengan menggunakan settlement mediasi. Adapun settlement mediasi dikenal
sebagai mediasi kompromi merupakan mediasi yang tujuan utamanya adalah
untuk mendorong terwujudnya kompromi dari tuntutan kedua belah pihak yang
sedang bertikai. Dalam mediasi model ini, tipe mediator yang dikehendaki adalah
yang berstatus tinggi, sekalipun tidak terlalu ahli dalam proses dan teknik-teknik
mediasi. Adapun peran yang dapat dimainkan oleh mediator adalah menentukan
“bottomlines” dari disputan dan secara persuasive mendorong kedua belah pihak
bertikai untuk sama-sama menurunkan posisi mereka ke titik kompromi.
Bisanya mediator adalah orang yang memiliki status yang tinggi dan model
ini tidak menekankan kepada keahlian dalam proses atau teknik mediasi.Dalam
hal ini permasalahan yang kedua adalah ketika bersengketa masyarakat setempat
biasanya lari keketua adat, kepala desa atau sesepuh desa.Namun dikarenakan
mereka merupakan perorangan, maka seringkali kendala-kendala penyelesaian
sengketa terjadi misalnya:
“Kekurangpahaman terhadap mediasi dan proses mediasi dapat menyebabkan
terhambatnya penyelesaian sengketa yang dihadapi.”
B. Pendapat
Setelah kita mempelajari pembahasan diatas maka kita dapat
mengetahui, kita bagaiman cara peran kepemimpinan seorang kepala Desa
terhadap rakyatnya dan menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di
daerah. Alangkah baiknya kita bukan hanya mengetahui peran dari
kepemimpinan saja akan tetapi kita harus bisa mengaplikasikanya ke baik dan
buruknya peran tersebut.
Daftar Pustaka