Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN NEUROFIBROMA

Disusun Oleh:

Dwi Lismayanti

P.17420110009

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2012
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN NEUROFIBROMA

A. Definisi
Neurofibromatosis (NF) atau disebut juga sindrom neurokutan (neuro = syaraf, kutan
= kulit) adalah suatu kelainan genetika pada system syaraf yang berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan jaringan syaraf. Kelainan ini bisa menjadi tumor dan
menyebabkan abnormalitas-abnormalitas terutama pada kulit dan tulang. Karena
kelainan ini bisa tumbuh menjadi tumor, maka NF dikategorikan sebagai tumor, yang
disebut Neurofibroma. Ada 2 tipe NF, yaitu NF1 yang lebih umum dan “ringan” dan
NF2 yang lebih jarang dan tingkatannya bisa dikatakan parah.
Neurofibromatosis (penyakit von Recklinghausen) adalah penyakit yang ditularkan
secara genetik, dimana neurofibroma muncul pada kulit dan bagian tubuh lainnya.
Neurofibroma adalah benjolan seperti daging yang lembut, yang berasal dari jaringan
saraf.
Neurofibroma merupakan pertumbuhan dari sel Schwann (penghasil selubung saraf
atau mielin) dan sel lainnya yang mengelilingi dan menyokong saraf-saraf tepi (saraf
perifer, saraf yang berada diluar otak dan medula spinalis) atau suatu kondisi dimana
ada tumor pertumbuhan di mana saja di sistem saraf perifer. Ini adalah kelainan
bawaan, dan dapat tumbuh di tulang, kulit, sistem saraf, dan kulit. Jenis yang paling
umum dari sel yang dipengaruhi adalah Schwann cell. Pertumbuhan ini biasanya
mulai muncul setelah masa pubertas dan bisa dirasakan dibawah kulit sebagai
benjolan kecil.

B. Penyebab
Penyebab neurofibroma sampai saat ini masih belum jelas. Pada sindrom kongenital
yang langka (Neurofibromatis von Recklinghausen) terdapat kenaikan insiden.
Penyebab kedua NF yang diketahui adalah karena adanya mutasi pada gen. Pada NF1,
gen yang bermutasi ada di kromosom 17, sedangkan pada NF2 di kromosom 22.
Penderita NF kebanyakan mendapatkan penyakit ini dari faktor keturunan (dari kedua
orangtuanya), namun sekitar 30% kasus ternyata penderita NF tidak memiliki orang
tua atau riwayat keluarga yang memiliki penyakit NF pula. Artinya penyakit ini
mereka dapatkan karena tubuh mereka mengalami mutasi gen secara individual dan
tidak selalu bawaan lahir. Tetapi tetap saja mereka yang menderita NF akibat mutasi
gen individual, bisa menurunkan penyakit ini pada keturunannya kelak.
Para ahli juga menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memicu Sel
Schwann normal untuk mengubah bentuk mereka, dan faktor-faktor ini meliputi:

 Sebuah operasi baru atau trauma yang mempengaruhi sistem saraf perifer

 Diet yang kaya lemak, minyak, dan permen

 Merokok dan konsumsi alkohol meningkat

 Ada penyakit dan infeksi

 Sebagai efek samping dari beberapa obat

 Racun bahan kimia di lingkungan

 Sebuah gaya hidup stres Gejala-gejala penyakit Tanda-tanda dan gejala dari
kondisi ini biasanya dicatat pada kulit. Orang mungkin merasa gatal sebuah,
terbakar, atau kesemutan sensasi. Ada juga pigmentations tidak biasa pada kulit,
yang akhirnya dapat berkembang menjadi makula. Orang juga dapat mencatat
bintik-bintik muncul di ketiak nya.

C. Tanda dan Gejala


Sekitar sepertiga penderita tidak mengeluhkan adanya gejala dan penyakit ini pertama
kali terdiagnosis ketika pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan dibawah
kulit, di dekat saraf. Pada sepertiga penderita lainnya penyakit ini terdiagnosis ketika
penderitanya berobat untuk masalah kosmetik. Tampak bintik-bintik kulit yang
berwarna coklat (bintik café-au lait) di dada, punggung, pinggul, sikut dan lutut.
Bintik-bintik ini bisa ditemukan pada saat anak lahir atau baru timbul pada masa bayi.
Pada usia 10-15 tahun mulai muncul berbagai ukuran dan bentuk neurofibromatosis di
kulit. Jumlahnya bisa kurang dari 10 atau bisa mencapai ribuan. Bintik café-au lait
berukuran besar. Pada beberapa penderita, pertumbuhan ini menimbulkan masalah
dalam kerangka tubuh, seperti kelainan lengkung tulang belakang (kifoskoliosis),
kelainan bentuk tulang iga, pembesaran tulang panjang pada lengan dan tungkai serta
kelainan tulang tengkorak dan di sekitar mata. Sepertiga sisanya memiliki kelainan
neurologis. Neurofibromatosis bisa mengenai setiap saraf tubuh tetapi sering tumbuh
di akar saraf spinalis. Neurofibroma menekan saraf tepi sehingga mengganggu
fungsinya yang normal. Neurofibroma yang mengenai saraf-saraf di kepala bisa
menyebabkan kebutaan, pusing, tuli dan gangguan koordinasi.
Semakin banyak neurofibroma yang tumbuh, maka semakin kompleks kelainan saraf
yang ditimbulkannya. Jenis neurofibromatosis yang lebih jarang adalah
neurofibromatosis jenis 2, dimana terjadi pertumbuhan tumor di telingan bagian
dalam (neuroma akustik). Tumor ini bisa menyebabkan tuli dan kadang pusing pada
usia 20 tahun.

NF 1 disertai gejala seperi ini:

 Dua atau lebih Neurofibroma pada atau di bawah kulit atau satu
neurofibroma plexiform (sekelompok besar tumor yang melibatkan beberapa
saraf); Neurofibroma adalah benjolan bawah kulit yang merupakan ciri khas
dari penyakit dan peningkatan jumlah dengan usia.

 Freckling dari pangkal paha atau ketiak (arm pit).

 Café au lait spot (pigmen, makula coklat muda terletak pada saraf,
dengan tepi halus tanda lahir).

 Kelainan rangka, seperti displasia sphenoid atau penipisan korteks


tulang panjang tubuh (tulang yaitu kaki, berpotensi menghasilkan
membungkuk kaki)

 Lisch nodul (hamartomas iris), freckling di iris.

 Tumor pada saraf optik, juga dikenal sebagai glioma optik.

 Macrocephaly dalam 30-50% dari populasi anak

 Epilepsi (kejang)

NF 2

Neuromas akustik bilateral (tumor dari saraf vestibulocochlear atau saraf kranial 8
(CN VIII) juga dikenal sebagai schwannoma) sering menyebabkan gangguan
pendengaran. Bahkan, ciri khas NF 2 adalah gangguan pendengaran akibat
neuromas akustik sekitar usia dua puluh. Tumor yang tumbuh dapat
menyebabkan:

 Sakit kepala

 Keseimbangan dan vertigo perifer

 Karena schwannoma dan keterlibatan dari telinga bagian dalam

 Wajah kelemahan / kelumpuhan akibat keterlibatan atau kompresi pada


saraf wajah (saraf kranial 7 atau cn vii)

 Pasien dengan NF2 juga dapat mengembangkan tumor otak lainnya,


serta tumor tulang belakang.

 Tuli dan tinnitus.

 Opacity Juvenile lenticular posterior

D. Penatalaksanaan

Terapi yang dilakukan berdasarkan atas usia, saraf mana yang terkena, toleransi
terhadap prosedur, dan progresivitas penyakit. Saat ini operasi pengangkatan adalah
metode yang sering dilakukan untuk menangani neurofibroma apabila neurofibroma
tersebut tidak melibatkan saraf utama. Bila saraf utama terlibat, maka yang dapat
dilakukan adalah mengambil tumor dari saraf, meninggalkan saraf dalam keadaan
utuh di dalam, atau mendiamkan tumor tersebut apabila tidak menimbulkan gejala.
Neurofibroma umumnya dapat ditangani dengan baik dan kondisi tersebut tidak
mudah kambuh kembali.

Penatalaksanaan lainnya adalah dengan kemoterapi. Menggunakan aktif anti-kanker


obat-obatan untuk mengurangi ukuran tumor, atau untuk benar-benar memberantas
itu. Namun demikian, itu menimbulkan banyak efek samping, seperti rambut rontok,
sembelit, pusing, depresi, dan rambut rontok.

Sebuah intervensi pengobatan umum dan ideal adalah terapi radiasi, dan pengobatan
CyberKnife untuk neurofibroma adalah contoh dari ini. Prosedur ini lebih aman untuk
digunakan karena tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak akan membunuh sel-sel
sehat lainnya dalam tubuh. Ini juga tidak menyebabkan banyak efek samping. Terapi
radiasi menggunakan sinar gamma frekuensi rendah untuk mengangkat tumor. Apa
yang baik tentang ini adalah bahwa radiasi hanya dipancarkan langsung ke lokasi
tumor, dan tidak akan merusak jaringan sekitarnya atau organ dalam yang lewat.

Treatment dengan plastic surgery hanya akan mengangkat tumornya saja, padahal
sebagaimana kita tahu NF adalah penyakit genetik yang artinya “kesalahan” berada
pada bagian kromosom (bagian koding manusia) bukan di bagian luar. Treatment
yang dapat dilakukan adalah terapi yg ditemukan oleh Dr weinberg yang disebut
sebagai Electro-desiccation.

Dalam Electro-desiccation, arus listrik digunakan untuk mengeringkan atau


mengeringkan dan membunuh jaringan neurofibroma. Treatment ini menggunakan
pisau jenis kauter dengan titik tipis dan menjalankan arus melalui neurofibroma
tersebut, memgeringkan dan membunuh fibroma. Teknik ini kurang invasif
dibandingkan dengan metode penghapusan tradisional bedah (dengan cara
konvensional ini biasanya neurofibroma akan muncul lagi dan lagi).

Prosedur Electro-desiccation biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan atau dasar
berjalan. Hal ini sering dilakukan dalam satu atau dua jam. Bius lokal dapat
digunakan ketika menghapus cluster tumor dari area kecil dari tubuh, tetapi anestesi
umum diperlukan untuk penyerapan di daerah yang lebih besar dari kulit. Operasi
biasanya tanpa rasa sakit dan karena anestesi pasien baru umumnya pulang dalam satu
atau dua jam. Sangat sedikit pasien yang benar-benar membutuhkan obat analgesik
atau nyeri pasca operasi. Ini biasanya tidak sakit, tetapi mungkin gatal jadi kita akan
menggunakan obat untuk menanggulangi hal tersebut.

E. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan


kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :

- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya


- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL

a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenai pengalaman klien


sebelumnya terhadap penyakit yang sebelumnya akan memberikan dasar
dideritanya. untuk penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi.
b. Pemberian informasi dapat membantu
klien dalam memahami proses
b. Berikan informasi tentang prognosis penyakitnya.
secara akurat. c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
c. Beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan
d. Membantu klien dalam memahami
efek samping. Bantu klien
kebutuhan untuk pengobatan dan efek
mempersiapkan diri dalam pengobatan.
sampingnya.
e. Catat koping yang tidak efektif
seperti kurang interaksi sosial, ketidak
berdayaan dll. e. Mengetahui dan menggali pola
koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam
f. Anjurkan untuk mengembangkan
upaya meningkatkan kekuatan dalam
interaksi dengan support system.
mengatasi kecemasan.
g. Berikan lingkungan yang tenang dan
f. Agar klien memperoleh dukungan
nyaman.
dari orang yang terdekat/keluarga.
h. Pertahankan kontak dengan klien,
g. Memberikan kesempatan pada klien
bicara dan sentuhlah dengan wajar.
untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan diri
dan keyakinan bahwa dia benar-benar
ditolong.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan


jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak
mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :

- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

- Melaporkan nyeri yang dialaminya

- Mengikuti program pengobatan

- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang
mungkin

INTERVENSI RASIONAL

a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, a. Memberikan informasi yang


durasi dan intensitas diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b. Evaluasi therapi: pembedahan, b. Untuk mengetahui terapi yang
radiasi, khemotherapi, biotherapi, dilakukan sesuai atau tidak, atau malah
ajarkan klien dan keluarga tentang cara menyebabkan komplikasi.
menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti reposisi
c. Untuk meningkatkan kenyamanan
dan aktivitas menyenangkan seperti
dengan mengalihkan perhatian klien dari
mendengarkan musik atau nonton TV
rasa nyeri.
d. Menganjurkan tehnik penanganan
stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan d. Meningkatkan kontrol diri atas efek
sentuhan therapeutik. samping dengan menurunkan stress dan
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan ansietas.
bila perlu.
e. Untuk mengetahui efektifitas
penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sampai sejauhmana klien mampu
menahannya serta untuk mengetahui
kebutuhan klien akan obat-obatan anti
f. Diskusikan penanganan nyeri dengan
nyeri.
dokter dan juga dengan klien
f. Agar terapi yang diberikan tepat
g. Berikan analgetik sesuai indikasi sasaran.
seperti morfin, methadone, narkotik dll

g. Untuk mengatasi nyeri.

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien
mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat
badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak
subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :

- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL

a. Monitor intake makanan setiap hari, a. Memberikan informasi tentang status


apakah klien makan sesuai dengan gizi klien.
kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan,
b. Memberikan informasi tentang
ukuran triceps serta amati penurunan
penambahan dan penurunan berat badan
berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang klien.
lambat dan pembesaran kelenjar
parotis.
c. Menunjukkan keadaan gizi klien
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
sangat buruk.
makanan tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat. Anjurkan pula
makanan kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti
d. Kalori merupakan sumber energi.
bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis, berlemak
dan pedas.

f. Ciptakan suasana makan yang


e. Mencegah mual muntah, distensi
menyenangkan misalnya makan
berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
bersama teman atau keluarga.
penurunan nafsu makan serta
g. Anjurkan tehnik relaksasi,
mengurangi stimulus berbahaya yang
visualisasi, latihan moderate sebelum
dapat meningkatkan ansietas.
makan.
f. Agar klien merasa seperti berada
h. Anjurkan komunikasi terbuka
dirumah sendiri.
tentang problem anoreksia yang
dialami klien.
Kolaboratif g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
makan/membangkitkan selera makan.
i. Amati studi laboraturium seperti
h. Agar dapat diatasi secara bersama-
total limposit, serum transferin dan
sama (dengan ahli gizi, perawat dan
albumin
klien).
j. Berikan pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins khususnya i. Untuk mengetahui/menegakkan
A,D,E dan B6, antacida terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
perjalanan penyakit, pengobatan dan
k. Pasang pipa nasogastrik untuk
perawatan terhadap klien.
memberikan makanan secara enteral,
j. Membantu menghilangkan gejala
imbangi dengan infus.
penyakit, efek samping dan
meningkatkan status kesehatan klien.
k. Mempermudah intake makanan dan
minuman dengan hasil yang maksimal
dan tepat sesuai kebutuhan.

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif
ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi,
tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :

- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
ting-katan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL

a. Review pengertian klien dan a. Menghindari adanya duplikasi dan


keluarga tentang diagnosa, pengobatan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
dan akibatnya.
b. Tentukan persepsi klien tentang
b. Memungkinkan dilakukan
kanker dan pengobatannya, ceritakan
pembenaran terhadap kesalahan persepsi
pada klien tentang pengalaman klien
dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
lain yang menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat dan
faktual. Jawab pertanyaan secara c. Membantu klien dalam memahami
spesifik, hindarkan informasi yang proses penyakit.
tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti
prosedur pengobatan, therapy yang d. Membantu klien dan keluarga dalam
lama, komplikasi. Jujurlah pada klien. membuat keputusan pengobatan.
e. Anjurkan klien untuk memberikan
umpan balik verbal dan mengkoreksi
miskonsepsi tentang penyakitnya.
f. Review klien /keluarga tentang e. Mengetahui sampai sejauhmana
pentingnya status nutrisi yang optimal. pemahaman klien dan keluarga mengenai
g. Anjurkan klien untuk mengkaji penyakit klien.
membran mukosa mulutnya secara f. Meningkatkan pengetahuan klien dan
rutin, perhatikan adanya eritema, keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
ulcerasi.

g. Mengkaji perkembangan proses-


h. Anjurkan klien memelihara proses penyembuhan dan tanda-tanda
kebersihan kulit dan rambut. infeksi serta masalah dengan kesehatan
mulut yang dapat mempengaruhi intake
makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan
kepala.

5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek


samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
Tujuan :

- Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan


ulcerasi
- Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
- Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan
rongga mulut.
INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada a. Mengkaji perkembangan proses


saat pertemuan dengan klien dan secara penyembuhan dan tanda-tanda infeksi
periodik. memberikan informasi penting untuk
mengembangkan rencana keperawatan.
b. Masalah dengan kesehatan mulut
b. Kaji rongga mulut setiap hari, amati
dapat mempengaruhi pemasukan
perubahan mukosa membran. Amati
makanan dan minuman.
tanda terbakar di mulut, perubahan
suara, rasa kecap, kekentalan ludah.
c. Diskusikan dengan klien tentang c. Mencari alternatif lain mengenai
metode pemeliharan oral hygine. pemeliharaan mulut dan gigi.
d. Intruksikan perubahan pola diet d. Mencegah rasa tidak nyaman dan
misalnya hindari makanan panas, iritasi lanjut pada membran mukosa.
pedas, asam, hindarkan makanan yang
keras.
e. Agar klien mengetahui dan segera
e. Amati dan jelaskan pada klien
memberitahu bila ada tanda-tanda
tentang tanda superinfeksi oral.
tersebut.
Kolaboratif

f. Konsultasi dengan dokter gigi


f. Meningkatkan kebersihan dan
sebelum kemotherapi
kesehatan gigi dan gusi.
g. Berikan obat sesuai indikasi,
g. Tindakan/terapi yang dapat
analgetik, topikal lidocaine,
menghilangkan nyeri, menangani infeksi
antimikrobial mouthwash
dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
preparation.
h. Untuk mengetahui jenis kuman
h. Kultur lesi oral. sehingga dapat diberikan terapi antibiotik
yang tepat.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh


sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan :

- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi

- Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal

INTERVENSI RASIONAL
a. Cuci tangan sebelum melakukan a. Mencegah terjadinya infeksi
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan silang.
melakukan hal yang sama.
b. Jaga personal hygine klien dengan
b. Menurunkan/mengurangi
baik.
adanya organisme hidup.
c. Monitor temperatur.
c. Peningkatan suhu merupakan
d. Kaji semua sistem untuk melihat
tanda terjadinya infeksi.
tanda-tanda infeksi.
d. Mencegah/mengurangi
e. Hindarkan/batasi prosedur invasif
terjadinya resiko infeksi.
dan jaga aseptik prosedur.
e. Mencegah terjadinya infeksi.
Kolaboratif
f. Segera dapat diketahui apabila
f. Monitor CBC, WBC, granulosit, terjadi infeksi.
platelets. g. Adanya indikasi yang jelas
g. Berikan antibiotik bila sehingga antibiotik yang diberikan
diindikasikan. dapat mengatasi organisme penyebab
infeksi.

7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :

- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik

- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji integritas kulit untuk melihat a. Memberikan informasi untuk


adanya efek samping therapi kanker, perencanaan asuhan dan
amati penyembuhan luka. mengembangkan identifikasi awal
b. Anjurkan klien untuk tidak terhadap perubahan integritas kulit.
menggaruk bagian yang gatal. b. Menghindari perlukaan yang dapat
c. Ubah posisi klien secara teratur. menimbulkan infeksi.
c. Menghindari penekanan yang terus
menerus pada suatu daerah tertentu.
d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit
d. Berikan advise pada klien untuk
dan produk yang kontra indikatif
menghindari pemakaian cream kulit,
minyak, bedak tanpa rekomendasi
dokter.

8. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil

Kriteria hasil :

- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya

- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.

- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.

- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

INTERVENSI RASIONAL

a. Kontak dengan klien sering dan a. Perasaan empatik dan perhatian untuk
perlakukan klien dengan hangat dan siap membantu klien dalam mengatasi
sikap positif. permasalahan yang ada.
b. Berikan dorongan pada klien untuk b. Perasaan yang diungkapakan pada
mengekpresikan perasaan dan pikiran orang yang dipercaya akan membuat
tentang kondisi, kemajuan, prognose, perasaan lega dan tidak tekanan batin.
sisem pendukung dan pengobatan.
c. Berikan informasi yang dapat
dipercaya dan klarifikasi setiap
mispersepsi tentang penyakitnya.
d. Bantu klien mengidentifikasi c. Informasi yang akurat memberikan
potensial kesempatan untuk hidup masukan dan instropeksi diri dalam
mandiri melewati hidup dengan kanker, menerima dirinya.
meliputi hubungan interpersonal, d. Ektulisasi diri dibutuhkan bagi klien
peningkatan pengetahuan, kekuatan dengan kaneker.
pribadi dan pengertian serta
perkembangan spiritual dan moral.
e. Kaji respon negatif terhadap
perubahan penampilan (menyangkal
perubahan, penurunan kemampuan
merawat diri, isolasi sosial, penolakan
untuk mendiskusikan masa depan.
f. Bantu dalam penatalaksanaan
alopesia sesuai dengan kebutuhan.
g. Kolaborasi dengan tim kesehatan e. Respon klien yang negatfi diperlukan
lain yang terkait untuk tindakan bantuan baik fisik mapun psikis-moral
konseling secara profesional. untuk memenuhi kebutuhan sejhri-sehari.

f. Dampak dari pada chemoterapi perlu


adanya penjelasan dan perawatan rambut.
g. Konseling kesehatan secara bersama
akan lebih lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai