Anda di halaman 1dari 10

INOVASI PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI LISTRIK

ALTERNATIF

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah


Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Nama : Iin Rahma Putri
NIM : 1631120102

DIII PLN TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Puji
syukur penulis panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Mengatasi
Krisis Listrik di Indonesia”.

Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan karya ilmiah ini,
maka penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurdjizah, selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, yang banyak memberikan materi
pendukung dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini
2. Dan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Penulis menyadari dalam penulisan KTI ini masih memiliki kekurangan. Untuk kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga KTI ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.

Malang, 11 Januari 2017

Iin RahmaPutri
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara yang terletak di kawasan khatulistwa, memiliki potensi energy
matahari yang melimpah. Dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun, LAPAN mencatat
radiasi harian rata-rata energy matahari adalah 4.8 KWh/m2 . Berbagai macam bentuk aktivitas
di masyarakat dan sector industry nasional, sangat bergantung pada ketersediaan listrik.
Permintaan energi listrik pun semakin meningkat 6%. Namun, masih terdapat 19,5%
masyarakat Indonesia yang belum mendapat suplai listrik. Untuk rumah tangga, terdapat 12,5
juta kepala keluarga yang belum mendapatkan listrik. Begitu miris mengingat bahwa Negara
kita memiliki sumber energy matahari yang melimpah, yang dapat digunakan sebagai energy
alternatif produksi energi listrik.

Saat ini, Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil sebgai sumbernya. Sedangkan,
ketersediaan fosil setiap tahunnya semakin menurun dan dapat menyebabkan polusi udara yang
tinggi. Menurut World Solar Insolation Values (2014), Indonesia mempunyai potensi energy
matahari sebesar 4,0-4,9 kWh/m2 . Hal ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber
energy listrik alternatif. Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk
menggantikan dan mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi mendapat perhatian yang
cukup besar dari banyak negara termasuk Indonesia.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah pembangkit listrik yang menggunakan
sel surya (Photovoltaic, PV) untuk mengubah sinar mahari menjadi energy listrik. Pembangkit
listrik ini erupakan bentuk pemanfaatan salah satu sumber energy alternatinf.
PLTS yang berkembang memiliki konsep pemanfaatan energy panas melalui teknologi
Concentrated Solar Power (CSP), dan pemanfaatan energy foton matahari solar panel. Namun,
CSP memiliki kekurangan yaitu membutuhkan lahan yang luas untuk hasil efisien dan
menimbulkan polusi suara yang mengganggu lingkungan. Sedangkan kerugian solar panel
adalah hanya optimal jika penempatannya tegak lurus dengan arah datangnya sinar matahari.
Maka, dibutuhkan inovasi baru untuk menyelesaikan permasalahan diatas. Dengan adaya
penggabungan dua metode pemanfaatan energy matahari, diharapkan dapat memberikan solusi
untuk memenuhi kebutuhan energy listrik.
1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana membuat PLTS yang memanfaatan energy panas dan energy foton
matahari ?
2. Bagaimana penerapan pada daerah terpencil ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat membuat desain PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang memanfaatkan
sumber energy panas dan energy foton matahari
2. Memperoleh energy listrik yang efektif dan efisien
3. Mengetahui penerapannya dalam daerah terpencil
BAB II
ISI

2.1 Prinsip Keja PLTS

Matahari bersinar, radiasi yang dihasilkan dari cahaya matahari ini kemudian ditangkap
oleh panel surya fotovoltaik, membuat photon bergerak menuju electron dan menghasilkan arus
dan tegangan listrik. Panel surya ini merupakan suatu pengkombinasian dari beberapa sel surya
yang ukurannya sangat kecil dan tipis baik secara seri, paralel ataupun campuran (seri dan paralel),
sehingga menjadi sebuah panel surya yang cukup besar dan dapat menghasilkan arus dan tegangan
yang besar pula.
Sebuah solar cells/ sel surya menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah
panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel surya (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan
maksimun).

Perbedaan dari sel surya adalah dari materi pembuatannya:


a) Polikristal (Poly-crystalline)
Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak. Type Polikristal
memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi dapat
menghasilkan listrik pada saat mendung.
b) Monokristal (Mono-crystalline)
Merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas
yang paling tinggi. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik
ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis
dalam cuaca berawan.
c) Amorphous
Amorphous atau juga disebut thin film, adalah jenis yang paling tidak efisien.
Untuk menghasilkan daya yang sama dengan crystalline, memerlukan permukaan
sebesar dua kali.

2.2 Panel Surya

Panel surya atau Solar Panel merupakan komponen pembangkit listrik yang terbuat dari
dioda. Konversi energy matahari menjadi energy listrik dalam solar phanel terjadi melalui proses
photovoltaic yang bergantung pada radiasi sinar matahari. Daya maksimum akan diperoleh ketika
siang hari dan saat arah sinar matahari tegak lurus dengan modul solar panel. Beberapa solar panel
memiliki efisiensi maksimum sebesar 10% dengan rata-rata daya sebesar 22W/m2
.

Gambar 1 StrukturSolar Panel

Cahaya menembus semikonduktor

2.3 Teknologi Concentrated Solar Power (CSP)

Pembangkit lensa cekung berpangku pada sistem konsentrasi linier (Linear concentrating
solar power/CSP) untuk menghasilkan listrik. Ada dua teknologi dalam pembangkitan lensa
cekung, yaitu sistem pengumpul parabola (parabolic trough system) dan sistem reflektor fresnel
linier (linear fresnel reflector system). Untuk pembangkitan listrik menggunakan mesin uap biasa.
Satu sistem besar bisa menghasilkan listrik 50-250 MW.

A Parabolic Trough System


Pada pembangkitan sistem ini, tabung penerima panas di pasang di bagian tengah lensa
cekung tempat suhu matahari terkonsentrasi. Tabung penerima panas akan memanaskan media
berupa air atau cairan penghantar panas lainnya. Ada tiga media yang digunakan, yaitu pelumas
sintetik, garam cair, dan uap bertekanan. Media akan mengalami proses pemanasan saat melalui
tabung penerima panas. Media yang sudah panas digunakan menghasilkan uap. Uap ini akan
digunakan menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Turbin yang digunakan adalah turbin
uap biasa.

B Linear Fresnel Reflector System

Pembangkit ini menempatkan penerima panas berada yang diletakkan diatas lensa cekung.
Sementara sistem pembangkitan sama dengan parabolic trough system.

2.4 Termoelektrik generator

Pembangkitan listrik dengan termoelektrik pada dasarnya menggunakan Efek Seebeck,


yaitu jika 2 buah logam yang berbeda disambungkan salah satu ujungnya, kemudian diberikan
suhu yang berbeda pada kedua ujung, maka terjadi perbedaan tegangan pada ujung yang satu
dengan ujung lainnya. Termoelektrik merupakan teknologi pembangkit listrik dengan
menggunakan panas (kalor). Pada alat ini digunakan komponen yang bernama “Peltier”. Jika
Peltier di panaskan salah satu sisinya dan sisi lain panasnya dibuang, maka akan menghasilkan
Tegangan. Teknologi termoelektrik bekerja dengan mengonversi energi panas menjadi listrik
secara langsung. Implementasi termoelektrik adalah dapat memasok listrik di pelosok desa yang
belum terpasok listrik oleh PLN.
2.5 Traker surya

Traker surya adalah perangkat yang mengarahkan payload ke arah matahari. Muatan dapat
panel surya, palung parabolik, reflektor fresnel, cermin atau lensa. Untuk sistem fotovoltaik panel
datar, pelacak digunakan untuk meminimalkan sudut insiden antara sinar matahari yang masuk
dan panel photovoltaic. Sistem ini meningkatkan jumlah energi yang dihasilkan dari jumlah yang
tetap terpasang pada kapasitas pembangkit listrik. Manfaat utama dari sistem pelacakan adalah
untuk mengumpulkan energi matahari untuk periode hari terpanjang, dan dengan keselarasan yang
paling akurat sebagai posisi bergeser Matahari dengan musim. Traker surya ini memiliki ukuran
atau bentuk yang bermacam-macam. Saat ini telah banyak produk yang menawarkan traker surya
yang berukuran kecil.

2.6 Inovasi penggabungan energy panas dan energy foton beserta beberapa perangkat
pendukung

Sinar matahari dapat dikumpulkan secara optimal ke modul concentrating solar power
(CSP) karena memiliki cermin parabolik dengan sudut keiringan 60⁰ agar cahaya berefleksi pada
panel surya atau solar panel. Turbin uap pada CSP digantikan dengan Termoelektrik generator
yang berfungsi sebagai perubah energi panas menjadi energy listrik dengan kelebihan dapat
mengurangi polusi. Dan menggunakan single solar tracker karena lebih efektif dengan ukurannya
yang relatif kecil. PLTS ini mampu diimplementasikan di daerah terpencil karena tidak
membutuhkan lahan yang luas, tidak menimbulkan polusi, dan daya yang dihasilkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga.
BAB III
PENUTUB

3.1 Kesimpulan
Memanfaatkan energy panas melalui teknologi Concentrated Solar Power (CSP),
dan energy foton matahari solar panel. Teknologi CSP sangat efektif karena dapat memusatkan
sinar matahari yang datang sehingga mengoptimalkan daya yang dihasilkan. Dengan solar panel
yang didesain menjadi solar traker sangat efektif karena berukuran kecil sehingga memudahkan
pemanfaatannya. Inovasi ini juga dilengkapi dengan beberapa teknologi pemanfaatan energy
matahari lainnya. Kelebihan dari inovasi ini adalah dapat menghasilkan daya yang lebih besar dan
dapat diimplementasikan di daerah terpencil karena meggunakan teknologi traker surya.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat saran yang ditujukan terhadap pihak – pihak
tertentu. Pihak – pihak tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Mahasiswa Jurusan Elektro
Dianjurkan kepada mahasiswa jurusan teknik listrik agar senantiasa berinovasi menciptakan
dan mengembangkan inovasi PLTS ini untuk mengahsilkan suatu alat yang berguna bagi
banyak orang.

2. Masyarakat Umum
Dianjurkan kepada masyarakat untuk merubah pola pikir menjadi lebih maju. Diharapkan
dari makalah ini masyarakat dapat mengatasi permasalahan listrik di daerah terpencil.

3. Pemerintah
Dianjurkan kepada pemerintah untuk mendukung inovasi PLTS ini, sehingga dapat
mengatasi permasalahan listrik pada daerah terpencil.
DAFTAR PUSTAKA

 Senoadi, Ahmad. 2015. “Pemanfaatan Panas Energi Matahari (Solar Termal)”.


http://www.energi-ku.com/2015/03/pemanfaatan-panas-sinar-matahari-solar.html.
Diakses pada tanggal 11 Januari 2017. Pukul 22.06 WIB.
 Wikipedia. 2016. “Traker Surya”. https://id.wikipedia.org/wiki/Tracker_surya. Diakses
pada tanggal 11 Januari 2017. Pukul 22.18 WIB.
 Malik Afandi, Muhammad. 2016. “SOLAR ENERGY HARVESTER (SAVER): INOVASI
PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI DENGAN COMBINE METHODS SOLAR
ENERGY HARVESTER (CMSH) SEBAGAI ENERGI LISTRIK ALTERNATIF
RUMAH TANGGA” Diakses pada tanggal 10 Januari 2017. Pukul 20.16
 Muhaimin. 2007. Bahan-Bahan Listrik. Jakarta: PT. Kresna Prima Persada.

Anda mungkin juga menyukai