Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
ketakutan pada anak serta kecemasan pada orang tua. Perdarahan dapat terjadi di manapun
mengancam jiwa. Berdasarkan data Nationwide Emergency Department tahun 2006 hingga
2011, dari 450.000 pasien kegawatan anak 20% datang dengan perdarahan saluran cerna atas
Perdarahan saluran cerna adalah hilangnya darah dalam jumlah tidak normal pada
saluran cerna mulai dari rongga mulut hingga ke anus. Normalnya, volume darah yang hilang
dari saluran cerna sekitar 0,5 – 1,5 mL per hari. Berdasarkan lokasi anatomi sumber
perdarahannya, perdarahan saluran cerna terdiri dari perdarahan saluran cerna atas dan
perdarahan saluran cerna bawah. Perdarahan saluran cerna atas merupakan perdarahan di atas
ligamen Treitz di distal duodenum, yaitu pada rongga mulut, esofagus, gaster, dan duodenum.
Sedangkan perdarahan saluran cerna bawah merupakan perdarahan di bawah ligamen Treitz,
Anak. Perdarahan saluran cerna pada anak dapat bermanifestasi berupa muntah darah
(hematemesis), keluarnya darah bewarna hitam dari rectum (melena), tinja yang berdarah
Insiden terbanyak adalah anak berusia 11-15 (50,8%) tahun dan anak perempuan lebih
banyak daripada laki-laki (54,5% vs 45,5%).1 Pada kasus pediatri lebih sering ditemukan
perdarahan saluran cerna bawah, sebagian besar ringan dan dapat sembuh sendiri.
Insidensnya sebesar 0,3% dari seluruh kasus di instalasi gawat darurat anak dan hanya 4,2%-
nya yang mengancam nyawa; perdarahan saluran cerna atas lebih jarang dengan insidens 1 –
2 kasus per 10.000 anak tiaptahun.2 Mortalitas dari perdarahan saluran cerna atas pada anak
Etiologi perdarahan saluran cerna atas pada anak-anak adalah heterogen dan penyebab
pastinya bervariasi sesuai usia, riwayat penyakit sebelumnya dan lokasi geografis. Pada
neonatus, penyebab umum termasuk tertelan darah ibu dan alergi protein susu, sedangkan
pada bayi etiologi yang lebih seringa dalah robeknya Mallory-Weiss dan refluks esofagitis.
Pada anak-anak yang lebih tua dan remaja, penyebab signifikan perdarahan gastrointestinal
termasuk perdarahan varises sekunder akibat hipertensi portal, dan ulkus peptikum akibat
endoskopi, sehingga diketahui letak perdarahan dan keparahannya.Di negara barat insidensi
perdarahan akut saluran cerna bagian atas mencapai 100 per 100.000
kejadian yang sebenarnya di populasi tidak diketahui. Berbeda dengan di negera barat dimana
perdarahan karena tuka k peptik menempati urutan terbanyak maka di Indonesia perdarahan
karena ruptur varises gastroesofageal merupakan penyebab tersering yaitu sekitar 50-60 %,
gastritis erosiva hemoragika sekitar 25-30 %, tukak peptik sekitar 10-15 %, dan karena sebab
lainnya < 5 %. 18