Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Hiperemesis gravidarum merupakan keadaan yang paling parah dari mual


dan muntah selama kehamilan yang dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan
bagi ibu dan bayi seperti kehilangan berat badan selama kehamilan, dehidrasi,
gangguan elektrolit, dan defisiensi nutritional sehingga dapat meningkatkan risiko
melahirkan berat bayi lahir rendah dan prematur. Hiperemesis gravidarum
merupakan kondisi yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang paling
berperan adalah usia, Penelitian yang dilakukan Pratiwi L tahun 2016 mendapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian hyperemesis
gravidarum dengan ibu hamil dibawah usia 20 tahun1
Mual dan muntah merupakan gejala yang umum terjadi pada sekitar 70%
sampai 85% dari seluruh kehamilan. Beberapa kasus kehamilan dapat terjadi mual
dan muntah berlebihan yang disebut Hiperemesis Gravidarum. Insidensi terjadinya
kasus hiperemesis gravidarum sebesar 0,8% sampai 3,2% dari seluruh kehamilan
atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1000 kehamila. Angka kejadian hiperemesis
gravidarum tidak cukup banyak, namun dampak klinis dan sosial dapat menjadi
suatu masalah besar apabila tidak tertangani sedini mungkin.2
Sesuai data di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013, terdapat 5.683 ibu hamil dan yang
mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 120 (2,1%) ibu hamil atau sekitar 21
kasus per 1.000 kehamilan, 101 (84,2%) diantaranya harus dirawat di rumah sakit
karena kejadian hiperemesis gravidarum. Angka tersebut menunjukan kejadian
hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati
Bantul cukup tinggi dan perlu mendapat perhatian secara serius karena hiperemesis
gravidarum dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.2
Hyperemesis gravidarum merupakan penyakit yang belum jelas penyebabnya
yang dapat menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, ketonuria, inbalance
elektrolit dan hipokalemi, bagaimanapun, 70-80% semua kehamilan dapat merasakan

1
mual dan muntah yang ringan yang juga dikenal dengan nama morning sickness
pregnancy (MSP).3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi

Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah yang


mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi
abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki
konsekuensi yang merugikan janin. Kejadian ini dimulai sebelum akhir minggu ke-
22 kehamilan dan terbagi dalam tiga klasifi kasi yaitu ringan, sedang, dan berat
dengan gangguan metabolik. 2

b. Epidemiologi

Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang


beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di
Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9 di Turki.
Literatur juga menyebutkan bahwa perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum
secara umum adalah 4:1000 kehamilan. Dari data yang ada tersebut menegaskan
bahwa hiperemesis gravidarum merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi. Mual
dan muntah pada kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat berubah menjadi
suatu penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum ini banyak terjadi pada orang Asia dibanding orang Amerika atau
Eropa.4
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009
menjelaskan bahwa lebih dari 80% perempuan hamil mengalami rasa mual dan
muntah sedangkan untuk perempuan hamil yang mengalami kondisi Hiperemesis
Gravidarum sekitar 5 dari 1000 perempuan hamil. Hal ini bisa menyebabkan
perempuan menghindari makanan tertentu dan biasanya membawa resiko baginya
dan janin.5

3
c. Etiologi

Penyebab utama hiperemesis gravidarum belum diketahui secara jelas, namun


telah banyak yang meneliti tentang teori-teori yang dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum seperti peningkatan kadar hormon chorionic gonadotropin dan estrogen,
kadar serotonin, kadar hormon tiroksin, infeksi Helicobacter pylori, faktor sosial,
psikologis, gangguan fungsi hati, kantung empedu pancreatitis, dan ulkus
peptikum.3,4
d. Patomekanisme
Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan
ini mucul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis hormon ini korionik
gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih belum jelas, mungkin berasal dari
sistem saraf pusat akibat berkurangnya sistem pengosongan lambung. Penyesuaian
terjadi pada kebanyakan ibu hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat
berlangsung berbulan-bulan. Teori infeksi H. Pylori. Berdasarkan penelitian,
diketahui bahwa infeksi H.pylori dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum.
Selain itu masih ada teori penyebab hiperemesis gravidarum akibat psikologis. 4
Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual,
muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila
terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar elektrolit dalam
darah, dengan alkalosis hipokloremik. Selain itu hiperemesis gravidarum
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-
asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.
Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang
dan juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam
darah. Kemudian, hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan

4
kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi
muntah yang lebih banyak, dan membuat lingkaran setan yang sulit untuk
dipatahkan.4

e. Manifestasi klinik

Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum masih belum jelas, akan tetapi muntah yang menyebabkan
gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita
hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Pada hiperemesis gravidarum,
gejala-gejala yang dapat terjadi adalah:
a. Muntah yang hebat
b. Haus, mulut kering
c. Dehidrasi
d. Foetor ex ore(mulut berbau)
e. Berat badan turun
f. Kenaikan suhu
g. Ikterus
h. Gangguan serebral (kesadaran menurun)
i. Laboratorium : hipokalemia dan asidosis. Dalam urin ditemukan protein,
j. aseton, urobilinogen, porfirin bertambah, dan silinder positif 4
Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum

Kondisi mual muntah yang berat pada


Mual dan muntah yang dikeluhkan keeheamilan, memuntahkan apa yang
tidak terlalu sering , (muntah pada pagi dimakan dan minum dengan frekuensi
hari) lebih banyak

Tidak menggangu aktivitas sehari-hari Tidak menggangu aktivitas sehari-hari

Menimbulkan komplikasi seperti


Tidak menimbulkan komplikasi ketonuria dehidrasi, hipokalemia,
patologis penurunan berat badan.

Tabel 1 Perbedaan mual dan muntah dalam kehamilan2

5
Hiperemesis gravidarum dibagi berdasarka berat ringannya gejala menjadi 3
tingkat, yaitu:
a) Derajat 1
Ditandai dengan muntah terus menerus yang membuat keadaan umum ibu berubah,
ibu merasa sangat lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, dan nyeri ulu
hati. Pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut nadi sekitar 100 kali permenit,
tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata
cekung.
b) Derajat 2
Pasien terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit berkurang, lidah mengering dan
tampak kotor, denyut nadi lemah dan cepat, suhu akan naik dan mata sedikit ikteris,
berat badan turun dan mata cekung, tensi turun, hemokonsetrasi, oliguria(volume
buang air kecil sedikit) dan konstipasi(sulit buang air besar). Bau aseton dapat
tercium dari nafas dan dapat pula ditemukan dalam urin
c) Derajat 3
Keadaan umum tampak lebih parah, muntah berhenti, penurunan kesadaran, bisa
somnolen sampai koma. Nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun dan suhu
meningkat. Komplikasi pada susunan saraf yang fatal dapat terjadi, dikenal dengan
ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental.
Keadaan tersebut diakibatkan oleh kekurangan zat makanan, terutama vitamin B1
dan B2.3,4
f. Diagnosa

Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus
menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada pasien
hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus.
Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi dan
berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai dehidrasi, turgor kulit yang
menurun, perubahan tekanan darah dan nadi.4

g. Pemeriksaan Penunjang

6
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain, pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi hati, dan urinalisa untuk
menyingkirkan penyebab lain. Bila hyperthyroidism dicurigai, dilakukan
pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk menyingkirkan
kehamilan mola.2,4

h. Penatalaksanaan

1. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis,
pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain :
a) Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal
terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang pada usia kehamilan 4
bulan.
b) Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering
c) Pada saat bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti, biskuit dengan teh hangat
d) Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau minuman
sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
e) Makan makanan yang mengandung gula sangat dianjurkan untuk menghindari
kekurangan karbohidrat
f) Defekasi yang teratur
2. Terapi obat-obatan
Tatalaksana keluhan hiperemesis gravidarum yang berat dianjurkan untuk dirawat
di rumah sakit, hal utama yang harus diperhatikan adalah tatalaksana dehidrasi untuk
meningkatkan volume intravaskuler, memperbaiki gangguan elektrolit dan mencegah
terjadinya kompensasi vasokonstriksi sehingga mengganggu perfusi pada organ dan
uterus. Berikut langkah-langkah tatalaksana hiperemesis gravidarum :
a) Stop makanan peroral selama 24-48 jam

7
b) Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1 dengan tetesan 40 tetes per menit
c) Obat :
1) Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus
2) Vitamin B12 200 ug/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus
3) Fenobarbital 30 mg I.M 2-3 kali perhari atau klorpromazin 25-50mg/hari
a. Antiemetik : prometazin 2-3 kali perhari peroral atau pro-kloperazin 3 kali 3 mg
perhari peroral atau mediamer B6 3 kali perhari peroral
b. Antasida : asidrin 3x1 tablet perhari peroral atau milanta 3x1 tablet perhari
peroral
d) Pemberian infus asam amino untuk mencegah terjadi katabolisme yang
menghasilkan benda keton yang dapat memperburuk keadaan pasien
e) Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
f) Rehidrasi dan suplemen vitamin, pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9%),
cairan dekstrose tidak boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang
cukup untuk mengoreksi hiponatremia, urin output juga harus dimonitor dan
perlu dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui terjadinya ketonuria
Antiemesis, tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin
antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin,
proklorperazin), antikolonergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor
antagonis (prometazin, siklizin). Namun bila masih tetap tidak memberikan
respon maka dapat digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor
antagonis 5-Hidrokstiptamin (5-HT3) (ondansentron, sisaprid).
g) Ciri khas diet hiperemesis adalah lebih diutamakan karbohidrat kompleks
1) terutama pada pagi hari, menghindari makanan yang berlemak dan berminyak
untuk menekan rasa mual dan muntah, lalu
2) Sebaiknya diberi jarak untuk pemberian makan dan minum.
3) Syarat pemberian makanan pada pasien hiperemesis gravidarum adalah
karbohidrat tinggi 75-80% dari kebutuhan energi total,lemak rendah, yaitu
kurang dari 10% dari kebutuhan energi total, dan protein sedang, yaitu 10
15% dari kebutuhan energi total. Makanan diberikan dalam bentuk yang
halus, diberikan dalam jumlah yang sedikit tapi dalam frekuensi yang

8
sering. Lalu diberikan juga cairan sesuai dengan keadaan pasien, yaitu
sekitar 7-10 gelas per hari 2,3

i. Prognosis

Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan
merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut
menurun 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual
muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalami mual muntah setelah
usia kehamilan 20 minggu. Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis
gravidarum sangat memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik
dengan sendirinya pada usia kehamilan 20-22 minggu. Namun demikian pada
tingkatan yang berat penyakit ini dapat membahayakan nyawa ibu dan janin.2,3

J. Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan sering dapat menyebabkan tubuh
mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K. Pada defisiensi
thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaan. gangguan
sistem saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan
nistagmus. Penyakit ini dapat berkembang semakin parah dan menyebabkan
kebutaan, kejang dan koma.4 Pada defisiensi vitamin K, terjadi gangguan koagulasi
darah dan juga disertai dengan epistaksis.3,4

K. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia
ibu, usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda,
kehamilan mola, kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu
merupakan faktor risiko dari hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan
kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis
gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan faktor risiko
hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon
korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar

9
hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah
mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya sekitar minggu ke 14-16.
Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama.
Peningkatan kadar hCG mengakibatkan perubahan atau gangguan (dismotilitas)
sistem pencernaan serta gangguan sistem imun humoral yang diduga sebagai
pencetus infeksi H.pilory selama kehamilan. Faktor risiko lain adalah jumlah
gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil dimana
ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress yang lebih besar
dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan
korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali
hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga
merupakan faktor risiko penyakit hiperemesis gravidarum. Pekerjaan
berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola
makan, aktifitas dan stres pada ibu hamil.2,6

10
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 14 Maret 2018


Ruangan : IGD Kebidanan RSU Anutapura
Jam : 18.00 WITA

I. IDENTITAS
Nama : Ny. E Nama Suami : Tn. T
Umur : 28 tahun Umur : 32 tahun
Alamat : Palu Barat Alamat : Palu Barat
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

II. ANAMNESIS
G1P0A0 Usia Kehamilan : 11-12 minggu
HPHT :18-12-2017 Menarche : 14 tahun
TP :25-09-2018 Perkawinan : pertama, 2 Tahun

Keluhan Utama :
Muntah

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien masuk IGD KB RSU Anutapura dengan keluhan muntah sejak 1 hari
yang lalu, mntah berisi makanan dan cairan, muntah hamper setiap saat terutama
ketika habis makan, pasien juga mengeluh mual, pusing dan nyeri ulu hati. Pasien
pernah menderita seperti ini 1 minggu yang lalu. Nyeri perut tembus belakang (-).
Pelepasan darah (-), lendir (-), air (-), sakit kepala (-), Demam (-), sesak (-), batuk (-)
Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu makan dirasakan

11
menurun. Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam kehidupan rumah
tangganya maupun dalam pekerjaanBAB (+) biasa, BAK (+) jarang dan sedikit.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pernah menderita dengan keluhan yang sama 1 minggu yang lalu, Kejang (-),
Hipertensi (-), Penyakit Jantung (-), Diabetes Mellitus (-)

Riwayat Obstetri :
a. Hamil Pertama : Hamil sekarang Uk 11-12 minggu

Riwayat haid:
Haid teratur setiap bulan, dengan 5- 7 hari , dan mengganti pembalut 2x sehari.

Riwayat KB:
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi

Riwayat ANC :
Rutin ANC di PUSKESMAS 1 bulan sekali

Riwayat Imunisasi: -

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Sakit sedang Tekanan Darah:90/50 mmHg
Kesadaran : Somnolen Nadi : 105 x/menit
BB : 56 Kg Respirasi : 20x/menit
TB : 156 cm Suhu : 37,1ºC

Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), mata cekung (+), pembesaran KGB (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax :

12
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni Regular
Abdomen :
Nyeri Tekan Epigastrium (+)
Pemeriksaan Obstetri :
Leopold I : tidak dilakukan
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
HIS : Belum ada
Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) : tidak dilakukan
Ekstremitas :
Edema ekstremitas bawah -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : 26-02-2018
WBC : 11,5 x 109/l
HGB : 15,1 gr/dl
PLT : 307 x 109/l (150-440)
RBC : 5,36 x 1012/l (3,8-5,2)
HCT : 46,3 % (35-47)
MCV : 86 1fL (80,0-100,0 fL)
MCH : 28,2 pg (26,0-34,0 pg)
MCHC : 32,7 g/dL (32,0-36,0 g/dL)
HbSAg: Non Reaktif
Anti HCV : Non Reaktif
Glukosa sewaktu : 135 mg/dl
Tes Elektrolit

13
K+ : 3,65 (3,48-5,50)
Na+ : 136,95 (135-145)
Cl : 99,6 (96-106)

V. RESUME
Pasien perempuan 38 tahun dengan G1P0A0 masuk dengan keluhan muntah
sejak 1 hari yang lalu, mntah berisi makanan dan cairan, muntah hamper setiap saat
terutama ketika habis makan, pasien juga mengeluh mual, pusing dan nyeri ulu hati.
Pasien pernah menderita seperti ini 1 minggu yang lalu. Selain itu pasien juga
mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu makan dirasakan menurun. BAB (+) biasa,
BAK (+) jarang dan sedikit
Pada pemeriksaan obstetri HIS belum ada, DJJ tidak ditemukan. Nyeri Tekan
Epigastrium (+), mata cekung (+), Suhu : 37,10 C, Nadi : 105x/menit
Pemeriksaan laboratorium: WBC 11,5 x 109/l,
VI. DIAGNOSIS
G1P0A0 gravid 11-12 minggu + Hiperemis Gravidarum derajat 2

VII. PENATALAKSANAAN
a. Guyur Dextrose 5% 1000 ml lanjut RL:Dex5% 1:1 28 TPM
b. Drips Farbion 1 ampul/24 ja,
c. Inj. Ondancentron 4mg/8 jam IV
d. Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam IV
e. Antasida Syrup 3 x 1 C

14
VIII. FOLLOW UP

FOLLOW UP Hari Kedua (15 Maret 2018)


S: Nyeri perut (+), lemas (-), mual (+) muntah (-), sakit kepala (-), pusing (+),
BAB (-), BAK (+) sedikit
O: Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/70 mmHg N: 89 x/m RR: 20 x/m S : 36,5oC
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis -/-
Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/-
Abdomen: Cembung, nyeri tekan epigastrium (-), bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas : akral hangat dan tidak ada edema di kedua ekstremitas bawah

A: G1P0A0 + HEG derajat 1


P:
a. Guyur Dextrose 5% 1000 ml lanjut RL:Dex5% 1:1 28 TPM
b. Drips Farbion 1 ampul/24 ja,
c. Inj. Ondancentron 4mg/8 jam IV
d. Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam IV
e. Antasida Syrup 3 x 1 C

FOLLOW UP Hari Ketiga (16 Maret2018)


S: Nyeri perut (-), lemas (-), mual (-) muntah (-), sakit kepala (-), pusing (-), BAB (-),
BAK (+) lancar.

P: Keadaan umum : Sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg N: 88 x/m RR: 20 x/m S : 36,2oC

15
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis -/-
Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/-
Abdomen: Cembung, nyeri tekan (-), bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas : akral hangat dan tidak ada edema di kedua ekstremitas bawah
A: G1P0A0 + HEG derajat 1
P:
a. Guyur Dextrose 5% 1000 ml lanjut RL:Dex5% 1:1 28 TPM
b. Drips Farbion 1 ampul/24 ja,
c. Inj. Ondancentron 4mg/8 jam IV
d. Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam IV
e. Antasida Syrup 3 x 1 C

Pasien dipulangkan oleh dokter sore hari dengan terapi pulang


a. Antasida Syrup 3 x 1 C
b. Ranitidin tab 2 x 1

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena dari
anamnesis ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat, dimana keluhan
tersebut sampai mengganggu aktivitas sehari-hari dan pekerjaanya. Muntah tersebut
juga menimbulkan komplikasi dehidrasi karena kekurangan cairan yang diminum
dan kehilangan cairan karena muntah sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Pada pemeriksaan fisik penderita, hal ini ditandai dengan ditemukan mata
cekung, adanya peningkatan frekuensi denyut nadi, lidah terasa kering, BAK yang
sedikit-sedikit dengan frekuensi yang menurun dan.7
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya
riwayat telat haid sejak tanggal 18 desember 2017, pasien sudah melakukan tes
kehamilan dengan hasil yang positif. Hiperemesis gravidarum ini dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik.7
Pasien didiagnosis hiperemesis gravidarum tingkat II, karena penderita tampak
lemah, lidah kering, mata cekung, tensi turun dan oliguria. Pada penderita ini dapat
dimasukkan ke dalam tingkat dehidrasi sedang, karena dalam pemeriksaan
didapatkan keluhan haus, pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi cepat
(105x/menit), mata cekung, Subfebris dan BAK sedikit.7
Salah satu penyebab mual muntah berlebihan adalah gemeli dan mola hidantidosa,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan USG. Pemeriksaan penunjang lain yang
disarankan dalam kasus ini adalah pemeriksaan elektrolit, pada pemeriksaan
elektrolit tidak didapatkan gangguan elektrolit.7
4.2 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum grade II dibedakan menjadi rehidrasi
dan koreksi elektrolit, terapi nutrisi, terapi dengan obat-obatan, dan psikoterapi.
Terapi cairan dilakukan untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan
rehidrasi, yaitu rehidrasi inisial dan rehidrasi rumatan.7,8

17
Pada pasien ini ditemukan tanda-tanda dehidrasi tetapi hanya diberikan cairan
rumatan sebanyak 2 liter dalam 22 jam hari pertama dengan diberikan cairan
rehidrasi inisial 1 liter dekstose 5% pada 2 jam pertama. Resusitasi dikatakan adekuat
bila terdapat parameter seperti tekanan darah arteri rata-rata 70-80 mmHg, denyut
jantung kurang dari 100x per menit, ekstremitas hangat dengan pengisian kapiler
baik, susunan saraf pusat baik, produksi urine baik 0.5-1 ml/kg BB/jam dan asidosis
tidak berlanjut.7,8
Cairan pemeliharaan yang digunakan adalah Ringer laktat: Dekstrosa 5% = 1:1.
Digunakannya cairan ini adalah selain untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien juga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalori pasien. Digunakan dektrosa, karena
pada pasien hiperemesis gravidarum terjadi oksidasi lemak yang tidak sempurna
yang ditandai Selain itu cairan ini bersifat isotonic hiperosmotik membantu transport
cairan intravaskuler menuju intraseluler sehingga dapat memperbaiki kondisi
dehidrasi pasien. 7,8
Untuk mengatasi muntah, pada pasien ini diberikan inj. Ondancentron 4 mg per 8
jam dan ranitidine 50 per 8 jam. Menurut algoritma penatalaksanaan mual dan
muntah pada kehamilan, pada pasien mual muntah dengan dehidrasi, setelah
dilakukan rehidrasi, pilihan obat yang digunakan adalah metoclopramid atau
antihistamin H1. Ondansentron diberikan pada pasien jika keluhan mual muntah
tidak teratasi dengan pemberian metoclopramid atau antihistamin H1. Pada hari
ketiga pasien dirawat, anti emetik yang diberikan tetap ondansentron, hal ini sudah
sesuai dengan algoritma penatalaksanaan mual muntah pada kehamilan. 7,8
Pada pasien ini juga diberikan Farbion (mengandung vitamin B1, B6, B12).
Suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi dan mencegah insiden
hiperemesis gravidarum. Vitamin B1, B6, dan B12, yang merupakan koenzim yang
berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino.8,9,10
Terapi Psikologis dilakukan dengan meyakinkan pasien bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan, menghilangkan rasa takut karena kehamilan, istirahat sementara dari
aktivitas hariannya, serta membantu pasien untuk mengatasi masalah dan konflik
yang mungkin sedang dihadapi oleh pasien. Pada pasien ini dilakukan monitoring
keluhan, tanda vital, berat badan, produksi urine dan keton urin. Keluhan penderita

18
perlu diperhatikan untuk mencari apakah masih terdapat keluhan mual maupun
muntah pada penderita. 8,9,10
Tanda vital penderita dilihat apakah terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan
denyut nadi atau peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda-tanda dehidrasi.
Berat badan penderita perlu ditimbang tiap hari untuk melihat apakah ada penurunan
berat badan karena keluhan yang dialami oleh penderita. Produksi urine juga dapat
digunakan untuk melihat apakah masih terjadi dehidrasi pada penderita ini.9,10
Pasien dipulangkan setelah 3 hari dirawat dan dianjurkan untuk rawat jalan.
Indikasi pasien pulang pada kasus ini adalah keadaan umum baik, kesadaran
komposmentis, dengan tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda dehidrasi dan
keluhan muntah sudah tidak ada.9,10

19
BAB V
PENUTUP

Hiperemesis gravidarum adalah kejadian mual dan muntah yang


mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi
abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria mual dan muntah
yang mengganggu aktivitas sehari-hari Hiperemesis gravidarum disebabkan
interaksi faktor endokrin, imunologi, gastrointestinal, enzim metabolik,
defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologi.2,7

Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang tepat
dapat mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu
dan janin. Tatalaksana komprehensif dimulai pencegahan, modifikasi diet dan
menjaga asupan cairan. Terapi hiperemesis gravidarum yang utama adalah
pemberian cairan dan perbaikan elektrolit. Terapi farmakologi dapat diberikan
jika dibutuhkan. Hiperemesis gravidarum sebagian besar dapat membaik dengan
sendirinya pada usia kehamilan 20-22 minggu. Namun, pada tingkat yang berat
penyakit ni dapat membahayakan nyawa ibu dan janin.2,7

Diharapkan agar setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur


untuk mendeteksi adanya kelainan yang bisa terjadi pada masa kehamilan.
Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi dan menjaga personal higiene agar
tidak terjadi infeksi selama kehamilan hingga persalinan.2,7

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Pratiwi L. “Hubungan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Dengan Usia Ibu


Hamil Dibawah 20 Tahun”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2016. 01, (1), p iii-iv
2. Supriyatiningsih. “Monograf Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum”. Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas
Muhamamdiyah Yogyakarta. LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2009. 04, (38), p 1-17
3. Cengiz H et al. “Plasma serotonin levels are elevated in pregnant women with
hyperemesis gravidarum”. Arch Gynecol Obstet. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. 2014. 01, (1), p 2-6
4. Yasa A. “Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Di Rsud Ujungberung Pada Periode 2010- 2011”.
Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Fakultas
Kedokteran. 2012. 01, (1), p 5-15
5. Umbo H et al. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahas”. Jurnal
Ilmiah Bidan;. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Fakultas
Kedokteran. 2014. 02, (2), p 24-32
6. McCarty F et al. “Hyperemesis gravidarum: current perspectives”.
International Journal of Women’s Healt. The Irish Centre for Fetal and
Neonatal Translational Research, University College Cork. Ireland 2014. 01,
(1), p 2-5
7. Barzha D. dan Apriliana E. . “Hiperemesis Gravidarum dan Abortus Iminens
pada Kehamilan trimester Pertama”. Jurnal Medula Unila;. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. 2016. 05, (2), p 18-21
8. Ogunyemi DA, 2012. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:
http://www.emedicine.com, Accesed : 15 April 2018.

21
9. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea and
vomiting in pregnancy : new approaches. British Journal of Midwifery, May
2008, Vol 16, No. 5.
10. Asih, Kampono dan Prihartono. Hubungan pajanan infeksi Helicobacter pylori
dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Majlah Obstetri Ginekologi
Indonesia. Vol 33, no 3 Juli 2009.

22

Anda mungkin juga menyukai