BAB III Pembahasan New
BAB III Pembahasan New
BAB III
PEMBAHASAN
Dari pengolahan data diatas, debit (Q) total didapat sebesar = 0,773 m3/s. Debit diatas
merupakan debit potensi yang dilakukan saat musim kemarau masuk musim
penghujan. Dalam merencanakan sebuah pusat listrik tenaga air perlu diperhatikan
kondisi debit ketika musim kemarau, hal ini agar turbin dapat beroperasi
menghasilkan listrik apabila debit sungai turun drastis ketika musim kemarau. Untuk
estimasi musim kemarau dikurangi 30% dari Qtotal, sehingga menjadi :
𝑄 = 𝑄𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 70%
= 0,773 𝑚3/𝑠 𝑥 70%
= 0.541 𝑚³/𝑠
Sungai Mrawu merupakan sungai dangkal dengan aliran bebas, berdasarkan literatur
pada buku diperoleh factor koreksi sebesar :
Tabel 3.3 Faktor koreksi ( c ) untuk setiap jenis saluran
(Sumber : Micro-Hydro Design Manual hal 56)
𝑄 = 𝑐 𝑥 𝑄𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
= 0.65 𝑥 0,541
= 0.35 𝑚³/𝑠
Berdasarkan kondisi tersebut diatas, agar pengambilan debit desain cukup aman
artinya baik musim kemarau dan musim penghujan turbin dapat beroperasi, maka
Qdesain dipilih adalah 𝟎. 𝟑𝟓 𝒎³/𝒔
25
Lebar bendung adalah jarak antara tembok pangkal (abutment) di satu sisi dengan
abutment di sisi lain, termasuk pilar-pilar dan pintu pembilas. Untuk tidak terlalu
banyak menggangu aliran sungai setelah ada bendung, maka lebar bendung yang
paling ideal adalah sama dengan lebar normal sungai ( B = Bn ). Bila ternyata dengan
B = Bn mengakibatkan muka air di atas menjadi tinggi sekali maka lebar bendung
masih dapat dibesarkan sampai 1.2 lebar normal sungai. Jadi B<1.2 Bn lebar bendung
diambil 1.2 kali lebar normal sungai pada debit penuh 0.35 m³/s sebagai berikut ;
kemiringan talud sungai m = 1.5
lebar bawah sungai b=4m
kedalaman air di sungai h = 1.18 m
jagaan w = 1.15 m
Htotal = 1.4 m
27
3.2.4. Intake
Dimana :
v = Kecepatan aliran (m/s)
k = Koefisien Strickler (1/n )
R = Jari-jari hidrolik
SL = Kemiringan dasar
n = Koefisien kekasaran manning
Tinggi aliran pada debit maksimum
Bila dikombinasikan dengan rumus kontinuitas, maka diperoleh hubungan dengan
penampang saluran sebagai berikut :
Q= AxV
Q
Q=
V
A=bxh
P = b + 2h
Dimana :
Q = Debit aliran, m3/s
A = Luas penampang, m2
b = Lebar dasar, m
h = Tinggi aliran, m
P = Keliling basah, m
Diambil kecepatan dalam saluran v = 1 m/s, lebar saluran b = 1 m, sehingga tinggi
aliran pada debit maksimum yaitu:
29
V
h = Q.
b
𝑚
m3 1 𝑠
h = 0.42 .
s 1𝑚
= 0.42 𝑚
Kemiringan Saluran
Kemiringan dasar sungai dapat dihitung sebagai berikut:
3
V = k. √R2 . √SL
Dimana:
k diambil = 60
P = b + 2h = 1 m + 2(0.42) m = 1.84 m
A = b x h = 1 m x 0.42 m = 0.42 m²
A 0.42 m2
R= = = 0.23 𝑚
P 1.84 m
Sehingga,
V
√SL = 3
k x √2
𝑚
1𝑠
√𝑆𝐿 = 3
60 𝑥 √(0.23𝑚)2
= 0.044 𝑚
Sehingga dengan demikian, waktu yang dibutuhkan bak penenang penuh dengan air
adalah:
volume dimensi bak penenang
waktu =
kecepatan alir air
(6 𝑥 3 𝑥 1.7)𝑚
𝑡= = 153 𝑠
0.2 𝑚/𝑠
Seperti yang diketahui Losses-Head ( Hf ) sangat tergantung pada kecepatan air dalam
pipa penstock ( v ), sedangkan kecepatan air tergantung dari diameter optimum pipa
penstock ( D ). Sehingga perlu dilakukan tahapan perhingan Losses-Head, diameter
dan kecepatan alir air secara optimum.
Untuk menetapkan diameter optimum dilakukan dengan cara menghitung
diameter dan Losses-Headnya untuk tiap tiap kecepatan alir air ( v ). Asumsi
kecepatan alir air sebesar 1 m/s, 1.5 m/s, 2 m/s, 2.5 m/s, 3 m/s, 3.5 m/s, 4 m/s, 4.5 m/s,
dan 5 m/s.
Contoh perhitungan :
Untuk V = 2 m/s
𝜋
Q = 4 . 𝐷2 . 𝑉 sehingga,
4.Q 4 x 0.35 m3 /s
D = √π.V = √ = 0.472 m
π x 2m/s
𝑉 .𝐷 𝑚2
𝑅𝑒 = , dimana ∪ = 1.13𝑥10−6
∪ 𝑠
𝑚
2 𝑠 𝑥 0.472𝑚
𝑅𝑒 =
1.13𝑥10−6 𝑚2
𝑠
𝑅𝑒 = 0.835 𝑥 106
Dari Tabel dan grafik diatas hubungan antara diameter dengan Hf adalah :
Semakin kecil diameter pipa semakin besar nilai Hf, begitu sebaliknnya.
Semakin besar diameter pipa, semakin mahal biayanya, begitu sebaliknya.
Semakin rendah kecepatan air, maka dapat terjadi pengendapan (fouling),
semakin cepat kecepatan air dapat terjadi abrasive terhadap pipa.
Penentuan diameter akan menentukan kecepatan air dalam pipa pesat. Batasan
kecepatan air dalam pipa pesat sebagai berikut :
Untuk L/H < 1 – 2 Cmax = ( 4 – 3 ) m/s
L/H < 2 – 4 Cmax = ( 3 – 2,5 ) m/s
L/H > 5 Cmax = ( 2 – 1 ) m/s
Dimana,
L = Panjang pipa pesat ( m )
H = Head Statis atau Head Bruto ( m )
C = Kecepatan air dalam pipa pesat ( m/s )
Berdasarkan referensi diatas, maka penentuan diameter dalam penstock pada
PLTMH Giritirta, adalah :
𝐿 52
= = 3.46 < 2 − 4
𝐻 15
Maka, V = 2.5 m/s
4xQ 4 x 0.35 m
D= √ = √ = 0.42 m
πxV 3.14 x 2.5 m/s
Atau bisa juga dengan menggunakan persamaan Gordon dan Penman sebagai berikut:
𝐷 = 0.72 𝑥 𝑄 0.5
= 0.72 𝑥 0.350.5 = 0.42 𝑚 = 16.5 𝑖𝑛𝑐ℎ
𝑚3
𝑄 0.35
𝑉= 𝜋 = 𝜋 𝑠 = 2.52 𝑚
2
⁄4 𝑥𝐷 ⁄4 𝑥0.422 𝑠
𝑚
2.52 𝑠 𝑥 0.42 𝑚
6
𝑅𝑒 = 2 = 0.938𝑥10
𝑚
1.13𝑥10−6 𝑠
𝜖 4.6𝑥10−5
= = 0.000109
𝐷 0.42 𝑚
Dari Diagram Moody didapatkan harga f = 0,013, maka
35
𝐿 𝑉2
𝐻𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑥
𝐷 2𝑔
52 𝑚 2.522
𝐻𝑓 = 0.013 𝑥 𝑥 = 0.52 𝑚
0.42 𝑚 2𝑥9.81 𝑚⁄𝑠 2
Penentuan ketebalan pipa pesat tergantung pada pemilihan jenis bahan atau material
pada pipa pesat. Pada perhitungan ketebalan pipa pesat, ditentukan material standar
JIS SM 400. Berikut adalah spesifikasi standar material dan perhitungan ketebalan
pipa pesat.
Tabel 3.5 Spesifikasi standar material
Ketebalan dinding pipa pesat harus lebih besar dari pada rumus empiris di
bawah ini dan tidak lebih kecil dari 6 mm.
D + 800
t min = + ϵ
400
Dengan :
Sehingga :
420 𝑚𝑚 + 800
𝑡𝑚𝑖𝑛 = + 2 = 5.5 𝑚𝑚
400
36
Tebal pipa didapat 5.5 mm, namun menurut persamaan diatas batas minimum
tebal pipa adalah 6 mm. Selain itu, ketebalan pipa pesat juga dapat dihitung
berdasarkan tekanan air, dengan persamaan berikut :
𝑃𝑚 𝑥 𝐷
𝑡= + 𝜖
2 𝑥 𝛿𝑎 𝑥 𝜂
Dengan :
t = Tebal pipa pesat ( mm )
Pm = Tekanan maksimum air ( kg/mm2 )
Pm = Ha x ρ x Hb
Ha = 2, Asumsi tekanan maksimum air karena water hammer
ρ = Massa jenis air = 1000 kg/m3
Hb = Head bruto ( m )
D = Diameter dalam penstock ( m )
δa = Tegangan ijin (12 kg/mm2 )
η = Efisiensi las ( 90 % )
ϵ = Perlindungan terhadap korosi ( 2 mm )
Pm x D
t= + ϵ
2 x δa x η
Pm = Ha x ρ x Hb
kg
= 2 x 1000 m
m3 x15
kg
= 30000 2
m
sehingga
30𝑥103 x 0.0055 m
t= + 0.002 m
3 kg
2 x 12𝑥10 2 x90%
m
= 9.83 ≈ 10 mm
Dari dua persamaan diatas, demi keamanan dan umur dari pipa maka dipilih
tebal pipa sebesar 10 mm, material JIS SM 400 A, B, C.
37
Data-data yang digunakan dalam rancangan turbin yang diperoleh dari survey
lapangan dan hasil perhitungan diatas adalah ;
a) Hnett = Hbruto - Hf
Head Rancangan yaitu sebesar 22 m.
𝐻𝑛𝑒𝑡𝑡 = 22 𝑚 − 0,52 𝑚 = 21,48 𝑚 ≈ 21.5 m
b) Qdesain = 0.35 m3/s
c) Daya Output Turbin
Perhitungan daya yang dapat dibangkitkan dengan estimasi efisiensi turbin
jenis crossflow terendah sebesar 70 % adalah sebagai berikut :
𝑃 = 𝐻𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑄𝑑𝑒𝑠 𝑥 𝑔 𝑥 𝜂𝑡
𝑃 = 21,5 𝑚 . 0,35 𝑚3/𝑠 . 9,81 𝑚/𝑠2. 0,7
𝑃 = 51,67 𝑘𝑊
51.67 𝐾𝑊
P= 0.746
= 69.26 𝐻𝑃
berikut :
513.25
𝑁𝑠 = ……
𝐻 0.505
513.25
𝑁𝑠 = = 133
14. 50.505
Dalam perancangan turbin crossflow ini dibutuhkan data data yang diperoleh dari
hasil survey dan hasil perhitungan. Dari data-data tersebut dapat ditentukan dimensi
roda jalan (runner), Panjang aliran masuk (bo), dimensi sudu dan sudu pengarah.
Gambar berikut merupakan gambaran diagram kecepatan dari runner yang
membentuk tiga (3) titik kecepatan yakni untuk turbin crossflow diambil
kelengkungan sudut β = 120°.
Roda jalan merupakan bagian dari turbin air yang berfungsi sebagai penyerap
energi potensial air dan mengubahnya menjadi energi mekanis berupa putaran.
Putaran tersebut akan dikonversi menjadi energi listrik melalui generator. Berikut
merupakan dimensi dari runner tersebut, yakni : Langkah langkah perencanaan
runner turbin :
1. Perencanaan putaran adalah 𝒏 = 1500 rpm, 1000 rpm, 750 rpm, 500 rpm dan
250 rpm
2. Menentukan Diameter Luar Runner Turbin
𝐷1 . 𝜋. 𝑛
𝑈1 =
60
60 × 𝑈1
𝐷1 =
𝜋. 𝑛
60 × 8.265 𝑚/𝑠
𝐷1 =
𝜋. 𝑛
1
𝐷1 = 157.849 × 𝑚
𝑛
41
𝑈2 = 5.783 𝑚/𝑠
𝜔1 𝐴1 = 𝜔2 𝐴2
𝐴1
𝜔2 = 𝜔1
𝐴2
𝐴1 2
𝜔2 = 𝜔1 ( )
𝐴2
0.125 2
𝜔2 = 10.767 𝑟𝑎𝑑/𝑠. ( )
0.085
𝜔2 = 21.97 𝑟𝑎𝑑/𝑠
3. Kecepatan Mutlak (𝑪𝟐)
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk mencari nilai kecepatan
𝐶2 = √𝑢2 2 + 𝜔2 2
𝐶2 = √5.7832 + 21.972
𝐶2 = 22.72 𝑚/𝑠
4. Perhitungan Sudut ( 𝜶𝟐 )
𝐶𝑢3 = 𝐶3 cos 𝑎3
𝐶𝑢3 = 22.72𝑚/𝑠. cos 75.20°
𝐶𝑢3 = 5.78 𝑚/𝑠
44
𝑄
𝑏0. =
0.91 . 𝑏0 . 𝐷1 . √𝐻𝑛𝑒𝑡𝑡
0.35 𝑚3 /𝑠
𝑏0. =
0.91 × 0.25 × √14.5 𝑚
𝑏0. = 0.404 𝑚
Metode yang digunakan dalam perencanaan turbin cross flow kali ini adalah
metode satu busur lingkaran, tahapan dalam mendesain bentuk sudu sebagai
berikut ;
o Pada tahap awal menggambar sudu, yang dilakukan pertama kali adalah
membuat lingkaran dengan diameter D1 dan lingkaran kedua dengan D2.
Kedua lingkaran tersebut berpusat pada titik yang sama.
o Panjang garis AC dapat ditarik garis dengan sudut 𝛽1, kemudian panjang garis
𝛼1
AB dapat dicari dengan sudut hingga bersinggungan dengan diameter dalam
2
runner turbin.
o Garis BO dapat ditentukan dengan menarik titik B ke titik O, kemudian gari
BC tegak lurus dengan garis BO.
48
Poros disini berfungsi untuk memindahkan momen puntir dari roda jalan ke pulley.
Poros tidak dapat dibuat dengan diameter seragam, kerena untuk keperluan perakitan
atau penempatan bagian yang terletak pada poros, membutuhkan batas tertentu
maupun toleransi tersendiri. Namun dalam perhitungan diameter poros ( Dp )
dianggap seragam. Bahan yang dipilih adalah Fe 690
Dengan :
𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖 = 30 𝑘𝑊
𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖 = 30 000 𝑊
30000 𝑊
Mw = π 𝑥 630 𝑟𝑝𝑚
30
Mw = 454.728 Nm
Mw = 454.728 x 103 Nmm
Tegangan puntir ( 𝑤 ) untuk bahan Fe 690 adalah 80 N/mm²
𝑊𝑤 = 5684,105 mm³
3. Menentukan diameter poros yang dianggap aman untuk tegangan punter, karena
𝑊𝑤 = 0,2 𝑑³, maka :
3 𝑊𝑤
d = √ 0,2
3 5684,105 mm3
d= √ 0,2
𝑑 = 30,5 𝑚𝑚 ≈ 32 𝑚𝑚
𝜎𝑖 = √σb2 + 3 τw2
Dimana :
NO D (mm)
Dari data data perhitungan diatas, kita memilih diameter yang aman untuk tegangan
lentur terjadi adalah 50 mm, dengan nilai tegangan ideal (𝜎i ) yang terjadi sebesar
48.124 N/mm2
𝜏𝑤 ≥ 𝜏𝑤(𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)
80 N/mm2 ≥ 18.189 N/mm2 ≥ aman
Contoh perhitungan :
Untuk Dp = 50 mm
Menentukan tegangan lentur ( 𝒃 ) :
𝑊𝑏 = 0.1 x 𝑑3
𝑊𝑏 = 0.1 x ( 50 𝑚𝑚 )3
𝑊𝑏 = 12500 𝑚𝑚3
51
𝑀𝑏
𝜎𝑏 = 𝑊𝑏
454.728 x 103 Nmm
𝜎𝑏 = 12500 𝑚𝑚3
𝜎𝑏 = 36.378 N/mm2
Tegangan puntir ( 𝝉𝒘 ) :
𝑊𝑤 = 0,2 . 𝑑3
𝑊𝑤 = 0,2 . (50 𝑚𝑚)3
𝑊𝑤 = 25000 𝑚𝑚3
𝑴𝒃
𝜏𝑤 = 𝑾𝒘
𝟒𝟓𝟒,𝟕𝟐𝟖 𝐱 𝟏𝟎𝟑 𝑵𝒎𝒎
𝜏𝑤 = 𝟐𝟓𝟎𝟎𝟎𝟑
𝜏𝑤 = 18.189 N/mm2
Menentukan Tegangan ideal ( 𝒊 ) :
𝜎𝑖 = √σb2 + 3 τw2
𝜎𝑖 = √(36.378 N/𝑚𝑚2 )2 + 3 (18.189 N/𝑚𝑚2 )2
𝜎𝑖 = 48.124 N/𝑚𝑚2
Dimana :
F = Gaya pancaran air pada nozzle ( N )
𝐹𝑥 = Gaya tangansial air pada runner ( N )
𝐹𝑦 = Gaya sentripetal air pada runner ( N )
𝜌𝑎𝑖𝑟 = Massa jenis air ( Kg/m³ )
Q = Debit air ( m³/s )
𝑉𝑎𝑖𝑟 = Kecepatan pancaran air ( m/s )
Sehingga :
𝐹𝑥 = 1000 𝑘𝑔/𝑚3 𝑥 0.35 𝑚3/𝑠 𝑥 21,03 𝑚/𝑠 𝑥 sin 41,25º
𝐹𝑥 = 4853,11 𝑘𝑔𝑚/𝑠2 = 4853,11 𝑁
Sedangkan :
𝐹𝑦 = 1000 𝑘𝑔/𝑚3 𝑥 0.35 𝑚3/𝑠 𝑥 21,03 𝑚/𝑠 𝑥 cos 41,25º
𝐹𝑦 = 5533,91 𝑘𝑔𝑚/𝑠2 = 5533,91 𝑁
𝑉𝑟 = 2.84 𝑥 10−3 𝑚3
Massa dan berat runner dapat di cari menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑀𝑟 = 𝑉𝑟 𝑥 𝑃𝑏𝑒𝑠𝑖
𝑀𝑟 = 21.981 𝐾𝑔
𝑊𝑟 = 𝑚𝑟 𝑥 𝑔
𝑚
𝑊𝑟 = 21.981 𝑘𝑔 𝑥 9.81 = 215.64 𝑁
𝑠2
𝑊𝑝 = 104.49 𝑁
d. Perencanaan V-Belt
Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium yang dibelitkan
dikeliling alur pulley yang berbentuk V. Bagian sabuk yang membelit pada pulley
mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar.
Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan
menghasilkan transimsi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah.
54
𝑛1 𝑑2
=
𝑛2 𝑑1
630 rpm 𝑑2
=
1500 rpm 𝑑1
𝑑1 = 2.38 . 𝑑2
Maka, dari perbandingan diatas ditentukan d1 = 238 mm dan d2 = 238 mm
2. Daya rencana
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 . 𝑃 (𝑘𝑊)
Di ambil dari faktor koreksi sebesar fc = 1.8 sehingga,
𝑃𝑑 = 1.8 𝑥 30 = 54 𝑘𝑊
3. Pemilihan penampang sabuk
Dengan putaran pulley kecil (n2) = 1500 rpm dan daya rancangan Pd = 54 kW,
maka bila dilihat dari tabel di bawah ini dapat dipilih penampang sabuk V-belt
tipe C
4. Kecepatan Sabuk
Untuk menghitung sabuk dapat digunakan rumus sebagai berikut :
𝑑𝑝 . 𝑛1
𝑣=
60 𝑥 1000
Dimana :
V = Kecepatan linear sabuk (m/s)
dp = Diameter pulley minimum di anjurkan
n1 = Putaran poros (rpm)
Jadi,
𝜋. 100 𝑚𝑚 . 1500 𝑟𝑝𝑚
𝑣= = 7.85 𝑚/𝑠
60 𝑥 1000
5. Panjang V-Belt
Untuk mencari panjang V-Belt adalah :
𝜋 (𝐷2 + 𝐷1 )2
𝐿 = 2𝐶+ (𝐷2 + 𝐷1 ) +
2 4. 𝐶
𝜋 (100 𝑚𝑚 + 250 𝑚𝑚 )2
𝐿 = 2 . 700 𝑚𝑚 + (100 𝑚𝑚 + 250 𝑚𝑚 ) +
2 4 . 700 𝑚𝑚
𝐿 = 1993 𝑚𝑚
Dari hasil perhitungan didapatkan panjang belt = 1993 mm, sesuai dengan
standart V-Belt maka panjang V-belt = 2032 mm
56
Sesuai dengan tabel diatas faktor koreksi ( Cs ) yang dipilih adalah 1.4
𝐶𝑠 .𝑃
Jadi, 𝑧 = 𝑓1 .𝑓1 .𝑝𝑑
Dengan :
z = banyaknya sabuk
P = Daya turbin (kW)
Pd = Daya pulley (kW)
f1 = Koefisien sudut pulley (1.00)
f1 = Koefisien profil pulley (0.75)
1.4 𝑥 30 𝑘𝑊
𝑧=
1.00 𝑥 0.75 𝑥 54 𝑘𝑊
𝑧 = 1.03 ≈ 1 𝐵𝑢𝑎ℎ
e. Bantalan
Untuk bantalan poros kita memilih jenis deep groove ball bearing.
Didapatkan data sebagai berikut :
d(diameter didalam bearing) = 50 mm
D(diameter luar bearing) = 80 mm
57
3.2.11. Generator
Generator yang digunakan untuk PLTMH Giritirta adalah Synchrounous Generator
Brushless type. Pemilihan tipe generator ini didasarkan karena lebih murah dan juga
system kontrolnya lebih murah, meskipun ukurannya lebih besar. Berikut spesifikasi
generator yang dipilih :
Tabel 3.12 Spesifikasi generator tipe stc
Output Voltage Current Power factor Speed Freq. Weight
Pole
Type
Number
KVA KW V A Cosθ R. p. m Hz Kg
Total produksi energi yang dibangkitkan selama satu tahun PLTMH Giritirta
adalah sebagai berikut:
Pannual = Heff 𝑥 Qdes 𝑥 g 𝑥 𝜂𝑡 𝑥 ηg 𝑥 PF x 8760
Dimana,
𝐻𝑒𝑓𝑓 = Tinggi Jatuh Efektif Turbin ( m )
𝑄𝑑𝑒𝑠 = Debit Desain Turbin ( m³/s )
𝑔 = Gravitasi Bumi ( 9,81 m/s² )
𝜂𝑡 = Efisiensi Turbin ( 70 % )
𝜂𝑔 = Efisiensi Generator ( 85 % )
PF = Faktor daya ( 0.8 )
8760 = jam produksi per tahun
Sehingga:
58
Dari survey dan pengolahan data diatas maka data – data yang diperoleh dari hasil
survey, yakni :
Hbrutto = 22 m
Hefektif = Hbrutto - Hf
Hefektif = 22 – 0.52 m
= 21.48 m
Q = 0.35 m³/s
Sehingga perkiraan daya yang dapat dibangkitkan dengan luas DAS 2,14 km2 dari
sungai potensi adalah :
P = 9,8 x Q x Heff x ηt x ηg ( kW )
ηt : 0.70 – 0.85 (tergantung pada tipe turbin)
ηg : 0.80 – 0.95 (tergantung pada kapasitas generator)
Jika diasumsikan :
ηt = 0.70 (turbin yang digunakan turbin crossflow)
ηg = 0.85
sehingga,
P = 9,8 x Q x Heff x e0 ( kW )
P = 9.8 x 0.35 m3/s x 21.48 m x 0.70 x 0.85
P = 43.84 KW
PLTMH direncanakan memiliki dua buah turbin sehingga daya yang dapat dihasilkan
adalah :
P = 2 x 43.84 KW
P = 87.68 KW
59
3.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang didapatkan dari perancangan PLTMH di Desa Giritirta,
Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah yaitu :
Dari hasil perhitungan dan analisa mengidentifikasikan adanya potensi debit
sebesar 0.35 m³/s dengan head 24 meter, serta daya listrik yang dapat
dibangkitkan sebesar 87.68 kW
Berikut spesifikasi dari perancangan turbin yang digunakan :
ITEM RANCANGAN
NO SPESIFIKASI SATUAN BESARAN
TURBIN
kW 50
Daya Turbin
Hp 69.26
Panjang Pipa m 52
Tebal Pipa mm 10
Syncronous
Generator Brus
Type
hles s type
9 Generator (STC)