Anda di halaman 1dari 18

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mikrohidro (PLTMH)

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik berskala
kecil dengan output di bawah 100 kW yang memanfaatkan beda tinggi (head, dalam
meter) dan jumlah debit airnya (m3/detik) yang ada pada aliran air saluran irigasi,
sungai atau air terjun alam.

Gambar 2.1 Gambaran umum sistem PLTMH


(sumber : Teknologi energi terbarukan yang tepat untuk aplikasi di masyarakat di
pedesaan, 2011)

Secara teknis, mikro hidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber
energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan
melalui pipa pesat (penstock) dengan ketinggian tertentu menuju rumah instalasi
(rumah turbin). Di rumah instalasi, air akan menumbuk turbin yang akan menerima
energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputarnya
poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator
dengan menggunakan kopling. Dari generator akan dihasilkan energi listrik yang akan
5

masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan
lainnya (beban).
Berdasarkan kapasitas pembangkit, Pembangkit Listrik Tenaga Air dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1: Klasifikasi PLTA berdasrkan kapasitas

Dalam tugas artikel ini, pembahasan difokuskan pada jenis mikrohidro (0,5 sampai
100 kW).
Terdapat beberapa faktor-faktor penting yang harus dipikirkan ketika akan
membangun sistem mikrohidro. Faktor pertama adalah jumlah aliran air yang tersedia;
periode dimana hanya ada sedikit hujan atau tak ada sama sekali hujan maka dapat
berdampak besar pada pengoperasian pembangkit. Faktor kedua adalah yang dikenal
sebagai tinggi jatuh (head), ini merupakan jumlah jatuhnya air yang ada diantara
saluran pemasukan (intake) dan sistem keluaran sistem. Makin besar tinggi jatuhnya,
makin besar juga daya yang dapat dibangkitkan.

2.2. Tinggi Jatuh (Head)

Tinggi jatuh air ( head ) adalah parameter utama yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan pembangkit tenaga mikrohidro, dan head bergantung terhadap geografi
lokasi. Pada dasarnya tinggi jatuh air ada dua kategori yaitu tinggi jatuh kotor atau
tinggi jatuh statis, dan tinggi jatuh bersih atau efektif. Sebagaimana aliran didalam
pipa, dimana sebagian energi akan hilang akibat gesekan dan gangguan yang lainnya
(katup, belokan,dll). Sepanjang saluran pembawa air juga akan terjadi kerugian akibat
gesekan dan turbulensi. Kehilangan energi ini biasanya dicatat sebagai data untuk
perhitungan output daya dengan cara mengurangi tinggi jatuh total yang ada di
lapangan. Tinggi jatuh ini juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis turbin
6

yang akan dipakai. Turbin pelton efektif beroperasi pada head tinggi (> 20 meter),
sedangkan turbin propeller sangat efektif pada head yang rendah (≤ 20 meter).

a. Tinggi jatuh kotor atau tinggi jatuh statis


Hg (m) didefinisikan sebagai perbedaan ketinggian air di saluran pembawa atas dan
ketinggian air di saluran pembuangan (tailrace). Ini merupakan tinggi jatuh teoritis
yang akan tersedia apabila tidak terjadi loses.

Gambar 2.2. Head dalam perhitungan sistem tenaga air

b. Tinggi jatuh bersih atau efektif


Hn (m) dihasilkan dari perbedaan antara tinggi jatuh kotor dan kerugian tinggi jatuh
(head losses) . Ini merupakan tinggi jatuh sebenarnya yang tersedia untuk
membangkitan daya. Kehilangan tinggi jatuh untuk skema PLTMH biasanya sekitar
10% dari tinggi jatuh kotor.

2.3. Debit

Aliran atau debit (notasi : Q satuan m3/detik) adalah volume air yang mengalir
disepanjang penampang sungai atau pipa tertentu per satuan waktu. Perhitungan debit
air ini diperlukan untuk menentukan output daya dari sebuah skema PLTMH.
Besarnya debit dalam sebuah skema PLTMH tidak sama dengan debit total
atau debit maksimum yang tersedia di sungai. Hal ini dipertimbangkan untuk
menghindari struktur bangunan sipil yang besar, pipa pesat, runner turbin dan fasilitas
pembuangan air untuk mengakomodasi aliran yang besar. Jadi, debit diperlukan untuk
7

mengetahui batasan arus tertinggi sampai arus terendah yang terjadi dalam aliran
sungai (Rislima, 2011).
Variasi dari besarnya debit sepanjang tahun dan perubahannya selama musim
hujan dan musim kering perlu diketahui dan dianalisa dengan cermat untuk
menentukan debit desain yang akan diaplikasikan dalam sistem. Debit desain biasanya
ditentukan sedikit diatas batas minimum untuk menjaga fermormansi dan efisiensi
peralatan pembangkit.

2.4. Bending pengalihan dan intake

Bendung pengalihan mengalihkan aliran yang dibutuhkan untuk pembangkitan daya


dari sungai melalui intake ke dalam sistem penyaluran air pada sebuah PLTMH.
lubang intake merupakan lubang intake merupakan pintu masuk menuju saluran
pembawa. Pintu intake / Intake gate mengatur aliran masuk dari sungai ke sistem
pembawa air. Pintu air juga memungkinkan untuk menutup sama sekali aliran masuk
selama periode perawatan dan selama banjir.

2.5. Saluran Pembawa / Headrace channel

Saluran pembawa mengalirkan air dari intake ke bak penenang dengan kehilangan
ketinggian yang minimum. Ada berbagai macam saluran pembawa, antara lain
terowongan, saluran terbuka dan saluran tertutup. Pada saluran panjang dapat perlu
dilengkapi dengan saluran pelimpah pada jarak tertentu. Ini untuk menjaga jika terjadi
banjir maka kelebihan air akan terbuang melalui saluran tersebut.
Debit yang melalui saluran pembawa dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Qd =V x A (2.1)
Kecepatan aliran pada saluran pembawa dapat diperoleh dengan persamaan Manning-
Strikler sebagai berikut :
2 1
1
V = x R3 x s 2 (2.2)
n
A
R= (2.3)
P
Maka, persamaan debit yang melalui saluran pembawa menjadi:
8

2 1
1
Qd =A x x R 3 x S 2L (2.4)
n
Dimana :
Qd : Desain debit untuk saluran pembawa (m3/s)
V : Kecepatan rata-rata (m/s)
A : Luas penampang basah (m)
R : Jari-jari hidrolik (m)
P : Keliling penampang basah (m)
SL : Slope / kemiringan dasar saluran (contoh SL :1/100 = 0.01)
N : Koefisien kekasaran

2.6. Bak penenang / Forebay

Bak penenang membentuk transisi dari saluran pembawa ke pipa pesat. Dalam
beberapa kasus baknya diperbesar dengan tujuan;
 Berfungsi sebagai bak penampungan pada saat beban puncak
 Sebagai bak akhir untuk mencegah pengisapan udara (air suction) oleh penstok.
Pada bak penenang harus juga dipasang saringan untuk mencegah benda-benda yang
tidak diinginkan masuk ke dalam pipa pesat.

2.7. Pipa pesat / penstock pipe

Pipa pesat/penstock merupakan pipa yang mengantarkan air bertekanan menuju dan
menggerakkan turbin. Material yang baik untuk digunakan untuk pipa pesat pada
mikrohidro adalah besi ringan, Unplasticized polyvinyl choloride (uPVC), High-
density polyethylene (HDPE), Medium-density polyethylene (MDPE).
Untuk mendesain pipa pesat mula-mula tentukan jenis bahan pipa pesat yang
direncanakan dan hitung jarak antara saluran penampang menuju turbin dan beda
tinggi (HGross) dari saluran penampang turbin.
a. Panjang pipa pesat, didapat dengan menggunakan rumus trigonometri :
L pipa= √ Lhorizontal ❑2+ H gross ❑2 (2.5)
b. Kecepatan optimum dapat dicari dengan menggunakan rumus United State of
Reclamation (USBR) sebagai hubungan antara kecepatan dengan head untuk pipa.
V =0.125 √ 2 gH (2.6)
9

c. Diameter pipa pesat.


Secara sederhana, diameter pipa dapat dicari dengan menggunakan persamaan dasar
berikut :
Q 1 2 Q
A= π .d = (2.7)
V 4 V
d. Ketebalan pipa :
Ketebalan pipa pesat pada desain ini dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
(D+80)
t=
40
Dimana :
t = ketebalan minimum pipa
D = diameter pipa
e. Rugi-rugi akibat gesekan pada pipa pesat
Setelah mendapatkan diameter pipa pesat, kita akan menghitung nilai kehilangan atau
rugi-rugi head pada pipa pesat dengan mencari harga factor gesekan (fl).
Untuk mencari fl digunakan grafik pada gambar 2.4 dengan cara menghubungkan
garis lengkung antara harga k/d terhadap nilai (1,2.Q/d). dari tabel 2 didapat koefisien
‘k’ untuk beberapa material pipa dengan umur kondisinya.
10

Gambar 2.3 Grafik faktor gesekan pada pipa


(sumber : Perencanaan pembuatan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, USU. 2008)

2.8. Turbin

Turbin terdiri dari runner yang terhubung ke shaft yang merubah energi potensial
dalam air yang jatuh menjadi daya mekanikal atau daya shaft. kebanyakan kasus,
listrik dibangkitkan, turbin disambungkan secara langsung ke generator atau
disambungkan melalui roda gigi atau belt dan pulley, tergantung pada kecepatan yang
dibutuhkan oleh generator. Jadi, pemilihan jenis turbin tergantung pada tinggi jatuh
dan debit desain.

2.8.1. Jenis-jenis Turbin

Tipe-tipe turbin yang dipergunakan dibidang teknik hidrolistrik pada saat ini adalah
sebagai berikut :
a. Turbin Francis
Turbin Francis ini adalah jenis turbin yang paling banyak dipakai PLTA saat ini.
Turbin ini bekerja dengan aliran air bertekanan. Turbin francis merupakan salah satu
turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan
air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah.
Sudu pengarah mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin
Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang
dapat diatur sudutnya.

Gambar 2.4 Turbin Francis


(Sumber : Mavel CZ, “Construction of Hydro Turbine”)
11

Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang
dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.

b. Turbin Pelton
Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang
disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nozle. Turbin Pelton adalah salah
satu dari jenis turbin air yang paling efisien dan yang cocok digunakan untuk head
tinggi. Pada pembangkit listrik skala besar head yang dibutuhkan lebih kurang 150
meter tetapi untuk skala mikro head 20 meter sudah mencukupi, dan Efisiensi turbin
pelton dapat mencapai 80%.. Untuk turbin dcengan debit yang kecil, sistem
penyemprotan airnya dapat menggunakan satu buah nozle dan untuk debit lebih besar
dapat digunakan nozle lebih dari satu. Dengan menggunakan lebih dari satu noszle,
daya terbangkit turbin dapat ditingkatkan.
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran air
tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air dengan
baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping sehingga terjadi konversi energi
kinetik menjadi energi mekanis.

Gambar 2.5 Turbin Pelton


(Sumber : Mavel CZ, “Construction of Hydro Turbine”)

c. Turbin Kaplan
Turbin ini mempunyai roda jalan yang mirip dengan baling-baling pesawat terbang.
Bila baling-baling pesawat terbang berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong, roda
jalan pada kaplan berfungsi untuk mendapatkan gaya F yaitu gaya putar yang dapat
12

menghasilkan torsi pada poros turbin. Sudu-sudu pada roda jalan kaplan dapat diputar
posisinya untuk menyesuaikan kondisi beban turbin. Turbin kaplan mempunyai
kelebihan dapat menyesuaikan head yang berubah-ubah sepanjang tahun. Turbin dapat
beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda turbin lebih kecil dan dapat
dikopel langsung dengan generator. Pada kondisi pada beban tidak penuh turbin
Kaplan mempunyai efisiensi paling tinggi, hal ini dikarenakan sudu-sudu turbin
kaplan dapat diatur menyesuaikan dengan beban yang ada.

Gambar 2.6 Turbin Kaplan


(Sumber : Mavel CZ, “Construction of Hydro Turbine”)

d. Turbin Cross-flow
Turbin Crossflow sering juga disebut dengan turbin Banki, Mitchell atau turbin
Ossberger. Turbin Crossflow terdiri dari sebuah tong berbentuk penggerak (runner)
terbuat dari dua buah piringan yang terhubung dengan lingkaran terdekat oleh
beberapa gerigi yang melengkung. Pada operasinya, pipa berbentuk kontak secara
langsung memancarkan air sepanjang runner. Air mendorong gerigi dan memberikan
banyak energy kinetik.
Dibandingkan jenis turbin lainnya, turbin crossflow memiliki disain dan
konstruksi yang sederhana, instalasi dan perawatan yang mudah, serta investasi dan
biaya perawatan yang rendah. Tinggi air jatuh (head) yang digunakan diatas 3 m
sampai dengan 50 m. Kapasitas debit air yang digunakan antara 25 – 1500 liter/s, dan
daya yang dapat dihasilkan antara 2 – 200 kW. Efisiensi turbin crossflow rata-rata
berkisar 65% - 75% dan bisa mencapai 80%, namun pada posisi guide vane < 40%
posisi max, efisiensinya akan turun sampai 30%. Disamping itu umur turbin crossflow
13

panjang, karena komponen-komponennya yang relatif tahan aus dan kecil


kemungkinan untuk terjadi kavitasi yang dapat merusak kinerja turbin.

Gambar 2.7 Turbin Cross-flow


(Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

Tipe T1, yaitu Turbin Cross-Flow untuk kecepatan rendah .


Tipe T3, yaitu Turbin Cross-Flow untuk kecepatan tinggi.

2.8.2. Pemilihan Jenis Turbin

Pada tahap awal, pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan


mempertimbangkan parameter-parameter khusus yang mempengaruhi sistem
operasi turbin, yaitu :
1. Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang akan dimanfaatkan
untuk operasi turbin merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis
turbin, sebagai contoh: turbin pelton efektif untuk operasi pada head tinggi,
sementara turbin proppeller sangat efektif beroperasi pada head rendah.
2. Faktor daya (Power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang
tersedia.
3. Kecepatan (Putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke generator. Sebagai contoh
untuk sistem transmisi direct couple antara generator dengan turbin pada head
rendah, sebuah turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran yang diinginkan,
sementara turbin pelton dan crossflow berputar sangat lambat (low speed) yang
akan menyebabkan sistem tidak beroperasi. Ketiga faktor (net head, power,
putaran) di atas seringkali diekspresikan sebagai ”kecepatan spesifik, Ns.”
14

4. Kecepatan Spesifik (ns) Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu
turbin ialah kecepatan putaran runner yang dapat dihasilkan daya efektif untuk
setiap tingginya atau dengan rumus dapat ditulis (Haimerl.1960):

Kecepatan yang spesifik adalah perbandingan antara kecepatan putaran dari dua
runner secara geometrik sama satu dengan lainnya, dimana diambil dari kondisi
hokum persamaan, dan kecepatan spesifik dari runner yang mirip dalam sebuah grup
dengan kecepatan putaran diperoleh ketika satu runner memiliki head efektif H = 1 m
dan output P = 1 kW. Adalah dapat dimengerti bahwa kecepatan spesifik adalah
sebuah nilai numerik sebagai gambaran dari klasifikasi runner dihubungkan dengan
tiga faktor yaitu head efektif, output turbin dan kecepatan putaran sebagai berikut:
1 /2 5/4 5/4 1 /2
N s =(N x P )/H N=(N s x H )/ P
Dimana,
Ns : Kecepatan spesifik (m-kw)
N : Kecepatan putaran turbin (rpm)
P : Output turbin (kW) = 9.8 x Q x H x η
H : Head efektif (m)
Q : Debit (m3/s)
Η : Efisiensi maksimum (%, tetapi sebuah desimal digunakan dalam
perhitungan)
η = 82 % untuk Turbin Pelton
η = 84 % untuk Turbin Francis
η = 77 % untuk Turbin Crossflow *
η = 84 % untuk Turbin Tubular S-type
Catatan: * 70% harus digunakan untuk setiap tipe dari turbin tipe Crossflow di
Indonesia pada tahap sekarang karena efisiensi dari turbin di Indonesia sekarang tidak
terlalu tinggi akibat kualitas fabrikasi. Kecepatan spesifik dari setiap turbin adalah
dikhususkan dan dikisarkan menurut konstruksi dari setiap tipe dengan berdasarkan
pada percobaan dan contoh-contoh pembuktian nyata.
Batasan dari kecepatan spesifik turbin (Ns-max) dapat diperiksa dengan rumus
berikut.
Turbin Pelton : Ns-max ≤ 85.49H-0.243
Turbin Crossflow : Ns-max ≤ 650H-0.5
15

Turbin Francis : Ns-max ≤ (20000/(H+20))+30


Turbin Francis Horisontal : Ns-max ≤ 3200H-2/3
Turbin Propeller : Ns-max ≤ (20000/(H+20))+50
Turbin Tubular : Ns-max ≤ (20000/(H+16))
Catatan : H: Efektif Head
Tabel 2.2 Kecepatan spesifik turbin konvensional (Lal, Jagdish, 1975)

Tabel 2.3 Jenis dan karakteristik untuk setiap tipe turbin air
16

5. Berdasarkan Head dan Daya yang dibangkitkan.


Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head dan debit
yang ada yaitu :
 Head yang rendah yaitu dibawah 1 sampai 70 meter tetapi debit air yang besar,
maka Turbin Kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti ini.
 Head yang sedang antara 1 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka
untuk kondisi seperti ini gunakanlah Turbin Francis atau Cross-Flow.
 Head yang tinggi yakni di atas 45 hingga 1000 meter dan debit sedang, maka
gunakanlah turbin impuls jenis Pelton. (Kudip, 2002).

Gambar 2.8 Grafik efisiensi jenis turbin berdasarkan head, flow, dan daya
C.A Mockmore (1949)
17

2.9. Daya dan Energi

Pada prinsipnya pembangkit tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga air
dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik dengan menggunakan
turbin air dan generator. Daya (power) teoritis yang dihasilkan dapat dihitung
berdasarkan persamaan empiris berikut (Arismunandar dan Kuwahara, 1991) :

P = 9,8 x Q x Heff (kW) (2.8)


Dimana :
P : Tenaga yang dihasilkan secara teoritis (kW)
Q : Debit pembangkit (m³/det)
Heff : Tinggi jatuh efektif (m)
9,8 : Percepatan gravitasi (m/s2).

Seperti telah dijelaskan bahwa daya yang keluar merupakan hasil perkalian
dari tinggi jatuh dan debit, sehingga berhasilnya suatu usaha pembangkitan tergantung
dari usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang besar secara efektif dan
ekonomis. Selain itu pembangkitan tenaga air juga tergantung pada kondisi geografis,
keadaan curah hujan dan area pengaliran (catchment area) (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).
Penentuan tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dengan mengurangi tinggi jatuh
total (dari permukaan air sampai permukaan air saluran bawah) dengan kehilangan
tinggi pada saluran air. Tinggi jatuh penuh adalah tinggi air yang kerja efektif saat
turbin air berjalan (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).
Adapun debit yang digunakan dalam pembangkit adalah debit andalan yang
terletak tepat setinggi mercu yaitu debit minimum. Karena pembangkit ini
direncanakan beroperasi selama 24 jam sehari semalam (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).
Daya yang masuk atau total daya yang diserap oleh suatu mikrohidro
merupakan daya kotor (bruto), P gross. Daya yang biasanya disampaikan adalah daya
bersih (P net). Keseluruhan efesiensi yang mempengaruhi daya ini dimasukkan dalam
e0. P gross didapat dari head gross ( h gross ) dikalikan dengan debit aliran ( Q ) dan
dikalikan dengan percepatan gravitasi; yang diambil 9,81. Sehingga, didapat
persamaan dasar kekuatan air pada mikrohidro yaitu :
18

P = 9,8 x Q x Heff x e0 ( kW )

e0 = ηs . ηp . ηt . ηg . ηj . ηtr
Efesiensi yang mempengaruhi daya yaitu :
ηs : 1.0 – (panjang saluran x 0.002 ̴ 0.005)/Hgross (pada saluran)
ηp : 0.90 – 0.95 (tergantung pada panjangnya)
ηt : 0.70 – 0.85 (tergantung pada tipe turbin)
ηg : 0.80 – 0.95 (tergantung pada kapasitas generator)
ηj : 0.90 – 0.98 (tergantung pada panjang jaringan)
ηtr : 0.98 (pada trafo)

Gambar 2.9. Efiesiensi pada skema PLTMH

Energi yang dilepaskan didapat dari berat air yang jatuh dikalikan dengan

tinggi jatuh vertikalnya. Berat jatuh didapat dari massa ( m ) dikalikan dengan

percepatan gravitasi. Sementara tinggi jatuh vertikal merupakan harga h gross.

Energi yang dilepas = m x g x h gross (Joule) (2.9)


Karena berat air merupakan perkalian antara berat jenis (p) dengan volume air (V),
sehingga didapat :
Energi yang dilepas =V x p x g x h gross (Joule) (2.10)
Saat air masuk ke turbin dengan debit tertentu, energi yang dilepas dapat dinyatakan
dalam kondisi daya ( power ), dimana Power merupakan energi yang dilepas persatuan
waktu.
P gross = p x Q x g x hgross (Joule/detik) atau (Watt) (2.11)
19

Dengan memasuki harga massa jenis air ( p air ) = 1.000 kg/m3, dan
percepatan gravitasi ( g ) = 9,8 m/detik2. Daya yang dihasilkan pada turbin akan
banyak berkurang dari daya kotornya ( P gross ), karena kehilangan akibat gesekan
pada pipa pesat (penstock) dan pada turbin. Daya yang keluar pada generator
berkurang lagi akibat kurang efisiennya sistem kerja dan generator. Selanjutnya, pada
transmisi power hilang, dengan daya akhir yang mampu dihasilkan dan didistribusikan
kepada penggunaan listrik mikrohidro ini hanya mencapai setgengah dari kapasitas
daya kotornya (Pgross). Nilai efisiensi keseluruhan (e0) cenderung berkisar antara 0,4
hingga 0,6.

2.10. Transmisi Mekanik

Transmisi daya berperan untuk menyalurkan daya dari poros turbin ke poros
generator. Elemen-elemen transmisi daya yang digunakan terdiri dari: sabuk (belt),
pulley, kopling dan bantalan (bearing). Belt berfungsi untuk menyalurkan daya dari
poros turbin ke poros generator. Belt harus cukup tegang sesuai dengan jenis dan
ukurannya. Pulley berfungsi untuk menaikkan putaran sehingga putaran generator
sesuai dengan putaran daerah kerjanya. Sedeangkan kopling, bantalan dan cone clamp
merupakan komponen/elemen pendukung.
Secara umum sistem transmisi daya dapat dikelompokkan menjadi:
 Sistem transmisi daya langsung (direct drives)
 Sistem transmisi daya tidak langsung (indirect drives); dalam hal ini
menggunakan belt.

a. Sistem transmisi daya langsung


Pada sistem transmisi daya langsung ini, daya dari poros turbin (rotor) langsung
ditransmisikan ke poros generator yang disatukan dengan sebuah kopling. Sehingga
konstruksi sistem transmisi ini menjadi lebih kompak, mudah untuk melakukan
perawatan, efisiensi tinggi, dan tidak memerlukan elemen mesin lain, seperti belt dan
pulley, kecuali sebuah kopling. Karena sistem transmisi dayanya langsung, maka
generator yang digunakan harus memiliki kecepatan putaran optimum yang hampir
sama dengan kecepatan putaran poros turbin (rotor), sekitar + 15 % perbedaannya.
Alternatif lain adalah menggunakan gearbox untuk mengoreksi rasio
kecepatan(putaran) antara generator dengan poros turbin.
20

Hal lain yang harus diperhatikan adalah pemasangan poros turbin dan poros
generator yang menuntut kelurusan sumbu. Pengaruh ketidaklurusan sumbu poros
(misalignment) dikurangi dengan penggunaan kopling fleksibel yang mengizinkan
sedikit ketidaklurusan sumbu poros.

b. Sistem transmisi daya dengan sabuk (Belt)


Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang sejajar. Pemilihan
jenis sabuk bergantung pada besar kecilnya daya yang akan ditransmisikan. Sabuk
memainkan peranan yang penting dalam menyerap beban kejut dan meredam
pengaruh getaran. Sabuk yang digunakan umumnya jenis flat belt dan V-belt. Flat belt
banyak digunakan pada sistem transmisi daya mekanik untuk mikrohidro dengan daya
yang besar. V-belt digunakan pada instalasi PLTMH dengan daya dibawah 20 kW.
Penggunaan sistem transmisi sabuk ini memerlukan komponen pendukung seperti
pulley, bantalan beserta asesorisnya, dan kopling. Pada sistem transmisi daya dengan
sabuk, putaran turbin dan generator yang dihubungkan dapat berbeda; dengan kata
lain ada rasio putaran. Dengan demikian range generator yang akan digunakan lebih
luas dan bervariasi.

Gambar 2.10 Mekanisme penghantar daya


(Sumber : Manual Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. JICA 2015)
2.11. Generator

Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik putaran poros menjadi energi
listrik. Konversi Energi tersebut berlangsung melalui medium medan magnet. Untuk
instalasi PLTMH dapat digunakan generator sinkron dan generator induksi. Bagian
utama generator terdiri dari bagian yang berputar disebut rotor dan bagian yang diam
21

disebut stator. Diantara rotor dan stator terdapat celah udara. Pada generator sinkron
kumparan medan terdapat pada rotor, sedangkan kumparan jangkarnya merupakan
bagian yang diam. Generator induksi (asinkron) mempunyai kumparan jangkar pada
stator, dan tidak terdapat kumparan medan karena generator induksi menggunakan
prinsip imbas elektromagnet.

Anda mungkin juga menyukai