Anda di halaman 1dari 6

reumatik dan asam urat

Minggu, 25 September 2011


hubungan pengetahuan tentang penyakit rematik dengan
penanganan rematik
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-
perubahan pada tubuh manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sejak awal kehidupan
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan rematik (Fitriani, 2009)
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang
sekitar sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang banyak di derita oleh
kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas), (Junaidi, 2006). Penyakit ini lebih sering terjadi pada
perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin,
2008). Rematik terutama menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan persendian
pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia.
Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan
gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti
yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhandan gangguan aktivitas hidup sehari-hari
tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan
kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra
diri serta Resiko tinggi terjadi cidera(Kisworo, 2008)
Angka kejadian rematik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana
5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun
(Wiyono, 2010). Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi
nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%, angka ini menunjukkan bahwa nyeri
akibat rematik sudah sangat mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia. Berdasarkan pusat
data BPS Provinsi Jawa Timur, Rematik merupakan salah satu penyakit terbanyak yang di
derita oleh kaum lansia yaitu pada tahun 2007 sebanyak 28% dari 4.209.817 lansia menderita
penyakit rematik (Smart, 2010). Sedangkan di Kota Malang sendiri di dapatkan bahwa jumlah
penderita penyakit rematik mencapai 7.179 kasus di Rumah Sakit dan 33.985 kasus di
Puskesmas pada tahun 2008 (Wiyono, 2010)
Pada bulan Mei 2011 peneliti melakukan Studi Pendahuluan di Rw 03Kelurahan
Pandanwangi Kota Malang didapatkan Jumlah total lansia 106 jiwa data diperoleh dari
kelurahan, kemudian peneliti melakukan wawancara langsung dari 20 orang lansia yang
mengatakan memiliki penyakit rematik, 25% orang diantaranya mengerti tentang penyakit
rematik, sebab ketika ditanya tentang pengertian penyakit rematik mereka menjawab,penyakit
rematik adalah penyakit nyeri dan peradangan pada persendian,dan untuk penanganan mereka
langsung memeriksakan diri ke puskesmas setempat untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut dari tenaga medis yang ada, sedangkan 75% orang lainnya mengatakan tidak
mengerti tentang penyakit rematik dan bagaimana penanganan yang benar. Mereka
mengatakan menggunakan param kocok dan jamu rematik yang dijual bebas di warung dekat
tempat tinggal mereka, bahkan ada yang membiarkannya begitu saja dengan anggapan akan
sembuh dengan sendirinya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang ”Hubungan pengetahuan lansia tentang penyakit rematik dengan penanganan lansia
terhadap penyakit rematik di Desa Pandanwangi RW.03Kelurahan Pandanwangi”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut
: ”Adakah hubungan antara pengetahuan lansia tentang rematik dengan penanganan lansia
terhadap penyakit rematik di Desa Pandan Wangi RW.03 Kelurahan Pandanwangi?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia tentang rematik dengan penanganan
lansia terhadap penyakit rematik di Desa Pandan Wangi RW.03 Kelurahan Pandanwangi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang rematik.
2. Mengidentifikasi penanganan rematik pada lansia.
3. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan lansia tentang penyakit rematik dengan
penanganan lansia terhadap penyakit rematik.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu kontribusi bagi Puskesmas setempat yang
bisa dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan bagi lansia.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sabagai masukan data untuk melakukan upaya-upaya
dalam peningkatan pemberian pengetahuankepada mahasiswa-mahasiswi dalam bidang
kesehatan khususnya tentang penyakit rematik pada lansia.
1.4.3 Bagi Peneliti
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan teori-teori
yang didapat dalam bentuk penelitian.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan rematik pada lansia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis akan mengemukakan teori – teori berdasarkan kepustakaan yaitu
membahas mengenai konsep pengetahuan, konsep lansia, konsep rematik, serta kerangka
konsep.
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan indra. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan alat indra atau akalnya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat, didengar dan
dirasakan sebelumnya (Mahmud, 2010).
Secara umum pengetahuan dalam psikologi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pengetahuan Deklaratif adalah pengetahuan bahwa sesuatu itu meliputi semua data serta fakta,
pengetahuan teoritis, pengalaman pribadi dan kesukaan pribadi.
2. Pengetahuan Prosedural adalah mengenai cara melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu
(Mahmud, 2010)
2.1.2 Kriteria Tingkat Pengetahuan
5

Menurut Arikunto (2003) dalam buku Wawan (2010) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1. Pengetahuan baik : 76 % – 100%
2. Pengetahuan Cukup : 56 % – 75 %
3. Pengetahuan Kurang : < 56
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor Internal
a. Umur
Menurut Elisabeth B. Hurlock usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya daripada orang yang belum
tinggi kedewasaannya (Wawan, 2010). Menurut Hurlock, tahapan lanjut usia ada dua tahap,
yaitu :
1) Early old age (usia 60-70 tahun)
2) Advanced old age (usia >70 tahun)(Kusharyadi, 2010)
b. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan dalam membuat kombinasi, berpikir abstrak, ataupun
kemampuan menentukan kemungkinan dalam perjuangan hidup. J.P. Chaplin mengatakan
bahwa intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap situasi-
situasi baru secara cepat dan efektif serta memahami berbagai interkonektif dan belajar dengan
menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif (Peter dkk, 2010).
c. Alat Indera
Untuk mengamati sesuatu harus mempunyai perhatian pada objek yang diamatinya. Bila
individu telah memperhatikan, selanjutnya individu menyadari sesuatu yang diperhatikan itu,
atau dengan kata lain individu mengamati, mendengarkan serta merasakan apa yang dilihatnya,
didengarnya, dirabanya, dan sebagainya, maka seseorang dapat melihat dengan matanya
mendengar melalui telinganya tetapi itu bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat
mengamati apa yang dilihatnya atau didengarnya. Mata dan telinga hanyalah merupakan alat
indra atau bagian yang menerima stimulus dan stimulus ini dilangsungkan saraf sensoris,
sehingga individu menyadari apa yang dilihat maupun didengar (Ahmadi, 2009).
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (Anneahira, 2008). Menurut Philips N. Coombs (1973) dalam Fuad Ikhsan (2005)
mengklasifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian yaitu pendidikan informal, pendidikan
formal dan pendidikan nonformal :
1) Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dan
lingkungan. Kedudukannya setara dengan pendidikan formal dan nonformal
2) Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang
dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi.
3) Pendidikan non formal adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan
sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan pra sekolah. Dalam hal ini, tenaga
pengajar, fasilitas, cara penyampaian dan waktu yang dipakai, serta komponen-komponen
lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan
(Ikhsan, 2005).
b. Informasi
Informasi adalah keterangan yang disampaikan oleh seseorang atau badan atau
keseluruhan makna yang menunjang peran yang terlihat di bagian-bagian pesan itu atau
penerangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Sunaryo, 2004).
c. Pengalaman
Pengalaman adalah guru terbaik karena kita adalah aktornya, pepatah ini mengandung
maksud pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan. Belajar dari
pengalaman yang telah kita alami dan rasakan. Diri kita tidak akan pernah pandai kalau ternyata
sebuah pengalaman pahit tidak bisa menjadi sebuah pelajaran (Mahmud, 2010).
d. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua kondisi internal dan eksternal yang mempengaruhi dan
berakibat terhadap perkembangan dan perilaku seseorang dan kelompok (Nursalam, 2008).

Anda mungkin juga menyukai