Tugas 1
Tugas 1
1. Perancangan Clarifier
Bak Clarifier merupakan tangki yang berfungsi untuk memisahkan flok yang terbentuk
pada proses koagulasi dan flokulasi. Bak clarifier ini dapat dirancang berbentuk segi empat,
segi empat panjang maupun silinder. Pada bagian bawah clarifier dapat dilengkapi dengan
scraper atau tidak tergantung sudut kemiringan yang dirancang dan besarnya clarifier yang
dibutuhkan.
Pada tulisan ini dimensi clarifier dirancang berbentuk silinder, dan ditetapkan waktu tinggal
air limbah dalam clarifier secara umum adalah 1 - 4 jam. Pilih waktu yang paling lama untuk
menghindari flok keluar dari bagian atas clarifier.
Contoh Design :
Air limbah yang akan dilakukan pengolahan = 30 m3/hari
Waktu tinggal air limbah dalam bak clarifier = 4 jam
Volume air limbah dalam bak clarifier = 30 m3/hari x (4 jam /24 jam/hari) = 5 m3
Volume clarifier = volume air (karena air diharuskan over flow) = 5 m3
Untuk clarifier perbandingan Tinggi (H) terhadap Diameter (D) umumnya H/D = 0,2 -0,3.
volume = 1/4 x phi x D^2 x H
maka volume = 1/4 x phi x 0,2 x D^3
Diameter clarifier = 3 m
Tinggi clarifier = 0,8 m
Jika mempergunakan data laju alir limpahan clarifier untuk proses pengolahan secara kimia,
dimana berat padatan (flok) mengalami perbuhan pada saat terjadi proses pengendapan.
Berdasarkan data laju alir limpahan yaitu : 32 – 48 m3/m2.hari. (literatur, blog pengolahan
air limbah secara fisik design clarifier)
Luas penampang = 30 m3/hari / (32 m3/m2.hari) = 1 m2
Maka diameter clarifier bagian dalam = 1,2 m
Diameter clarifier pada bagian luar = diameter bagian dalam + (10 - 20) cm, nilai 10-20 cm
ini berada pada bagian atas clarifier yang merupakan ruangan untuk menahan air sebelum
dialirkan ke proses berikutnya atau dibuang.
Tinggi clarifier = 5 m
Penentuan tinggi clarifier harus memperhatikan bentuk kerucut pada bagian dasar bak dan
volume kerucutnya.
Dalam rangka mengupayakan agar air limbah yang keluar dari clarifier bagian atas dalam
kondisi jernih, maka aliran over flow dari clarifier dialirkan kedalam proses filtrasi (sand
filter). Sedangkan flok yang keluar dari bagian dasar clarifier dialirkan kedalam sand filter
yang terbuka agar terjadi proses filtrasi dan pengeringan flok karena pemanasan sinar
matahari. Jika flok yang terbentuk jumlahnya cukup besar, maka pengolahan flok dapat
dilakukan dengan mempergunakan filter press.
Dengan pengertian:
Q: Kapasitas pengolahan (m3/detik) K: Koefisien kehilangan melalui
D: Diameter pinstalasi pengolahan air perlengkapan pinstalasi
(m) pengolahanair (0,7 -1)
V: Kecepatan aliran (m/det) μ: Viskositas kinematik air (m2/detik)
Hf: Kehilangan tekanan pada pinstalasi C: Kapasitas bak (m3)
pengolahan air dan Cn: Koefisien kekasaran pinstalasi
perlengkapannya (m kolom air) pengolahan air
G: Gravitasi (9,81 m/detik) S: Kemiringan hidrolis (m/m)
F: Koefisien kehilangan melalui R: Jjari-jari hidrolis (m)
pinstalasi pengolahan air (0,02 - ρ: Mmasa jenis air (g/cm3)
0,26)
b. Tipe hidrolis dengan jenis pengaduk mekanis
Dengan pengertian:
P: Tenaga yang diperlukan (g.cm/det.)
n: Putaran (rpm)
gc: Faktor konversi Newton
D: Diamater impeller (cm)
K: Konstanta experimen (1.0 - 5.0)
ρ: Masa jenis air (g/cm3)
Dimensi unit flokulasi (pengaduk lambat) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
a. Tipe hidrolis dengan jenis pengaduk statis
Dengan pengertian:
Q: Kapasitas pengolahan (m3/detik)
P: Panjang bak(m)
l: Lebar bak (m)
d: Tinggi (m)
td: Waktu tinggal (detik)
G: Gradien, G (detik-1)
Hf: Kehilangan tekanan pada pinstalasi pengolahan air dan perlengkapannya (m kolom air)
μ: Viskositas kinematik air (m/detik)
g: Gravitasi (9,81 m/detik2)
b. Tipe hidrolis dengan jenis pengaduk mekanis
Dengan pengertian:
P: Tenaga yang diperlukan (g.cm/det.)
n: Putaran (rpm)
gc: Faktor konversi Newton
D: Diamater impeller (cm)
K: Konstanta experimen (1.0 - 5.0)
ρ: Masa jenis air (g/cm3)
Proses Koagulasi-Flokulasi
Cara mendestabilkan partikel dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan mengurangi
muatan elektrostatis sehingga menurunkan nilai potensial zeta dari koloid, proses ini lazim
disebut sebagai koagulasi. Kedua adalah memberikan kesempatan kepada partikel untuk saling
bertumbukan dan bergabung, cara inidapat dilakukan dengan cara pengadukan, dan disebut
sebagai flokulasi.Pengurangan muatan elektris dilakukan dengan menambahkan koagulan
seperti PAC. Di dalam air PAC akan terdisosisi melepaskan kation Al3+ yang akan
menurunkan zeta potensial dari partikel. Sehingga gaya tolak-menolak antar partikel menjadi
berkurang, akibatnya penambahan gaya mekanis seperti pengadukan akan mempermudah
terjadinya tumbukan yang akan dilanjutkan dengan penggabungan partikel-partikel yang akan
membentuk flok yang berukuran lebih besar.
Menurut Von Smoluchowski (Fair, et al, 1968), kecepatan penggabungan dua partikel
dengan diameter berbeda akan sebanding dengan konsentrasi partikel, gradien kecepatan dan
jumlah jari-jari dari partikel yang bergabung.
Dalam persamaan diatas, Jkl adalah banyaknya tumbukan (volume per waktu), nk dan nl
adalah banyaknya partikel k dan l, dk dan dl adalah diameter partikel k dan l, serta dv/dz adalah
gradien geseran yang dapat diganti dengan G (gradien kecepatan).
Koagulasi dan flokulasi adalah proses fisika-kimia dimana diperlukan energi dan waktu agar
proses dapat berlangsung, Camp dan Stein mengembangkan persamaan untuk menghitung
besar energi dan waktu dengan konsep gradien kecepatan (G) sebagai berikut (Reynold,1982):
Dimana:
G = Gradien kecepatan, detik-1
P = Daya yang diberikan, kg m2/dtk3 , (J/detik)
μ = Viskositas absolut zat cair, kg/m/detik
C = Kapasitas reaktor, m3
ε = Total daya yang ditimbulkan per satuan massa cairan
ρ = Massa jenis air, kg/m3
g = Kecepatan gravitasi, m/detik2
hf = Kehilangan tekanan yang terjadi, m
td = Waktu detensi, detik
Dimana:
P = energi yang dibutuhkan, hp;kw
Q = debit, m3/dtk
ρ = massa jenis air, kg/m3
g = kecepatan grafitasi, m/dt2
h = kehilangan tekan, m
Qa = debit udara, m/dtk
CD = koefisien drag
A = luas pengaduk, m2
V = kecepatan aliran, m/dtk
3. Mekanisme kerja unit kation dan anion exchanger , reaksi yang terjadi
Ion Exchanger
Ion exchanger atau resin penukar ion dapat didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon
terpolierisasi yang mengandung ikatan silang (crosslinking) serta gugus-gugus fungsional yang
mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion resin mempunyai
karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung
(selling), kapasitas penukuran dan selektivitas penukaran. Pada saat dikontakkan dengan resin
penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan terserap ke resin penukar ion dan resin akan
melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen, dengan melihat kondisi tersebut maka dapat
mengatur jenis ion yang diikat dan dilepas. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar
ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat digunakan berulang-ulang.
Resin akan bekerja dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena itu harus tahan
terhadap air.
2. Kapasitas yang tinggi, yaitu resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi.
3. Kestabilan fisik yang tinggi, yaitu resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis tekanan
hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
Reaksi pertukaran kation menyatakan bahwa larutan yang mengandung CaCl2 diolah
dengan resin penukar kation NaR, dengan R menyatakan resin. Proses penukaran kation yang
diikuti dengan penukaran anion untuk mendapatkan air yang bebas dari ion-ion penyebab
kesadahan.
Konstanta disosiasi air sangat kecil dan reaksi dari H+ dengan OH- sangat cepat. Ketika
semua posisi pertukaran yang awalnya dipegang H+ atau ion OH- yang menempati Na+ atau
Cl- (kation atau anion lain) yang masing-masing resin dikatakan habis. Resin kemudian dapat
diregenerasi dengan ekuilibrasi menggunakan asam atau basa yang sesuai.
4. Filtrasi (Penyaringan)
Media penyaring (filter) dapat dioperasikan dengan baik untuk jangka waktu
tertentu, jika pressure drop meningkat sampai batas yang diizinkan, maka harus dilakukan
pembersihan filter dengan cara cuci balik (backwashing). Cuci-balik dilakukan dengan
cara mengalirkan air secara berlawanan arah dengan arah aliran pada saat operasi selama
5 - 10 menit, setelah itu dilakukan pembilasan.
Filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan siklus operasinya
batch atau kontinu, produk yang diinginkan filtrat atau cake atau gaya pendorongnya
(driving force). Jenis filter yang dikenal berdasarkan gaya pendorong yang digunakan
antara lain jenis gravity filter dan pressure filter. Pressure filter cukup banyak digunakan
karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
a. sedikit memerlukan tempat
b. pemasangannya mudah, murah dan cepat
Pengolahan internal air umpan boiler ini bertujuan untuk dapat memahami sistem
pengolahan air umpan boiler secara internal treatment dan dapat menganalisa air sebelum
dan sesudah dilakukan internal treatment. Air yang digunakan sebagai air umpan boiler
harus memenuhi spesifikasi tertentu agar peralatan boiler yang digunakan tidak cepat rusak
(umur pakai lama), efisiensi pembakaran tinggi dan menghasilkan steam dengan kualitas
tinggi. Pengotor yang biasanya harus diperhatikan dalam pengolahan air umpan boiler
adalah padatan terlarut seperti karbonat, klorida dan garam-garam kalsium dan padatan
tersuspensi. Tujuan dan pengolahan air umpan boiler adalah untuk mencegah terbentuknya
terak, mencegah korosi, dan mencegah bawaan lanjut (carry over).Pengolahan air umpan
boiler atau perlakuan internal apabila air mengandung:
Sejumlah oksigen dapat terbawa dalam air umpan ketel meskipun sudah
melewati tahap deaerasi. Kandungan oksigen ini harus dihilangkan untuk mencegah
terjadinya korosi. Bahan kimia untuk menghilangkan oksigen (chemical oxygen
scavenger) yang biasa digunakan adalah natrium sulfit dan hydrazine. Reaksi yang
terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut:
2 Na2SO3 + O2 → 2 Na2SO4
N2H4 + O2 → H2O + N2
Natrium sulfit digunakan pada proses ini karena alasan-alasan seperti: mempunyai
kecepatan reaksi yang cepat pada temperatur rendah, mudah untuk diumpankan dan sisa
yang tidak bereaksi dapat dianalisis dengan mudah.
Hydrazine dapat digunakan untuk menghilangkan oksigen tanpa menambah
jumlah kandungan padatan terlarut atau padatan tersuspensi. Hydrazine hanya dapat
bereaksi dengan oksigen bebas pada suhu tinggi, dan boiler dengan tekanan di bawah
400 psig tidak dapat menggunakan senyawa ini. Hydrazine yang tidak bereaksi akan
menambah kandungan Amonia dan Nitrogen bebas di air boiler. Hydrazine baik
digunakan jika pemakaian Natrium sulfit menghasilkan impurities pada kukus yang
dapatmerusak katalis dan pada tekanan tinggi natrium sulfit akan menambah padatan
terlarut di air boiler. Oleh sebab itu hydrazine lebih banyak dipakai pada plant yang
menggunakan boiler tekanan tinggi. Jumlah hydrazine yang ditambahkan sama dengan
jumlah oksigen terlarut dan berlebih 100 % untuk menjaga agar kandungan minimum
di air umpan tetap sebesar 0,05 - 0,1 ppm. Hydrazine adalah larutan beracun dan harus
ditangani secara hati-hati.
Proses aerasi dapat digunakan untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air
terutama yang bersifat korosif. Contoh gas seperti ini adalah CO2 yang dapat
menurunkan pH air sehingga membantu proses korosi pada logam. Proses penghilangan
gas akan makin baik dengan :
kenaikan temperatur