Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS UMPAN LALAT di LINGKUNGAN FAKULTAS BIOLOGI

UNSOED

Disusun oleh :

Safrina Nasution (B1A015019)


Afra Nabila (B1A015087)

Kelompok :4
Asisten : Femilia Hajar Ilhami
LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI TERAPAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2018

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalat merupakan insekta yang tergolong ordo Diptera. Diptera berasal dari
kata di artinya dua, dan pteron yang berarti sayap. Sesuai dengan nama yang
disebutkan, serangga pada ordo ini memiliki dua pasang sayap. Sayap kedua telah
berubah bentuk menjadi halter yang berfungsi menjaga keseimbangan saat
terbang. Ordo Diptera digolongkan ke dalam tiga subordo, yaitu Nematocera,
Brachycera, dan Cyclorrapha. Insekta yang disebut sebagai lalat tergolong ke
dalam subordo Brachycera dan Cyclorrapha. Lalat yang mengganggu kesehatan
pada umumnya tergolong pada subordo Cyclorrapha yang terdiri atas lebih dari
116.000 spesies (Hadi & Koesharto 2006).
Hadi U.K. & Koesharto F.X., 2006. Lalat. Dalam: Hama Permukiman
Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor : Unit Kajian
Pengendalian Hama Permukiman Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Lalat merupakan salah satu kelompok serangga (insekta), yang menduduki
posisi penting dalam bidang kedokteran kesehatan dan venteriner, hal ini
disebabkan oleh banyaknya spesies yang menonjol sebagai penyebar dan
penyebab penyakit atau mengganggu (ketenangan dan kenyamanan) pada manusia
dan binatang (Tariyadi et al., 2016).
Tariyadi, Hestiningsi, R., & Martini., 2016. Pengaruh Tingkat Konsentrasi
Effective Mikroorganism 4 (EM 4) Terhadap Kepadatan Lalat Peternak Sapi
(Studi di Tempat Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3), pp. 114-119.
Lalat yang biasa ditemukan pada peternakan adalah lalat serdadu atau soldier
fly, Hermetia illucens (famili Stratiomyidae), jumlahnya amat banyak pada
peternakan dengan sistem kandang bertingkat (Newton et al., 2005). Lalat dewasa
akan terbang dengan perlahan dan hinggap di tumbuhan-tumbuhan sekitar
kandang. Keberadaan larva lalat serdadu akan menekan pertumbuhan jumlah lalat
Musca dan Fannia, namun dapat menyebabkan manur semakin cair dan lembab
sehingga sulit diangkat dan mengotori saluran-saluran di peternakan. Satu satunya
lalat pengisap darah yang ditemukan di peternakan adalah lalat Stomoxys
calcitrans atau lalat kandang yang merupakan lalat dari famili Muscidae ( Axtell
& Arends 1990).
Newton L., Watson D.W., Dove R., Sheppard C., Burtle G., 2005. Using the
black soldier fly, Hermetia illucens, as a value-added tool for the management
of swine manure. North Carolina (US): North Carolina State University.
Axtell R.C, & Arends J.J., 1990. Ecology and management of arthropod pests
of poultry. Annu Rev Entomol. 35, pp. 101-126.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui efektivitas umpan lalat
disekitar lingkungan Fakultas Biologi UNSOED.

II. TINJAUAN PUSTAKA


III. MATERI DAN METODE

A. Materi
Alat-alat yang digunakan adalah botol air mineral kosong, kapas, tali rafia,
sepatu, masker, dan sarung tangan.

Bahan-bahan yang digunakan adalah formula umpan CS, IA, SA, dan berbagai
jenis lalat yang ditemukan di lingkungan Fakultas Biologi UNSOED.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut:

1. Penentuan Lokasi

Lokasi pemasangan perangkap berumpan ditentukan disekitar lingkungan


Fakultas Biologi UNSOED.

2. Persiapan Alat

Perangkap berupa botol bekas air mineral dengan ukuran 600 mL yang telah
diberi lubang untuk masuknya lalat dan telah digantungkan kapas untuk
melekatkan umpan. Dasar botol dituangkan dengan air sabun setinggi 2 cm. Kapas
yang sudah digantung di dalam botol dioleskan dengan umpan. Terdapat tiga
formula umpan dan masing-masing formula diujikan dengan perangkap yang
berbeda.

3. Pemasangan Perangkap Berumpan

Perangkap yang sudah mengandung umpan digantungkan setinggi 50 cm dari


permukaan tanah pada tempat yang berdekatan dengan tempat yang banyak
terdapat lalat.

4. Pengamatan

Pengamatan terhadap jumlah lalat yang terperangkap dihitung dan dicatat pada
hari ke-1, 3, 5, dan 7, serta dimasukkan ke dalam form pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil


B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan oleh kelompok 4 yang


melakukan pengamatan efektivitas umpan terhadap lalat di ex-farm, umpan lalat
yang paling efektif adalah formula CS dikarenakan pada hari ke-7 didalam botol
yang berisikan formula CS terdapat satu ekor lalat ternak sementara pada botol
yang lain yang berisikan formula IA dan SA tidak terdapat lalat ternak seperti pada
botol yang berisi formula CS. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi peternakan
(ex-farm) baik, karena menurut Axtell & Arends (1990) jumlah lalat yang
berlebihan pada peternakan harus dihindari karena lalat dapat menggangu pekerja
di peternakan, menimbulkan ledakan populasi yang dapat menyebar ke
permukiman, dan menyebabkan buruknya tingkat kesehatan masyarakat. Selain
itu, kegiatan defekasi dan regurgitasi lalat menyebabkan bercak-bercak pada
peralatan dan lampu kandang yang mengakibatkan rendahnya intensitas
pencahayaan. Lalat secara potensial menyebabkan transmisi agen patogen pada
telur yang baru saja diletakkan.
Selain lalat ternak, masih terdapat jenis lalat lainnya yang dapat ditemukan di
lingkungan permukiman, diantaranya seperti lalat rumah, lalat kandang, lalat
sampah, dan lalat hijau. Lalat rumah atau M. domestica selain berperan sebagai
pengganggu juga sebagai vektor mekanik lebih dari 100 agen patogen penyebab
penyakit. Studi oleh Vazirianzadeh et al. (2008) menyatakan bahwa dapat
diisolasi bakteri Eschericia coli, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas spp.
dari lalat rumah. Szalanski et al. (2004) menyatakan bahwa terdapat bakteri E. coli
yang menyebabkan kolitis hemoragika, serta bakteri Campylobacter sp. yang
merupakan agen kausatif dari enteritis dari lalat rumah di Amerika Serikat. Lalat
rumah juga menjadi vektor penyakit viral viscerotropic Newcastle Disease (Barin
et al. 2010), marek, infectious bursal disease, dan avian influenza (Wanaratana et
al. 2011). Selain itu, lalat juga menjadi vektor agen penyakit viral pada unggas
yang dapat menyebabkan penurunan produksi telur, seperti penyakit infectious
bronchitis dan egg drop syndrome
Vazirianzadeh B, Solary SS, Rahdar M, Hajhossien R, Mehdinejad M. 2008.
Identification of bacteria which possible transmitted by Musca domestica
(Diptera: Muscidae) in the region of Ahvaz, SW Iran. Jundishapur
Microbiol. 1(1):28-31.
Szalanski AL, Owens CB, McKay T, Steelman CD. 2004. Detection of
Campylobacter and Eschericia coli O157:H7 from filth flies by
polymerase chain reaction. Med Vet Entomol. 18:241-246.

Wanaratana S, Panyim S, Pakpinyo S. 2011. The potential of house flies


to act as a vector of avian influenza subtype H5N1 under experimental
conditions. Med Vet Entomol. 25:58-63.

Barin A, Arabkhazaeli F, Rahbari S, Madani A. 2010. The housefly, Musca


domestica, as a mechanical vector of Newcastle disease virus in the
laboratory and field. Med Vet Entomol. 24:88-90.

Jenis lalat lain yang ditemukan di peternakan adalah lalat C. megacephala


atau lalat hijau. C. megacephala tergolong besar dengan ukuran panjang lalat
dewasa mencapai 10 mm. Lalat dewasa berwarna 9 hijau metalik terang dengan
garis hitam pada segmen kedua atau ketiga dari abdomen. Lalat ini memiliki tipe
probosis penjilat. Selain itu, C. megacephala memiliki warna cokelat kehitaman
pada lower squamae. C. megacephala memiliki jumlah setulae berwarna hitam
lebih dari 3. Spirakel anterior dari lalat ini berwarna hitam kecokelatan yang
membedakannya dengan spesies lain. Lalat ini merupakan lalat yang
menyebabkan banyak penyakit karena membawa agen patogen bagi usus serta
menyebabkan gangguan pada peternakan akibat kematian hewan ternak (DuPonte
& Larish 2003). Sukontanson et al. (2002) menyatakan bahwa C. megacephala
juga berperan sebagai agen miasis dan pengganggu di permukiman. Lalat daging
(Sarcophaga) sangat mirip dengan lalat hijau (Chrysomyia) tetapi umumnya
kehitam hitaman dengan garis-garis toraks yng kelabu dan mempunyai arista
telanjang atau hanya separuh dasar plumosa. Lalat hijau biasanya mempunyai dua
rambut yaitu rambut bulu notopleura dan empat rambut.

DuPonte M.W., & Larish L.B., 2003. Oriental blow fly [ulasan].
Livestock Man Insect Pests. pp. 9:10.

Sukontanson K. L., Sukontanson K, Piangjai S, Boonchu N, Chaiwong T,


Vogtsberger RC, Kuntalue B, Thijuk N, Olson JK., 2003. Larval
morphology of Chrysomya megacephala (Fabricius) (Diptera:
Calliphoridae) using scanning electron microscopy. J Vect Ecol.
(6):47-52.

Lalat adalah salah satu vektor yang harus dikendalikan karena dapat
mengganggu aktifitas dan kesehatan masyarakat. Sebagai alat transportasi yang
sangat baik dalam penularan penyakit, lalat sangat menyukai tempat yang tidak
berangin, tetapi sejuk dan kalau malam hari sering hinggap di semak-semak di
luar tempat tinggal, lebih menyukai makanan
yang bersuhu tinggi dari suhu udara sekitar dan sangat membutuhkan air.
Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor
risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan . Sehingga pengendalian vektor lalat
adalah upaya untuk mengurangi faktor resiko penyakit yang diakibatkan oleh lalat
(Widyati& Yuliarsih, 2002).
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dapat disimpulkan


sebagai berikut:

B. Saran
DAFTAR REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai