Lapsus 1
Lapsus 1
TUBERKULOSIS PARU
Oleh:
KELOMPOK 5
Nur Fadhilah Rahmah (C11114104)
B. Ayu Adhitya A. (C11114344)
Suhud Dwi Wahyudi (C11114342)
Farnida Jamhal (C11114095)
Nindy Agista Kasim (C11114369)
Dwi Nurviana Basri (C11113510)
Residen Pembimbing :
dr. Wensri Sevni Kurniawati
Supervisor Pembimbing :
Dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K)., M.Med.Ed
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
2
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1.IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. TL
No. RM : 842652
Tanggal Lahir : 01/03/1935
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang batu
Tanggal Masuk : 09/05/2018
1.2.RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis
Keluhan Utama: Batuk
Anamnesis Terpimpin:
Pasien datang dengan keluhan batuk yang dirasakan sejak ssejak 5 bulan
terakhir, dahak ada berwarna putih kehijauan, kadang disertai bercak darah.
Tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak. Demam kadang-kadang dirasakan,
pasien juga sering berkeringat pada malam hari. Nafsu makan kurang, rasa
mudah lelah, penurunan badan tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu:
o Riwayat kontak dengan penderita Tuberculosis disangkal
o Riwayat minum OAT disangkal
o Riwayat DM tidak ada
o Riwayat hipertensi tidak ada
o Riwayat penyakit jantung tidak ada
o Riwayat merokok tidak ada (perokok pasif)
o Riwayat jatuh disangkal
o Riwayat operasi hernia 6 bulan yang lalu
o Riwayat operasi prostat 4 bulan yang lalu
3
1.3.PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum : Sakit sedang / Gizi kurang / Compos mentis (GCS 15:
E4M6V5)
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 36.8 °C
Pernapasan : 20 x/menit
Sp02 : 97% (tanpa menggunakan oksigen)
Skala nyeri : 4 VAS
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris pada saat statis maupun dinamis
Palpasi : massa tidak ada, nyeri tekanan tidak ada, Vocal fremitus sama
pada kedua paru
Perkusi : sonor di kedua hemithorax
Auskultasi: ronkhi ada pada ICS VI linea axillaris anterior hemithorax dextra,
wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Pekak,
4
Batas atas jantung ICS II Dextra
Batas kanan jantung ICS IV linea midclavicularis dextra
Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung S I/II regular, murmur tidak ada
Abdomen
Inspeksi : permukaan datar dan ikut gerak napas, tidak terdapat
jaringan parut dan dilatasi vena, tidak tampak pembesaran
organ/massa
Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : tympani, tidak ditemukan ascites
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Ekstremitas
Inspeksi : tidak ditemukan wasting, edema pretibial dan clubbing
finger
1.4.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Sputum 14/05/2018
5
Laboratorium 14/05/2018
EO 3.4 1.00-3.00
6
1.5.PEMERIKSAAN RADIOLOGI
18/03/2018
Kesan :
7
1.6.DIAGNOSIS
Tuberkulosis paru bakteriologis kasus baru
1.7.RESUME KLINIS
Pasien datang dengan keluhan batuk yang dirasakan sejak ssejak 5 bulan
terakhir, dahak ada berwarna putih kehijauan, kadang disertai bercak darah.
Tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak. Demam kadang-kadang dirasakan,
pasien juga sering berkeringat pada malam hari. Nafsu makan kurang, rasa
mudah lelah, penurunan badan tidak ada.
Dari hasil pemeriksaan fisis didapatkan pasien dengan GCS E4M6V5
dengan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 86x/menit, pernafasan 20x/menit,
suhu 36.8°C dengan saturasi 97% tanpa modalitas oksigen. Pada
pemeriksaan thoraks ditemukan pergerakan dinding dada simetris baik statis
maupun dinamis. Nyeri tekan, vokal fremitus, dan perkusi dalam batas
normal. Pada auskultasi ditemukan ronki pada ICS VI linea axillaris anterior
dextra.
Hasil pemeriksaan radiologi tanggal 09/05/2018 didapatkan adanya
bercak berawan pada kedua lapangan atas paru terutama pada paru kanan
dengan bintik kalsifikasi, cor kesan membesar dengan dilatasi serta elongasi
aorta.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
terdapat di mediastinum, yang membagi cavum thorax menjadi dua ruang
yang berbeda. Akibatnya, bila terdapat trauma yang menyebabkan satu paru
untuk kolaps, paru yang lain masih tetap mengembang. Tiap paru ditutupi dan
dilindungi oleh membran serosa yang disebut pleura. Lapisan terluar, disebut
pleura parietal, berada pada cavum thorax, lapisan dalam, pleura visceralis,
membungkus paru-paru. Di antara pleura visceral dan parietal, terdapat ruang
kecil, yakni cavum pleura, yang terdiri dari sejumlah kecil cairan pelumas
yang disekresikan oleh membran tersebut. Cairan ini mengurangi gesekan
antara kedua membran, sehingga dapat bergerak dengan mudah selama
bernapas.
2.1.2.Fisiologi Paru
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh
ke dan dari sel
4. Pengaturan ventilasi
Pada waktu menarik nafas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran
pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam,
penarikan nafas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan
dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi
10
semula. Aktivitas bernafas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk
sewaktu bernafas dalam dan volume udara bertambah
11
2.2 Foto X-Ray Thorax Normal
Pertama-tama harus dinilai kualitas foto thorax, dengan cara: (Royal
college of Radiology,2007)
Foto thorax yang baik mencakup daris apex paru hingga sinus
costophrenicus.
2. Proyeksi.
posterior. Pada foto PA, scapula berada di luar lapangan paru dan
12
terlihat udara bebas di lambung. Pada foto AP, scapula berada di
13
Processus spinosus terlihat tepat ditengah kedua sendi sternoklavikula
4. Inspirasi cukup.
sekitar hilus terlihat dengan jelas, dan terlihat corpus vertebra hingga VT3
hingga VT4.
14
proses tertentu pada lobus inferior paru hemidiafragma yang
bersangkutan.
3. Parenkim paru: densitas radiografis pada paru kiri dan kanan pada
membagi menjadi tiga lapangan paru: lapangan paru atas, tengah, dan
5. Hilum: hilum kiri terletak lebih tinggi dari hilum kanan akibat a.
kontur tersebut tidak jelas. Ukur juga CTI (normal PA<0.5, AP<0.56).
swelling.
8. Tulang: pada foto thorax dapat dinilai klavikula, tulang belakang, iga,
15
Gambar 2.7 Struktur pada foto X-Ray thorax.
Sumber : Eastman, 2009
2.3 DEFINISI
2.4 ETIOLOGI
16
3. Memerlukan biakan khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen,
Ogawa
4. Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan
dibawah mikroskop
5. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
waktu lama pada suhu antara 4˚C sampai minu 70˚C
6. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan ultraviolet
7. Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit
8. Dalam dahak dalam suhu antara 30-37˚C akan mati dalam waktu lebih
kurang 1 minggu
9. Kuman dapat bersifat dormant (“tidur”/tidak berkembang)
2.4 PATOFISIOLOGI
17
berkesinambungan. Sel monosit semakin membesar, intinya menjadi
eksentrik, sitoplasmanya bertambah banyak dan tampak pucat, disebut sel
epiteloid. Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa
jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan interseluler dan bentuknya
pun tidak sama dengan sel epitel.
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak, dan
sebagian sel datia ini berbentuk sel datia Langhans (inti terletak melingkar
di tepi) dan sebagian berupa sel datia benda asing (inti tersebar dalam
sitoplasma).
Lama kelamaan granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma,
kapiler dan fibroblas. Di bagian tengah mulai terjadi nekrosis yang disebut
perkijuan, dan jaringan di sekitarnya menjadi sembab dan jumlah mikroba
berkurang. Granuloma dapat mengalami beberapa perkembangan , bila
jumlah mikroba terus berkurang akan terbentuk simpai jaringan ikat
mengelilingi reaksi peradangan. Lama kelamaan terjadi penimbunan
garam kalsium pada bahan perkijuan. Bila garam kalsium berbentuk
konsentrik maka disebut cincin Liesegang. Bila mikroba virulen atau
resistensi jaringan rendah, granuloma membesar sentrifugal, terbentuk
pula granuloma satelit yang dapat berpadu sehingga granuloma membesar.
Sel epiteloid dan makrofag menghasilkan protease dan hidrolase yang
dapat mencairkan bahan kaseosa. Pada saat isi granuloma mencair, kuman
tumbuh cepat ekstrasel dan terjadi perluasan penyakit.
Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu yang belum pernah
terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang telah
terinfeksi sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras dengan
disertai nekrosis jaringan. Akan tetapi pertumbuhan kuman tretahan dan
penyebaran infeksi terhalang. Ini merupakan manifestasi reaksi
hipersensitivitas dan sekaligus imunitas.
18
2.5 GAMBARAN RADIOLOGI
(multiform).
Fibrotic
Kalsifikasi
19
Gambar 2.8 TB tenang dengan garis
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang
a. TB primer
- Anak-anak
90-95% kasus
-Dewasa
20
Gambaran limfadenopati pada hilar dan atau mediastinum 10-30%
kasus
tengah kanan dan paru bagian bawah. Tampak pada limfadenopati pada
panah ).
21
Gambar 2.10 TB primer dengan limfadenopati pada wanita 38 tahun. A.
pada atenuasi yang rendah dan penebalan tepi perifer. C. CT-scan pada
b. TB Post Primer
focal atau konsolidasi inhomogen (bercak berawan) pada segmen apical dan
22
posterior pada lobus atas dan segmen superior pada lobus bawah. Gambaran
Cavitas 20-45%
Nodul dengan diameter 4-10mm , jauh dari fokus primer 20-25%
Gambar 2.11 TB post primer dengan penyakit progresif pada pria 30 tahun
cavitas pada lobus kanan atas dan beberapa nodul ( tanda panah ) pada
(A) yang menunjukkan peningkatan corakan lesi pada kedua paru dengan
23
2.6 PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Paduan pengobatan OAT-FDC terdiri dari :
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya
minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap
lanjutan). Diberikan kepada: a. Penderita baru TBC paru BTA
positif. b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakuka dengan cara :
Terapi pencegahan
Diagnosis dan pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah
penularan
Terapi pencegahan :
Kemoprofilaksis diberikan kepada penderita HIV atau AIDS. Obat yang
digunakan pada kemoprofilaksis adalah Isoniazid (INH) dengan dosis 5 mg
/ kg BB (tidak lebih dari 300 mg ) sehari selama minimal 6 bulan.
24
2.7 DIAGNOSIS BANDING
1. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
pernapasan dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru
yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau
parasit. Foto thorax dapat menampakan daerah opak(terlihat putih) yang
menggambarkan konsolidasi. Foto thorax juga digunakan untuk evaluasi
adanya komplikasi dari pneumonia
Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan karena pengisian
alveoli oleh cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas (
konsolidasi ) disertai dengan gambaran air bronchogram
Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis
negatif, maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk
menegakkan diagnosis.
2. bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses
peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.
25
Gambaran radiologi berupa, jika udara dalam alveoli digantikan oleh
eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto
rontgen, pada bronkopneumonia bercak tersebar (difus) mengikuti
gambaran alveoli ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi
terbatas yang mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih kecil
3. bronchitis kronis
Gambaran radiologi yang mendukung adanya bronchitis kronik
adalah dengan ditemukannya gambaran “dirty chest”. Hal ini ditandai
dengan terlihatnya corakan bronkovaskular yang ramai. Gambaran
opasitas yang kecil mungkin akan terlihat pada semua tempat di seluruh
lapangan paru namum penilaian gambaran ini bersifat subjektif.
26
Gambar 2.3. Dirty chest yang menunjukkan adanya corakan bronkuvaskular yang
ramai hingga menuju percabangan perifer di paru
4. abses paru
Abses paru adalah nekrosis jarinagn paru dan pembentukan
erongga yang berisi sebukan nekrosis atau cairan yang disebabkan oleh
mikroba.
27
5. tumor paru
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari saluran pernapasan
(bronkus, bronkiolus, alveolus) dan parenkim paru.
Gambar 2.5. Tumor Pancoast merupakan kanker pada lobus atas yang telah mengenai
pleura dan struktur yang berdekatan seperti iga. Gambar di bawah ini menunjukan
gambaran tumor pancoast pada bagian apeks paru kanan.
2.8 KOMPLIKASI
1. Pneumotoraks : Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau
gas di dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena.
2. Efusi pleura :Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga
(kavum) pleura yang melebihi batas normal. Dalam keadaan normal terdapat
0-20 cc cairan. Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura
atau Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura
dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.
3. Batuk darah
4. Gagal napas
5. Gagal jantung
28
referensi
dila
1. NHLBI. National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI).
[Online] 2009. http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-
topics/topics/brnchi/.
4. Soeparman Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 1999. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.hal: 695-705
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1.2010 .
Jakarta
6. PDPI
farnida dan ayudu
PDPI
nindy
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Kemenkes RI
29