Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio caesaera adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus. Angka sectio caesarea terus meningkat dari
insidensi 3-4% 15 tahun lalu dan sekarang menjadi 10-15% (Oxorn & Forte,
2010). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010) diketahui komplikasi
kehamilan secara nasional dialami oleh 6,5% ibu hamil. Ibu melahirkan
dengan cesaria adalah 15,3%. Dari angka nasional komplikasi kehamilan
6,5%, lebih lanjut ditelusuri yang mengalami operasi caesar adalah 2,3%,
sedangkan 13% adalah ibu hamil yang tidak mengalami komplikasi
kehamilan. Jenis komplikasi kehamilan yang dialami adalah mules hebat,
perdarahan, demam tinggi, kejang-kejang dan pingsan dan alasan lainnya
(Depkes, 2010).

Berdasarkan survei Majalah Mother dan Baby terhadap 849 ibu hamil,
diketahui sebanyak 52% ibu hamil melahirkan normal dan 39% ibu hamil
melahirkan dengan sectio caesarea. Adapun alasan memilih persalinan casesar
adalah keputusan dokter (komplikasi medis) 83,5%, estetika (vagina tidak
ingin berubah) 1%, kehamilan sebelumnya caesar 10%, rekomendasi teman
atau keluarga 2%, prosesnya lebih cepat 3%, bisa menentukan tanggal lahir
3,5%, lain-lain 4% (Mulya, 2011).

RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan tahun 2011 diketahui sectio sesarea


(SC) sebanyak 500 kasus (44,6%) dari jumlah persalinan sebanyak 1120 orang
dengan penyebab sectio sesarea (SC) di antaranya partus mac sebanyak 417
kasus (83,4%), APH sebanyak 28 kasus (5,6%), sungsang sebanyak 26 kasus
(5,2%), CPD sebanyak 13 kasus (2,6%), Letak lintang sebanyak 6 kasus
(1,2%), gemelli sebanyak 4 kasus (0,8%), Serotinus sebanyak 2 kasus (0,4%),
tali pusat menumbung dan Pre Eklampsi Berat masing-masing sebanyak 1
kasus (0,2%) (Rekam Medik RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan, 2012).

1
2

Komplikasi ibu pada sectio caesarea (SC) mencakup komplikasi periode masa
nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama, antara
lain perdarahan, sepsis dan cidera di sekeliling struktur (Hacker dan Moore,
2001). Pada pemulihan akibat pembedahan sectio caesarea pasien akan
mengalami nyeri di sekitar sayatan bedah. Ketika efek anestesi hilang, luka
akan terasa nyeri (Priyono, 2010).

Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang
tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran
seseorang, mengatur aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut.
Akan tetapi nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien,
perawat tidak dapat merasakan atau melihat nyeri klien (Berman, Snyder,
Kozier, Erb, 2009).

Luka setelah pembedahan menimbulkan nyeri yang menyebabkan kecemasan


dan rasa takut untuk melakukan mobilisasi dini (Oswari, 2003). Nyeri
merupakan suatu gejala kompleks dengan aspek psikologis (nonsisepsi:
deteksi syaraf terhadap nyeri), dan psikologis (ansietas, depresi) dan
merupakan konsekuensi pembedahan yang tidak dapat dihindari (Grace dan
Borley, 2007).

Salah satu tindakan keperawatan post operatif adalah penatalaksanaan nyeri.


Pada awal post operasi, nyeri dapat membatasi pernafasan, meningkatkan
tekanan darah, menstimulasi disritmia, dan memperberat disorientasi, yang
dapat mengganggu kemampuan pasien untuk mengkomunikasikan
kebutuhannya (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2008). Penatalaksanaan nyeri dapat
dilakukan dengan hipnoterapi yaitu penggunakan teknik hipnotis yang
menyebabkan keadaan seperti tidak sadar yang tunduk dan dapat dipengaruhi
dalam terapi kondisi dengan menggunakan komponen psikologis yang besar
sehingga hipnoterapi membuat pasien menginterpretasikan kembali stimulus
nyeri (Henderson, 2009). Hasil penelitian Melzack dan Wall (1965)
menyatakan bahwa hipnoterapi membuat ibu menginterpretasikan kembali
3

stimulus nyeri akibat kontraksi uterus sebagai sensasi yang lunak. Dengan cara
ini pintu gerbang di dalam substansi gelatinosa dicegah, dengan menurunkan
stimulus agar tidak terbuka sehingga persepsi nyeri tidak diterima (Henderson,
2009).

Tindakan keperawatan yang dilakukan di RSUD Kraton Pekalongan untuk


mengurangi nyeri post sectio caesarea selama ini masih menggunakan
tindakan keperawatan penatalaksanaan nyeri farmakologi yaitu pemberian
obat pengurang rasa nyeri ketorolak. Penggunaan obat pengurang rasa nyeri
dan sebagai pendukung terkadang perawat memberikan penatalaksanaan non
farmakologi seperti teknik relaksasi nafas dalam. Penggunaan obat pengurang
rasa nyeri dapat menimbulkan efek samping seperti mengantuk, mual dan
muntah.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 5 pasien post operasi SC diketahui 4


orang (80%) mengalami penurunan skala nyeri dan 1 orang (20%) tidak
mengalami penurunan skala nyeri. Berdasarkan fenomena di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Hipnoterapi Terhadap Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Kraton
Pekalongan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian


untuk mengetahui : “Apakah ada pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri post
operasi sectio caesarea di RSUD Kraton Pekalongan?”
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri


post operasi sectio caesarea di RSUD Kraton Pekalongan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengukur nyeri luka operasi pasien post operasi sectio caesarea
sebelum dilakukan hipnoterapi di RSUD Kraton Pekalongan.
b. Mengukur nyeri luka operasi pasien post operasi sectio caesarea
sesudah dilakukan hipnoterapi di RSUD Kraton Pekalongan.
c. Menganalisis pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri post operasi sectio
caesarea di RSUD Kraton Pekalongan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat mengaplikasikan penggunaan hipnoterapi dalam
manajemen nyeri post operasi.
b. Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan bagi peneliti tentang
efektifitas penggunaan hipnoterapi untuk mengurangi nyeri luka post
operasi.
2. Bagi Pasien Post Operasi
Pasien post operasi dapat mengaplikasikan penggunaan teknik hipnoterapi
untuk mengurangi nyeri luka post operasi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam lingkup keperawatan medikal bedah.


5

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul & Jenis Pengambilan Analisa


Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Sampel Data
Terapi Relaksasi Quasi Proporsional Uji Wilcoxon Hasil uji sebelum
Terhadap Nyeri eksperimental random dilakukan terapi
Dismenore pada dengan sampling. relaksasi nafas
Mahasiswi rancangan Non Jumlah sampel dalam mengalami
Universitas Equivalent dalam nyeri sedang
Muhammdiyah Control Group penelitian sebanyak 31 orang
Semarang Design. adalah 50 (62,0%) dan
Oleh Ernawati orang sesudah dilakukan
dkk (2010) teknik relaksasi
sebagian besar
kategori
nyeri ringan
sebanyak 35 orang
(70,0%). dengan
uji Wilcoxon
diketahui nilai
significant
difference p =
0,000, <a (0,05).
sehingga ada
perbedaan yang
bermakna antara
nyeri dismenore
sebelum dan
sesudah
dilakukan teknik
relaksasi nafas
dalam pada
mahasiswi S-1
Keperawatan
UNIMUS dan ada
pengaruh
teknik relaksasi
nafas dalam
relaksasi dengan
nyeri dismenore.

Pengaruh Desain pra Jumlah sampel Uji T Test Hasil penelitian


Masase Kulit experimen 10 orang menunjukkan
Terhadap dengan bahwa ada
Penurunan Rasa rancangan one pengaruh masase
Nyeri Pada shot case study kulit, rasa nyeri
Pasien Post menurun 2,90.
Apendiktomi di Berdasarkan uji
Rindu B2 RSUP statistik yang
H. Adam Malik menggunakan uji t-
Medan Tahun test didapatkan
2010 bahwa nilai
6

Judul & Jenis Pengambilan Analisa


Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Sampel Data
Oleh Sri Siswati p=0,000(P<0,05),
maka dapat
disimpulkan Ho
ditolak dan Ha
diterima, yang
berarti ada
pengaruh masase
kulit terhadap rasa
nyeri pada pasien
post apendiktomi

Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas adalah pada


pendekatan, peneliti menggunakan pretest dan post test dan jenis intervensi
yaitu hipnoterapi. Teknik sampel menggunakan accidental sampling.

Anda mungkin juga menyukai