Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Perumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 4
D. Manfaat ..................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Padat Instan ............................................................................... 5


B. Pengertian GMP/CPMB......................................................................... 6
C. Tujuan GMP/CPMB............................................................................... 7
D. Pedoman dan Dasar Hukum GMP/CPMB........................................... 8
E. Persyaratan GMP/CPMB....................................................................... 8
F. Kegunaan GMP/CPMB Bagi Industri.................................................. 9
G. Prinsip Dasar........................................................................................... 9
H. Ruang Lingkup GMP/CPMB ............................................................... 10

BAB III HASIL

A. Lokasi dan Lingkungan Produksi Makanan Padat instan ........................ 11


B. Bangunan dan Fasilitas ............................................................................. 11
C. Peralatan Produksi .................................................................................... 12
D. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi ............................................. 13
E. Kesehatan dan Higiene Karyawan ............................................................ 13
F. Pemeliharaan dam Program Higiene Sanitasi Karyawan ......................... 14
G. Tahapan Pelaksanaan Produksi Makanan Padat Instan............................. 14
H. Analisis Produk Akhir ............................................................................... 15
I. Proses Penerapan CPMB ............................................................................ 15
J. Pengendalian Proses .................................................................................. 16
K. Pencatatan dan Dokumentasi .................................................................... 16

BAB IV RANGKUMAN............................................................................... 17

BAB V KESIMPULAN................................................................................ 18

DAFTARPUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah GMP di dunia industri pangan khususnya di Indonesia
sesungguhnya telah diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan RI sejak
tahun 1978 melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
3/MEN.KES/SKJI/1978 tentang Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik
(CPMB). Persyaratan GMP sendiri sebenarnya sebenarnya merupakan
regulasi atau peraturan sistem mutu (Quality System Regulation) yang
diumumkan secara resmi dalam Peraturan Pemerintah Federal Amerika
Serikat No. 520 (Section 520 of Food, Drug and Cosmetics (FD&C) Act).
Di Indonesia GMP ini dikenal dengan istilah Cara Produksi Makanan
yang Baik (CPMB) yang diwujudkan dalam Peraturan Pemerintah.
Penerapan GMP atau CPMB akan dapat membantu jajaran manajemen untuk
membangun suatu sistem jaminan mutu yang baik. Jaminan mutu sendiri
tidak hanya berkaitan dengan masalah pemeriksaan (inspection) dan
pengendalian (control) namun juga menetapkan standar mutu produk yang
sudah harus dilaksanakan sejak tahap perancagan produk (product design)
sampai produk tersebut didistribusikan kepada konsumen. Dalam hal ini yang
akan dibahas adalah produk makanan padat instan.
Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996
maka penerapan standar mutu untuk produk pangan dan mutu di dalam proses
produksi telah menjadi suatu kewajiban (mandatory) yang harus dijalankan
oleh para produsen pangan. Dalam UU pangan No.7 Tahun 1996, Bab II
tentang Keamanan Pangan secara tegas telah diatur bahwa produsen produk
pangan harus mampu untuk memenuhi berbagai persyaratan produksi
sehingga dapat memberikan jaminan dihasilkannya produk pangan yang
aman dan bermutu bagi konsumen. Hal ini menjadi penting karena akan
berdampak pada keselamatan konsumen pribadi dan keselamatan masyarakat
umum dan juga penting bagi produsen, terutama untuk melindungi pasarnya
dan terpeliharanya kepercayaan konsumen dan target penjualan/keuntungan
yang ingin dicapai.
Jaminan mutu bukan hanya menyangkut masalah metode tetapi juga
merupakan sikap tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dengan cara
bertindak tepat sedini mungkin oleh setiap orang baik yang berada di dalam
maupun di luar bidang produksi. Penerapan jaminan mutu pangan harus di
dukung oleh penerapan GMP dan HACCP sebagai sistem pengganti prosedur
inspeksi tradisional yang mendeteksi adanya cacat dan bahaya dalam suatu
produk pangan setelah produk selesai diproses. GMP menetapkan KRITERIA
(istilah umum, persyaratan bangunan dan fasilitas lain, peralatan serta control
terhadap proses produksi dan proses pengolahan), STÁNDAR (Spesifikasi
bahan baku dan produk, komposisi produk) dan KONDISI (parameter proses
pengolahan) untuk menghasilkan produk mutu yang baik. Sedangkan
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) memfokuskan perhatian
terhadap masalah pengawasan dan pengendalian keamanan pangan melalui
identifikasi, analisis dan pemantauan terhadap titik-titik kritis pada
keseluruhan bahan yang digunakan dan tahapan proses pengolahan yang
dicurigai akan dapat menimbulkan bahaya bagi konsumen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mutu makanan padat instan yang baik?
2. Bagaimana alur proses produksi makanan padat instan

C. Tujuan
1. Mengetahui mutu makanan padat instan yang baik
2. Mengetahui alur proses produksi makanan padat instan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan/Minuman Padat Instan (Siap Saji)


Menurut Undang-undang No.18 tahun 2012 tentang Pangan, keamanan
pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga
aman untuk dikonsumsi.
Sedangkan pangan siap saji merupakan makanan dan/atau minuman
yang sudah diolah dan siap untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di
luar tempat usaha atas dasar pesanan (PP No. 28 tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan).
Makanan padat instan (siap saji) misalnya mie instan merupakan
makanan yang berbentuk padat yang sudah diolah dan siap untuk disajiu kan
dengan waktu yang singkat.
B. Pengertian GMP/CPMB
GMP/CPMB memiliki beberapa pengertian yang cukup mendasar yaitu:
Suatu pedoman yang menjelaskan bagaiaman memproduksi makanan agar
aman bermutu, dan layak untuk dikonsumsi. Berisi penjelasan-penjelasan
tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi
dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari
mulai bahan baku sampai produk akhir.
Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini
tidak ada standar internasional yang bersifat official seperti halnya standar
ISO.
C. Tujuan GMP/CPMB

a. Menghasilkan produk akhir yang Aman, Bermutu, dan Sesuai selera


konsumen.
b. Menghasilkan pangan yang layak, bermutu, aman dikonsumsi, dan
sesuai dengan tuntutan konsumen baik konsumen domestic maupun
internasional.
D. Pedoman dan Dasar Hukum GMP/CPMB

a. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 75/M-IND/PER/7/2010 tentang


Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik.
b. Pasal 6 ayat 2 dan pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004
tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi pangan, perlu menetapkan pedoman
cara produksi pangan olahan yang baik (Good Manufacturing Practices)
c. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23/MEN.KES/SKJI/1978
tentang Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB).
d. UU pangan No.7 Tahun 1996, Bab II tentang Keamanan Pangan secara
tegas telah diatur bahwa produsen produk pangan harus mampu untuk
memenuhi berbagai persyaratan produksi sehingga dapat memberikan
jaminan dihasilkannya produk pangan yang aman dan bermutu bagi
konsumen.
E. Persyaratan GMP/CPMB

GMP mempersyaratkan agar dilakukan pembersihan dan sanitasi


dengan frekuensi yang memadai terhadap seluruh permukaan mesin
pengolah pangan baik yang berkontak langsung dengan makanan maupun
yang tidak. Mikroba membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Oleh
karena itu persyaratan GMP : mengharuskan setiap permukaan yang
bersinggungan dengan makanan dan berada dalam kondisi basah harus
dikeringkan dan disanitasi. Peraturan GMP juga mempersyaratkan
penggunaan zat kimia yang cukup dalam dosis yang dianggap aman.
F. Kegunaan GMP/CPMB Bagi Industri

CPMB bagi industri berguna sebagai dasar/acuan dalam menerapkan


praktek cara produksi makanan yang baik dalam rangka:
1. Memproduksi dan menyediakan makanan yang aman dan layak unyuk
dikonsumsi
2. Memberikan informasi kepada masyarakat, seperti pelabelan, dll.
3. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan dunia Internasioanl
terhadap makanan yang diproduksinya.
G. Prinsip Dasar

Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat
dihasilkan hanya dengan pengujian (inspection/ testing), namun harus
menjadi satu kesatuan dari proses produksi.
H. Ruang Lingkup GMP/CPMB
Ruang lingkup dalam penerapan CPMB/GMP adalah :

1. Bahan
2. Pengolahan bahan
3. Bahan pengemas
4. Mutu produk akhir
5. Keterangan produk
6. Disain dan fasilitas pabrik
7. Penyimpanan
8. Transportasi
9. Higien dan kesehatan karyawan
10. Pemeliharaan dan program sanitasi
11. Laboratorium dan pemeriksaan
12. Manajemen dan pengawasan
13. Dokumentasi/pencatatan
14. Penarikan produk Pelatihan dan pembinaan
BAB III
PEMBAHASAN

A. Lingkungan dan Lokasi Produksi Makanan Padat Instan (Siap Saji)


Lingkungan sarana pengolahan harus terawat baik, bersih, dan bebas
sampah, memiliki sistem pembuangan dan penanganan limbah yang cukup
baik, serta memiliki sistem saluran pembuangan air yang lancar. Lokasi,
terletak di bagian pinggir kota, tidak padat penduduk, dan lebih rendah dari
pemukiman. Bebas banjir, polusi asap, debu, bau, dan kontaminan lain, serta
bebas dari sarang hama, seperti hewan pengerat dan serangga. Tidak berada
dekat industri logam dan kimia, serta pembuangan sampah atau limbah.
B. Bangunan dan Fasilitas Unit Usaha
Desain bangunan, konstruksi, dan tata ruang harus sesuai dengan
alur proses. Bangunan cukup luas dan dapat dilakukan pembersihan secara
intensif. Adanya pemisahan antara ruang bersih dan ruang kotor, serta lantai
dan dinding dari bahan kedap air, kuat, dan mudah dibersihkan. Fasilitas unit
usaha, meliputi penerangan cukup yang sesuai spesifikasi proses, ventilasi
memungkinkan udara mengalir dari ruang bersih ke ruang kotor, adanya
sarana pencucian tangan dan kaki yang dilengkapi sabun dan pengering atau
desinfektan. Gudang mudah dibersihkan, terjaga dari hama, pengaturan suhu
dan kelembaban sesuai, serta penyimpanan sistem FIFO yang dilengkapi
catatan.
C. Peralatan Pengolahan Produksi
Alat yang kontak langsung dengan produk harus terbuat dari bahan
yang tidak toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan mudah
didesinfeksi sehingga mudah dilakukan perawatan. Letak penempatannya
disusun sesuai dengan alur proses, dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
dan program sanitasi.
D. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi
Program sanitasi meliputi sarana penyediaan air, sarana pembuangan
air dan limbah, sarana pembersihan/ penyucian, sarana toilet/ jamban, serta
sarana hygiene karyawan.
PP No. 28 tahun 2004 BAB II Bagian Pertama tentang sanitasi pasal 2 nomor
(1) menjelaskan bahwa setiap orang yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan kegiatan pada rantai pangan yang meliputi proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan dan peredaran pangan wajib memenuhi
persyaratan sanitasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
E. Sistem Pengendalian Hama
Meliputi pengawasan atas barang/bahan yang masuk,
penerapan/praktik hygienis yang baik, menutup lubang dan saluran yang
memungkinkan menjadi tempat masuknya hama, memasang kawat kasa pada
jendela dan ventilasi, serta mencegah hewan peliharaan berkeliaran di lokasi
unit usaha.
F. Hygiene produk dan Karyawan
Meliputi persyaratan dan pemeriksaan rutin kesehatan karyawan,
persyaratan kebersihan karyawan yang meliputi menjaga kebersihan badan,
mengenakan pakaian kerja dan perlengkapannya, menutup luka, selalu mencuci
tangan dengan sabun, serta melatih kebiasaan karyawan.
Untuk penyelenggara pangan siap saji sendiri harus mengantongi sertifikat
laik hygiene dari dinas kesehatan setempat sebagai bukti telah memenuhi
persyaratan hygiene dan sanitasi sebagai salah satu dokumen penunjang dalam
izin usaha di sektor industri pangan.
G. Tahapan Pelaksanaan Produksi Makanan Padat Instan
Pada proses pembuatan makanan padat instan (misalnya mie instan)
terdiri dari beberapa tahap, yaitu mixing (pencampuran), pressing
(pengepresan), slitting (pembentukan untaian), steaming (pengukusa), cutting
(pemotongan) and folder (pencetakkan) dan frying (penggorengan), cooling
(pendinginan).
1. Mixing atau Pencampuran
Proses mixing adalah proses pencampuran dan pengadukan material-
material yang terdiri dari material tepung (campuran antara air dan
beberapa ingredient yang ditentukan) sehingga diperoleh adonan yang
merata atau homogen. Mutu adonan yang baik adalah yang tidak lembek
dan tidak perau atau dengan kata lain memiliki kadar air sebesar 32%
sampai dengan 34%. Proses pencampuran ini berlangsung kurang lebih
selama 15 menit dengan suhu 35oC.
2. Pressing atau Pengepresan
Selain adonan menjadi homogen, campuran tersebut masuk ke
dalam mesin pengepres adonan. Hal ini dilakukan apabila makanan padat
instan yang diproduksi contonya mie instan. Di dalam mesin pengepres,
adonan melalui beberapa roll press. Adonan akan mengalami peregangan
pada saat dipress dan terjadi relaksasi pada saat keluar dari roll press. Hal
ini terjadi beberapa kali pada saat melalui roll press sehingga terbentuk
lembaran yang lembut, homogen, elastik, dan tidak terputus dengan
ketebalan tertentu. Tebal lembaran yang dihasilkan bergantung dengan
jenis mesin yang digunakan.
3. Slitting atau Pembentukan Untaian
Suatu proses pemotongan lembaran adonan menjadi untaian mie
dan kemudian siap dibentuk gelombang mie. Selanjutnya untaian mie
tersebut dilewatkan ke dalam suatu laluan berbentuk segi empat yang
disebut waving net, sehingga terbentuk gelombang mie yang merata dan
terbagi dalam beberapa jalur.
4. Streaming atau Pengukusan
Proses selanjutnya adalah proses pegukusan untaian mie yang
keluar dari slitter secara kontinu dengan menggunakan istream box atau
mesin yang memiliki tekanan uap yang cukup tinggi dengan suhu tertentu.
Proses pengukusan akan berlangsung selama dua menit dengan suhu
pemanasan ± 65oC. Tujuannya adalah memasak mie mentah menjadi mie
dengan sifat fisik padat. Dalam proses streaming ini akan terjadi proses
gelatinisasi pati dan koagulasi gluten, yang menyebabkan gelombang mie
bersifat tetap dan memiliki tekstur lembut, lunak, elastis, dan terlindungi
dari penyerapan minyak yang terlalu banyak pada proses penggorengan
atau frying.
5. Cutting and Folder atau Pemotongan dan Pencetakan
Pemotongan dan pencetakan adalah suatu proses memotong lajur mie pada
ukuran tertentu dan melipat menjadi dua bagian sama panjang, kemudian
mendistribusikannya ke mangkok penggorengan. Mie dipotong dengan
menggunakan alat berupa pisau yang berputar.
6. Frying atau Penggorengan
Proses penggorengan adalah suatu proses merapikan mie didalam mangkok
pengorengan, kemudian merendamnya di dalam media penghantar panas.
Dalam hal ini minyak olein atau minyak goreng pada suhu tertentu dalam
waktu tertentu. Tujuan dari proses penggorengan adalah untuk mengurangi
kadar air dalam mie dan pemantapan pati tergelatinisasi. Kadar air setelah
penggorengan adalah 4% sehingga mie menjadi matang, kaku dan awet.
7. Cooling atau Pendinginan
Ruangan pendingin mie adalah ruangan atau lorong yang terdiri dari
sejumlah kipas untuk menghembuskan udara segar ke mie-mie yang
dilewatkan dalam ruangan tersebut. Tujuan proses pendinginan adalah
untuk mendinginkan mie panas yang keluar dari proses penggorengan
hingga diperoleh suhu ± 30°C sebelum dikemas dengan etiket. Dengan
diperolehnya suhu mie yang rendah sebelum dikemas maka mie akan lebih
awet untuk disimpan dalam etiket selama beberapa waktu dan menghindari
penguapan air yang kemudian menempel pada permukaan bagian dalam
etiket yang dapat menyebabkan timbulnya jamur. Lamanya proses
pendinginan adalah kurang lebih dua menit.
Secara Sistematis alur proses produksi mie instan dapat dilihat pada
Gambar 1.
H. Tugas dan Fungsi Organisasi
Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam
struktur organisasi sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai berikut:
1. Manajer Umum (General Manager)
Manajer utama mempunyai wewenang tertinggi perusahaan yang
bertanggung jawab atas berlangsungnya segala kegiatan perusahaan
meliputi memimpin mengatur, membimbing dan mengarahkan organisasi
perusahaan, dimana kegiatan tersebut untuk mencapai prestasi yang tinggi
dalam menghasilkan produk-produk berkualitas dengan jaminan sistem
mutu yang selalu terjaga dan dilaksanakan secara konsisten.
2. Manajer Pabrik (Factory Manager)
Manajer pabrik bertugas dan bertanggung jawab dalam mengatur dan
mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan mengambil
tindakan untuk kelancaran jalannya proses produksi. Selain itu manajer
pabrik memiliki tugas dan tanggung jawab:
a) Merencanakan, mengkoordinasi,mengarahkan dan mengendalikan
kegiatan manufacturing yang meliputi PPIC, produksi, teknik purchasing
dan gudang untuk memperlancar proses pencapaian sasaran perusahaan
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b) Meningkatkan usaha dalam bidang peningkatan mutu produk,
produktifitas kerja dan pengendalian biaya operasional secara kontinu
c) Mengatur dan mengendalikan proses manufacturing sesuai dengan
standar yang ditentukan.
3. Supervisor Produksi (Production Supervisor) Supervisor produksi bertugas
menyempurnakan organisasi, prosedur dan sistem kerja guna pencapaian
kondisi kerja yang mantap, sehat dan aman dalam semua
aspek.Menyediakan kebutuhan sarana dan fasilitas kerja sesuai dengan
persyaratan.
4. Manajer Teknik (Manager Technical) Manajer teknik bertugas
merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan teknik
sehingga dapat menjamin kelancaran operasional mesin produksi dan sarana
penunjang.Membuat perencanaan kerja yang diselaraskan dengan tujuan
manajemen khususnya dalam kegiatan yang menyangkut teknik.Menjaga
pelakanaan perawatan dan perbaikan mesin.
5. Manajer Gudang (Warehouse Manager) Manajer gudang bertugas
merencanakan dan mengendalikan kegiatan pergudangan sehingga tercapai
tujuan utamanya, diantaranya: keamanan, keakurasian jumlah dan
kebutuhan barang yang dikelola, dengan melaksanakan sistem dan prosedur
yang telah ditetapkan manajemen. Menerapkan prosedur kerja, termasuk
syarat-syarat, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk menjaga dan
memelihara semua aset perusahaan berupa aset tetap atau aset tidak tetap.
Menjaga kelancaran dan pelaksanaan semua kegiatan arus transaksi barang
melalui penentuan tata letak gudang serta penunjang tenaga pelaksana, agar
tercapai pemanfaatan fasilitas dan optimalisasi tenaga kerja
6. Supervisor PPIC Supervisor ini bertugas merencanakan jadwal produksi dan
mengendalikan pengadaan bahan baku (Raw Material)/RM dan barang jadi
(Finish Good)/FG. Merencanakan kedatangan RM untuk menunjang
kelancaran proses produksi sesuai jadwal yang telah dibuat. Membuat
jadwal produksi berdasarkan Confirmed Weekly Order (CWO) yang
diterima. Memantau tingkat persediaan dari gudang RM maupun FG
sehingga standard an persediaan penyangga tetap terjaga.
7. Manajer Pengembangan dan Pengawasan Mutu Produk (Branch Process
Development and Quality Control Manager) Manajer PDQC bertugas dan
bertanggung jawab dalam memeriksa bahan baku, bahan tambahan, produk
jadi, dan bahan pengemas. Mengawasi analisa kualitas produksi,
bertanggung jawab atas kelengkapan laboratorium untuk analisa dan
pengembanganproduk. Selain itu BPDQC bertugas dan bertanggung jawab:
a. Mengendalikan semua kegiatan departemen PDQC dalam aspek proses
pengendalian mutu untuk menjamin kelangsungan aktifitas perusahaan.
b. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan GLP dan Kalibrasi di
laboratorium serta GNP dan HACCP diproses produksi.
c. Mengendalikan semua kegiatan pengendalian mutu pada proses awal
pengawasan mutu dan hasil pengawasan serta pengembangan produk.
d. Mengatur dan merencanakan kerja, kebutuhan kerja tenaga kerja, alat
bantu dan fasilitas kerja selama 37 masih dalam batas-batas standar baku
yang diselaraskan dengan rencana manajemen.
e. Menilai/mengevaluasi kerja staff departemen PDQC
 Supervisor Pengawasan Mutu Proses (Quality Control Process
Supervisor) Supervisor pengawasan mutu proses bertugas membantu
BPDQC dalam hal sistem pengendalian mutu proses produksi.
Memantau & mengendalikan kualitas proses produksi dan produk
jadi, sesuai standar mutu yang ditetapkan. Memantau pekerjaan QC
Process Section Spv & bagian administrasi. Melakukan perbaikan
mutu dan cost reduction serta penangan terhadap complaint produk.
Menyediakan bahan kimia dan cost peralatan untuk kebutuhan
analisis.
 Supervisor Pengawasan Mutu Bahan Baku/Produk Jadi (Quality
Control Raw Material/ Finished Gd Supervisor) Supervisor
pengawasan mutu bahan baku/produk jadi bertugas membantu
BPDQC dalam dalam hal pengendalian mutu RM & FG serta
pengembangan proses produksi. Melakukan pengawasan secara
langsung terhadap proses Incoming Quality Control (IQC), Outgoing
Quality Control (OQC) yang meliputi koordinasi tugas QC Field RM
& FG serta pelaksanaan penerbitan hasil analisa IQC dan OQC
sehingga aktivitas kerja bisa berjalan lancar. Melakukan koordinasi
tugas IQ RM & FG, OQC RM & FG serta mengembangkan proses.
Menjaga kelancaran tugas penerimaan RM/FG dan OQC
RM/FG.Mengawasi pelaksaan GMP HACCP dan SOP pada
pergudangan.Mewakili BPDQC jika tidak ada.Memantau,
mengevaluasi standar mutu yang telah ditetapkan.
8. Manajer Keuangan (Finance and Accounting Manager)
a. Manajer keuangan bertugas dan bertanggung jawab merencanakan,
menyiapkan budget dan planning (AOP) untuk menetukan tujuan yang
harus dicapai.Memonitor kegiatan operasional dalam hal aspek financial
supaya sejalan dengan AOP. Menandatangai bank instrument (Cheque,
transfer bank) sesuai dengan batasan yang ditetapkan perusahaan.
Verifikasi setiap pengeluaran biaya ataupunpembelian aset dan
penggunaan dana lainnya sesuai dengan batasan yang ditetapkan oleh
perusaaan. Menetapkan pelaksanaan sistem dan prosedur yang berkaitan
dengan keuangan. Supervisor Keuangan (Finance Supervisor) Supervisor
keuangan bertugas membantu FAM dalam menjalankan fungsi treasury
& Controllership.
b. Supervisor Pengontrol Pembiayaan (Cost Control Supervisor) Supervisor
pengontrol pembiayaan bertugas memonitor project cost. Biasanya cost
control tidak menyusun budget karena budgetsudah ditentukan di awal
sebelum project dimulai. Budget sudah disiapkan oleh perusahaan, dan
tugas cost controler adalah memonitor penggunaannya.
c. Supervisor Akunting (Accounting Supervisor) Supervisor akunting
bertugas melaksanakan tugas verifikasi dan kontrol untuk setiap
pengeluaran.Mengkoordinir setiap kegiatan pencatatan transaksi
paerusahaan secara up to date. Melaksanakan pembayaran pajak dan
I. Analisis Produk Akhir
Produk makanan padat instan yang diinginkan adalah yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. tidak mengandung bahan pengawet
2. tidak mengandung lilin
3. Makanan padat instan harus bergizi. Pada prinsipnya tidak ada satu jenis
makanan pun di dunia yang secara tunggal mampu memenuhi seluruh zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu keragaman dan variasi
dalam mengkonsumsi makanan mutlak diperlukan untuk mendapatkan
menu dengan gizi seimbang. Mi instan Indofood khususnya Indomie
memiliki kandungan gizi yang cukup
4. tidak mengakibatkan kanker
J. Proses penerapan (CPMB)
Merupakan suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi
makanan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi. Aman dikonsumsi
artinya produk makanan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang dapat
membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia. Layak dikonsumsi
artinya makanan tersebut keadaannya normal tidak menyimpang seperti busuk,
kotor, menjijikkan, dan penyimpangan lain.
K. Pengendalian Proses
Meliputi pengendalian preproduksi (persyaratan bahan baku, komposisi bahan,
cara pengolahan bahan baku, persyaratan distribusi/ transportasi, penyiapan
produk sebelum dikonsumsi), pengendalian proses produksi, serta
pengendalian pascaproduksi (jenis dan jumlah bahan yang digunakan produksi,
bagan alir proses pengolahan, keterangan produk, penyimpanan produk, jenis
kemasan, jenis produk pangan yang dihasilkan).
L. Manajemen Pengawasan
Pengawasan terhadap jalannya proses produksi dan perbaikan bila terjadi
penyimpangan yang dapat menurunkan mutu dan keamanan produk.
Pengawasan rutin dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
proses produksi.
M. Pencatatan dan Dokumentasi
Berisi catatan tentang proses pengolahan, termasuk tanggal produksi dan
kadaluarsa, serta distribusi dan penarikan produk karena kadaluarsa. Dokumen
yang baik akan meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk.
BAB III

RANGKUMAN

Pada proses pembuatan makanan padat instan (misalnya mie instan)


terdiri dari beberapa tahap, yaitu mixing (pencampuran), pressing (pengepresan),
slitting (pembentukan untaian), steaming (pengukusa), cutting (pemotongan) and
folder (pencetakkan) dan frying (penggorengan), cooling (pendinginan).
Produk makanan padat instan yang diinginkan adalah yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. tidak mengandung bahan pengawet
2. tidak mengandung lilin
3. Makanan padat instan harus bergizi. Pada prinsipnya tidak ada satu jenis
makanan pun di dunia yang secara tunggal mampu memenuhi seluruh zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu keragaman dan variasi
dalam mengkonsumsi makanan mutlak diperlukan untuk mendapatkan
menu dengan gizi seimbang. Mi instan Indofood khususnya Indomie
memiliki kandungan gizi yang cukup
4. Tidak mengakibatkan kanker

Proses penerapan (CPMB) yang menjelaskan bagaimana memproduksi


makanan padat instan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi. Aman
dikonsumsi artinya produk makanan tersebut tidak mengandung bahan-bahan
yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia. Layak
dikonsumsi artinya makanan tersebut keadaannya normal tidak menyimpang
seperti busuk, kotor, menjijikkan, dan penyimpangan lain.
Jaminan mutu bukan hanya menyangkut masalah metode tetapi juga
merupakan sikap tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dengan cara bertindak
tepat sedini mungkin oleh setiap orang baik yang berada di dalam maupun di luar
bidang produksi. Penerapan jaminan mutu pangan harus di dukung oleh
penerapan GMP. GMP menetapkan KRITERIA (istilah umum, persyaratan
bangunan dan fasilitas lain, peralatan serta control terhadap proses produksi dan
proses pengolahan), STÁNDAR (Spesifikasi bahan baku dan produk, komposisi
produk) dan KONDISI (parameter proses pengolahan) untuk menghasilkan
produk mutu yang baik.
BAB IV

KESIMPULAN

Pada proses pembuatan makanan padat instan (misalnya mie instan)


terdiri dari beberapa tahap, yaitu mixing (pencampuran), pressing (pengepresan),
slitting (pembentukan untaian), steaming (pengukusa), cutting (pemotongan) and
folder (pencetakkan) dan frying (penggorengan), cooling (pendinginan).
Produk makanan padat instan yang diinginkan adalah yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. Tidak mengandung bahan pengawet
2. Tidak mengandung lilin
3. Makanan padat instan harus bergizi. Pada prinsipnya tidak ada satu jenis
makanan pun di dunia yang secara tunggal mampu memenuhi seluruh zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu keragaman dan variasi
dalam mengkonsumsi makanan mutlak diperlukan untuk mendapatkan
menu dengan gizi seimbang. Mi instan Indofood khususnya Indomie
memiliki kandungan gizi yang cukup
4. Tidak mengakibatkan kanker
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
Hk.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 Tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik
Untuk Industri Rumah Tangga

Peraturan Kemenperin no. 75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi


Pangan Olahan yang Baik

Winnanda Chrisna Murti . Cara Produksi Pangan Yang Baik (Cppb) Pada Proses
Pembuatan Mi Segar Di “Usaha Kecil Menengah Mulya Mi Jumok . Diakes pada
tanggal 3 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai