Anda di halaman 1dari 4

1.

Situasi dan lingkungan di saat pertama kali saya mendampingi pasien yang menjelang ajal
adalah saat saya bertugas di Rumah Sakit Konawe. Saya merupakan tenaga perawat yang
baru bekerja di rumah sakit tersebut, saya belum lama menyelesaikan pendidikan saya jadi
saya masih sangat minim dengan pengalaman klinik. Saat itu saya mendapatkan pasien
dengan kecelakaan dan pendarahan aktif dan fraktur, pemeriksaan menunjukkan pasien
mengalami cedera berat pada kepala akibat benturan yang keras. Kondisi pasien sudah tidak
sadarkan diri, denyut nadi melemah dan pernapasan bradikardi. Saya terus terang merasa
syok melihat pasien dengan kondisi seperti itu, saya langsung gemetar. Memang ini pertama
kali saya mendaptkan pasien dalam kondisi seperti itu selama saya bekerja di rumah sakit.
Saya tidak mendahului Tuhan maupun apapun, namun saat itu saya merasa bahwa pasien
sangat kecil harapannya untuk bisa terselamatkan. Saya melihat keluarga pasien sangat
panik dan takut serta pucat. Pasien bernama Tn. L yang merupakan anak sulung dari sebuah
keluarga, Tn. L merupakan pasien dengan kecelakaan motor melawan mobil. Saat itu Tn. L
tidak menggunakan helm pengaman sehingga saat jatuh kepala terbentur keras dan terseret
di aspal. Hal ini kami ketahui dari saksi yang melihat kejadian kecelakaan tersebut.
Lingkungan sekitar ruang unit gawat darurat (UGD) penuh dengan keluarga dan kerabat
pasien yang ingin tahu bagaimana keadaan pasien. Ada juga pihak berwajib dalam hal ini
adalah polisi lalu lintas yang sedang menangani kecelakaan lalu lintas yang terjadi.
2. Perasaan saya secara psikologis maupun emosional saat itu merasa takut, bingung saya
tidak tau berbuat apa, terus terang saat itu tangan saya lemas dan gemetar, tidak tau saya
harus berbuat apa, saya rasanya seperti ingin pingsan saat itu. Beruntung teman saya dinas
yang merupakan salah satu senior perawat di tempat saya bekerja sangat cekatan dalam
menangani pasien. Dokter juga tampak aktif dalam melakukan pemeriksaan. Jadi saya
berkata dalam hati sy harus kuat-kuatkan diri. Saya tidak boleh lemah, saya harus bisa
menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Meskipun saya juga merasa
sedikit mual karena melihat darah, dan tiba-tiba saja saya langsung berkeringat berada dalam
kondisi seperti ini dimana pasien yang kami hadapi saat itu merupakan pasien kritis.
3. Bagaimana saya mengetahui bahwa seseorang tersebut dalam kondisi menjelang ajal adalah
saat melihat pemeriksaan GCS hanya 5, pasien mngalami kehilangan darah yang banyak.
Hasil rontgen menunjukkan bahwa pasien mengalami retak tulang tengkorak bagian
oksipital. Pasien nampak sesak dan napas dangkal, nadi melemah.Dari pemeriksaan lanjutan
diketahui bahwa terjadi pendarahan internal pada abdomen Tn. H dan dokter menyatakan
bahwa pasien Tn. L sangat sedikit harapan hidupnya, mengingat kecelakaan yang
dialaminya sangat parah dan harus segera dioperasi. Namun sangat disayangkan bahwa
spesialis bedah tidak berada di unaaha saat itu, sehingga pasien ada dua pilihan dirujuk
dengan kondisi yang kritis dan menunggu hingga dokter ada ditmpat besok. Dengan
pernyataan seperti itu membuat saya terkejut, dan saya mengatakan dalam hati bahwa ini
mungkin untuk pertama kalinya saya harus menghadapi pasien dengan menjelang ajal.
4. Apa yang saya lakukan pada seseorang yang menjelang ajal tersebut adalah saya
memberikan pelayanan perawatan yang professional. Saya memantau pernafasannya, saya
memantau tanda-tanda vitalnya, saya memantau tekanan darahnya. Sementara pasien tidak
sadarkan diri, dengan pernapasan dibantu okseigen. Mungkin kami tidak mampu
menyelamatkannya, namun saya berpikir memberikan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan merupakan upaya penting untuk dilakukan, kami masih bisa
memberikan pelayanan keperawatan berupa pelayanan paliatif kepada pasien dan
keluarganya secara maksimal hingga sampai ajal menjemput, pelayanan keperawatanan
yang membuat keluarga pasien dapat menerima kenyataan bahwa pasien Tn. L tidak dapat
diselamatan dan menjelang ajal. Saat itu, kami juga memberitahukan keluarga pasien perihal
keadaan pasien. Pertama saya yang disuruh sampaikan tp saya menolak karena tidak
sanggup disruh menyampaikan kepada keluarga pasien. Dan akhirnya perawat senior yang
merupakan teman jaga saya yang menyampaikn kepada keluarga pasien tentang kondisi
pasien. Dia bgitu tenang dalam menyampaikan hal yang begitu berat harus disampaikan
keada pihak keluarga pasien. Beda sekali dengan saya yang panic, takut, gemetar dan merasa
tidak mampu memberitahukan kepada keluarga pasien. Saya merasa kasian bila merka
mngetahui bahwa mereka akan mengalami proses berduka karena kehilangan keluarga.
5. Pendapat saya terkait proses kematian adalah kematian merupakan sebuah rahasia sang
pencipta kita, kita tidak tahu kapan ajal akan datang menjemput. Sebagai manusia wajib bagi
kita untuk melakukan amal baik untuk bekal setelah meninggal nanti. Sementara proses
kematian secara medis menurut saya adalah dimana organ tubuh manusia berhenti
berfungsi, sehingga tidak ada lagi pasokan oksigen dan zat makanan untuk sel-sel tubuh
yang bekerja, serta matinya btang otak yang ditandai dengan tidak adanya reaksi pupil pada
seseorang. Proses kematian menimbulkan rasa kehilangan dan berduka pada keluarga yang
ditinggalkan. Hal ini menimbulkan perasaaan berduka terutama bagi mereka yang
mempunyai ikatan dengan pasien yang meninggal. Perasaan kehilangan sangat menyakitkan
yang dirasakan oleh mereka yang memiliki ikatan dengan pasien. Perasaan berduka
seseorang terdiri dari beberapa tahap dimulai dari tahap pengingkaran terhadap kenyataan
yang ada, tahap kemarahan terhadap kenyataan bahwa adanya kehilangan, tahap tawar
menawar terhadap kenyataan yang ada, tahap depresi karena telah kehilangan dan tahap
menerima bahwa seseorang belajar ikhlas dan menerima kepergian seseorang yang memiliki
ikatan dengan yang meninggal. Waktu untuk setiap tahap relative pada setiap orang, karena
proses seseorang dalam memanajemen perasaan dan pemikirannya sangat berbeda-beda.
Oleh karenanya, pentingnya pelayanan keperawatan paliatif terhadap keluarga dan pasien
akan sangat membantu keluarga dalam proses berduka terutama mendapatkan pemahaman
keluarga atau kerabat agar dapat menerima kehilangan yang terjadi.
6. Respon saya setelah mengetahui bahwa seseorang tersebut telah meninggal adalah merasa
kasihan dan iba terhadap keluarganya, terutama ibunya yang sangat terpukul terhadap
kematian anaknya. Ibunya menangis histeris dan tidak menerima anaknya meninggal. Saya
mencoba menguatkan ibunya dan menjelaskan bahwa kami sudah berupaya membantu
anaknya, namun memang usaha kami tidak serta merta sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Saya terus terang sangat erat berada pada kondisi seperti itu, saya merasa sangat sedih dan
kasian melihat ibu Tn. L yang sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ibunya mengatakan
bahwa tidak ada tanda apa-apa sama sekali bahwa anaknya akan pergi mennggalkannya
selamanya, itu merupakan hal yang sangat menyakitkan yang sulit untuk diterima oleh ibu
pasien tersebut. Saya hanya mampu menjelaskan kepada ibunya agar sabar bahwa mungkin
sudah seperti inilah jalan kepergiannya. Saya secara pribadi merupakan seseorang yang
sngat sensitive jadi mudah terpengaruh oleh suasana seprti ini, saya seakan-akan bisa
merasakan seperti apa yang dirasakan oleh ibu pasien tersebut.
7. Respon keluarga terhadap kejadian kematian tersebut adalah sangat sedih, keluarga
menangis dan emosional. Mereka tidak terima dan mencoba meminta penjelasan kepada
kami, saya tidak mampu menjelaskan kepada keluarga pasien, maka perawat senior teman
dinas saya bersama dokter jaga yang menjelaskan bahwa keadaan pasien seperti apa dan
seperti apa kemungkinan dapat terselamatkan dan seperti apa fasilitas yang tersedia di rumah
sakit serta upaya-upaya yang telah kami lakukan. Memang tidak serta merta dapat
memberikan kepuasan atas pertanyaan keluarga pasien, namun sedikit keluarga pasien dapat
mengerti dengan keadaan yang sebenarnya. Dan bukan bahwa kami berdiam diri saja tidak
melakukan apa-apa meskipun pasien memiliki kemungkinan hidap yang kecil. Adapula
respon keluarga yang sangat emosional dan memarahi kami dan mengatakan kami tidak
melakukan upaya apa-apa, tapi kami maklum karena kondisi saat itu adalah tahap-tahap
berduka, keluarga yang telah paham dengan penjelasan kami lalu mereka membntu mencoba
menjelaskan kepada keluarga yang emosional tersebut. Kami bersyukur karena keluarga
pasien yang emosional tersbut dapat menerima dengan baik.
8. Yang saya lakukan setelah mengetahui bahwa pasien tersebut telah tiada adalah melakukan
perawatan jenazah kepada pasien tersebut. Saya melepaskan alat bantu yang terpasang pada
pasien tersebut seperti selang oksigen, alat pengukur saturasi oksigen, EKG, infus, kateter,
dan NGT. Setelah itu saya merapikankeadaan pasien dan meminta sarung keluarganya untuk
menutupi tubuh pasien. Setelah saya memanggil salah satu keluarga pasien untuk ikut
dengan kami ke ruang jaga perawat. Lalu kami menjelaskan perihal administrasi selama Tn.
L dirawat di rumah sakit. Kami menjelaskan rincian pengobatan-pengobatan yang telah
digunakan selama Tn. L dirawat dirumah sakit karena keluar nampaknya belum memahami
seperti apa penggunaan obat-obatan tersebut pada pasien. Kemudian keluarga pasien
kembali ke ruangan pasien dan mungkin berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya.
Setelah beberapa waktu kemudian, keluarga pasien muncul dan mengatakan dimana tagihan
embiayaan ini harus dibayar, lalu saya mengantar keluarga pasien ini ke kasir untuk
menyelsaikan semua beban administrasi dari segala jasa pelayanan dan pengobatan yang
dipergunakan. Saya kemudian bertanya kepada keluarganya bahwa kendaraan apa yang akan
digunakan untuk membawa jenazah Tn. L pulang ke rumah duka, ternyata mereka sudah
menyiapkan kendaraan pribadi mereka. Keluarga mengatakan telah berkomunikasi dengan
aggota kluarga lainnya tentang kendaraan yang akan digunakan untuk membawa jenazah Tn.
L pulang kerumah. Kemudian pada tahap akhir saya menjelaskan bahwa bila tidak ada
kendaraan pribadi, kendaraan atau mobil jenazah rumah sakit dapat digunakan untuk
mengantar jenazah.

PERNYATAAN :

Bahwa :

1. Jumlah kata pada tugas saya sebanyak 1412 kata


2. Saya menyatakan bahwa segala sesuatu yang anda tuliskan benar adanya sebagai
pengalaman pribadi anda
3. Saya menyatakan bahwa tugas ini saya selsaikan secara mandiri tanpa adanya bantuan dari
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai