Anda di halaman 1dari 36

HUKUM LINGKUNGAN

"PENANGANAN SAMPAH SEBAGAI BAGIAN DARI


PENATAAN LINGKUNGAN"

NAMA:

AHMAD GAZALI SAPUTRA ( 16.01.0042-IH )

KELAS: A1

( REGULER PAGI )

STIH PERTIBA

FAKULTAS HUKUM

JURUSAN HUKUM

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta
hidayahNya kepada saya yang pada kesempatan kali ini kami dapat menuangkan tinta untuk
mengukir ilmu pengetahuan yang sangat di butuhkan dan semoga dapat bermanfaat bagi
penulis serta semoga pula bermanfaat bagi pembaca.

Sholawat serta salam marilah selalu dan selalu kita hadirkan keharibaan Rasulullah
muhammad SAW sebagai uswah al-hasanah yang senantiasa di harapkan syafaatnya di hari
kiamat.
saya sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah atau ilmu ini
bisa lebih senpurna dan bermanfaat bagi penulis, terlebih lagi bermanfaat bagi
pembaca..Amin.

Pangkalpinang, 30 juni 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................1

Daftar isi...............................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang......................................................................................................3

Rumusan masalah.................................................................................................4

Tujuan penulisan..................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN

1. Pengertian Sampah...............................................................................................5
2. Jenis-Jenis Sampah...............................................................................................5
3. Dampak yang Di Timbulkan Oleh Sampah..........................................................8
4. Manfaat Sampah..................................................................................................10
5. Pengelolaan Sampah............................................................................................11
6. Penanganan Sampah Kota...................................................................................15
7. Penataaan Lingkungan hidup...............................................................................30

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................................33

Saran ......................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 35

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah
sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan
aroma busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di
sekitarnya. Dalam proses alam, sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam itu berlangsung.
Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila
sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka
akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah yang
dibiarkan begitu saja akan mendatangkan serangga (lalat, kecoa, kutu, dan lai-lain) yang
membawa kuman penyakit.
Akan tetapi manusia tidak menyadari bahwa setiap hari pasti manusia menghasilkan
sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik
Bicara tentang sampah pasti yang ada dibenak kalian adalah kotor, kumuh, dan
menjijikan, Emang iya sih. ya, sampah memang masih menjadi salah satu masalah terbesar di
kota-kota besar di Indonesia, Salah satu contohnya adalah sampah di Ibu kota Jakarta.
Berbagai upaya penanganan sampah sudah dicoba oleh pemerintah, namun hasilnya belum
saja maksimal.
Ada yang berpendapat bahwa sampah itu “Jorok” karna masih banyak masyarakat
yang kurang bahkan tidak peduli dengan lingkungannya. Bahkan sampah di lingkungan
sangat tidak terurus, masyarakat kebanyakan tidak peduli, dan tidak memiliki kesadaran akan
kebersihan lingkungan sendiri, terutama sampah yang di lingkungan perumahan warga,
contohnya sampah rumah tangga yang berserakan dimana-mana.
Padahal sudah banyak peringatan untuk menjaga kebersihan, membuang sampah pada
tempat, tetapi semua itu di abaikan oleh masyarakat. Mereka belum merasak bagaimana
dampak dari sampah yang berserakan tersebut. Karna membuang sampah sembarangan tidak
ada sanksinya jadi warga masyarakat sewenang-wenang membuang sampah sembarangan.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari sampah ?


2. Apa jenis-jenis dari sampah ?
3. Apa dampak dari sampah ?
4. Apa manfaat dari sampah ?
5. Bagaimana pengelolaan dari sampah ?
6. Bagaimana penanganan sampah di kota ?
7. Bagaimana penataan lingkungan hidup yang terbebas dari dampak sampah ?

1.3 Tujuan yang Ingin Dicapai

1. Untuk mengetahui pengertian dari sampah


2. Untuk mengetahui apa jenis-jenis sampah
3. Untuk mengetahui dampak dari sampah
4. Untuk mengetahui apa manfaat dari sampah
5. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dari sampah
6. Untuk mengetahui bagaimana penangnanan dari sampah
7. Untuk mengetahui bagaimana penataan lingkungan hidup yang tebebas dari sampah

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-
proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang
dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut
jenis-jenisnya.

2.2 Jenis-Jenis Sampah

A. Berdasarkan sumbernya:

1.Sampah alam
2.Sampah manusia
3.Sampah konsumsi
4.Sampah nuklir
5.Sampah industri
6.Sampah pertambangan

B. Berdasarkan sifatnya

- Sampah organik - dapat diurai (degradable)


Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi
kompos.
- Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk

5
dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik
wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik
kertas koran, HVS, maupun karton.

C. Berdasarkan bentuknya

1. Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah
cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas
dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang
mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-
potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:
- Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik
aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan
perkebunan.
- Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat
dibagi lagi menjadi:
- Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara
ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
- Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau
diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

2. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali
dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
- Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen
yang berbahaya.
- Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat
cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

6
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam
dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.
Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal
juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang
kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan
misalnya membuang ke selokan.

3. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang
alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar
kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di
lingkungan pemukiman.
4. Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap
hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi
bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan)
penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika
manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup
yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa
(plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem
urinoir tanpa air.

5. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna
barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah
sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini
pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.

7
6. Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan
uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh
karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk
melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut
(walau jarang namun kadang masih dilakukan).

2.3 Dampak yang Di Timbulkan Oleh Sampah

1. Dampak terhadap Kesehatan

- Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan
sampahnya kurang memadai.
- Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
- Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
- Sampah beracun.
Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi
ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang
ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator

2. Dampak terhadap Lingkungan

Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan
sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi
keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata).

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air.
Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke

8
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Macam pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya perubahan
warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa
air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber
air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul ke permukaan tanah
melalui air sumur penduduk dan mata air. Jika bahan pencemar itu berupa B3 (bahan
berbahaya dan beracun) mislnya air raksa (merkuri), chrom, timbale, cadmium, maka akan
berbahaya bagi manusia, karena dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi,
kerusakan sel-sel hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter, kamera, sepatu menyala, jam
tangan) mengandung merkuri atau cadmium, jangan di buang disembarang tempat karena B3
didalamnya dapat meresap ke sumur penduduk.

Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang tidak
sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan karbonmonoksida
(CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang, amoniak dan asap di
udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang bersifat karsinogen,
artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam membakar sampah.

3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

- Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena
sampah bertebaran dimana-mana.
- Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas).
- Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan
dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
- Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai,
seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan

9
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal
ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.4 Manfaat Sampah

1. Sebagai pupuk organik untuk tanaman.

Limbah dari sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk penyubur tanaman dengan
menyulap sampah menjadi kompos. [9]Kompos dapat memperbaiki struktur tanah, dengan
meningkatkan kandungan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air dalam tanah.

2. Sumber humus.

Sampah orgnaik yang tenah membusuk seperti dapat menjadi humus yang dibutuhkan untuk
tanah untuk menjaga kesuburan tanah. serta menjadi sumber makanan yang baik bagi
tumbuh-tumbuhan, meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, mencegah pengerukan
tanah, menaikkan aerasi tanah, menaikkan foto kimia dekomposisi pestisida atau senyawa-
senyawa organik racun.
3. Sampah dapat didaur ulang.

Limbah sampah dari plastik dan kertas dapat didaur ulang menjadi berbagai barang yang
bermanfaat seperti menjadi produk furnitur yang cantik. atau didaur ulang kembali menjadi
bahan baku pembuatan produk plastik atau kertas.

4. Dijadikan bahan bakar alternatif.


Pembusukan sampah dapat menghasilkan gas yang bernama gas metana yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kebutuhan rumah tangga atau industri kecil.

5. Menjadi sumber listrik.


Secara tidak langsung sampah dapat dijadikan sumber listrik alternatif dengan cara merubah
sampah agar menghasilkan gas metana, dimana gas ini dapat dijadikan bahan bakar untuk
menjalankan pembangkit listrik.

10
2.5 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan ,


pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada
material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan
sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk
masing-masing jenis zat.

Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya
dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya tipe


zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.

Tujuan
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:
· mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis (Lihat: Pemanfaatan
sampah), atau
· mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.

Metode Pembuangan

· Penimbunan darat
Penimbunan darat sampah di Hawaii.
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang
sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya
dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang
dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan

11
menjadi tempat penimbunan sampah yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat
yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah
lingkungan, di antaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya Hama, dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida
yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah)

Kendaraan pemadat sampah penimbunan darat.


Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah
biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup untuk tidak
menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi
gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan
keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

Metode Daur Ulang


Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa
dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode-metode baru dari daur ulang terus ditemukan
dan akan dijelaskan di bawah.

· Pengolahan kembali secara fisik


Baja dibuang, dan kelengkapan dilaporkan dipilih pada kemudahan Central European Waste
Management (Eropa).
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang
sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang
sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan

12
kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang
dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-
bagiannya harus diurai dan dikelompokkan menurut jenis bahannya.

· Pengolahan biologis
Pengkomposan.
Material sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah
dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas
methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin
Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, di mana sampah organik rumah tangga,
seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk
dikomposkan.

· Pemulihan energi
Komponen pencernaan Anaerobik di pabrik Lübeck mechanical biological treatment di
Jerman, 2007
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi
bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari
menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa
dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan
di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah
menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa
dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang
canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis
(campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.

13
· Metode penghindaran dan pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah
terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk
penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk
supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan
tas plastik), mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai
(contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit
untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
Konsep pengelolaan sampah
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya,
antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, multikonsep yang digunakan
adalah:

Diagram dari hirarki limbah.


Hierarki Sampah - hierarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan
sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hierarki limbah yang tetap
menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hierarki
adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk
menghasilkan jumlah minimum limbah.
Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah/Extended Producer Responsibility
(EPR).(EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua
biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-
of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser
diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk
dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan/atau
menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah
kehidupan serta selama manufaktur.
prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak
pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari
pembuangan

14
Pendidikan dan Kesadaran
Pendidikan dan kesadaran di bidang pengelolaan limbah dan sampah yang semakin penting
dari perspektif global dari manajemen sumber daya. Pernyataan yang Talloires merupakan
deklarasi untuk kesinambungan khawatir dengan skala dan belum pernah terjadi sebelumnya
kecepatan dan degradasi lingkungan, dan penipisan sumber daya alam. Lokal, regional, dan
global polusi udara; akumulasi dan distribusi limbah beracun, penipisan dan kerusakan hutan,
tanah, dan air; dari penipisan lapisan ozon dan emisi dari "rumah hijau" gas mengancam
kelangsungan hidup manusia dan ribuan lainnya hidup spesies, integritas bumi dan
keanekaragaman hayati, keamanan negara, dan warisan dari generasi masa depan. Beberapa
perguruan tinggi telah menerapkan Talloires oleh Deklarasi pembentukan pengelolaan
lingkungan hidup dan program pengelolaan sampah, misalnya pengelolaan sampah di
universitas proyek. Universitas pendidikan kejuruan dan dipromosikan oleh berbagai
organisasi, misalnya WAMITAB Chartered dan Lembaga Manajemen dari limbah.

Bencana sampah yang tidak dikelola dengan baik


1. Longsor tumpukan sampah
2. Sumber penyakit
3. Pencemaran lingkungan
4. Menyebabkan banjir

2.6 Penanganan Sampah Kota

Menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2 kelompok utama pengelolaan


sampah, yaitu:

· Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan terjadinya


sampah, guna-ulang dan daur-ulang
· Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:
Ø Pemilahan: dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
Ø jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah Pengumpulan: dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan
Ø sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu
Ø Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu

15
Ø menuju ke tempat pemrosesan akhir Pengolahan: dalam bentuk mengubah
Ø karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
Ø Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan seb elumnya ke media lingkungan secara aman.
Dalam bahasan berikut diuraikan beberapa hal penting yang terkait dalam kegiatan
penanganan sampah dalam sistem pengelolaan sampah kota di Indonesia, khususnya:

§ Tingkat pengelolaan
§ Tingkat dan kualitas pelayanan
§ Daerah pelayanan
§ Jenis pelayanan.

Di samping sebagai bagian dari infrastruktur sebuah kota, pengelolaan sampah merupakan
salah satu dari sekian banyak upaya dalam pengelolaan lingkungan. Akan tetapi dalam
kenyataan di lapangan kadangkala terjadi penyimpangan pengelolaan, sehingga timbul ekses
yang mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan itu sendiri. Kelemahan dalam
manajemen dan keterbatasan biaya operasional ditambah dengan langkanya tenaga
profesional dalam penanganan persampahan merupakan faktor penyebab utama permasalahan
tersebut.

Permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional penanganan persampahan kota di


antaranya:

ü Kapasitas peralatan yang belum memadai


ü Pemeliharaan alat yang kurang
ü Lemahnya pembinaan tenaga pelaksana khususnya tenaga harian lepas
ü Terbatasnya metode operasional yang sesuai dengan kondisi daerah
ü Siklus operasi persampahan tidak lengkap/terputus karena berbedanya penanggungjawab
ü Koordinasi sektoral antar birokrasi pemerintah seringkali lemah
ü Manajemen operasional lebih dititikberatkan pada aspek pelaksanaan, sedangkan aspek
pengendaliannya lemah
ü Perencanaan operasional seringkali hanya untuk jangka pendek.
ü Stakeholders Pengelola Sampah Kota

16
Stakeholders Pengelola Sampah Kota
Dalam pengelolaan persampahan skala kota yang rumit, terdapat beragam stakeholders yang
terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Setiap stakeholders berperan sesuai dengan
posisinya masing-maqsing. Dalam skala kota, peran Pemerintah Kota dalam mengelola
sampah sangatlah penting, dan pengelolaan sampah merupakan salah satu tugas utamanya
sebagai bentuk pelayanan yang merupakan bagian dari infrastruktur kota tersebut.

Stakeholders utama yang biasa terdapat dalam pengelolaan sampah di Indonesia


antara lain adalah:

v Pengelola kota, yang biasanya bertindak sebagai pengelola sampah


v Institusi swasta (non-pemerintah) yang berkarya dalam pengelolaan sampah
v Institusi swasta yang terkait secara langsung dengan persoalan sampah, seperti produsen yang
menggunakan pengemas bagi produknya.
v Masyarakat atau institusi penghasil sampah yang menggantungkan penanganan sampahnya
pada sistem yang berlaku di sebuah kota
v Institusi non-pemerintah yang bergerak dalam pengelolaan sampah, termasuk aktivitas daur –
ulang, seperti swasta, LSM, pengelola real estate, dsb yang aktivitasnya perlu berkoordinasi
dengan pengelola sampah kota
v Masyarakat yang bertindak secara individu dalam penanganan sampah, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misalnya kelompok pemulung yang memanfaatkan sampah sebagai
sumber penghasil
v Institusi yang tertarik dan peduli (concern) terhadap persoalan persampahan.

Berdasarkan hal di atas, pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di sebuah kota,


mengenal 3 (tiga) kelompok pengelolaan, yaitu:

ü Pengelolaan oleh swadaya masyarakat: pengelolaan sampah mulai dari sumber sampai ke
tempat pengumpulan, atau ke tempat pemerosesan lainnya. Di kota-kota, pengelolaan ini
biasanya dilaksanakan oleh RT/RW, dengan kegiatan mengumpulkan sampah dari bak
sampah di sumber sampah, misalnya di rumah-rumah, diangkut dengan sarana yang
disiapkan sendiri oleh masyarakat, menuju ke tempat penampungan sementara.
ü Pengelolaan formal: biasanya dilaksanakan oleh Pemerintah Kota, atau institusi lain termasuk
swasta yang ditunjuk oleh Kota. Pembuangan sampah tahap pertama dilakukan oleh

17
penghasil sampah. Di daerah pemukiman biasanya kegiatan ini dilaksanakan oleh RT/RW,
dimana sampah diangkut dari bak sampah ke TPS. Tahap berikutnya, sampah dari TPS
diangkut ke TPA oleh truk sampah milik pengelola kota atau institusi yang ditunjuk.
Biasanya anggaran suatu kota belum mampu menangani seluruh sampah yang dihasilkan.
ü Pengelolaan Informal: terbentuk karena adanya dorongan kebutuhan untuk hidup dari sebagian
masyarakat ,yang secara tidak disadari telah ikut berperan serta dalam penanganann sampah
kota. Sistem informal ini memandang sampah sebagai sumber daya ekonomi melalui kegiatan
pemungutan, pemilahan, dan penjualan sampah untuk didaur-ulang. Rangkaian kegiatan ini
melibatkan pemulung, tukang loak, lapak, bandar, dan industri daur-ulang dalam rangkaian
sistem perdagangan.

Pengelolaan sampah dari sebuah kota adalah sebuah sistem yang kompleks, dan tidak dapat
disejajarkan atau disederhanakan begitu saja, misalnya dengan penanganan sampah daerah
pedesaan. Demikian pula keberhasilan upaya- u paya sektor informal saat ini tidak dapat
begitu saja diaplikasikan dalam menggantikan sistem formal yang selama ini ada. Dibutuhkan
waktu yang lama karena menyangkut juga perubahan perilaku masyarakat serta kemauan
semua fihak untuk menerapkannya.

Tingkat Pengelolaan sampah

Berdasarkan arus pergerakan sampah sejak dari sumber hingga menuju ke pemrosesan atau
akhir, penanganan sampah di suatu kota di Indonesia dapat dibagi dalam 3 kelompok utama
tingkat pengelolaan, yaitu:
· Penanganan sampah tingkat sumber
· Penanganan sampah tingkat kawasan, dan
· Penanganan sampah tingkat kota.

Penanganan Sampah Tingkat Sumber:

Penanganan tingkat sumber merupakan kegiatan penanganan secara individual yang


dilakukan sendiri oleh penghasil sampah dalam area dimana penghasil sampah tersebut
berada. Beberapa ciri penanganan sampah di tingkat ini:

Ø Sangat tergantung pada karakter, kebiasaan dan cara pandang penghasil sampah

18
Ø Dapat berbentuk individu atau kelompok individu atau dalam bentuk institusi misalnya kantor,
hotel, dsb
Ø Dapat berkarakter homogen, seperti dari sebuah rumah tinggal, atau bersifat heterogen, seperti
pejalan kaki di keramaian, pedagang kaki lima di tempat-tempat umum
Ø Keberhasilan upaya-upaya dalam penanganan sampah sangat tergatung pada tingkat kesadaran
masing-masing individu.
Ø Pada level ini peran serta masyakat sebagai penghasil sampah sangatlah dominan, sehingga
pendekatan penanganan sampah yang berbasiskan masyarakat penghasil sampah merupakan
dasar dalam strategi pengelolaan sampah.

Beberapa kriteria penanganan sampah di tingkat sumber:

· Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan sampah
· Penanganan sampah di tingkat sumber diharapkan dapat menerapkan upaya minimisasi
yaitu dengan cara 3R
· Minimasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan
menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai kebutuhan, memilih bahan yang
mengandung sedikit sampah, dsb
· Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali sampah sesuai
fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman atau kemasan lainnya. Upaya
mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah menurut jenisnya
· Pengomposan sampah, misalnya dengan composter, diharapkan dapat diterapkan di sumber
(rumah tangga, kantor, sekolah, dll) yang secara signifikan akan megurangi sampah pada
tingkat berikutnya.

Penanganan Sampah Tingkat Kawasan:

Penanganan sampah tingkat kawasan merupakan kegiatan penanganan secara komunal untuk
melayani sebagian atau keseluruhan sampah yang ada dalam area dimana pengelola kawasan
berada. Beberapa ciri penanganan sampah tingkat kawasan:

19
ü Ciri sampah di tingkat ini adalah bersifat heterogen, sampah berasal dari sumber-sumber yang
berbeda
ü Dalam level ini akan bertemu dan saling berinteraksi stakeholders yang berasal dari tingkat
sumber dengan tingkat kota
ü Keberhasilan upaya dalam penanganan sampah skala ini sangat tergatung pada level kesadaran
kelompok pembentuk tingkat kawasan, misalnya RT, RW, Kelurahan, atau lainnya. Oleh
karena kelompok ini terdiri dari individu-individu yang mungkin mempunyai pemahaman
berbeda tentang persampahan, maka peran organisasi pengelola serta dukungan inisiator dan
atau stakeholders penentu lainnya, seperti Ketua RT, Ketua RW, Lurah, atau LSM yang
mengorganisir pengelolaan sampah pada tingkat ini sangat penting
ü Peran serta masyarakat seperti yang diharapkan terjadi pada tingkat sumber, pada tingkat
kawasan akan relatif lebih sulit dibangun
ü Peran aktif pengelola kota sangat menentukan, agar sistem pengelolaan tingkat kawasan ini
tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pengelolaan sampah kota secara
menyeluruh.

Beberapa kriteria penanganan sampah di tingkat kawasan:

· Pengelolaan sampah tingkat kawasan harus mendorong peningkatan upaya minimisasi


sampah untuk mengurangi beban pada pengelolaan tingkat kota, khususnya yang akan
diangkut ke TPA
· Pengelolaan sampah kawasan harus mampu melayani masyarakat yang berada dalam
daerah pelayanan yang telah ditentukan
· Lokasi pengumpulan sementara (TPS) dapat difungsikan sebagai pusat pengolahan sampah
tingkat kawasan, atau sebaliknya, yang berfungsi untuk pemindahan, daur ulang, atau
penanganan sampah lainnya dari daerah yang bersangkutan
· Pemilahan sampah dikelompokkan menjadi beberapa jenis sampah seperti:
ü Sampah basah, yang akan digunakan misalnya sebagai bahan baku kompos
ü oSampah kering, yang digunakan sebagai bahan daur ulang
ü oSampah berbahaya rumah tangga, yang selanjutnya akan dikelola sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
· Insinerator skala kecil tidak direkomendasi karena biasanya belum sesuai dengan kondisi
sampah yang memiliki kandungan organik tinggi (> 60 %), kadar air tinggi (>60 %) dan nilai
kalor rendah (< 1200 kkal/kg), karena akan menyebabkan tinginya konsumsi bahan

20
bakartambahan serta menimbulkan pencemaran udara akibat tidak tersedianya fasilitas
penanggulangan pencemaran yang memadai.
Penanganan Sampah Tingkat Kota:

Penanganan sampah tingkat kota merupakan penanganan sampah yang dilakukan oleh
pengelola kebersihan kota, baik dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, atau dilaksanakan
oleh institusi lain yang ditunjuk untuk itu, yang bertugas untuk melayani sebagian atau
seluruh wilayah yang ada dalam kota yang menjadi tanggung jawabnya. Beberapa ciri
penanganan sampah di tingkat ini:

Ø Pengelolaan sampah diposisikan sebagai bagian dari infrastruktur perkotaan


Ø Bila dikelola langsung oleh Pemerinta Daerah, maka bentuk pengelolaan dapat berupa
Perusahaan Daerah, Dinas, Unit Pelayanan Teknis (UPTD) atau sebagai Seksi dari sebuah
Dinas.
Ø Terdapat kemungkinan bahwa pengelolaan tersebut dilaksanakan oleh fihak luar atau swasta,
baik keseluruhan pelayanan, maupun sebagian dari pelayanan, dengan kontrol kualitas
pelayanan tetap dibawah kendali Pemerinta Daerah
Ø Ciri khas dari level ini adalah bagaimana memperlihatkan agar kota itu terlihat bersih,
sehingga area yang merupakan wajah sebuah kota akan lebih diprioritaskan pelayanannya.

Beberapa kriteria penanganan sampah di tingkat kota:

· Sumber sampah dari kegiatan kota yang dianggap khusus, sepertijalan protokol, taman
kota, instansi penting, pusat perdagangan, dan sejenisnya dapat dilayani dengan sistem
langsung (door -to-door), dimana sampah langsung dikumpulkan dan diangkut oleh truk
sampah ke tempat pemrosesan akhir
· Prinsip pengolahan dan daur -ulang sampah adalah mengedepankan pemanfaatan sampah
sebagai sumber daya sehingga sampah yang harus dibuang ke TPA menjadi lebih sedikit
· Keberhasilan upaya pengolahan dan daur- ulang sangat tergantung pada adanya pemilahan
sampah mulai dari sumber, pada wadah komunal, pada sarana pengumpul dan pengangkut,
sehingga sampah yang akan diangkut ke lokasi pengolahan telah terpilah sesuai jenis atau
komposisinya
· Walaupun terdapat kemungkinan mendapatkan nilai tambah dari hasil penjualan produk
pengolahan atau daur-ulang, namun dasar pemikiran pengolahan dan daur -ulang sampah

21
hendaknya didasarkan atas pendekatan non-profit – center . Upaya tersebut bertujuan untuk
mengurangi sampah yang akan diurug di landfill
· Sarana di tingkat kawasan atau TPS dapat berfungsi untuk pengumpulan sampah
berkatagori B3 dari kegiatan rumah tangga, untuk ditangani lebih lanjut
· Sampah yang telah terpisah di sarana tersebut siap untuk diangkut ke TPA oleh institusi
yang diserahi wewenang untuk pengangkutan sampah
· Konsep penanganan sampah di TPA hendaknya bertumpu pada beberapa prinsip, yaitu:

ü Penanganan sampah di sarana ini hendaknya terpadu


ü Bahan yang masih bernilai ekonomis hendaknya diupayakan untuk didaur-ulang sebelum
dilakukan upaya terakhir dengan pengurugan sampah ke dalam tanah
ü Pada lokasi ini dapat dioperasikan beberapa jenis pengolahan sampah, seperti pengomposan,
biogasifikasi, ataupun insinerasi bila memenuhi syarat
ü Sarana ini berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan sementara bahan berbahaya yang
terkumpul dari kegiatan kota, untuk diangkut ke lokasi pemerosesan yang sesuai
ü Sarana ini dioperasikan secara bertanggung jawab, sehingga tidak mendatangkan pencemaran
lingkungan, dan tidak mendatangkan permasalahan terhadap kesehatan dan estetika bagi
masyarakat sekitarnya
ü Daerah Pelayanan pengelolaan sampah

Daerah Pelayanan pengelolaan sampah


Tingkat pelayanan:

Tingkat pelayanan merupakan tinjauan kemampuan terhadap pengelola kota untuk


menyediakan pelayanan kebersihan kepada masyarakat, baik secara kuantitas maupun
kualitas. Guna menentukan tingkat pelayanan pengelolaan sampah di kota tersebut,
digunakan 2 (dua) indikator utama, yaitu:

ü Persentase jumlah penduduk kota dan sarana lain yang memperoleh pelayanan dari sistem
ü Persentase timbulan sampah yang dapat dikelola oleh Pengelola sampah tingkat kota
Dalam merancang sistem pengelolaan sampah, maka persentase pelayanan setiap sumber
sampah perlu ditentukan, yang didasarkan atas kondisi serta kemampuan sistem itu sendiri,
misalnya:

22
· Pelayanan bagi lingkungan permukiman saat ini baru mencapai 40%. Maka dalam 5 tahun
ke depan diproyeksikan menjadi 50%, sedang 10 tahun ke depan diproyeksikan menjadi 75%
· Pelayanan di daerah jalan protokol, pasar, rumah sakit, hotel, taman kota, perkantoran, dan
fasilitas umum mendapat prioiritas utama, dan misalnya ditargetkan menjadi 100%.
Pengertian penduduk kota yang dilayani biasanya tidak terbatas pada pelayanan dimana
penduduk tersebut bertempat tinggal, tetapi mencakup pula dimana penduduk itu beraktivitas.
Pelayanan tidak terbatas dalam arti hanya menyingkirkan sampah dari lingkungan sumber
sampah, dan keluar dari kota tersebut, tetapi juga mengandung pengertian bahwa pengelolaan
sampah mencakup pelayanan agar sampah yang ditangani tidak mengganggu kesehatan dan
lingkungan, khususnya bagi masyarakat dan lingkungan yang bukan penghasil sampah yang
ditangani tersebut.

Kualitas pelayanan:

Kualitas pelayanan meliputi frekuensi pengumpulan dan pengangkutan, dukungan dan


kondisi prasarana/sarana, serta estetika hasil pelayanan. Frekuensi pengumpulan dan
pengangkutan akan terkait dengan sistem pelayanan yang ada serta jenis sampah yang akan
dikelola. Sampah basah sangat dianjurkan untuk diangkut minimum 2 hari sekali, sedangkan
sampah kering dapat dilakukan 2 kali seminggu.

Daerah pelayanan:

Daerah pelayanan merupakan daerah yang berada dalam tanggung jawab pengelola sebuah
kota, yang dilayani pengelolaan sampahnya, paling tidak sampah didaerah tersebut diangkut
menuju pengolahan atau pemerosesan akhir. Daerah yang tidak dilayani diharapkan
menangani sampahnya secara tuntas baik secara individu, maupun secara komunal.

Beberapa pertimbangan yang biasa digunakan di Indonesia adalah:

· Daerah dengan kepadatan rendah dianggap masih memiliki daya dukung lingkungan yang
tinggi sehingga dapat menerapkan pola penanganan sampah setempat yang mandiri

23
· Daerah dengan tingkat kepadatan di atas 50 jiwa/ha perlu mendapatkan pelayanan
persampahan karena penerapan pola penanganan sampah setempat akan berpotensi
menimbulkan gangguan lingkungan.
· Prioritas daerah pelayanan dimulai dari daerah pusat kota, daerah komersial, permukiman
dengan kepadatan tinggi, daerah permukiman baru, kawasan strategis atau kawasan andalan
· Pengembangan daerah pelayanan diarahkan dengan menerapkan model “rumah tumbuh”
yaitu pengembangan ke wilayah yang berdekatan atau berbatasan langsung dengan wilayah
yang telah mendapat pelayanan.

Jenis pelayanan:

Berdasarkan penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi pelayanan dapat


dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut:

· Kondisi-1: wilayah dengan pelayanan intensif, adalah daerah di jalan protokol, pusat kota,
kawasan pemukiman tidak teratur, dan daerah komersial
· Kondisi-2: wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan pemukiman teratur
· Kondisi-3: wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran kota
· Kondisi-4: wilayah tanpa pelayanan, misalnya karena lokasinya terlalu jauh, dan belum
terjangkau oleh truk pengangkut sampah.
Lebih lanjut, penentuan jenis pelayanan berdasarkan skala kepentingan daerah pelayanan
dapat dilihat pada Tabel 1, yang dilakukan berdasarkan pengembangan tata ruang kota.

Hasil perencanaan daerah pelayanan berupa identifikasi masalah dan potensi yang tergambar
dalam peta-peta sebagai berikut:

· Peta problem: minimal menggambarkan kerawanan sampah, tingkat kesulitan pelayanan,


kerapatan timbulan sampah, tata guna lahan, jumlah penduduk, kepadatan rumah/bangunan.
· Peta pemecahan masalah : menggambarkan pola yang digunakan, kapasitas perencanaan,
meliputi alat dan personel, jenis sarana dan prasarana, potensi pendapatan jasa pelayanan
serta rute dan penugasan

Jenis pelayanan pengelola sampah dapat dibagi seperti terlihat dalam Tabel 1, yaitu:

24
· Penyapuan jalan
· Pengumpulan sampah
· Pengangkutan sampah
· Penanganan sampah

Teknik Operasional Penanganan Sampah

Teknik operasional penanganan sampah perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan


untuk kegiatan-kegiatan:

· Pewadahan sampah
· Pengumpulan sampah
· Pemindahan sampah
· Pengangkutan sampah
· Pengolahan dan pendaur-ulangan sampah
· Pemerosesan akhir sampah.
Kegiatan pemilahan dan daur ulang semaksimal mungkin dilakukan sejak dari pewadahan
sampah sampai dengan pembuangan akhir sampah. Teknik operasional pengelolaan sampah
perkotaan yang terdiri atas kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah
harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya.

Sub sistem pengumpulan sampah dikenal dengan beberapa pola seperti:

· Pola individual: pada pola ini dilakukan pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan
alat angkut jarak pendek seperti gerobak atau yang lainnya untuk diangkut ke penampungan
sementara. Pola ini dapat dilakukan juga dengan cara door-to-door menggunakan truk
sampah untuk langsung diangkut ke pengolahan/pembuangan sampah.
· Pola komunal: pada pola ini pengumpulan sampah dari beberapa rumah dilakukan pada
satu titik pengumpulan, yang dilakukan langsung oleh penghasil sampah untuk kemudian
diangkut ke TPA.

Aspek penyimpanan dan pengumpulan membutuhkan pengetahuan dasar tentang

25
karakteristik masing-masing sampah agar tidak menimbulkan permasalahan, baik dari sudut
biaya operasi maupun keselamatan kerja dan lingkungan.

Subsistem pemindahan menerima sampah yang berasal dari sumber, untuk kemudian
diangkut ke TPA. Dikenal dua pola yaitu sistem yang permanen dan yang dapat diangkut
(dipindahkan). Subsistem pemindahan mempunyai sasaran-sasaran sebagai berikut:

· Sebagai peredam tingkat ketergantungan fase pengumpulan dengan fase pengangkutan


· Pos pengendalian tingkat kebersihan wilayah yang bersangkutan.

Subsistem pengangkutan terdiri atas tiga jenis, yaitu:

· Pengangkutan dari satu lokasi pemindahan ke TPA


· Pengangkutan dari kelompok pemindahan menuju ke TPA
· Pengangkutan dengan pola door-to-door.

Aspek pengangkutan sampah kadang dilupakan dan akan menjadi permasalahan besar apabila
sampah harus diangkut ke luar dari sumber asalnya guna diproses lebih jauh. Hal ini terutama
menyangkut pengamanan selama perjalanannya.

Pengelolaan Sampah Terpadu

Secara historis, pengelolaan limbah berangkat dari fungsi kerekayasaan. Hal ini terkait
dengan evolusi masyarakat teknologi, yang memanfaatkan kemampuan berproduksi secara
massal. Aliran bahan baku, enersi dan fluida dalam masyarakat modern dan produk ikutannya
yang berupa limbah .
Pengelolaan sampah pada masyarakat modern bertambah lama bertambah kompleks sejalan
dengan kekomplekan masyarakat itu sendiri. Pengelolaan sampah pada masyarakat modern
membutuhkan keterlibatan beragam teknologi dan beragam disiplin ilmu. Termasuk di
dalamnya teknologi-teknologi yang terkait dengan bagaimana mengontrol timbulan
(generation), pengumpulan (collection), pemindahan (transfer), pengangkutan
(transportation), pemerosesan (processing), pembuangan akhir (final disposal) sampah yang
dihasilkan pada masyarakat tersebut. Pendekatannya tidak lagi sesederhana menghadapi
masyarakat non-industri, seperti di perdesaan. Seluruh proses tersebut hendaknya

26
diselesaikan dalam rangka bagaimana melindungi kesehatan masyarakat, pelesta rian
lingkungan hidup, namun secara estetika dan juga secara ekonomi dapat diterima.

Beragam pertimbangan perlu dimasukkan, seperti aspek adminsitratif, finansial, legal,


arsitektural, planning, kerekayasaan. Semua disiplin ini diharapkan saling berkomunikasi dan
berinteraksi satu dengan yang lain dalam hubungan interdipliner yang positif agar sebuah
pengelolaan persampahan yang terintegrasi dapat tercapai secara baik.

Pengelolaan sampah terpadu dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan teknik-
teknik, teknologi, dan program-program manajemen yang sesuai, untuk mencapai sasaran dan
tujuan yang spesifik dari pengelolaan sampah. USEPA di Amerika Serikat mengidentifikasi 4
(empat) dasar pilihan manajemen strategi, yaitu:

· Reduksi sampah di sumber


· Recycling dan pengomposan
· Transfer ke enersi (waste-to-energy)
· Landfilling

Negara Bagian Kalifornia mengartikan konsep integrasi tersebut dengan menerapkan secara
hierarkhi pilihan teknologi tersebut, yaitu :

· Reduksi sampah di sumber


· Recycling dan pengomposan
· Transformasi limbah
· Landfilling

yang artinya transformasi sampah baru dipertimbangkan bila telah dilakukan upaya-upaya
recycling atau pengomposan sebelumnya, guna mengurangi secara kuantitatif sampah.

Telah dibahas sebelumnya, bahwa penanganan sampah yang terintegrasi bertujuan untuk
meminimalkan atau mengurangi sampah yang terangkut menuju pemerosesan akhir.
Pengelolaan sampah yang hanya mengandalkan proses kumpul -angkut -buang menyisakan
banyak permasalahan dan kendala, antara lain ketersediaan lahan untuk pembuangan
akhirnya. Daur ulang sampah sudah menjadi dasar yang diamanatkan oleh UU-18/2008.

27
Masing-masing kota diperkirakan pada tahun-tahun mendatang akan mengalami penambahan
penduduk yang cukup besar sehingga pembuangan sampah akan mengalami peningkatan
yang pesat pula, terutama sampah organik yang merupakan jumlah sampah terbanyak. Data
yang tercatat ternyata persentase pemanfaatan kembali sampah di Indonesia diperkirakan
belum mencapai 10%. Data ini menunjukkan bahwa persentase pemanfaatan kembali sampah
oleh masyarakat masih jauh dari jumlah sampah yang dihasilkan, sehingga volume sampah
yang belum tertanggulangi masih banyak. Untuk mendukung upaya pemerintah dalam
strategi pengurangan sampah tentunya pemanfaatan kembali sampah merupakan hal yang
sangat penting dan sangat diajurkan.

Selain dapat mengurangi timbulan sampah yang berasal dari sumbernya sendiri, kegiatan
pemanfaatan kembali khususnya sampah organik ini banyak sekali manfaatnya bagi warga,
seperti diperolehnya usaha sampingan, pembukaan lapangan pekerjaan baru, memperkuat
kepedulian terhadap lingkungan, juga memperkuat peranserta masyarakat. Manfaat lain yang
mungkin dirasakan oleh pemerintah adalah mengurangi subsidi untuk penanganan sampah.
Sampai saat ini timbulan sampah yang dapat ditangani oleh pemerintah daerah belum
mencapai 100%. Hal ini berarti masih terdapat sampah yang tertinggal atau tidak tertangani
oleh pemerintah daerah disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Upaya
pemanfaatan kembali, pengolahan dan kampa nye pengurangan sampah terutama sampah
non-organik merupakan alternatif yang sangat positif sebagai kerangka untuk menjawab
permasalahan persampahan tersebut. Sektor informal yang berkecimpung dalam masalah
pendaurulangan barang-barang bekas atau sampah memiliki potensi dalam pengurangan
sampah khususnya sampah non-organik yang ada di perkotaan.

Sektor informal yang selama ini telah aktif dalam upaya daur-ulang sampah kota yaitu
pemulung, bos lapak dan bandar perlu diintegrasikan dalam sistem pengelolaan sampah kota
yang berpusat pada sarana pengelolaan sampah tersebut. Program daur-ulang pada dasarnya
tidak hanya dilakukan di sumber-sumber timbulan sampah, akan tetapi juga diterapkan di
tempat transit sampah (TPS) yang dapat disebut sebagai pengolahan skala kawasan, atau
dalam lokasi pengolahan/pembuangan akhir. Penerapan program daur-ulang dan proses
pengolahannya di tempat pengolahan/pembuangan akhir, dikenal dengan konsep Pengolahan
Sampah Terpadu. Konsep ini prinsipnya menyatukan secara terpadu kegiatan pembuangan
akhir dengan kegiatan proses pemilahan, daur ulang, dan komposting, dan upaya lainnya agar

28
sampah yang akan diurug menjadi lebih sedikit. PPT dan PPLH ITB pada tahun 1980-an
telah memperkenalkan dan menguji-coba konsep ini sebagai Kawasan Industri Sampah
(KIS).

Salah satu skenario kegiatan dan proses dari pengolahan sampah terpadu ini dapat dilihat
pada Gambar 4 berikut. Dengan pengembangan sistem pengolahan sampah terpadu ini,
fungsi dari tempat pembuangan akhir sampah pada beberapa tahun mendatang dapat menjadi
tidak dominan karena kapasitas sampah yang akan diurug lebih kecil daripada sampah yang
dapat diolah atau dimanfaatkan lagi, hal ini seiring dengan tahap pengembangan pengelolaan
persampahan yang semakin meningkat.

Pengelolaan Sampah Regional

Dengan terbatasnya lahan untuk pemerosesan, serta makin banyaknya permasalahan yang
dihadapi oleh sebuah kota, maka idea pengelolaan sampah bersama dari daerah yang saling
berdekatan atau beskala regional, makin banyak mendapat perhatian di Indonesia. Konsep
pertama yang muncul adalah berasal dari Denpasar dan sekitarnya, dengan konsep
pengelolaan sampah bersama antara Kota DenpaSAR, Kabupaten BAdung, Kabupaten
GIanyar dan Kabupaten TAbanan atau SARBAGITA.

Berdasarkan Peraturan Bersama antara Pemerintah Kota Denpasar, Kabupaten Badung,


Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan, nomor 660.2/2868/Sekret; nomor 840.B tahun
2000; nomor 658.1/3367/Ek; nomor 390.B tahun 2000 tanggal 24 Juli 2000, tentang Pokok-
Pokok Kerjasama Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan dalam Pengelolaan
Sampah antara Pemerintah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan
Kabupaten Tabanan, ditetapkan 4 (empat) program pokok atau disebut program strategis
yang mencakup:

· Penetapan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) sampah lintas kabupaten/kota.


· Pembentukkan wadah kerjasama dalam suatu badan pengelola kebersihan Bali Bagian
Selatan
· Pembentukan wadah pengawasan independen
· Pembentukan Peraturan Pemerintah (Perda) yang mendukung pengelolaan sampah, seperti
tarif, organisasi, pengawasan, perencanaan, dan lain-lain.

29
Untuk meningkatkan kondisi lingkungan hidup daerah dan perkotaan di Propinsi Bali,
khususnya di Bali Selatan yang mengalami pertumbuhan urbanisasi yang sangat pesat,
Pemerintah Pusat mendapat bantuan dari Bank Dunia (IBRD) melalui Program Bali Urban
Infrastructure Project (BUIP)- P3 KT , yang di dalam pelaksanaannya khusus menyangkut
persampahan ditangani oleh Proyek Pengelolaan Sampah di Bali (Solid Waste Menagement
in Bali) mulai Tahun Anggaran 1997/1998 sampai dengan 2001/2002. Restrukturisasi
pembentukan institusi pengelolaan persampahan di Bali Selatan, yang kemudian disebut
Sarbagita, telah disepakati melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) tanggal 16 April 2001 di
antara keempat Pemerintah Daerah/Kota Sarbagita. Institusi atau badan yang telah disepakati
untuk dibentuk adalah : Badan Pengatur dan Pengendalian Kebersihan Sarbagita (BPPKS),
Badan Pengelola Kebersihan Sarbagita (BPKS), dan Badan Pengawas Pengelolaan
Kebersihan Sarbagita (BP2KS). Institusi atau badan tersebut mempunyai fungsi dan tugas
pokok masing-masing yang sudah ditetapkan melalui Keputusan Bersama Pemerintah
Daerah/Kota.

Konsep yang sama dicoba dikembangkan di Jakarta dan sekitarnya, yaitu pengelolaan
sampah bersama, khususnya dalam pengadaan TPA, bagi kotaJAkarta, BOgor, DEpok,
TAngerang dan BEKas, atau JABODETABEK. Namun upaya yang mendapat dukungan dari
Pemerintah pusat tersebut, sampai saat ini belum terlihat realisasinya. Terdapat perbedaan
persepsi dan kepentingan diantara kota dan kabupaten yang terlibat di dalamnya. Konsep
sejenis berjalan cukup baik di Yoyakarta, yaitu antara Daerah Istimewa YogyaKARTA,
Kabupaten SleMAN dan dan Kabuoaten BanTUL, atau KARTAMANTUL. Hal yang sama
dirintis di tempat lain, seperti di metropolitan Makassar, Gorontalo dsb. Sedang Bandung
Raya menampilkan idea pengelolaan sampah bersama antara Garut, Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Sumedang, dan Kota Cimahi yang telah dirintis sejak tahun 2004.

2.7 Penataaan Lingkungan hidup

Penataan lingkungan adalah rangkaian kegiatan menata kawasann tertentu agar bermanfaat
secara optimal berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.

30
Sebuah kawasan tertentu akan terlihat sebagai kawasan tersebut, apabila kondisi
lingkungannya ditata dan dipelihara dengan baik sesuai dengan peran dan fungsinya dan
sesuai dengan kawasan tersebut.Misalnya lingkungan di sekolah ,jika tertata rapih ,asri
,bersih dan tertib maka dapat melahirkan suasana seperti sekolah pada umumnya.

Tujuan dari penataan lingkungan antara lain :


1.Agar terciptanya pengelolaan lingkungan secara terencana,rasional,dan optimal sesuai
dengan daya dukungnya.
2.Agar terwujudnya keseimbangan tata guna lahan dengan daya dukung lingkungan.
3.Agar terciptanya kelestarian mutu lingkungan dan kesejahteraan makhluk hidup.

Aspek dasar yang dapat mundukung konsep penataan lingkungan hidup antara lain.
1.Keindahan
Lingkungan yang bersih, indah,dan asri adalah dampaan setiap orang. Semua pasti
menyukai lingkungan hidup yang indah,apalagi lingkungan tersebut adalah disekitar tempat
tinggal kita sehari-hari. Keindahan lingkungan akan berpengaruh baik terhadap kondisi
mental seseorang.
Lingkungan yang indah yang adalah suatu keadaan lingkungan hidup manusia dan
alam yang tertata rapih, bersih,asri,tertib,sejuk, rindang. Lingkungan yang indah pasti enak
dipandang dan akan membawakan kesan segar,indah ,dan nyaman.Hal-hal yang dapat kita
lakukan agar lingkungan hidup di sekitar kita terjaga ,antara lain:
1.Menerapkan konsep yang dalam pembangunannya berwawasan lingkungan .
2.Menumbuhkan kesadaran terutama di lingkungan keluarga dan masyarakat agar
menjaga,memelihara,dan melestarikan lingkungan hidup secara bersama-sama.
3.Megendalikan daerah yang dapat meresapkan air,penataan lingkunganyang baik,dan
budaya hidup bersih.
2.Kenyamanan
Kenyamanan lingkungan adalah situasi lingkungan yang bersih,indah,dan sejuk
sehingga orang merasa aman,sanang,tenang,dan menikatinya. Ada beberapa aspek
kenyamanan dengan lingkungan.
1.Situasi lingkungan yang memberikan rasa aman ,tenang pada diri kita dan diri orang lain.
2.Kenyamanan dalam arti memberikan rasa senang karena lingkunganya bersih,rapi,dan
indah sehingga diri kita dan orang lain merasa netah apabila berada di lingkungan tersebut.

31
3.Lingkungan yang dapat memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan dan
kebelangsungan hidupnya.
3.Kerindangan
ketika sedang panas teriknya matahari dan kita berada di bawah pohon besar yang
rindang, maka kita akan merasakan hawa yang sejuk. Semakin banyak pohon yang ada di
sekitar kita, maka akan semakin rindang dan sejuk.Beberapa hal yang dapat kita lakukan
untuk membuat lingkungan di sekitar kita rindang,antara lain:
1.Menanamkan budaya menanam.
2.Melakukan penghijauan di tempat yang gersang.
3.Melakukan reboisasi bekala dan berkesinambungan.
4.Mengganti tumbuhan yang mati dengan yang baru atau masih hidup
5.Membuat dan menegakkan aturan pemeliharaan lingkungan.
4.Kebersihan
Lingkungan yang bersih adalah dambaan setiap orang karena apabila lingkungan kita
bersih maka penyakit pun tidak akan menyerang kita.Agama mengajarkan bahwa kebersihan
sebagian daripada iman.Beberapa cara yang dapat kita lakukan agar kebersihan tetap
tejaga,yaitu:
1.Menyediakan sarana tempat sampah atau tong sampah.
2.Buanglah sampah pada tempatnya.
3.Bersihkan tempat yang bisa menjadi sumber penyakit.
4.Senantiasa menjaga dan memelihara kebersihan di lingkungan sekitar.
5. Budayakan kegiatan cinta kebersihan .

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pejelasan-penjelasan karya tulis ini adalah sampah
merupakan konsekuensi yang ada karena aktifitas manusia. Akan tetapi, manusia tidak
menyadari bahwa setiap hari manusia menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik.
Kebanyakan orang tidak mau untuk mengolah sampah yang telah mereka hasilkan tersebut,
karena mereka menganggap bahwa hal itu sah-sah saja untuk dilakukan.
Oleh karena itu, peran serta setiap orang sangat diperlukan dalam mengatasi masalah sampah
yang tak ada hentinya ini. Kita sebagai generasi muda diharapkan untuk dapat mengolah
sampah dengan baik dan benar agar tidak mencemari lingkungan.
Walaupun disisi lain sampah memiliki kegunaan dan manfaat, namun Dampak negatif
yang disebabkan juga lebih besar. oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat
agar sampah yang yang tak digunakan pun bisa terminimalisir.
1. Pintar-pintar membedakan jenis sampah
2. Pintar-pintar memilih produk yang menghasilkan sedikit sampah.
3. Pintar-pintar memnfaatkan sampah menjadi barang pakai.

MASALAH SAMPAH HANYA BISA DI ATASI OLEH KESADARAN DIRI KITA


MASING-MASING "BUDAYAKAN BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA -
SAMPAH SEKECIL APAPUN ITU"

3.2 Saran
1. Janganlah membuang sampah sembarangan. Agar jumlah sampah yang ada tidak
meningkat.
2. Jagalah kebersihan. Kegiatan menjaga kebersihan ini dapat dimulai dengan mengangkat
sampah yang ada disekitar kita dan membuangnya ketempat sampah.
3. Mendaur ulang sampah. Kegiatan mendaur ulang sampah ini merupakan kegiatan yang
cukup menarik. Karena kita tidak perlu membeli bahan-bahan yang baru untuk membuat
suatu kerajinan, kita dapat memanfaatkan sampah yang dianggap masih dapat dimanfaatkan
untuk membuat suatu kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi.

33
4. Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa sampah itu merupakan ancaman yang
besar untuk masa depan bangsa. Untuk itu, sebagai generasi muda kita harus menumbuhkan
kreasi-kreasi baru dengan memanfaatkan sampah. Dengan ini, tanpa kita sadari kita telah
menyelamatkan masa depan bangsa dari bayang-bayang sampah.

34
Daftar Pustaka

http://billyshare99.blogspot.com/2013/12/all-about-sampah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
http://semuaitubermanfaat.blogspot.com/2012/02/manfaat-sampah.html
http://dedymeliala.blogspot.com/2012/05/pengertian-jenis-dampak-negatif-
sampah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
Diktat Pengelolaan Sampah TL-3104 (2008)
Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
https://jujubandung.wordpress.com/2012/05/27/penanganan-sampah-kota/
http://fazrulprasetya.blogspot.com/2012/04/penataaan-lingkungan-hidup.html
http://amroelz-aldjaisya.blogspot.com/2012/11/ Koperasi Babe Mengatasi Sampah-
menjadi.html
http://Taufik-Ardiyanto.blogspot.com/2011/07/makalah-sampah.html
http://Green.Kompasiana.com/polusi/2012/10/06/sampah-dan-dampaknya-pada-kehidupan-
kita-499498.html
http://Vininazihah.blogspot.com/2012/03/penyebab-orang-membuang-sampah.html
http://Uleguleg.wordpress.com/2010/08/21/mengolah-sampah-jadi-uang/
http://Juju bandung.com/2012/06/02/peran-serta-masyarakat-dalam-pengelolaan-sampah/
http://permasalahansampah.blogspot.com/2013/02/masalah-sampah.html

35

Anda mungkin juga menyukai