Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI

PEMBENIHAN IKAN
PEMIJAHAN ALAMI IKAN NILA (Oreocromus niloticus)

Dibuat untuk memenuhi laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan

Disusun oleh :
KELOMPOK 8/ KELAS C

Dicky Wijaya 230110150157


Giosella Anindya 230110150179
Dwi Asri Rozali 230110150204
Sri Fitriyah R 230110150218
Dear Frans Leandre S 230110150226
Gilang Riayadi K 230110150231

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena kami telah
menyelesaikan laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang berjudul
Pemijahan Alami Ikan Nila. Tujuan Penulisan laporan ini adalah memenuhi salah
satu tugas laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan.
Laporan akhir praktikum ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Tim Dosen Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
2. Tim Asisten Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang telah membimbing
dan memberikan arahan dalam kegiatan praktikum
3. Kelompok 8 Perikanan C atas kerjasamanya dalam kegiatan praktikum
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan laporan akhir
praktikum ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-sarannya agar
menjadi masukkan yang berguna bagi penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan akhir praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jatinangor, Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Kegunaan .................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila ..................................................................................... 3
2.2 Pemijahan Alami......................................................................... 6
2.2.1 Teknis Pemijahan Alami ............................................................. 6
2.2.2 Persiapan ..................................................................................... 7
2.2.3 Pemeliharaan ............................................................................... 7
2.2.4 Kebiasaan Mijah dan Panen ........................................................ 8
2.3 Reproduksi Ikan Nila .................................................................. 9

III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 13
3.2.1 Alat-alat ...................................................................................... 13
3.2.2 Bahan-bahan ............................................................................... 13
3.3 Tahapan Praktikum ..................................................................... 13
3.3.1 Persiapan Praktikum ................................................................... 13
3.3.2 Pelaksanaan Praktikum ............................................................... 14
3.4 Metode ........................................................................................ 14
3.5 Parameter yang Diamati.............................................................. 14
3.5.1 Tingkat keberhasilan ikan memijah ............................................ 14
3.5.2 Teknik Panen dan Hasil Panen ................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 19


LAMPIRAN .......................................................................................... 21

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina ......................................... 4
2 Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina ........................................ 5
3 Kriteria Sifat Kuantitatif Reproduksi ............................................ 6
4 Hasil Pengamatan Pemijahan Alami Ikan Nila ............................. 15

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ................................................. 3
2 Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina .................................. 4
3 Proses Pemijahan Nila ................................................................... 8

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1 Alat-alat Praktikum ....................................................................... 22
2 Bahan-bahan Praktikum ................................................................ 23
3 Dokumentasi Kegiatan Praktikum ................................................ 23
4 Prosedur Bagan Alir Praktikum Pemijahan Alami ....................... 24

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki jumlah perairan yang sangat luas dan berpotensi menjadi
budidaya perikanan. Potensi sumber daya perikanan meliputi keanekaragaman jenis
ikan dan lahan perikanan. perairan tawar menjadi salah satu perikanan yang cukup
potensial dan prospek yang tinggi. Salah satu perikana air tawar yaitu Ikan Nila
adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di seluruh pelosok
tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Penyebabnya yaitu ikan
nila merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah memperoleh
perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan didunia,
terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara-negara
yang sedang berkembang. (Khairuman dan Khairul, 2003).
Awalnya, konsep pengembangan budidaya ikan nila semata-mata hanya
terfokus pada cara agar ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara
berkembang dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat bertingkatkan ekonomi
rendah. Kuncinya cukup sederhana, yaitu menyebarluaskan ikan yang cepat
berkembang biak dan memiliki harga jual yang murah. Tampaknya konsep tersebut
meniru keberhasilan penyebar luasan ikan mujair untuk mencukupi gizi masyarakat
pada Perang Dunia II berlangsung.
Hal ini dapat tercapai dengan mudah karena tingkat produktivitas dan
kemampuan berkembang biak ikan mujair cukup tinggi. Namun, dalam hal ukuran
tubuh, ikan mujair dinilai masih kurang menguntungkan untuk diusahakan karena
bobot tubuhnya relatif kecil dan tidak dapat diupayakan lagi peningkatannya.
Karena itu, fokus perhatian kemudian dialihkan kepada ikan nila yang mampu
mencapai bobot tubuh jauh lebih besar dan tingkat produktivitasnya juga cukup
tinggi. Dengan demikian, penilaian tentang ikan nila sebagai ikan yang memiliki
laju pertumbuhan cepat didunia perikanan. Dalam perkembangannya, para peneliti
ternyata tidak puas dengan hanya menyebarluaskan ikan nila biasa atau nila lokal

1
2

yang sudah terbukti memiliki laju pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan ikan
mujair (Khairuman dan Khairul, 2003).

1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dari praktikum Pemijahan Alami Ikan Nila adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik dan hasil pemijahan alami ikan nila ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum Pemijahan Alami Ikan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Bagaimana teknik dan hasil pemijahan alami ikan nila.

1.4 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum ini adalah dimana setelah mahasiswa mengikuti
praktikum ini dapat menerapkan ilmu yang didapat selama praktikum, selain itu
juga diharapkan mahasiswa dapat melakukan proses pemijahan alami secara
mandiri, sehingga memiliki keahlian dalam hal yang mencerminkan sebagai
mahasiswa perikanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila


Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika. Ikan nila dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved
Oxygen (DO) antara 2,0-2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan
nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah berkisar 6-9. Ikan nila
umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan
saluran irigasi, memiliki toleransi terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup
dan berkembang biak di perairan payau dengan salinitas 20 - 25‰ (Amri 2008).
Morfologi ikan nila dapat dilihat pada (Gambar 1).

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Adapun klasifikasi ikan nila (Sugiarto 1988) adalah sebagai berikut :


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percomorphi
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus

Ikan nila yang ukurannya masih kecil belum menampakkan perbedaan alat
kelamin. Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan kelamin sudah mulai dapat

3
4

terlihat. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran
sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan
berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan
saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan
mengeluarakan cairan bening. Sedangakan ikan nila betina mempunyai lubang
genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Perbedaan
kelamin antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada (Gambar 2).

Gambar 2. Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina


(Sumber : Trubus, 2011)

Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna
biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan
berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis
putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan
melingkar (Amr). Mubinun et al. (2007) menunjukkan perbedaan antara ikan nila
jantan dan betina (Tabel 1).
Tabel 1. Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
No. Jantan Betina
1  Alat kelamin berupa tonjolan  Alat kelamin berupa tonjolan
(papilla) dibelakang lubang dibelakang anus. Pada tonjolan
anus. Pada tonjolam ini tersebut terdapat 2 lubang.
terdapat satu lubang untuk  Lubang yang pertama terletak di
mengeluarkan sperma dan dekat anus, berbentuk seperti
urine. bulan sabit dan berfungsi sebagai
tempat keluarnya telur.
5

No. Jantan Betina


 Lubang yang kedua terletak di
belakangnya, berbentuk bulat dan
berfungsi sebagai tempat
keluarnya urine
2 Warna badan lebih cerah Warna badan agak pucat
3 Warna sirip memerah terutama Pada saat matang gonad bagian tepi
pada saat matang gonad dan sirip tidak berubah warna dan
menjadi lebih galak terhadap ikan gerakannya lambat.
jantan yang lain.
4 Kematangan gonad ikan nila Kematangan gonad ikan diketahui
diketahui dengan cara melakukan dengan cara meraba perut dan
pengurutan perut ke arah anus dan pengamatan bagian anus, yaitu
akan mengeluarkan cairan kental ditunjukkan dengan telur yang
berwarna bening dan di sekitar berwarna kuning kehijauan, bagian
perut sampai kepala bagian bawah perut melebar, lunak jika diraba,
berwarna merah. bagian anus menonjol dan
kemerahan.

Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan
induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk
badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan
dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah
dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan (Tabel 2).

Tabel 2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina


Ciri-ciri Induk Jantan Induk Betina
Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat Lebih rendah dan memanjang
Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah lubang Satu lubang (untuk Dua lubang :
kelamin mengeluarkan sperma dan 1. Untuk mengeluarkan
air seni) telur
2. Untuk mengeluarkan
air seni
Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan
berbentuk bulat
Warna sirip ekor Didominasi merah Hitam
Sumber : Judantari, 2008

Sedangkan menurut SNI 01- 6138 - 1999 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi
dapat dilihat pada (Tabel 3).
6

Tabel 3. Kriteria Sifat Kuantitatif Reproduksi


Jenis kelamin
Sifat Satuan
Jantan Betina
Umur Bulan 6 - 14 6 - 14
Panjang total cm 16 - 25 14 - 20
Bobot tubuh g 400 - 600 300 - 450
Fekunditas butir/ekor - 1.000 - 2.000
Diameter telur mm - 2,5 - 3,1
Sumber: SNI 01-6138-1999

2.2 Pemiijahan Alami


2.2.1 Teknis Pemijahan Alami
Pemijahan alami adalah teknik pemijahan yang dilakukan secara
konvensional, yaitu ikan memijah sendiri tanpa tanpa melibatkan banyak campur
tangan manusia. Umumnya pemijahan alami diterapkan pada ikan-ikan dari
kelompok ikan yang mudah memijah. Pemijahan terjadi secara spontan setelah
induk jantan dan betina disatukan di dalam kolampemijahan. Pada saat terjadi
pemijahan, induknya mengeluarkan telurnya kedalam air, dan pada saat hampir
bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma dan membuahinya.
Pada pemijahan alami, ikan betina akan mengeluarkan telurnya ke dalam
air, dan pada saat bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi
telur tersebut. Telur yang sudah terbuahi, pada jenis ikan tertentu ada yang bersifat
menempel pada substrat , ada juga yang tidak menempel tetapi melayang-layang
didalam air.
Pemijahan alami bisa dibilang cara yang paling sederhana, karena tidak
memerlukan banyak pekerjaan. Namun tingkat keberhasilannya sangat rendah,
karena sangat tergantung pada alam. Meski kedua induk jantan dan betina matang
gonad, tetapi tingkat kematangannya sulit ditentukan secara visual, sehingga
seringkali pemijahan gagal. Kegagalan dalam pemijahan dapat menghambat proses
produksi.
Namun begitu, pemijahan alami memiliki beberapa kelebihan. Pertama,
tidak memerlukan keahlian khusus, seperti pada pemijahan buatan, atau tidak
banyak pekerjaan. Kedua, tidak membutuhkan biaya yang besar, terutama untuk
pembelian bahan dan alat, seperti hormon (ovaprim), hapa, sodium chlorida dan
7

bahan-bahan lainnya. Ketiga, induk jantan tidak dibunuh, sehingga tidak


mengurangi stok induk yang dimiliki.

2.2.2 Persiapan
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang
akan dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr
perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan
yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira
50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya.
Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam
pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada
berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar
kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar
mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan
pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam
berlumpur untuk pembuatan sarang dan meningkatkan kesuburannya agar cukup
tersedia pakan alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan. Pemupukan
dapat diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari
ketiga macam pupuk tersebut. Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama,
penyakit dan parasit larva ikan.

2.2.3 Pemeliharaan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian
pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4
hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energi
dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil
kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama
proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.
2.2.4 Kebiasaan Mijah dan Panen
Pada ikan nila yang telurnya akan ditetaskan pada corong penetasan harus
8

dilakukan pemanenan telur. Pemanenan telur ikan nila ini dilakukan pada hari ke 9.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil telur dari mulut induk betina ikan
nila. Sebelum pemanenan terlebih dahulu permukaan air kolam diturunkan sampai
ketinggian 10 - 20 cm. Jika pemijahan dilakukan di hapa (waring), maka caranya
adalah dengan menarik salah satu ujung hapa ke salah satu sudut hapa. dengan hati-
hati untuk menghindari induk mengeluarkan telur. Karena induk ikan nila jika
merasa dalam bahaya atau terdesak akan mengeluarkan telur di sembarang tempat.
Hal ini akan menyulitkan dalam mengumpulkan telur ikan nila.

Gambar 3. Proses Pemijahan Nila

Pengambilan telur ikan nila dilakukan dengan menangkap induk satu


persatu. Penangkapan induk dilakukan menggunakan seser kasar dan seser halus.
Kedua seser ini digunakan pada saat bersamaan. Seser kasar berfungsi untuk
menangkap induk sedangkan seser halus berfungsi untuk menampung telur ikan.
Seser kasar terletak terletak dibagian bawah. Pada saat menangkap induk dilakukan
dengan hati-hati agar telur tidak dikeluarkan. Cara mengambil telur dari induk
betina yaitu dengan memegang bagian kepala ikan. Pada saat bersamaan salah satu
jari tangan membuka mulut dan tutup insang. Selanjutnya tutup insang di siram air
sehingga telur keluar melalui rongga mulut. Selanjutnya telur-telur tersebut
ditampung dalam wadah. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari gerakan
induk sekecil mungkin agar telur yang telah keluar tidak berserakan. Induk yang
9

telah diambil telurnya dan yang belum memijah dikembalikan ke kolam


pemeliharaan induk. Telur pada wadah penampungan jangan terkena sinar matahari
langsung dan diupayakan telur selalu bergerak. Telur yang terlalu lama diam serta
kena sinar matahari langsung dapat menimbulkan kematian. Selanjutnya sebelum
dimasukkan ke corong tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran berupa
lumpur, lumut, sisa pakan dan sebagainya. Telur yang telah bersih dari kotoran
dapat dimasukkan ke dalam corong penetasan
Pelepasan telur terjadi dalam beberapa kali dalam waktu beberapa menit.
Waktu yang diperlukan untuk pemijahan tidak lebih dari 10 - 15 menit. Sekali
bertelur, induk ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 300 - 3000 butir,
tergantung besar dan berat induk ikan betina. Induk muda yang pertama kali
bertelur kemampuannya masih sedikit. Makin tua umurnya, makin tinggi/banyak
produksi telurnya. Induk yang terlalu tua juga mulai menurun produksi telurnya
serta kurang baik mutu anak-anaknya. Sebaiknya induk ikan nila dipijahkan hanya
selama 2 tahun saja, kemudian diganti dengan induk yang baru. Telur yang telah
dibuahi lalu dipungut oleh induk betina dan dikulum di dalam rongga mulut untuk
dieramkan. Telur ikan yang dibuahi diameternya kurang lebih 2,8 mm. Selama
mengerami telurnya, induk betina tidak pernah makan sehingga badannya kurus.
Pengeraman terjadi selama 2-3 hari, dan setelah menetas larva masih dijaga oleh
induknya selama 6-7 hari. Ukuran burayak/larva yang baru menetas antara 0,9 - 10
mm. Burayak yang masih ada dalam mulut induknya mengisap telur kuning yang
ada pada tubuhnya selama 4 - 5 hari.

2.3 Reproduksi Ikan Nila


Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap
individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan
berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini.
Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi
lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun
(Yushinta Fujaya, 2004: 151).
10

Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan
telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya
mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya,
2005:20). Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah
laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran
kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan
yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang
memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Yushinta Fujaya, 2004:
151). Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi
dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk
proses-proses yang terjadi di dalam gonad baik terhadap individu maupun populasi.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan
sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju
kepada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan
vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap individu-
individu telur. Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan pada gonad. Umumnya
pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan
pada ikan jantan sebesar 5-10%. Dalam biologi perikanan, pencatatan perubahan
atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan
ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap
kematangan gonad ini juga akan didapat keterangan bilamana ikan itu akan
memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan
untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan
pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya masak menjadi
masak tidak sama ukuranya. Demikian dengan ikan yang sama spesiesnya. Lebih-
lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaanya
lebih dari lima derajat, maka akan terdapat perbedaanya ukuran dan umur ketika
mencapai kematangan gonad untuk pertamakalinya. Sebagai contoh ikan large
mouth bass yang terdapat di Amerika Serikat. Ikan tersebut yang terdapat dibagian
Selatan pada waktu berumur satu tahun dengan berat 180 gram, gonadnya sudah
11

masak dan dapat bereproduksi. Ikan yang sama spesiesnya yang terdapat di bagian
Utara pada umur satu tahun., ukuranya lebih besar yaitu panjangnya 25 cm dan
beratnya 230 gram tetapi di dalam gonadnya tidak didapatkan telur yang masak,
demikian juga spermanya. Ikan blue gill yang beratnya 42 gram, gonadnya masak
dan dapat berpijah pada umur satu tahun. Tetapi ikan yang sama spesiesnya dalam
keadaan banyak makan, dalam waktu 5 bulan beratnya dapat mencapai 56 gram dan
gonadnya masak dan dapat berpijah. Jadi faktor utama yang mempengaruhi
kematangan gonad ikan di daerah bermusim empat antara lain ialah suhu dan
makanan. Tetapi untuk ikan di daerah tropik faktor suhu secara relatif
perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat (Moch.
Ichsan Effendie,1997: 8).
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara: pertama cara
histologi dilakukan di laboratorium, kedua cara pengamatan morfologi yang dapat
dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. Dari penelitian
histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan
menditail. Sedangkan pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara
histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang
dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah
bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat
dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan
jantan perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat
dari pada sperma yang terdapat di dalam testis (Moch. Ichsan Effendie, 1997: 9).

Garis besar perkembangan ovarium ikan terbagi dua tahap, pertama tahap
perkembangan struktural yaitu pertumbuhan ovarium hingga hewan mencapai
dewasa kelamin dan kedua tahap perkembangan fungsional yaitu tahap pematangan
telur. Sehubungan dengan tahap perkembangan telur, perubahan-perubahan
morfologi dapat dipakai sebagai tolak ukur tahap perkembangan oogenesis.
Menurut Babiker dan Ibrahim, (1979) perubahan morfologi yang terjadi dapat
meliputi warna, bentuk, keadaan permukaan, penampakan oosit dan pembuluh
darah.
12

Perubahan-perubahan berat ovarium dapat terjadi selama tahap


perkembangan telur. Berat ovarium akan semakin bertambah dengan semakin
lanjutnya perkembangan telur hingga mencapai maksimum saat akan mengalami
pemijahan. Menurut Moch. Ichsan Effendie (1997) perubahan-perubahan kondisi
ovarium (sehubungan dengan pertambahan berat) dapat dinyatakan dalam suatu
indeks kematangan atau indeks Gonado Somatik. Yang menunjukkan berat gonad
dibagi berat tubuh dikali 100%. Biasanya indeks kematangan ini biasanya hanya
ditunjukan untuk hewan betina.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum Pemijahan Alami Ikan Nila dilaksanakan pada hari Jumat,22
April 2018 pukul 08.00 WIB – Selesai di Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat – alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Pemijahan Ikan Nila dengan
adalah sebagai berikut:
1. Pacul dan skop, untuk membersihkan kolam pemijahan
2. Ember, untuk wadah sementara induk ikan
3. Saringan, untuk mengambil ikan dalam jaring hapa
4. Hapa, untuk wadah seleksi induk
5. Sarung tangan, sebagai pelindung tangan
6. Timbangan, untuk menimbang berat ikan
7. Bak tembok pemijahan, sebagai kolam pemijahan

3.2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pemijahan alami ikan nila
adalah sebagai berikut:
1. Induk Ikan Nila Jantan sebanyak 2 ekor, sebagai ikan uji
2. Induk Ikan Nila Betina sebanyak 6 ekor, sebagai ikan uji
3. Pakan Komersil

3.3 Tahapan Praktikum


3.3.1 Persiapan Praktikum
• Bak pemijahan dibersihkan dari tanah, lumpur, rumput dan sampah.
• Dipastikan tidak ada kebocoran pada kolam yang akan digunakan
• Bak pemijahan diisi dengan air hingga ¾ volumenya

13
14

• Diseleksi induk nila dengan perbandingan 1 jantan dan 3 betina, dengan


total ikan 8 ikan setiap kolamnya (2 induk jantan dan 6 induk betina)

3.3.2 Pelaksanaan Praktikum


• Total keseluruhan induk nila yang akan dipijahkan ditimbang
• Ikan dimasukan ke bak pemijahan
• Debit air yang masuk kedalam bak pemijahan dibuat lebih besar pada
minggu pertama dan diperkecil di minggu kedua dan ketiga selama
pemeliharaan.
• Pakan diberikan selama proses pemijahan berlangsung sebesar 3% dari
biomasa ikan yang dipijahkan.
• Setelah 3 minggu dilakukan panen burayak atau larva.
3.4 Metode
Percobaan pemijahan alami ikan nila dilakukan dengan metode
eksperimental.

3.5 Parameter yang Diamati


3.5.1 Tingkat keberhasilan ikan memijah

Tingkat keberhasilan pemijahan ikan dapat dilaht dari nilai derajat


penetasannya. Semakin tinggi nilai derajat penetasan maka pemijahan ikan dapat
dikatakan berhasil.

3.5.2 Teknik Panen dan Hasil Panen (telur/burayak)


Ikan nila adalah salah satu ikan parentalcare, dimana ikan nila akan
mengerami telur dalam mulutnya. Induk betina biasanya sesekali muncul ke
permukaan dan menyemburkan larva dari dalam mulutnya ke permukaan air,
kemudian menyedotnya lagi. Pada saat larva disembuhkan keluar dari mulut
indukan, itulah saat yang tepat untuk memanen larva.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan pembahasan Kelas


Hasil pemijahan alami ikan nila kelompok 2 besar yang terdiri dari
kelompok kecil 5, 6, 7 dan 8 telah memijah pada tanggal 13 Mei 2018. Dua indukan
ikan nila jantan dan enam indukan ikan nila betina telah ditempatkan pada kolam
pemijahan selama 3 minggu.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Peijahan Alami Ikan Nila

Sifat Jumlah
Induk Betina 6
Telur 882
Larva 1082
Telur dan Larva 1964
Fekunditas per ekor 327

Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ikan nila kelompok 2 besar
dihasilkan telur sebanyak 882 butir dan larva yang berjumlah 1082 ekor. Jumlah
total telur dan larva yang dihasilkan adalah sebanyak 1964, dari hasil tersebut
diasumsikan bahwa ikan nila memiliki fekunditas sebanyak 327 butir/ekor.
Pemijahan alami ikan nila dapat dikategorikan berhasil karena Sekali
bertelur, induk ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 300 - 3000 butir,
tergantung besar dan berat induk ikan betina. Induk muda yang pertama kali
bertelur kemampuannya masih sedikit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan ikan nila antara
lain: Suhu, DO, pH, Amonia. Suhu air ini memegang peranan yang penting karena
akan mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme dan juga
berpengaruh pada jumlah pakan yang dikonsumsi organisme atau biota perairan.
Suhu ini juga akan berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Untuk
hidup ikan nila biasanya suhu yang optimal adalah antara 14-38°C. Pada masa
pemijahan, ikan nila secara alami memijah pada suhu 22-37°C namun suhu yang
baik untuk perkembang biakannya adalah pada angka 25-30°C.

15
16

Kadar pH ini sangat dipengaruhi dari berbagai hal diantaranya adalah


aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation dalam air kolam.
Kadar pH yang cocok untuk pertumbuhan ikan nila adalah berkisar antara 5 hingga
11, sedangkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya yang lebih optimal kadar
pH yang paling baik adalah antara pH 7–8. Anda dapat mengukur kadar pH air
kolam ini menggunakan alat yaitu pH meter.
Kandungan oksigen terlarut ini memegang peranan penting dalam proses
respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan,
reproduksi dan lain sebagainya. Oksigen terlarut ini secara alami dapat dihasilkan
dari difusi oksigen yang ada pada atmosfer sekitar 35% dan juga dari aktivitas
fotosintesis yang dilakukan tumbuhan air dan fitoplankton. Untuk hidup ikan nila
kadar oksien terlarut yang optimal adalah lebih dari 5 mg/l.
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang
akan dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr
perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan
yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira
50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya.
Pemijahan berlangsung di dasar kolam, biasanya dalam kubangan atau
cekungan. Apabila terjadi kecocokan, telur yang dikeluarkan induk betina akan
dibuahi oleh ikan jantan. Kemudian telur tersebut dierami dalam mulut induk betina.
Selama proses pengeraman telur, induk ikan betina biasanya berpuasa.
Telur ikan nila berdiameter 2,5-3,1 mm. Ikan memiliki ukuran dan jumlah
telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki
jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari
kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur
sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari
induknya, misal ikan Nila (Yushinta Fujaya, 2004).
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pemijahan alami adalah teknik pemijahan yang dilakukan secara
konvensional, yaitu ikan memijah sendiri tanpa tanpa melibatkan banyak campur
tangan manusia. Fekunditas ikan nila deperkirakan sebanyak 327 butir.

5.2 Saran
Berdasarkan prakitkum yang dilakukan bahwa praktikan harus benarbenar
memahami praktikum yang akan dilakukan agar nantinya dapat lebih memahami
materi dan menghasilkan data yang akurat. Sehingga pada praktikum pemijahan
alami ikan nila diharapkan tidak mengalami kegagalan pemijahan dengan prosedur
yang telah diberikan.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. 2008. Morfologi Ikan Nila. Agromedia Pustaka


Arie, Usni. 2004. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Jakarta : Penebar
Swadaya
Broodie A. 1991. Aromatase and its Inhibitors-An Overview. Journal Steroid
Biochem. Molec. Biol. Vol.40, No. 1-3.
Dardiani, Intan. 2010. Manajemen Pemijahan Ikan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Davis RB, Simco BA, Groudie CA, Parker NC, Claudwell W, and Sneelgrove P.
1999. Hormonal sex manipulation and evidence for female
homogamety in channel catfish. Gen. Com. Endocr
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid 1, 2 dan 3 untuk SMK. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional,
Handajani, Hany. 2006. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Pupuk Alternatif
Pada Kultur Mikroalga Spirullina sp. Jurnal Protein Vol.13, No.2,: 188-
193.
Judantari, Sri. Khairuman dan Amri, Khairul. 2008. Nila Nirwana Prospek Bisnis
dan Teknik Budidaya Nila Unggul. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Khairuman dan Amri. K. 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Khairuman, 2008. Kebiasaan Makan dan Laju Pertumbuhan ikan Nila. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Kwon YJ, Haghpanah V, Kongson-Hurtado ML, Mc Andrew JB, and Penman JD.
2000. Masculinization of genetic female nile tilapia (Oreochromis
niloticus) by dietry administration of an aromatase inhibitor during
sexual differentiation. The Journal of Experimental Zoology.
Mantau, 2005. Produksi Benih Ikan Nila Jantan Dengan Rangsangan Hormon Metil
Testosterondalam Tepung Pellet. Jakarta : Jurnal Litbang Pertanian
Mubinun, Jannah. M, Harahap. I. M, Handoyo. B, Takano. M. 2007. Manual
Produksi Induk Ikan Nila. Departemen Kelautan Dan Perikanan
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Tawar
Jambi Dan Japan Internasional Cooperation Agency Freshwater
Aquakultur Development Project.
Phelps R, Sanchez WC, Couturier GM, Abiado M, Dabrowski K. 2001. Studies on
fate of methyltestosteron and its metabolism in tilapia and on the use of

19
phytochemicals as an alternative method to produce a monosex
population of tilapia. Reproduction Contr
Pifferer F, Zanuy S, Carrillo M, Solar II, Devlin RH dan Donaldson EM. 1994.
Brief treatmen with an aromatase inhibitor during sex diffrentiation
causes cromosomally female salmon to develop as normal function
males. Journal of Experimental Zoology.
Popma. T.J. & Masser. M. 1999. Tilapia : Life history and biology. SRAC Publ.
No.283.4 pp.
Popma. T.J. and Babtholomew W.G. 1991. Sex Reversal of Tilapia In Earthern
Ponds. Aquaculture Production Manual. International Center For
Aquaculture. Auburn University. Research and Development series
No.35. Alabama.
Sever DM, Halliday T, Waight V, Brown J, Davies HA, Moriarty EC. 1999. Sperm
storage in female of the smooth newt i. ultrasturcture of the
spermatechal during the breeding season. Journal of Experimental
Zoology.
Standar Nasional Indonesia 01-6141-1999. 2005. Produksi Benih Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Direktorat
Perbenihan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 01-6140-1999. 2005. Benih Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Direktorat
Perbenihan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Sudrajat, A.O. and M. Sarida. 2006. Effectivity of aromatase inhibitor and 17α-
metiltestosteron treatments in male production of fresh water prawn
(Macrobrachium rosenbergii de Man). Aquaculture Indonesian, Jakarta.
Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex
Trubus Exo. 2011. Panen 60 Kg per m² , Nila. PT. Trubus Swadaya. Jakarta
Wickins JF, Lee DOC. 2002. Crustacean farming ranching and culture. Second
edition. Blackwell Science Ltd, London: 9-25.
Wijayanti, D. R. 2002. Pengaruh Aromatase Inhibitor Terhadap Nisbah Kelamin
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) Hasil Ginogenesis. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Zairin Jr., M. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina.
Penebar Swadaya, Jakarta.

20
LAMPIRAN
22

Lampiran 1. Alat-alat Praktikum

Gambar 4. Pacul Gambar 5. Ember

Gambar 6. Saringan Gambar 7. Hapa

Gambar 8. Sarung Tangan Gambar 9. Timbangan

Gambar 10. Kolam


23

Lampiran 2. Bahan-bahan Praktikum

Gambar 11.Induk Ikan Nila Gambar 12. Pakan Komersil

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Gambar 13. Persiapan kolam Gambar 14. Persiapan kolam

Gambar 15. Persiapan kolam Gambar 16. Pemberian pakan


24

Lampiran 4. Prosedur Bagan Alir Praktikum Pemijahan Alami

1. Persiapan
Tahapan kegiatan persiapan pemijahan alami adalah sebagai berikut :

Bak pemijahan dibersihkan dari tanah, lumpur, rumput dan sampah.

Dipastikan tidak ada kebocoran

Bak pemijahan diisi dengan air hingga hampir penuh

Diseleksi induk nila dengan perbandingan 1 jantan dan 3 betina, dengan


total ikan 4 ikan setiap kolamnya

2. Pelaksanaan
Tahapan kegiatan pelaksanaan kegiatan pemijahan alami adalah sebagai
berikut :

Total keseluruhan induk nila yang akan dipijahkan ditimbang

Ikan dimasukan ke bak pemijahan

Debit air yang masuk kedalam bak pemijahan dibuat lebih besar pada
minggu pertama dan diperkecil di minggu kedua dan ketiga selama
pemeliharaan.

Pakan diberikan selama proses pemijahan berlangsung sebesar 3% dari


biomasa ikan yang dipijahkan.

Setelah 3 minggu dilakukan panen burayak atau larva.

Anda mungkin juga menyukai