MPRET
MPRET
PEMBENIHAN IKAN
PEMIJAHAN ALAMI IKAN NILA (Oreocromus niloticus)
Disusun oleh :
KELOMPOK 8/ KELAS C
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena kami telah
menyelesaikan laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang berjudul
Pemijahan Alami Ikan Nila. Tujuan Penulisan laporan ini adalah memenuhi salah
satu tugas laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan.
Laporan akhir praktikum ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Tim Dosen Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
2. Tim Asisten Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang telah membimbing
dan memberikan arahan dalam kegiatan praktikum
3. Kelompok 8 Perikanan C atas kerjasamanya dalam kegiatan praktikum
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan laporan akhir
praktikum ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-sarannya agar
menjadi masukkan yang berguna bagi penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan akhir praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Kegunaan .................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila ..................................................................................... 3
2.2 Pemijahan Alami......................................................................... 6
2.2.1 Teknis Pemijahan Alami ............................................................. 6
2.2.2 Persiapan ..................................................................................... 7
2.2.3 Pemeliharaan ............................................................................... 7
2.2.4 Kebiasaan Mijah dan Panen ........................................................ 8
2.3 Reproduksi Ikan Nila .................................................................. 9
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang sudah terbukti memiliki laju pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan ikan
mujair (Khairuman dan Khairul, 2003).
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum Pemijahan Alami Ikan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Bagaimana teknik dan hasil pemijahan alami ikan nila.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum ini adalah dimana setelah mahasiswa mengikuti
praktikum ini dapat menerapkan ilmu yang didapat selama praktikum, selain itu
juga diharapkan mahasiswa dapat melakukan proses pemijahan alami secara
mandiri, sehingga memiliki keahlian dalam hal yang mencerminkan sebagai
mahasiswa perikanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan nila yang ukurannya masih kecil belum menampakkan perbedaan alat
kelamin. Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan kelamin sudah mulai dapat
3
4
terlihat. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran
sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan
berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan
saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan
mengeluarakan cairan bening. Sedangakan ikan nila betina mempunyai lubang
genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Perbedaan
kelamin antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada (Gambar 2).
Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna
biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan
berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis
putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan
melingkar (Amr). Mubinun et al. (2007) menunjukkan perbedaan antara ikan nila
jantan dan betina (Tabel 1).
Tabel 1. Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
No. Jantan Betina
1 Alat kelamin berupa tonjolan Alat kelamin berupa tonjolan
(papilla) dibelakang lubang dibelakang anus. Pada tonjolan
anus. Pada tonjolam ini tersebut terdapat 2 lubang.
terdapat satu lubang untuk Lubang yang pertama terletak di
mengeluarkan sperma dan dekat anus, berbentuk seperti
urine. bulan sabit dan berfungsi sebagai
tempat keluarnya telur.
5
Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan
induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk
badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan
dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah
dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan (Tabel 2).
Sedangkan menurut SNI 01- 6138 - 1999 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi
dapat dilihat pada (Tabel 3).
6
2.2.2 Persiapan
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang
akan dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr
perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan
yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira
50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya.
Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam
pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada
berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar
kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar
mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan
pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam
berlumpur untuk pembuatan sarang dan meningkatkan kesuburannya agar cukup
tersedia pakan alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan. Pemupukan
dapat diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari
ketiga macam pupuk tersebut. Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama,
penyakit dan parasit larva ikan.
2.2.3 Pemeliharaan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian
pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4
hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energi
dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil
kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama
proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.
2.2.4 Kebiasaan Mijah dan Panen
Pada ikan nila yang telurnya akan ditetaskan pada corong penetasan harus
8
dilakukan pemanenan telur. Pemanenan telur ikan nila ini dilakukan pada hari ke 9.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil telur dari mulut induk betina ikan
nila. Sebelum pemanenan terlebih dahulu permukaan air kolam diturunkan sampai
ketinggian 10 - 20 cm. Jika pemijahan dilakukan di hapa (waring), maka caranya
adalah dengan menarik salah satu ujung hapa ke salah satu sudut hapa. dengan hati-
hati untuk menghindari induk mengeluarkan telur. Karena induk ikan nila jika
merasa dalam bahaya atau terdesak akan mengeluarkan telur di sembarang tempat.
Hal ini akan menyulitkan dalam mengumpulkan telur ikan nila.
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan
telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya
mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya,
2005:20). Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah
laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran
kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan
yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang
memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Yushinta Fujaya, 2004:
151). Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi
dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk
proses-proses yang terjadi di dalam gonad baik terhadap individu maupun populasi.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan
sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju
kepada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan
vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap individu-
individu telur. Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan pada gonad. Umumnya
pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan
pada ikan jantan sebesar 5-10%. Dalam biologi perikanan, pencatatan perubahan
atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan
ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap
kematangan gonad ini juga akan didapat keterangan bilamana ikan itu akan
memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan
untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan
pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya masak menjadi
masak tidak sama ukuranya. Demikian dengan ikan yang sama spesiesnya. Lebih-
lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaanya
lebih dari lima derajat, maka akan terdapat perbedaanya ukuran dan umur ketika
mencapai kematangan gonad untuk pertamakalinya. Sebagai contoh ikan large
mouth bass yang terdapat di Amerika Serikat. Ikan tersebut yang terdapat dibagian
Selatan pada waktu berumur satu tahun dengan berat 180 gram, gonadnya sudah
11
masak dan dapat bereproduksi. Ikan yang sama spesiesnya yang terdapat di bagian
Utara pada umur satu tahun., ukuranya lebih besar yaitu panjangnya 25 cm dan
beratnya 230 gram tetapi di dalam gonadnya tidak didapatkan telur yang masak,
demikian juga spermanya. Ikan blue gill yang beratnya 42 gram, gonadnya masak
dan dapat berpijah pada umur satu tahun. Tetapi ikan yang sama spesiesnya dalam
keadaan banyak makan, dalam waktu 5 bulan beratnya dapat mencapai 56 gram dan
gonadnya masak dan dapat berpijah. Jadi faktor utama yang mempengaruhi
kematangan gonad ikan di daerah bermusim empat antara lain ialah suhu dan
makanan. Tetapi untuk ikan di daerah tropik faktor suhu secara relatif
perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat (Moch.
Ichsan Effendie,1997: 8).
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara: pertama cara
histologi dilakukan di laboratorium, kedua cara pengamatan morfologi yang dapat
dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. Dari penelitian
histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan
menditail. Sedangkan pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara
histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang
dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah
bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat
dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan
jantan perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat
dari pada sperma yang terdapat di dalam testis (Moch. Ichsan Effendie, 1997: 9).
Garis besar perkembangan ovarium ikan terbagi dua tahap, pertama tahap
perkembangan struktural yaitu pertumbuhan ovarium hingga hewan mencapai
dewasa kelamin dan kedua tahap perkembangan fungsional yaitu tahap pematangan
telur. Sehubungan dengan tahap perkembangan telur, perubahan-perubahan
morfologi dapat dipakai sebagai tolak ukur tahap perkembangan oogenesis.
Menurut Babiker dan Ibrahim, (1979) perubahan morfologi yang terjadi dapat
meliputi warna, bentuk, keadaan permukaan, penampakan oosit dan pembuluh
darah.
12
3.2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pemijahan alami ikan nila
adalah sebagai berikut:
1. Induk Ikan Nila Jantan sebanyak 2 ekor, sebagai ikan uji
2. Induk Ikan Nila Betina sebanyak 6 ekor, sebagai ikan uji
3. Pakan Komersil
13
14
Sifat Jumlah
Induk Betina 6
Telur 882
Larva 1082
Telur dan Larva 1964
Fekunditas per ekor 327
Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ikan nila kelompok 2 besar
dihasilkan telur sebanyak 882 butir dan larva yang berjumlah 1082 ekor. Jumlah
total telur dan larva yang dihasilkan adalah sebanyak 1964, dari hasil tersebut
diasumsikan bahwa ikan nila memiliki fekunditas sebanyak 327 butir/ekor.
Pemijahan alami ikan nila dapat dikategorikan berhasil karena Sekali
bertelur, induk ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 300 - 3000 butir,
tergantung besar dan berat induk ikan betina. Induk muda yang pertama kali
bertelur kemampuannya masih sedikit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan ikan nila antara
lain: Suhu, DO, pH, Amonia. Suhu air ini memegang peranan yang penting karena
akan mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme dan juga
berpengaruh pada jumlah pakan yang dikonsumsi organisme atau biota perairan.
Suhu ini juga akan berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Untuk
hidup ikan nila biasanya suhu yang optimal adalah antara 14-38°C. Pada masa
pemijahan, ikan nila secara alami memijah pada suhu 22-37°C namun suhu yang
baik untuk perkembang biakannya adalah pada angka 25-30°C.
15
16
5.1 Kesimpulan
Pemijahan alami adalah teknik pemijahan yang dilakukan secara
konvensional, yaitu ikan memijah sendiri tanpa tanpa melibatkan banyak campur
tangan manusia. Fekunditas ikan nila deperkirakan sebanyak 327 butir.
5.2 Saran
Berdasarkan prakitkum yang dilakukan bahwa praktikan harus benarbenar
memahami praktikum yang akan dilakukan agar nantinya dapat lebih memahami
materi dan menghasilkan data yang akurat. Sehingga pada praktikum pemijahan
alami ikan nila diharapkan tidak mengalami kegagalan pemijahan dengan prosedur
yang telah diberikan.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
19
phytochemicals as an alternative method to produce a monosex
population of tilapia. Reproduction Contr
Pifferer F, Zanuy S, Carrillo M, Solar II, Devlin RH dan Donaldson EM. 1994.
Brief treatmen with an aromatase inhibitor during sex diffrentiation
causes cromosomally female salmon to develop as normal function
males. Journal of Experimental Zoology.
Popma. T.J. & Masser. M. 1999. Tilapia : Life history and biology. SRAC Publ.
No.283.4 pp.
Popma. T.J. and Babtholomew W.G. 1991. Sex Reversal of Tilapia In Earthern
Ponds. Aquaculture Production Manual. International Center For
Aquaculture. Auburn University. Research and Development series
No.35. Alabama.
Sever DM, Halliday T, Waight V, Brown J, Davies HA, Moriarty EC. 1999. Sperm
storage in female of the smooth newt i. ultrasturcture of the
spermatechal during the breeding season. Journal of Experimental
Zoology.
Standar Nasional Indonesia 01-6141-1999. 2005. Produksi Benih Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Direktorat
Perbenihan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 01-6140-1999. 2005. Benih Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Direktorat
Perbenihan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Sudrajat, A.O. and M. Sarida. 2006. Effectivity of aromatase inhibitor and 17α-
metiltestosteron treatments in male production of fresh water prawn
(Macrobrachium rosenbergii de Man). Aquaculture Indonesian, Jakarta.
Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex
Trubus Exo. 2011. Panen 60 Kg per m² , Nila. PT. Trubus Swadaya. Jakarta
Wickins JF, Lee DOC. 2002. Crustacean farming ranching and culture. Second
edition. Blackwell Science Ltd, London: 9-25.
Wijayanti, D. R. 2002. Pengaruh Aromatase Inhibitor Terhadap Nisbah Kelamin
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) Hasil Ginogenesis. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Zairin Jr., M. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina.
Penebar Swadaya, Jakarta.
20
LAMPIRAN
22
1. Persiapan
Tahapan kegiatan persiapan pemijahan alami adalah sebagai berikut :
2. Pelaksanaan
Tahapan kegiatan pelaksanaan kegiatan pemijahan alami adalah sebagai
berikut :
Debit air yang masuk kedalam bak pemijahan dibuat lebih besar pada
minggu pertama dan diperkecil di minggu kedua dan ketiga selama
pemeliharaan.