Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UAS

Di susun guna memnuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi

PAPER

Dosen Pengampu:
Drs. Marjono, M.Hum

KELAS A

Oleh:
Hana Pertiwi
NIM 160210302020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
SOAL UAS

1. Indonesia adalah negara yang bersifat multikultur. Kondisi keragaman


budaya sangat berpotensi untuk memecah belah dan timbulnya suatu
konflik. Bagaimana agar keragaman budaya itu bisa dijadikan sebagai
modal pembangunan atau integrasi nasional budaya. Jelaskan wawasan
anda dengan konsep integrasi!
2. Buatlah deskripsi tentang kerangka berpikir analisis rekonstruksi sejarah
dengan menggunakan salah satu konsep atau teori antropologi!
3. Ditempat asal budaya tentunya banyak upacara ritual dilaksanakan oleh
masyarakat yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang diyakini
sebagai nilai tradisional faktual warisan leluhurnya. Coba deskripsikan
mengenai upacara perkawinan atau upacara ritual lainnya di tempat asal
saudara!

JAWABAN

1. Pada dasarnya integrasi kebudayaan adalah satu proses dimana


adanya penyesuaian antara beberapa jenis kebudayaan yang berbeda
sehingga dapat mencapai suatu kesesuaian dan keharmonisan yang
berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi
kebudayaan ini juga termasuk bentuk pertukaran kebudayaan dimana
kelompok-kelompok yang berbeda mulai beradaptasi di lingkungan
yang memiliki kebudayaan, kepercayaan, cara perilaku dan adat yang
berbeda tanpa mengorbankan identitas karakter kebudayaan mereka
sendiri.
Definisi dari integrasi kebudayaan ini sangat jelas namun aplikasi
dan implementasi dalam dunia nyata sangat kompleks dan sulit.
Kebanyakan perang yang telah kita ketahui disebabkan adanya
gesekan antara dua kebudayaan yang berbeda. Konflik-konflik yang
terjadi akibat pergesekan dua kebudayaan yang berbeda ini dapat
disebabkan karena kurangnya dan juga pemahaman mengenai integrasi
kebudayaan
Cara agar terjadi suatu keharmonisan adalah sikap
menghormati kepada kelompok yang berbeda dengan latar belakang
budaya kita seperti sikap kita menolak sikap sara dan tidak melakukan
sara, jika kita menghargai kebudayaan orang lain maka sebaliknya
mereka cepat atau lambat akan sama-sama menghormati kebudayaan
kita dan menciptakan kehidupan damai.
2. a. Kearifan Lokal
Kearifan Lokal adalah Gagasan-gagasan, nilai-nilai atau pandangan
dari suatu tempat yang memiliki sifat bijaksana dan bernilai baik yang
diikuti dan dipercayai oleh masyarakat di suatu tempat tersebut dan
sudah diikuti secara turun temurun.
b. Barong Ider Bumi
Tradisi ini merupakan adat istiadat rutin Suku Osing Banyuwangi
yang bertempat tinggal di Desa Kemiren. Acara ini digelar setiap
tanggal 2 Syawal atau hari ke-2 Idul Fitri. Tradisi ini digelar dengan
tujuan mensyukuri nikmat Tuhan atas segala anugerah yang telah
diberikan. Selain itu, Barong yang disimbolkan sebagai pelindung akan
diarak keliling desa dengan maksud sebagai tolak bala, agar tidak ada
roh jahat yang mengganggu desa tersebut.Bukan hanya Barong yang
diarak keliling desa. Seluruh kesenian dan budaya khas Desa Kemiren
juga turut diarak. Acara ini selalu berhasil menyedot kedatangan
wisatawan domestik hingga mancanegara. Apalagi dalam tradisi ini,
masyarakat desa juga mengadakan selametan kampung dengan menu
andalan Pecel Pitik yang rasanya sudah terkenal enaknya. Buat
wisatawan yang ingin turut mengikuti selametan, mereka bisa
menikmati menu sedap ini dengan makan bersama warga lokal secara
gratis alias cuma-cuma.
c. Kajian Teori
Teori Interaksionalisme Simbolik
Teori Interaksionalisme Simbolik (Mead) Individu dengan individu
lain selalu melakukan interaksi dalam kehidupannya. Individu tidak dapat
hidup secara sendiri melainkan selalu berdampingan dengan orang lain
atau di dalam suatu masyarakat. Dalam suatu masyarakat tersebut sering
terjadi interaksi yang membuat mereka paham dengan kehidupan masing-
masing.
d. Kerangka
Kebudayaan tidak lepas dari simbol-simbol. Simbol-simbol inilah
yang menjadi ciri khas atau yang memperkaya kehidupan masyarakat
terutama di masyarakat pedesaan. Hal ini disebabkan karena masih
melestarikan kebudayaan masyarakat pedesaan. Kemudian adanya
partisipasi dari masyarakat sekitar, penonton yang menyaksikan tradisi ini.
Tradisi Barong Ider Bumi yang dijalankan masyarakat Osing
Banyuwangi merupakan bentuk kearifan lokal karena tradisi ini
merupakan tradisi yang sudah dilakukan secara turun menurun pada Hari
Raya Idul Fitri sehingga masyarakat sudah lama atau sudah jaman nenek
moyang melakukan tradisi tersebut. Dilihat dari upacara tradisi tersebut
ada simbol Barong yang disimbolkan sebagai pelindung akan diarak
keliling desa dengan maksud sebagai tolak bala, agar tidak ada roh jahat
yang mengganggu desa tersebut. Berikut adalah kerangka pikir dari
penelitian yang harapannya dapat memberikan gambaran tentang
penelitian ini. Dalam kegiatan tradisi Barong Ider Bumi dilakukan dalam
berbagai prosesi-prosesi yang sudah ditentukan oleh para sesepuh-sesepuh
di adat Osing di Kemiren. Dalam hal ini tradisi ini merupakan suatu
kearifan lokal yang dimiliki Masyarakat Osing Kemiren. Kearifan lokal ini
atau tradisi Barong Ider Bumi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat
Osing Kemiren dengan berbagai alasan yang sudah dijelaskan diatas. Dan
dalam implentasi atau pelaksanaannya. Tradisi ini biasanya diikuti atau
disaksiskan oleh para keluarga yang melakukan tradisi ini serta disaksikan
oleh masyarakat sekitar.

Tradisi Barong Ider Bumi Masyarakat


Osing Banyuwangi

Prosesi Barong Ider Bumi Masyarakat


Osing Banyuwangi

Kearifan Lokal

Masyarakat dan Wisatawan Partisipan

3. Saya bertempat tinggal di Kabupaten Banyuwangi Kecamatan Jajag,


jadi adat atau upacara perkawinan di daerah saya masih lebih ke arah
unsur upacara pernikahan adat Jawanya dari pada Osing. Jadi upacara
adat di Jajag ada beberapa tahapan :
1. Proses Pembicaraan
Seorang perwakilan diutus untuk menanyakan dan mencari
informasi tentang kondisi dan situasi calon besan yang putrinya
akan dilamar. Kemudian Setelah lampu hijau diberikan oleh calon
besan kepada calon mempelai pria, maka orang tua, keluarga besar
beserta calon mempelai pria berkunjung ke rumah calon mempelai
wanita untuk saling dipertemukan yang biasa disebut ngelamar
biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan
dilaksanakan rangkaian upacara pernikahan. Kemudian ada acara
srah-srahan dengan cara penyerahan seperangkat perlengkapan
sarana untuk melancarkan penyelenggaraan acara sampai acara
selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti
dan makna mendalam diluar dari materinya sendiri, yakni berupa
cincin, seperangkat pakaian wanita, perhiasan, makanan
tradisional, daun sirih , buah-buahan dan uang.
2. Proses Upacara
Biasanya sehari sebelum acara pesta pernikahan, pintu
gerbang dari rumah orang tua wanita dihias
dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), terdiri dari pohon pisang, buah
pisang, buah kelapa, tebu dan daun beringin yang mempunyai
makna agar pasangan mempelai hidup baik dan bahagia dimana
saja.
Pasangan mempelai saling cinta satu sama lain dan akan
merawat keluarga mereka. Dekorasi pernikahan lainnya yang
disiapkan adalah kembang mayang, yakni suatu karangan bunga
yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa.
a. Pasang Tratag dan Tarub
Tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu kepada
masyarakat. Tarubberarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda
yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratagdan
ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi acara agar terlihat meriah.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, sebagai lambang
kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi panti
atau asasana wiwarayang dipakai dalam acara panebusing kembar
mayangdan upacara adat panggih. Jika acara telah selesai, kembar
mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut agar kedua
pengantin selalu ingat asal muasalnya.

c. Pasang Tuwuhan (Pasren)


Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan sebagai lambang isi alam
semesta dan mempunyai arti tersendiri dalam budaya jawa dipasang di
pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat pernikahan.
d. Siraman
Upacara Siraman mengandung makna memandikan calon
mempelai yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi
bersih dan suci lahir dan batin. Urutan tahapannya yaitu calon pengantin
memohon doa restu kepada kedua orangtuanya, kemudian mereka (calon
pengantin pria dan wanita) duduk di tikar pandan, lalu disiram
oleh pinisepuh, orang tua dan orang lain yang telah ditunjuk.
Terakhir, calon pengantin disiram air kendi oleh ibu bapaknya
sambil berkata “Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore
anakku wadon” dan kendi kosongnya dipecahkan ke lantai.

e. Adol Dhawet (Jual dawet)


Setelah acara siraman, dilaksanakan acara jual dawet. Penjualnya
adalah ibu calon mempelai wanita yang dipayungi oleh ayah calon
mempelai wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang
menggunakan pecahan genting sebagai uang.
f. Paes
Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi
agar tampak bersih dan wajah calon pengantin bercahaya, lalu merias
wajahnya. Paes sendiri melambangkan harapan kedudukan yang luhur
diapit lambing ibu bapak dan keturunan.

g. Midodareni
Upacara adat Midodaren berarti menjadikan sang mempelai wanita
secantik Dewi Widodari. Orang tua mempelai wanita akan memberinya
makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi
tanggung jawab sang suami.

h. Selametan
Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan
menyongsong pelaksanaan ijab kabul atau akad nikah.

i. Nyantri atau Nyatrik


Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon
mempelai pria berserta pengiringnya. Dalam prosesi acara pernikahan ini
calon mempelai pria mohon diijabkan, atau jika acara ijab diadakan besok,
kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak
saudara terdekat di tempat pengantin pria.

3. Resepsi
a. Upacara Ijab Qobul
Sebagai prosesi pertama pada puncak resepsi ini adalah
pelaksanaan ijab qobul yang melibatkan pihak penghulu dari KUA.
Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan sah, maka kedua pengantin
telah resmi menjadi sepasang suami istri.

b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab qobul selesai, selanjutnya dilanjutkan dengan
upacara panggih yang meliputi:
• Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan arti
dan tujuan bersatunya cipta, rasa dan karsa demi kebahagiaan dan
keselamatan.

• Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang
terkena lemparan tersebut.

• Ngidak endhog atau mempelai pria menginjak telur ayam lalu


dibersihkan atau dicuci kakinya oleh mempelai wanita sebagai lambang
seksual kedua pengantin telah pecah pamornya.

• Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi simbol air hidup, air
suci, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni
dengan harapan keluarga mereka bisa berkembang segala-segalanya dan
bahagia lahir batin.
• Masuk ke pasangan mempunyai arti pengantin menjadi pasangan hidup
siap berkarya melaksanakan kewajiban.

• Sindur yakni menyampirkan kain (sindur) ke pundak mempelai dan


menuntun mempelai pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan
keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi segala tantangan hidup.

Setelah upacara panggih, kedua pengantin diantar duduk di sasana riengga.


Setelah itu, acara pun dilanjutkan.
• Timbangan atau kedua mempelai duduk di pangkuan ayah mempelai
wanita sebagai lambang sang ayah mengukur keseimbangan masing-
masing mempelai.

• Kacar-kucur dilaksanakan dengan cara mempelai pria mengucurkan


penghasilan kepada mempelai wanita berupa uang receh beserta
kelengkapannya. Lambang bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi
nafkah kepada keluarga.
• Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan
laku perpaduan kasih pasangan pria dan wanita (simbol seksual). Ada juga
yang memaknai lain, yakni tutur adilinuwih (seribu nasihat yang
adiluhung) disimbolkan dengan sembilan tumpeng.
c. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan
mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang
receh, umbi-umbian, beras kuning dan lainnya.

d. Tumplek Punjen
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di
atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yakni telah lepas semua darma
orang tua kepada anak. Tata cara ini dilakukan bagi orang yang tidak akan
bermenantu lagi atau semua anaknya telah menikah.
e. Sungkeman
Sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta memohon doa
restu.

f. Kirab
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin
berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti pakaian.

Anda mungkin juga menyukai