Anda di halaman 1dari 7

Distribusi Mata Kuliah

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas I


Kode Mata Kuliah : 11132
Jumlah SKS : 2
Alokasi waktu (minggu) : 2 jam/ minggu
Alokasi waktu (semester) : 28 jam/ semester
Dosen Pengajar : Dr. H. Miftahul Munir, S.KM., M.Kes, DIE.
PJMK : Suhartono, S.Kep., Ns., M.Kep.

Unit Kompetensi dan Bahan Kajian


Kompetensi Bahan Kajian
1. Mampu menerapkan asuhan keperawatan  Konsep Dasar Keluarga
peka budaya dengan menghargai sumber-  Konsep keluarga, Trend dan Issue
sumber etnik, agama atau faktor lain dari Kesehatan keluarga
setiap pasien yang unik  Teori Model Keperawatan di keluarga
2. Mampu menjamin kualitas asuhan holistik  Managemen Sumber daya Keluarga
secara kontinyu dan konsisten.  Konsep Home Health of Nursing (Home
3. Mampu menggunakan proses keperawatan Care)
dalam menyelesaikan masalah  Proses Asuhan Keperawatan pada Keluarga
4. Mampu menggunakan prinsip-prinsip  Jenis-jenis Tindakan Keperawatan pada
peningkatan kualitas berkesinambungan Berbagai Kasus Risiko Tinggi di Keluarga
dalam praktik
 Konsep Keperawatan Komunitas
5. Mampu mendemonstrasikan keterampilan
 Masalah Kesehatan di Indonesia
teknis keperawatan yang sesuai dengan
 Aspek Keterkinian dalam Praktik
SOP
Keperawatan Komunitas
6. Mampu mengkolaborasikan berbagai aspek
 Puskesmas
dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan
 Konsep PHBS
klien.
 Konsep MTBS
 Strategi Pemecahan Masalah
 Kesehatan Komunitas
 Proses Keperawatan
 Komunitas
 Asuhan Keperawatan pada Kelompok
Khusus (Kesja, UKS)
 Transisi pola penyakit
 Epidemiologi dan Kependudukan
 Manajemen mutu dan manajemen risiko
dalam asuhan keperawatan klien
7. Mampu melaksanakan terapi modalitas  Aplikasi Teori Model dalam Berbagai
sesuai dg kebutuhan Situasi Pelayanan
 Terapi Modalitas Keperawatan pada
berbagai kondisi termasuk terapi
komplementer

Materi
Mata kuliah ini mempelajari tentang konsep public health, transisi pola penyakit, epidemiologi
dan kependudukan, manajemen mutu dan manajemen risiko dalam asuhan keperawatan klien.
Mata kuliah ini juga mempelajari tentang masalah-masalah kesehatan di Indonesia dan
penanggulangannya serta kebijakan-kebijakan untuk menangani masalah-masalah kesehatan di
Indonesia serta strategi-strategi untuk pemecahan masalah kesehatan yang ada di Indonesia.
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tinggal bersama
dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi
penerus, saling pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner, 1997)
dikutip dari (Achjar, 2010)
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari
individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.(Friedman, 1998)
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan
ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di satu tempat/ rumah, saling
berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan mempertahankan
suatu kebudayaan.
2. Ciri-ciri Keluarga
a. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
b. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3) Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
1) Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
a) Bersifat terbuka dan jujur
b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
c) Berpikiran positif
d) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri
2) Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk:
a) Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima
umpan balik.
b) Karakteristik penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi
kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan
baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang lain, sedangkan orang tua mereka entah
kemana atau malah berdiam diri di rumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah
positif ada beberapa macam tipe struktur kekuatan:
1) Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam
suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku
anggota keluarga yang lain.
2) Referent power
Kekuasaan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap orang lain karena
identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif seorang
anak dengan orang tua (role model)
3) Reward power
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh
seseorang dari yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang.
Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
4) Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan
paksaan, ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.
5) Affective power
Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau
tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan
seksual pasangan suami istri.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga disebutkan beberapa (Murwani, 2007), yaitu:
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak.
2) Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi
dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) “Single parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah)
b. Tipe keluarga non tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The step parent family
Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melelui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The non-martial heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana
suami–istri (marital partners).
6) Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat–alat rumah tangga bersama
yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai–nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang–barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan
anaknya
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga sebagai
berikut:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:

Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai