SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan Bapak Y
SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan Bapak Y
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
2. Diagnosa Keperawatan :
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan :
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum bapak selamat pagi perkenalkan nama saya siti sarah fadhilah, bapak bisa
memanggil saya sarah ya pak, hari ini sarah dinas dari pukul 07:00 sampai 14:00 , insyaAllah
hari ini sarah yang akan merawat bapak yaa pak kalau ada apa-apa bapak bisa bilang ke sarah ya
bapak tidak usah sungkan. Punten pak nama bapak siapa ya pak? Bapak lebih suka dipanggil
siapa pak ? baik kalau seperti itu pak mulai sekarang sarah akan memanggil bapak dengan
sebutan pak yayat ya pak mohon kerjasamanya ya pak “
b. Evaluasi/validasi
“kalau boleh tahu, sudah berapa lama Bapak yayat di sini ? Apakah Bapak yayat masih ingat
siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Bapak yayat saat ini? Saya lihat Bapak sering
tampak marah dan kesal, sekarang Bapak masih merasa kesal atau marah ? saya juga melihat
bapak sering gelisah paak, kalau boleh sarah tau apa yang membuat bapak gelisah pak? “”
c. Kontrak :
Topik
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang membuat Bapak yayat marah
dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Pak?”
Waktu
“Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15
menit saja?”
Tempat
“Bapak senangnya kita berbicaranya dimana? Dimana saja boleh kok, asal Bapak merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara di atas karpet depan sini saja ya, Pak”
Tujuan
“Bapak salah satu cara supaya bapak dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif yaitu
dengan latihan fisik bisa dengan teknik nafas dalam dan tidak menimbulkan kerugian untuk diri
sendiri maupun orang lain selain itu tarik nafas dalam juga cenderung mudah pak dilakukan”
2. Fase Kerja
“Nah, sekarang coba Bapak yayat ceritakan sedikit kira-kira apa yang
membuat Bapak merasa marah? ”
“Apakah sebelumnya Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
“Lalu saat Bapak sedang marah apa yang Bapak rasakan? Apakah Bapak merasa sangat
kesal, dada berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan ingin
mengamuk? ”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? ”
“Apakah dengan cara itu marah/kesal Bapak dapat terselesaikan? ” Ya tentu tidak, apa kerugian
yang Bapak yayat alami?”
“Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Bapak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah Bapak dapat tersalurkan.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu? Namanya teknik napas dalam”
”Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan, maka Bapak berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –
lahan melalui mulut”
“Ayo Pak coba lakukan apa yang saya praktikan tadi, bapak berdiri atau duduk dengan
rileks tarik nafas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. “
“ Nah.. Bapak yayat tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam, sebaiknya latihan
ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah
terbiasa melakukannya”
3. Fase Terminasi
Evaluasi
1. Subyektif
“Bagaiman perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan teknik
relaksasi napas dalam tadi? Ya...betul, dan kelihatannya Bapak terlihat sudah lebih rileks”.
2. Obyektif
”Coba Bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak marah, lalu apa yang Bapak rasakan dan
apa yang akan Bapak lakukan untuk meredakan rasa marah”. Coba tunjukan pada saya cara
teknik nafas dalam yang benar.
“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan di tulis dalam jadwal
kegiatan harian Bapak.
“ Nah, Pak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih ada cara yang bisa
digunakan untuk mengatasi marah Bapak. Cara yang ke-2 yaitu dengan teknik memukul bantal .
II. Waktu :
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana kalau 15 menit lagi saja?
III. Tempat :
“Kita latihannya dimana, Pak? Di dekat ruangan tensi saja ya, Pak”. “ok, Pak.
SP 1 Isolasi Sosial
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
ISOLASI SOSIAL
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
2. Diagnosa Keperawatan :
Isolasi sosial
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan :
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum bapak selamat pagi perkenalkan nama saya siti sarah fadhilah, bapak bisa
memanggil saya sarah ya pak, hari ini sarah dinas dari pukul 07:00 sampai 14:00 , insyaAllah
hari ini sarah yang akan merawat bapak yaa pak kalau ada apa-apa bapak bisa bilang ke sarah ya
bapak tidak usah sungkan. Punten pak nama bapak siapa ya pak? Bapak lebih suka dipanggil
siapa pak ? baik kalau seperti itu pak mulai sekarang sarah akan memanggil bapak dengan
sebutan pak yayat ya pak mohon kerjasamanya ya pak “
b. Evaluasi/validasi
“kalau boleh tahu, sudah berapa lama Bapak yayat di sini ? Apakah Bapak yayat masih ingat
siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Bapak yayat saat ini? Saya lihat Bapak sering
tampak marah dan kesal, sekarang Bapak masih merasa kesal atau marah ? saya juga melihat
bapak sering gelisah paak, kalau boleh sarah tau apa yang membuat bapak gelisah pak? “”
c. Kontrak :
Topik
“Senang ya sarah bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar bapak dapat mengetahui keuntungan dan
kerugian berinteraksi dengan orang lain? “
Waktu
“Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15
menit saja?”
Tempat
“Bapak senangnya kita berbicaranya dimana? Dimana saja boleh kok, asal Bapak merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara di atas karpet depan sini saja ya, Pak”
Tujuan
“Agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus bapak dapat mengetahui keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.”
2. Fase Kerja
“bapak yayat”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan bapak siapa? Menurut
bapak apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain? Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari berinteraksi
dengan orang lain yaitu bapak punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak
selalu sendirian. Sekarang saya akan mengajarkan bapak berkenalan. Bagus... pak dapat
mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi.. bagaiman kalau kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
Evaluasi
3. Subyektif
“Bagaiman perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang?”.
4. Obyektif
“coba bapak ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain?” “Wah...bagus, Bapak masih ingat semua...”
“Bagaimana kalau mulai besok bapak coba bersosialisasi dengan salah satu teman bapak disini?”
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang lagi tentang
jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain?
Waktu :
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana kalau 15 menit lagi saja?
Tempat :
“Kita latihannya dimana, Pak? Di dekat ruangan tensi saja ya, Pak”. “ok, Pak.