PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm.
Konjungtiva
Kornea
1. JenisKelamin
Pterygiumdilaporkanbisaterjadipadagolonganlaki-lakidua kali
lebihbanyakdibandingkanwanita.
2. Umur
Jarang sekali orang menderita pterygia umurnya di bawah 20
tahun. Untuk pasien umurnya diatas 40 tahun mempunyai
prevalensi yang tertinggi, sedangkan pasien yang berumur 20-40
tahun dilaporkan mempunyai insidensi pterygia yang paling tinggi.
2.4 Etiologi
2.5 Patofisiologi
KlasifikasiPterygium:
2.8 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda.
Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata
dekongestan. Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau
dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya
astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara
kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata
buatan dan bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea)
beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor maka perlu
kontrol 2 minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.
Operasi
Indikasi tindakan operasi (eksisi) pterygium adalah :
1. Pertumbuhan yang mengancam penglihatan dengan tumbuh mencapai
aksis visual.
2. Terdapat astigmatisma yang signifikan.
3. Iritasi mata yang berat.
Sebagai tambahan, terapi adjuvan pasca operasi, dapat diberikan sinar
radiasi β dengan strontium-90 dan terapi antimetabolit dengan mitomycin C atau
fluorourasil.
Jenis-jenis operasi pterigium telah mulai dilakukan sejak awal tahun 1960-
an, termasuk :
1. Taditional “bare sclera” technique
Teknik ini dilakukan dengan mengangkat pterigium dan sklera di
atasnya dibiarkan. Penyembuhan terjadi 2 sampai 4 minggu.
Sayangnya, pterigium dapat tumbuh kembali pada 50% pasien – dan
pada kebanyakan kasus, pterigium dapat tumbuh melebihi ukuran
awalnya.
2. Simple closure with absorpable sutures
3. Conjunctival auto graft (with or without stitches)
Teknik yang paling banyak digunakan saat ini, karena auto graft
konjungtiva menurunkan angka rekurensi.
2.9Komplikasi
a. Penyimpanganataupenguranganpusatpenglihatan
b. Kemerahan
c. Iritasi
d. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea
Komplikasipostooperasipterygiummeliputi:
a. Infeksi
b. Reaksi material jahitan
c. Diplopia
d. Conjungtival graft dehiscence
e. Corneal scarring
f. Komplikasi yang jarang terjadi meliput iperforasi bola mata
perdarahan vitreous, atau retinal detachment.
2.10 Prognosis
Eksisi pada pterygia pada penglihatan dan kosmetik adalah baik. Prosedur
baik saat dipahami oleh pasien dan pada awal operasi pasien akan merasa
terganggu setelah 48 jam pasca perawatan pasien bisa memulai aktivitasnya.
Pasien dengan pterygia yang kambuh lagi dapat mengulangi pembedahan
eksisi dan pencangkokan, kedua-duanya dengan konjungtival limbal autografts
atau selaput amniotic, pada pasien yang telah ditentukan. Pasien yang ada
memiliki resiko tinggi pengembangan pterygia atau karena di perluas ekspose
radiasi sinar ultraviolet, perlu untuk dididik penggunaan kacamata dan
mengurangi ekspose mata dengan ultraviolet.
BAB III
PenyajianKasus
I. ANAMNESIS
Identitas
Umur : 44 tahun
Nomor RM :
Keluhan Utama
Sakit pada mata sebelah kiri.
Pasien datang ke RS dengan keluhan sakit mata kiri yang dirasakan sejak
satu tahun yang lalu, hilang timbul. Jika sakit mata ini timbul, mata menjadi
merah, yang sering dicetuskan jika mata terkena paparan sinar matahari yang
lama, debu, pasir, dan angin. Sering disertai dengan mata berair
Saat sakit mata ini timbul, tidak ada gangguan pada daya penglihatan.
Tanda-tanda vital
Respirasi : 17/menit
Suhu :-
AVOD : 6/30
AVOS : 6/12 f
Ortho
Pergerakan
Bulbi Bulbi
Resume
1. OD
Jika jaringan ini meradang, menyebabkan mata menjadi merah, berair, dan
gatal; biasanya diakibatkan oleh angin, matahari, atau debu.
2. OS
Jika jaringan ini meradang, menyebabkan mata menjadi merah, berair, dan
gatal; biasanya diakibatkan oleh angin, matahari, atau debu.
Diagnosa
Diagnosa Kerja
OS : Pterigium Grade IV
Diagnosa Banding
Pemeriksaan Penunjang
Histo-PA
Pengobatan
Non Medikamentosa
Medikamentosa
1. Obat
Prednisolone acetate 1%
2. Operasi
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Dalam : Anatomi dan Embriologi Mata.
Oftamologi Umum. Edisi 14.
2. Lang Gerhart K. Conjunctiva. Ophthamology – A Short Text Book. Thieme
2000; 69-70.
3. Junqueira, L Carlos. 1998. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
4. Coroneo MT, Di Girolamo N, Wakefield D: The Pathogenesis of Pterygium.
CurrOpinOphthalmol 1999 Aug; 10(4): 282-8 [Medline].
5. Whitcher J.P., Pterygium, 2007,
http://www.emedicine.com/EMERG/topic284.htm
6. Ferrer F.J.G., Schwab I.R., Shetlar D.J., 2000. Vaughan & Asbury’s General
Ophthalmology (16th edition), McGraw-Hill Companies, Inc., United States
7. Ilyas S., 2005, IlmuPenyakit Mata,
BalaiPenerbitFakultasKedokteranUniversitas Indonesia
8. Misbach J., 1999. Neuro-OftalmologiPemeriksaanKlinisdanInterpretasi.
Jakarta : BalaiPenerbitFakultasKedokteranUniversitas Indonesia
9. Hartono, 2005. Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata. Jogjakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
10. Rocha, G. Surgical Management of Pterygium. Techniques in
Ophthamology2003; 1(1):22-28.