MATERI : KRISTALISASI
KELOMPOK : I / RABU
ANGGOTA : 1. ARINA HASBANA AHMAD (21030111120019)
2. GIVENI CHRISTINA SILAEN (21030111140155)
3. HUTOMO PRESANDITYAR (21030111130081)
4. MUTIA ANISSA MARSYA (21030111140160)
Materi : Kristalisasi
Kelompok : I / Rabu
Anggota : 1. Arina Hasbana Ahmad
2. Giveni Christina Silaen
3. Hutomo Presandityar
4. Mutia Anissa Marsya
ii
INTISARI
Kristalisasi dari larutan sangat penting dalam industri karena banyaknya ragam bahan
yang diperlukan dalam bentuk kristal. Kristalisasi adalah proses separasi di mana suatu
solute terkristalkan dari larutan multikomponennya sehingga bila dilakukan dengan benar
akan dapat diperoleh kristal yang relatif murni. Tujuan dari percobaan ini adalah mampu
menjelaskan jenis-jenis kristalisasi, mampu menjelaskan variabel-variabel operasi dalam
kristalisasi, mampu merakit dan mengoperasikan alat percobaan MSMPR kristaliser dengan
pendingin larutan.
Kristalisasi dapat terjadi dari 3 macam fasa yaitu pembentukan partikel-partikel
kristalin dari fasa uap, dari solute larutan ataupun dari suatu lelehan—melt. Kristalisasi dari
larutan bertujuan memisahkan suatu solute dari logam multikomponen sehingga didapat
produk dalam bentuk kristal yang lebih murni, sehingga kristalisasi sering dipilih sebagai
salah satu cara pemurnian karena lebih ekonomis.
Pada percobaan kali ini, bahan yang digunakan adalah kristal tawas dan air. Alat yang
digunakan antara lain saturator tank, heater, pengaduk, thermoregulator, submesible pump,
valve by pass, tangki pendingin, MSMPR kristaliser, penampang kristal, motor pengaduk,
pompa vakum, dan buffer tank. Variabel pada percobaan ini adalah flowrate yaitu 3,3 mL/s;
3,6 mL/s; 3,9 mL/s; 4,2 mL/s; 4,5 mL/s; dan 4,8 mL/s.
Hasil percobaan yang didapat adalah massa kristal yang dihasilkan pada setiap
flowrate tidak stabil, karena kontrol suhu yang tidak optimal. Kristal yang dihasilkan
didominasi oleh kristal dengan ukuran kecil, hal ini dikarenakan terbentuknya inti sekunder.
Pada flowrate yang besar banyak dihasilkan kristal kecil dikarenakan waktu tingal yang
sebentar.
Saran dari percobaan ini adalah larutan tawas harus benar-benar lewat jenuh. Volume
tangki dijaga tetap 5 L. Flowrate dijaga tetap konstan. Berhati-hati dalam menggunakan
thermoregulator.
iii
SUMMARY
Crystallization from solution is very important in the industry because of the many
variations of materials needed in the form of crystals. Crystallization is a separation process
in which a solute crystallized from its multicomponent solution so that when done correctly,
can be obtained relatively pure crystals. The purpose of this experiment are able to explain
the types of crystallization, able to explain the variables in the crystallization operation, able
to assemble and operate MSMPR kristaliser experiment with the solution cooler.
Crystallization can occur from three kinds of phases, namely the formation of
crystalline particles from the vapor phase, from the solute solution or melt. Crystallization
from solution aims to separate a solute from its multicomponent metal in order to get the
product in a more pure form of crystal, so that crystallization is often chosen as a way of
purification because it is more economical.
In this experiment, the materials used are alum crystal and water. Tools used include
saturator tank, heater, stirrer, thermoregulator, submesible pump, valve by pass, coolant
tank, MSMPR crystallizer, crystal cross section, motor stirrer, vacuum pump, and buffer tank.
Variable in this experiment are the flowrate of 3,3 mL/s; 3,6 mL/s; 3,9 mL/s; 4,2 mL/s, 4,5
mL/s, and 4,8 mL/s.
The experimental results obtained are crystalline mass produced at each flowrate is
unstable, because the temperature control is not optimal. The resulting crystals are dominated
by crystals with small size, this is due to the formation of secondary nuclei. In large flowrates
produced many small crystals were briefly disenfranchised due time.
Suggestion of this experiment are alum solution should be completely saturated. The
volume of the tank is kept 5 L. Flowrate is kept constant. Be careful in using thermoregulator.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan perkenaan-Nya
laporan resmi praktikum operasi teknik kimia dengan materi Kristalisasi ini dapat
terselesaikan.
Tujuan dari penulisan laporan resmi dengan judul “Kristalisasi” adalah agar sebagai
media refferensi proses kristalisasi dengan pendinginan. Tujuan lain dari penulisan laporan ini
adalah sebagai pelaksanaan tugas praktikum operasi teknik kimia dan bukti hasil praktikum
kristalisasi.
Terima kasih disampaikan kepada Bapak Ir. Danny Soetrisnanto, M.Eng. selaku dosen
pembimbing praktikum operasi teknik kimia dengan materi Kristalisasi, asisten laboratorium,
laboran, dan segala pihak terkait yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan resmi
ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tidak tertutup kemungkinan laporan ini memiliki
berbagai kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membantu sangat diperlukan untuk
menyempurnakan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat sebagai penambah ilmu bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR PERHITUNGAN
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hubungan flowrate dengan massa kristal praktis dan teoritis .................................. 15
Tabel 4.2 Massa kristal tiap tray .............................................................................................. 15
Tabel 4.3 Hubungan diameter dengan jumlah kristal ............................................................... 15
ix
KRISTALISASI
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kristalisasi dapat terjadi dari 3 macam fasa yaitu pembentukan partikel-partikel
padat kristalin dari fasa uap, dari solute suatu larutan ataupun dari suatu lelehan-melt.
Kristalisasi dapat dilakukan dengan pendinginan, penguapan solven, atau penambahan
solven tertentu.
Kristalisasi dari larutan bertujuan memisahkan suatu solute dari larutan multi
komponen sehingga didapat produk dalam bentuk kristal yang lebih murni, sehingga
kristalisasi sering dipilih sebagai salah satu cara pemurnian karena lebih ekonomis.
c. Evaporasi Adiabatis
Larutan dalam keadaan panas bila dimasukkan ke dalam ruang vacuum, maka
terjadi penguapan dengan sendirinya, karena tekanan totalnya menjadi lebih rendah
dari tekanan uap solvent pada suhu itu. Penguapan disertai penurunan suhu akan
membuat larutan mencapai kondisi supersaturasi.
d. Reaksi Kimia
Bila reaksi kimia dijalankan dalam fasa cair, konsentrasi solute produk reaksi
semakin lama akan semakin meningkat sehingga mencapai kondisi supersaturasi.
e. Penambahan Zat Lain
Penambahan zat lain yang dapat menurunkan kelarutan zat yang akan dikristalisasi,
misalnya larutan NaOH ditambah gliserol, maka kelarutan NaOH menjadi turun dan
mencapai kondisi supersaturasi.
Secondary Nukleus
1. Primary Nukleus
Proses pembentukan inti kristal ini dapat terjadi pada saat larutan telah mencapai
derajat supersaturasi yang cukup tinggi. Nukleasi primer dapat terjadi lewat dua
cara:
Homogen Nukleus
Nukleus di sini pembentukannya spontan pada larutan dengan supersaturasi
tinggi, artinya nukleus terbentuk karena penggabungan molekul-molekul
solute sendiri
Heterogen Nukleus
Pembentukan inti kristalnya masih dalam supersaturasi tinggi, namun dapat
dipercepat dengan adanya partikel-partikel asing seperti debu dan sebagainya.
Untuk sistem kontinyu seeding hanya sekali di saat start up sedang untuk sistem
batch seeding dilakukan tiap batch.
3. Pertumbuhan Kristal
Umumnya kristal yang berukuran > 100 mikron kecepatan tumbuhnya tidak
tergantung pada ukuran dan dapat dinyatakan dengan:
r = a (ΔC)b
di mana :
r : kecepatan tumbuhnya Kristal (mm/jam)
ΔC : derajat saturasi (mol/L)
a,b : konstanta
Derajat saturasi (ΔC) merupakan faktor terpenting dalam proses pertumbuhan
kristal. Larutan yang berderajat saturasi tinggi, perbedaan konsentrasi antara
permukaan kristal dengan permukaan akan tinggi sehingga kecepatan tumbuh
kristal juga semakin tinggi.
dengan:
Cs : konsentrasi saturasi (jenuh)
ΔC+ : Konsentrasi supersaturasi (lewat jenuh)
ΔC- : konsentrasi unsaturasi (belum jenuh)
CL1; CL1* menunjukkan pengaruh adanya pengadukan dalam larutan, sehingga
jarak difusi lebih pendek, sebaliknya CL2; CL2* menunjukkan tidak adanya
pengadukan sehingga jarak diffusi lebih jauh.
yang relatif lebih seragam ukurannya dibandingkan tipe MSMPR karena ada
mekanisme klasifikasinya.
dengan:
N : jumlah Kristal
D : diameter
dengan:
N : jumlah kristal
D : diameter
Untuk jenis MSMPR, kristal yang diperoleh mempunyai ukuran yang tidak
seragam sehingga diameter bervariasi mulai dari ukuran yang tidak terlihat sampai
diameter besar.
Jenis-Jenis Kristaliser
1. Oslo Surface Cooled Crystalizer
Kristaliser ini menggunakan sistem pendinginan dengan pendinginan feed (G)
di dalam cooler (H) untuk membuat larutan supersaturasinya. Kemudian larutan
supersaturasi ini dengan dikontakkan dengan suspensi kristal dalam ruangan suspensi
pada (E). Pada puncak ruang suspensi sebagian aliran larutan induk (D) dikeluarkan
untuk mengurangi jumlah inti kristal sekunder yang terlalu banyak terbentuk. Produk
slurry dikeluarkan dari bawah.
produk
ukuran tertentu yang karena beratnya sendiri dapat melawan gaya dorong keatas di
dalam elutriation leg.
Kristaliser ini juga dilengkapi dengan sistem sirkulasi larutan + inti kristal
keluar kristaliser untuk mengurangi jumlah inti kristal di dalam kristaliser. Inti kristal
yang berlebih ini akan larut kembali saat lewat HE karena pemanasan. Pengurangan
inti kristal ini dimaksudkan agar inti kristal berkurang karena kalau dibiarkan makin
lama makin banyak, akibatnya produk kristal cenderung semakin lama semakin
halus. Hal ini karena inti kristal membutuhkan solute untuk pertumbuhan
selanjutnya, sedangkan jumlah solute dalam feed yang masuk tetap, maka inti kristal
tidak cukup banyak mendapat solute untuk tumbuh jadi kristal yang lebih besar.
BAB 3
METODE PENELITIAN
termometer
slurry gas
9. Jalankan sistem kristalisasi ini sampai dicapai kondisi tunak (steady state), dengan
perkiraan dari start awal selama 3x waktu tinggal cairan di dalam kristaliser.
10. Sebelum tercapai kondisi tunak, kristal + cairan yang dikeluarkan tidak bisa dipakai
sebagai produk tetapi dikembalikan ke saturator tank lagi. Setelah tercapai kondisi
tunak. Kristal dan cairan dikeluarkan untuk jangka waktu tertentu misalnya 5 menit,
tampung dan saring kristalnya, keringkan kristalnya dengan diangin-anginkan.
(note: penyaringan kristal diupayakan saat larutannya belum mendingin agar
produk kristal tidak bertambah).
11. Ulangi langkah kerja di atas dari awal untuk masing-masing flowrate sehingga
diperoleh minimal 3 titik agar bisa dibuat grafik yang baik.
12. Timbang produk kristal, kemudian dilakukan analisa ayak untuk masing-masing
variasi flowrate.
13. Hitung berat 1 kristal untuk ukuran ayakan tertentu dengan mengasumsi kristalnya
berbentuk bola, kemudian hitunglah jumlah butir kristal yang ada dalam satu
ukuran ayakan.
14. Buat grafik kelarutan tawas dalam air sebagai fungsi suhu dengan data dari Perry.
15. Hitung derajat supersaturasi yang terjadi untuk masing-masing flowrate dengan
melihat data kelarutan tawas dari suhu saturator dan suhu kristaliser.
16. Buat grafik hubungan berat produk kristal versus derajat supersaturasi dan grafik
CSD untuk masing-masing variasi flowrate.
BAB 4
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Flowrate Dengan Massa Kristal
0,6
0,5 0,494
0,3 0,288
0,2 0,186
0,138
0,1
0,038
0
3,3 3,6 3,9 4,2 4,5 4,8
Flowrate (mL/s)
Dari gambar 4.1 diketahui bahwa semakin besar flowrate maka massa
kristal yang dihasilkan fluktuatif. Pada flowrate 3,3-3,6 mL/s massa kristal
yang dihasilkan mengalami kenaikan. Namun pada flowrate 3,9 mL/s
mengalami penurunan. Jumlah massa kristal yang dihasilkan pada flowrate 4,2-
4,5 mL/s mengalami kenaikan dan kemudian turun pada flowrate 4,8 mL/s.
Data yang didapat tidak sesuai persamaan .
Di mana adalah massa kristal (gr) berbanding lurus dengan Q
(flowrate). Seharusnya semakin besar flowrate (Q) maka semakin banyak pula
massa kristal yang didapat. Hal ini diakibatkan kaena suhu pada saturator tank
tidak stabil. Kontrol thermoregulator yang tidak optimal menyebabkan suhu
pada saturator tank tidak stabil. Suhu yang tidak stabil menyebabkan cairan
yang dipompa menjadi tidak jenuh lagi, sehingga massa kristal yang didapat
juga tidak stabil. Selain mengakibatkan suhu tidak stabil, kontrol suhu pada
tangki kristaliser yang tidak baik juga akan mengakibatkan menjadi tidak
stabil. Kondisi ini menyebabkan massa kristal yang dihasilkan menjadi
fluktuatif.
16
14
12
flowrate 3,3
10 ml/s
flowrate 3,6
ln N 8
ml/s
6 flowrate 3,9
ml/s
4 flowrate 4,2
ml/s
2
0
0,106 0,2 0,3375 0,601
Diameter rata-rata (mm)
Dilihat dari gambar 4.2 semakin besar diameter kristal semakin sedikit
massa kristalnya. Artinya diameter kristal berbanding terbalik dengan jumlah
kristal (N) seperti pada persamaan berikut:
kristal
=
D
kristal
0,8
0,6
0,4
0,2
0
3,3 3,6 3,9 4,2 4,5 4,8
Flowrate (mL/s)
Dari gambar 4.3 bahwa flowrate yang besar menghasilkan kristal yang
didominasi oleh diameter yang kecil 0,106 mm. Hal ini dikarenakan waktu
tinggal di tangki kristaliser yang singkat. Dan terlihat pula kecenderungan
flowrate semakin besar maka jumlah kristal dengan ukuran kecil semakin
banyak. Hal ini dikarenakan waktu tinggal yang singkat pada flowrate yang
besar, menyebabkan waktu pertumbuhan kristal semakin singkat, dan berakibat
pada ukuran kristal yang dihasilkan yaitu ukuran diameter kristal semakin
kecil.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Massa kristal yang didapat pada kenaikan flowrate tidak stabil, hal ini disebabkan
kontrol suhu dan kontrol thermoregulator yang tidak optimal.
2. Semakin besar diameter kristal massa kristal yang diperoleh semakin kecil karena
terbentuknya inti kristal sekunder.
3. Pada flowrate yang besar didapat kecenderungan jumlah kristal yang kecil lebih
banyak, hal ini dikarenakan waktu tinggal yang sebentar.
5.2 Saran
1. Larutan tawas harus benar-benar lewat jenuh.
2. Volume tangki kristaliser dijaga 5 L.
3. Flowrate dijaga tetap konstan.
4. Hati-hati dalam menggunakan thermoregulator.
DAFTAR PUSTAKA
Garside, J. and Daupus, R.J.. 1980. Chemical Engineering Common. 4:393. Mullin, J.W..
1972. Crystallization. 2nd. London: Butterworths.
Rusli, I.I., Larisan, M.A. and Garside, J. 1980. Chemical Engineering Process. P, Syn P.Ser,
193 vol 176.
Setyopratomo, Puguh, Siswanto, Wahyudi and Ilham, Heru Sugiyanto. 2003. Studi
Eksperimental Pemurnian Garam NaCl Dengan Cara Rekristalisasi. Unitas. Volume
11, No.2.
Tokyokura, K and Aoyama, Y.. 1982. Jace Design Manual series crystallization vol I. Osaka:
Jace I Research Centre.
Tokyokura, K and Aoyama, Y.. 1984. Jace Design Manual series crystallization vol III.
Osaka: Jace I Research Centre.
Tokyokura, K.. 1985. Industrial Crystallization. Amsterdam: North-Holland.
MATERI : KRISTALISASI
KELOMPOK : I / RABU
ANGGOTA : 1. ARINA HASBANA AHMAD (21030111120019)
2. GIVENI CHRISTINA SILAEN (21030111140155)
3. HUTOMO PRESANDITYAR (21030111130081)
4. MUTIA ANISSA MARSYA (21030111140160)
T saturator tank = ˚C
T kristaliser = ˚C
I. Densitas ( ) rata-rata
1. Pada flowrate 3,9 mL/s dan 4,2 mL/s
rata-rata = 1,0808 gr/mL
2. Pada flowrate 3,6 mL/s dan 4,5 mL/s
rata-rata = 1,087 gr/mL
3. Pada flowrate 3,3 mL/s dan 4,8 mL/s
rata-rata = 1,08 gr/mL
, ,
D = = , mm
,
D = = , mm
Diameter rata-rata
D D 3,3 mL/s 3,6 mL/s 3,9 mL/s
(mm) (mm) N ln N N ln N N ln N
>0,425 0,601 1059 6,96 1539 7,33 81 4,39
0,25-0,425 0,3375 5062 8,53 15090 9,62 460 6,13
0,15-0,25 0,2 30962 10,34 61526 11,02 4420 8,393
<0,15 0,106 460513 13,04 944614 13,76 22670 12,31
Abstrak
Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses
pemisahan yang efisien. Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi
adalah menghasilkan produk kristal dengan kualitas seperti yang
diharapkan. Kualitas kristal yang dihasilkan dapat ditentukan dari
parameter-parameter produk yaitu distribusi ukuran kristal),
kemurnian kristal dan bentuk kristal. Salah satu syarat terjadinya
kiristalisasi adalah terjadinya kondisi supersaturasi. Kondisi
supersaturasi adalah kondisi dimana konsentrasi larutan berada di
atas harga kelarutannya. Kondisi supersaturasi ini dapat dicapai
dengan cara penguapan, pendingin atau gabungan keduanya. Terdapat
dua phenomena penting pada proses kristalisasi yaitu pembentukan
inti kristal (nukleasi) dan pertumbuhan kristal (crystal growth ). Dari
penelitian didapatkan bahwa garam yang berasal dari tambak
mempunyai kandungan NaCl sebesar 88,38 %. Melalui proses
pencucian dan rekristalisasi maka kualitas garam tersebut dapat
ditingkatkan dengan meningkatnya kandungan NaCl hingga
99,01 %.
Kata kunci : crystallization, purification, sodiun chloride
PENDAHULUAN
Kristalisasi memegang peranan yang sangat penting dalam
industri kimia. Hal ini mengingat kurang lebih 70 % dari produk-produk
kimia dihasilkan dalam bentuk padatan/kristal. euntungan dari
menghasilkan produk dalam bentuk padatan antara lain adalah biaya
17
Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2
TEORI
Mekanisme kristalisasi
Kristalisasi dari larutan terdiri dari dua phenomena yang berbeda
: pembentukan inti kristal/nukleasi (nucleation) dan pertumbuhan kristal
(crystal growth). Baik nukleasi maupun pertumbuhan kristal memerlukan
kondisi supersaturasi dari larutannya. Supersaturasi didefinisikan sebagai
perbedaan antara konsentrasi aktual dalam larutan dan konsentrasi dimana
fasa cair secara termodinamik berkesetimbangan dengan fasa padat
(kelarutan).
18
Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam
19
Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2
Nukleasi (nucleation)
Nukleasi adalah terbentuknya inti kristal yang muncul dari
larutan. Teori nukleasi menyatakan bahwa ketika kelarutan dari larutan
telah dilewati (supersaturated), molekul-molekul mulai mengumpul dan
membentuk cluster. Cluster tersebut akhirnya akan mencapai ukuran
tertentu yang disebut critical cluster. Penambahan molekul lebih lanjut
ke critical cluster akan melahirkan inti kristal (nucleus). Untuk menjadi
inti kristal yang stabil maka cluster harus mempunyai ketahanan terhadap
kecenderungan unutk melarut kembali dan terorientasi pada lattice
tertentu. Klasifikasi nukleasi digambarkan dengan skema sebagai
berikut :
Nukleasi
Sekunder
Primer
(dipengaruhi oleh kristal)
Homogen Heterogen
(spontan) (dipengaruhi partikel asing)
20
Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam
dimana :
B : laju nukleasi
KN : konstanta laju nukleasi
∆C : supersaturasi (∆C = C – C* ; C* : kelarutan)
b : konstanta empiris (umumnya : 2 – 5)
dm
= kr ⋅ A ⋅ (Ci − C *) …………………….(3)
dt
di mana :
m : masa padatan yang terdeposit selama waktu t
C : konsentrasi solut dalam larutan
Ci :konsentrasi solut pada bidang antarfasa kristal-larutan
C* : konsentrasi jenuh kesetimbangan
kd : koefisien perpindahan massa difusi
kr : konstanta laju reaksi permukaan
21
Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2
Cb
C R Y S T A L
Cb - Ci = driving Konsentrasi
force untuk difusi
Ci
Ci - C* =driving force
untuk integrasi
C*
dm
= KG ⋅ A ⋅ (Cb − C *) ..…………………(4)
dt
di mana KG adalah koefisien laju pertumbuhan kristal overall, yang juga
dapat dituliskan dalam bentuk :
kd ⋅ kr
KG =
kd + kr …………………………...(5)
22
Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam
Pengotor (Impurities)
Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu
pengotor yang ada pada permukaan kristal dan pengotor yang ada di
dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaan kristal berasal dari
larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses
pemisahan padatan dari larutan induknya (retention liquid). Pengotor
pada permukaan kristal ini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian
.Cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai sifat dapat
melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu
cairan yang memenuhi sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal
yang akan dicuci,namun dapat juga dipakai pelarut pada umumnya yang
memenuhi kriteria tersebut. Adapun pengotor yang berada di dalam kristal
tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian. Salah satu cara untuk
menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah dengan jalan
rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian
mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi
dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotor
hanya bisa terbawa dalam kristal jika terorientasi secara bagus dalam
kisi kristal.
23
Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2
METODOLOGI
Pada penelitian ini garam yang akan dimurnikan didapat dari
tambak. Garam tambak tersebut mula-mula dicuci terlebih dahulu dengan
larutan jenuh garam NaCl. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk
memisahkan pengotor-pengotor yang ada pada permukaan kristal.
Selanjutnya dibuat larutan jenuh dari garam yang telah dicuci tersebut.
Larutan jenuh garam NaCl ini selanjutnya dipanaskan dari suhu kamar
sampai titik didihnya di dalam kristaliser batch dengan volume 1,5 liter.
Setelah mencapai titik didihnya pemanasan dilakukan terus sehingga
terjadi penguapan air dan kristalisasi garam dari larutan. Pemanasan
dilakukan dengan menggunakan oli pemanas yang berada di dalam jacket
kristaliser. Selama proses kristalisasi dilakukan pengadukan pada
kecepatan 300 – 500 rpm dan pencatana suhu larutan dari waktu ke
waktu. Pada akhir percobaan kristal yang terbentuk dipisahkan dari
larutan induknya dengan cara penyaringan. Kristal yang telah terpisahkan
selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan udara sekitar. Selanjutnya
dilakukan analisa kandungan pengotor (impurities) dari kristal yang sudah
kering tersebut dengan metode spektrofotometri dan titrasi
kompleksometri. Dari hasil analisa kandungan impurities ini selanjutnya
ditentukan kadar NaCl dalam garam. Pada tahap akhir dilakukan
pengayakan terhadap kristal yang sudah kering untuk mengetahui
distribusi ukuran kristal dan rata-rata ukuran kristal. Dari harga rata-
rata ukuran kristal ini dapat diketahui laju pertumbuhan kristalnya (crystal
growth rate).
24
Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam
tambak tercuci dan garam hasil rekristalisasi dapat dilihat pada Tabel-1
berikut :
JENIS GARAM % % % % %
NaCl MgCl2 MgSO4 CaSO4 Insoluble
Garam tambak 88,38 1,47 1,65 0,29 8,20
Garam tercucian 94,71 0,65 0,47 0,25 3,92
Garam kristalisasi 99,01 0,10 0,03 0,05 0,82
25
Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2
26
Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Pencucian berperanan cukup besar dalam meningkatkan kandungan
NaCl karena pencucian dapat menurunnkan kadar pengotor. Hal
ini menunjukkan bahwa cukup besar pengotor yang berada pada
permukaan garam yang diperleh langsung dari tambak
2. Dengan rekristalisasi kandungan pengotor dapat diturunkan lagi
sampai harga yang cukup kecil sehingga didapatkan garam dengan
kandungan NaCl mencapai 99,01 %.
3. Laju pertumbuhan pada kristalisasi garam NaCl tidak dikontrol oleh
tahap difusi.
DAFTAR PUSTAKA
De Haas, M.P., 1999. Eutectic Freeze Crystallization. experimental
research on the separation of acid KNO3-HNO3-H2O-solution
in a 15 liter Cooled Disc Column Crystallizer. Laboratory For
Process Equipment. TU Delft.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and Unit Operations, edisi
3, halaman 737-747. Prentice-Hall, Inc.
Industrial Crystallization and Precipitation Workshop.1998. The AJ
Parker Cooperative Research Centre for Hydrometallurgy and The
Technical University of Delft.
27
Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2
28
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
2. 16/12/2013 -EYD