Anda di halaman 1dari 17

ILMU UKUR TANAH

(PENGUKURAN JARAK DAN PENGUKURAN SIPAT DATAR)

OLEH :

KELOMPOK 3

ANGGOTA KELOMPOK :

1. NI PUTU LIA NITA RAHAYU (1761121096)


2. NI MADE ROSITA DEWI (1761121099)
3. IDA AYU MD SURYATI (1761121106)
4. MILKEDA WALELA (1761121112)
5. NIA PUTRI SULISTYANINGRUM (1761121122)
6. MARIA NAOMI CITRA R.M (1761121128)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR
1. Pengukuran Jarak

a. Pengukuran Jarak Langsung

Alat-alat utama dalam pengukuran jarak langsung, terdiri dari :

a.Pita ukur : alat ukur jarak yang material utamanya terbuat dari fiber, plastik, atau
campuran dari padanya.
b.Pegas ukur : material utama terbuat dari plat baja.
c.Rantai ukur :terbuat dari rantai baja.

Gambar 1.1 Alat Pengukuran Jarak Langsung

Alat-alat bantu, pengukuran jarak langsung antara lain Jalon atau anjir, Pen ukur, Unting-
unting, Water pas tangan , Prisma dan kaca sudut.

b.PengukuranJarak Langsung Pada Lapangan Datar

Pada pengukuran jarak Iangsung, dimana jaraknya tidak dapat diukur dengan satu kali
bentangan pita ukur, maka pelaksanaannya terdiri dari:
a. Pelurusan : menentukan titik-titik antara, sehingga terletak pada satu garis lurus (terletak
pada satu bidang vertikal)

Pelaksanaan pelurusan
1. Tancapkan jalon dititik A dan dititik B

2. Orang I berdiri dinelakang jalon di A, dan orang II dengan membawa jalon disekitarnya
titik a, dengan petunjuk orang I orang II bergeser kekanan/kekiri sampai dicapai orang II di
a, bahwa jalon di A di a dan jalon di B tampak jadi satu/ berimpit kemudian jalon di a
diganti dengan pen ukur. Demikian pada dilakukan dititik-titik b, c dan seterusnya.
B. Pengukuran Jarak.

Pelaksanaan Pengukuran Jarak.

1. Bentangkan pita ukur dari A ke a, skala 0 m diimpitkan pada titik A dan pada saat
skala pita ukur tepat dititik a, baca dan catat, misal terbaca d1 m.
2. lakukan hal yang sama antara a ke b, misal terbaca d2 m. demikian terus sampai ke
bentangan antara c ke b.
3. Jarak AB adalah penjumlahan dari jarak —jarak tadi; AB = di+d2+d3+d4.
4. Pengukuran jarak dilakukan dua kali, dari A dan B disebut pengukuran persegi
dan pengukuran pulang dari B ke A.
5. Jarak AB adalah jarak rerata pengukuran persegi dan pengukuran pulang
c. Pengukuran jarak yang terhalang

1. Bila titik A dan B terhalang kolam

2. Proyeksikan B pada C garis yang melalui A dititik C ukur jarak A/C dan jarak BC :
Jarak AB =AC2+BC2
3. Bila titik A dan B tepat di tepi bangunan

Gambar 1.2 A,B Ditepi Bangunan


Pelaksanaan pelurusan AB :

a. buat garis L1 lewat titik A, tentukan titik 1 lubangkan 1B sebagai garis m1.
b. Pada garis m1 tentukan titik 2 dan hubungkan A2 sehingga terbentuk garis 12 .
c. Tentukan titik 3 pada 12, hubungkan 3B sehingga terbentuk garis m2.
d. Pekerjaan tersebut dilakukan sampai didapat titik 5-4-B satu garis dan titik 4-5-A
satu garis berarti titik A-5-4-B satu garis lurus . Selanjutnya pengukuran AB
d. Pengukuran Jarak langsung pada lapangan miring.

a. Pelaksanaan pelunasan :
Pelaksaan pelunasan pada dasarnya sama saja dengan pelunasan pada lapangan datar misal
diukur jarak AB pada lapangan miring.

Gambar 1.3 Pengukuran Jarak Datar Pada Bidang Miring

b. Pelaksanaan pengukuran jarak di tanah miring :

1. Bentangkan pita ukur secara mendatar dari A ke atas titik a dengan perantaraan
nivo, gantungkan unting-unting diatas titik . Unting-unting yang menyinggung pita
ukur misal terbaca dim (lihat gambar)
2. Pekerjaan tersebut dilakukan oada penggal-penggal jarak ab, bc dan cb.
3. Pengukuran jarak dilakukan dari A dan B dan dari B ke A. dan hasil akhir adalah
harga rerata.
4. Bentangkan pita ukur secara mendatar dari A ke atas titik a dengan perantaraan
nivo, gantungkan unting-unting diatas titik a. Unting-unting yang menyinggung
pita ukur misal terbaca dim

Gambar 1.4 Pembacaan skala pita ukur dengan bantuan tali unting-unting.
e. Sumber Kesalahan Pada Pengukuran Jarak

Kesalahan jarak yang sering dilakukan ialah disebabkan para pengukur


jarak merentangkan pita ukurnya kurang tegang, sehingga terdapat kesalahan
pengukuran jarak. Ada pun sumber kesalahan pada pengukuran jarak dengan pita
ukur yaitu :

1. Galat Instrumen
a. Panjang pita yang tidak benar, disebabkan karena cacat produksi dari pabrikan
atau karena puntiran
2. Galat Alamiah
a. Pengaruh sinar matahari langsung sehingga pita ukur memuai
b. Pengaruh lengkung bumi
3. Galat Manusi/Pengukur
a. Pembacaan angka atau interpolasi yang tidak tepat
b. Kesalahan memadai , seperti pengukuran tidak dimulai dari tiik 0
c. Kesalahan dalam memperlakukan peralatan, seperti pemasangan unting – uting
tidak benar, pita ukur tidak horizontal, kesalahan dalam dalam penarikan pita
ukur.

Pelurusan yang tidak benar , sehingga jarak tidak diukur pada garis lurus.

2. Pengukuran Sipat Datar

A. Prinsip Penentuan Beda Tinggi Dengan Sipat Datar.

Pengukuran menyipat datar fungsinya untuk menentukan beda tinggi antara


titik-titik pada permukaan bumi. Sebagai acuan penentuan tinggi titik-titik
digunakan muka air laut rata-rata (MSL) atau tinggi lokal.Semuanya dapat diukur
ketinggiannya dengan sebuah penggaris dari dasar lantai. Lantai dapat di sebut
sebagai datum, dimana ketinggian benda di atasnya dideferensikan. Dalam
hubungan ini Levelling dapat di definisikan sebagai suatu metoda untuk
menggambarkan ketinggian benda secara relatif terhadap lantai (datum)
sebagaireferensi. Levelling dilakukan dengan bantuan alat ukur sipat datar dan
satu bak ukur contohya seperti gambar dibawah ini
Gambar 2.1 Prinsip Sipat Datar

Tinggi titik A = 1.500 – 0.750 = 0.750 diatas datum

Tinggi titik B = 0.00 m (datum)

Tinggi titik C = 1.500 – 1.050 = 0.450 m diatas datum

Datum merupakan bidang mendatar yang melawati titik B. Istilah geodesi datum
ketinggian yang digunakan adalah berupa tinggi permukaan airlaut rata-rata
(mean sea level). Berdasarkan datum tersebut dapat dikembangkan jaringan
levelling, sebagai titik kontrol ketinggian yang biasanya di sebut Bench Mak
(BM)Pengukuran menyipat datar mempunyai maksud untuk menentukan beda
tinggi antara titik-titik pada permukaan bumi. Sebagai acuan terhadap penentuan
tinggi titik-titik tersebut di gunakan muka air laut rata-rata (MSL) atau tinggi
local

B. Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Sederhana


Bagian – bagianya pengkuran beda tinggi dari alat sederhana

• Unting-Unting dan segitiga Kayu


berupa sebuah segitiga yang terbuat dari kayu, yang bertiang tengah vertikal
dipasang unting-unting dan di ujung bawah batang horisontal dibuat lukisan
segitiga. Bila unting-unting tepat di atas lukisan segitiga bidang permukaan
dimana alat tersebut diletakkan, berarti bidang tersebut datar.

• Waterpas tabung
Tabung ini dihubungkan satu sama yang lain dengan selang karet. Kedua tabung
diisi air hingga penuh dimana masing-masing memiliki sumbatnya, bila dibuka
maka air akan berjalan dan lama-lama tenang sampai membentuk garis mendatar
diantara keduanya.Syarat utamanya tidak boleh adanya gelembung udara di dalam
selang.

Gambar 1.6 Unting Unting Segitiga Kayu Dan Waterpass Tabung

• Waterpass
Waterpass terbuat dari batang kayu atau baja yang di dalamnya dipasang
sebuah nivo. Nivo adalah tabung kaca yang diisi dengan zat cair dan kedua
ujungnya tertutup. Gelembung selalu akan bergerak ke arah yang lebih tinggi.
Waterpass akan berada pada keadaan seimbang bila gelembung yang ada di
dalam nivo berada di tengah garis. Syarat alat ini adalah gelembung harus
ditengah-tengah dan waterpass harus bersih agar gelembungnya terlihat jelas.

Gambar 2.2 Waterpass

Prinsip kerjanya adalah bagian atas dari suatu zat cair akan selalu berada dalam
keadaan mendatar. Prinsip ini hamper sama dengan prinsip bejana
berhubungan yaitu bila air tenang, makapermukaan sudah datar. Beda tinggi
pada pengukuran antara dua titik hitung dengan cara :
Gambar 2.3 Pengukuran Beda Tinggi Dengan Mistar

Berfungsi untuk mengkur sudut kemiringan. Syaratnya bahwa saat membidik


obyek gelembung nivo selalu berada di tengah – tengah. Salah satu yang paling
umum di gunakan adalah Abney level. Syarat – syarat alat ini :

Gambar 2.4 Pengukuran Kemiringan Sudut

a. Gelebung harus di tengah – tengah


b. Jalon/rambu harus tegak lurus
c. Jaraknya tidak terlalu jauh
C. Metode Pengukuran Sipat Datar :
a. Metode beda tinggi
Maksud pengkuran dengan metode beda tinggi adalah menghitung elevasi/tinngi
titik dengan menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila beda tinggi ∆h diketahui
antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik
B letaknya lebih tinggi dari pada titik A, maka tinggi titik B(Hb) adalah

Hb = Ha + ∆h

Definisi dari beda tinggi antara dua titik yaitu, titik A dan titik B adalah jarak
antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. umumnya bidang nivo adalah
bidang yang lengsung tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua
bidang nivo yang melalui titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang
mendatar.

Gambar 2.5 Pengukuran Beda Tinggi


Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu :
 Dengan cara barometris
 Dengan cara trigonometric
 Dengan cara pengukuran menyipat datar

Ketiga cara ini disusun sedemikian, hingga ketelitian dari atas kebawah akan
menjadi besar. Cara yang member ketelitian yang terbesar adalah cara ketiga
dengan pengukuran menyipat datar.

b. Metode Tinggi Garis Bidik (TGB)


Cara lain untung menghitung tinggi titik adalah dengan cara reduksi garis bidik
atau menentukan tinggi garis bidik. Garis bidik dapat didefinisikan sebagai suatu
garis yang menghubungkan pusat optis dari obyektif dengan tengah-tengah
diafragma, bila teleskop diputar maka akan terbentuk suatu bidang kolimasi
(bidikan).
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa alat berada diantara titik A dan titik B,
maka tinggi garis bidik (tgb) adalah tinggi titik pada pembacaan benang tengah
titik A yaitu b-pembacaan benang tengah belakang (dititik A) ditambahkan dengan
elevasi titik A(HA) atau dapat ditulis dengan rumus :

Tgb = HA + b

Jika pembacaan benang tengah di titik B adalah m (muka), maka elevasi/tinggi B


adalah
HB = tgb - m

D. Alat Sipat Datar dan Syarat Penggunaannya

1. Dumpy Level
Syarat penggunaan :
a. Garis bidik tegak lurus pada sumbu ke satu
b. Garis arah nivo sejajar garis bidik
c. Garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu ke satu
2. Tilting Level
Syarat penggunaan :
a. Dudukan alat. Bagian ini sesungguhnya adalah sama dengan kesatuan dari tiga
bagian utama yang terdapat pada Dumpy level, yaitu landasan statip, sekrup
penyetel, dan tribrach. Pada bagian ini alat tersebut dapat berputar terhadap
sumbu vertikal alat. Yaitu dengan tersedianya bola dan soket diantara landasan
statip dan tribrach tersebut.
b. Teropong. Teropong yang terdapat pada alat ukur ini sama dengan pada alat
ukur dumpy level ataupun teropong pada umumnya.
c. Nivo. Demikian pula nivo yang terletak diatas teropong tersebut mempunyai
fungsi yang sama dengan yang terdapat pada alat lainnya.
3. Automatic Level
Syarat penggunaan :
a. Terdapat nivo, karena digunakan sebagai system pengaturan
b. Garis nivo sejajar dengan bidikan(garis bidik)
E. Teknik Pengukuran Dan Perhitungan Beda Tinggi
a. Cara pertama : menempatkan
alat penyipat datar di salah satu titik,
missal di titik b seperti gambar .
mengukur tinggi garis bidik J yaitu jarak
titik B sampai tengah teropong. Pembacaan rambu ukur di titik A misalkan R.Maka
rumus beda tinggi h=R-J
b. Cara kedua :menempatkan
alat penyipat datar diantara dua titik
, jarak alat penyipat datar kedua
rambu masing masing hamper sama
tanpa memperhatika alat penyipat
datar diletakan pada garis lurus antara dua titik. Pada titik A dicari nilai R (pembacca
belakang), tanpa mengubah alat penyipat datarnya , kit abaca nilai V (pembacaan
muka) pada mistar di titik b , dimana hasil penelitian cara kedua ini mempunyai hasil
paling teliti. Rumus beda tinggi h = R – V
c.Cara ketiga : seperti pada gambar,
penempatan alat penyipat datar
diletakan sebelah kanan titik B ,
pembaca rambu ukur(R) dititik Adan
pembacaan muka (V) dititik B . Rumus
beda tinggi : h = R – V

F. Profil Memanjang Dan Melintang


a. Profil memanjang
Jarak dan beda tinggi titik titik diatas permukaan bumi didapatkan irisan tegak
lapangan yang disebut profil memanjang pada sumbu proyek ,yang digunakan untuk
membuat jarak kereta api , saluran air, pipa air minum. Beberapa ketentuan yang
diperlukan dalam pekerjan lapangan antara lain :
- Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tengah dari daerah pemetaan dan
dilakukan pada setiap perubahan yang dapat di permukaan tanah
- Diperlukan juga data jarak dari pita ukur (jarak ukur )
- Untuk membuat garis seksi yang lurus diperlukan bantuan pengukuran dengan
theodolit
Contoh gambar pengukuran :

Gambar 2.6 Pengukuran Profil Memanjang

b. Profil melintang
Profil melintang dibuat untuk menentukan tinggi titik titik detail dengan pertolongan
tinggi garis bidik . pengukuran profil melintang dilakukan dengan cara :
- Cara pertama : Dilakukan setting dari garis potongan melintang dengan bantuan
prisma sehingga garis tegak lurus terhadap arah datang dari potongan melintang.
Jika titik ikat mengalami pembelokan maka diperlukan dua buah potongan
melintang, yang tegak lurus arah datang dan arah belokan . Lalu dilakukan
pengukuran beda tinggi di setiap perubahan yang dianggap perlu di garis
potongan dengan bertitik awal tinggi pada titik ikat yang dibuat oleh profil
memanjang . dilakukan juga pengukuran jarak dengan pita ukur agar
mendapatkan gambar yang baik.

Gambar 2.7 Pengukuran Profil Melintang Dengan Pita Ukur

- Cara kedua : dilakuakan setting dari arah tengah antara dua titik profil
memanjang selanjutnya membidik kerah titik ikat dan ketitik titikarah melintang
yang telah diukur jaraknya dan tegak lurus terhadap profil memanjang.
-
Gambar 2.8 Pengukuran Profil Melintang
Lakukan juga pada titik titik untuk menentukan profil melintang .
G. Sumber Kesalahan Pada Pengukuran Beda Tinggi

Sumber Kesalahan Pengukuran Penyipat Datar

A. Bersumber dari alat ukur, antara lain :


1. Garis bidik tidak sejajar garis arah nivo
Pengaruh kesalahan ini dapat dihilangkan dengan cara :
a. Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua titik yang diukur.
b. Dengan penempatan pesawat (pengaturan) statip sedemikian rupa sehingga jarak
pembacaan belakang sama dengan jarak pembacaan muka.
2. Kesalahan titik nol rambu
3. Rambu tidak benar benar vertical
4. Penyinaran pada alat juru ukur

B. Bersumber dari juru ukur


1. Kurang paham pembacaan rambu
2. Mata lelah
3. Kondisi fisik melemah
4. Pendengaran kurang

C. Bersumber dari alam


1. Kelengkungan permukaan bumi
2. Refraksi sinar
3. Undulasi
4. Kondisi tanah tidak stabil

Adapun sumber-sumber kesalahan pada waterpassing memanjang adalah

1. Kesalahan karena alat

a. Kesalahan karena garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo.

Pengaruh kesalahan ini dapat dihilangkan dengan cara :

 Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua titik yang diukur.


 Dengan penempatan pesawat (pengaturan) statip sedemikian rupa sehingga
jarak pembacaan belakang sama dengan jarak pembacaan muka.

b. Kesalahan karena garis nol mistar

 Hanya memakai satu mistar saja


 Pengaturan setup sedemikian rupa sehingga untuk pengukuran itu dilakukan setup
yang genap.

c. Kesalahan karena letak mistar turun sementara dilakukan pengukuran.

Hal ini bisa terjadi bila tempat berpijaknya mistar melesak ke dalam tanah (tanah
lembek).Pengaruh ini dapat diatasi dengan cara :

 Memakai landasan mistar yang ditanam kuat-kuat dalam tanah.


 Tidak menempatkan mistar di atas titik yang lembek.

d. Kesalahan karena garis bidik turun sementara dilakukan pengukuran.

Hal ini terjadi bila statip kurang kuat tertanam di dalam tanah. Pengaruh ini dapat dihindari
dengan jalan :

 Tancapkan kaki statip kuat-kuat ke dalam tanah.


 Jangan menempatkan di tempat yang lembek atau beraspal.

2. Kesalahan karena kondisi alam

a. Kesalahan karena kurang teliti dalam membaca mistar


Hal ini mengakibatkan melengkungnya bidang nivo beda tinggi antara dua titik adalah
jarak dua bidang nivo yang melalui dua titik tersebut. Kesalahan ini dapat dihindari dengan
cara menempatkan pesawat tepat di tengah-tengah antara dua titik yang diukur.

b. Melengkungnya sinar.

Kesalahan pelengkungan sinar ada dua jenis yaitu penambahan refraksi pagi hari dan
pengukuran refraksi sore hari serta perbedaan refraksi pada pembacaan rambu muka dan
rambu belakang, sebagai akibat perbedaan suhu yang mengakibatkan waterpassing dengan
rambu tidak vertikal. Adapun cara mengatasi kesalahan ini adalah dengan jalan sebagai
berikut :

 Waterpassing pergi dilaksanakan pada pagi hari dan waterpassing pulang dilakukan
pada sore hari.
 Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua titik yang akan diukur.

c. Kesalahan karena getaran udara (ondulasi).

Bila suhu lingkungan tinggi, maka terjadilah pemindahan udara panas dari permukaan
bumi ke atas.Akibatnya bayangan mistar menjadi kabur, sehingga bacaan mistar kurang
teliti. Untuk itu maka hendaklah :

 Memperpendek jarak antar slag


 Menghentikan kegiatan pengukuran

d. Kesalahan karena perubahan garis arah nivo.

Terjadi bila kerangka nivo terkena panas sinar matahari yang mengakibatkan pemuaian,
sehingga garis arah nivo tidak lagi sejajar garis bidik. Untuk menghindari terjadinya hal
tersebut, maka pesawat harus dilindungi dengan menggunakan payung dalam setiap kali
melakukan kegiatan pengukuran.

3. Kesalahan dari si pengamat

Kesalahan yang mungkin terjadi adalah :

 Kesalahan pada pembacaan benang karena kelelahan mata.


 Kurang cermat dalam perkiraan pembacaan rambu yang memiliki ketelitian hingga
milimeter (mm).
 Kurangnya pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan pengukuran tanah.
Daftar Pustaka

1. Heinz frick.,1985. “Ilmu Dan Alat Ukur Tanah”, Kanisius, Yogya


2. Hamzah Yusuf dan Hasman Halim,2014,Buku Ajaran Survey dan
Pemetaan,Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai