Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Oleh : Fitri Ma’rifatul Hidayah


1631410042

Dasar pemisahan secara kromatografi gas adalah penyebaran cuplikan antara dua fase.
Salah satu fase adalah fase diam yang dipermukaannya relatif luas dan fase gas yang
menelusi fase diam. Pada praktikum kali ini, kami menggunakan GC dengan suhu oven yang
berubah-ubah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui suhu mana yang cocok untuk sampel yang
kami gunakan. Setelah mendapatkan suhu yang cocok, kami mengganti sampel dengan
menggunakan Etanol dan Toluena.
Sampel yang digunakan ada 5, dan 2 sampel yaitu Ethanol dan Toluena. Penentuan
fraksi massa masing-masing dilihat dari persen area. Pada GC, digunakan detector FID
(Flame Ionization Detector). Pada prinsipnya gas efuen dari kolom di campur dengan N2 (g)

dan dibakar dengan O2.


Pada sampel 1, dengan mengatur suhu oven sebesar 175°C, di dapatkan 6 pick.
Dengan pick 3 bergabung dengan pick 4. Hal ini disebabkan oleh titik didih yan berdekatan,
sehingga pick 3 dan pick 4 bergabung. Pada sampel 2, dengan suhu oven sebesar 150°C, di
dapatkan 6 pick juga. Tetapi pick 3 dengan pick 4 masih tetap bergabung. Dilanjutkan pada
sampel 3, dengan menggunakan suhu oven sebesar 125°C, di dapatkan 6 pick juga. Tetapi
pada suhu 125°C, pick 3 dan pick 4 sudah mulai menunjukkan perubahan. Lalu pada sampel
4, dengan suhu oven 100°C, di dapatkan 6 pick juga. Tetapi pada pick 3 dan pick 4 sudah
tidak bergabung lagi. Pick 3 dan pick 4 sudah lepas. Hal ini disebabkan oleh, penurunan suhu
oven, dan titik didih yang sudah tidak berdekatan lagi. Selanjutnya sampel 5, dengan suhu
oven 75°C, di dapatkan 5 pick, dengan jarak setiap pick yang cukup jauh.
Untuk pengujian, kami memilih 2 sampel yaitu : Toluena dan Ethanol. Dan kami
memilih oven dengan suhu 100°C. Karena pada saat suhu oven 100°C di dapatkan grafik
yang paling bagus. Pada sampel Toluena dengan suhu oven 100°C, di dapatkan 2 pick.
Menurut literatur Toluena memiliki 2 pick. Pada pick 1 merupakan Ethanol. Ethanol lebih
cepat keluar karena di sebabkan oleh kepolarannya. Sedangkan pick 2 adalah Toluena. Pada
sampel sengaja di tambahkan Ethanol, sebab Toluena merupakan senyawa non polar,
sehingga di tambahkan Ethanol yang berfungsi sebagai solvent.
Sedangkan pada sampel Ethanol dengan menggunakan suhu oven 100°C, didapatkan
3 pick. Menurut literature Ethanol ada 1 pick, sedangkan di percobaan kami Ethanol memiliki
3 pick. Pick yang menunjukkan ethanol adalah pick yang ke 2. Sedangkan untuk pick nomor
3 itu merupakan Heptana. Sedangkan pick ke 1 kemungkinan zat zat lain. Hal ini terjadi
kemungkinan dari suntikan atau pipet yang tercampur oleh zat lain , sehingga yang terpisah
ada zat-zat lain.

Anda mungkin juga menyukai