Tujuan Dari Lembaran Ini Adalah Untuk Menarik Perhatian Yang Serius Terdahap Kasus Penyakit FATAL HAEMMORHAGIC Yang Disebabkan Oleh Jenis Herpesvirus Endotheliotropic Gajah 5
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan2 halaman
Tujuan Dari Lembaran Ini Adalah Untuk Menarik Perhatian Yang Serius Terdahap Kasus Penyakit FATAL HAEMMORHAGIC Yang Disebabkan Oleh Jenis Herpesvirus Endotheliotropic Gajah 5
Tujuan dari lembaran ini adalah untuk menarik perhatian yang serius terdahap
kasus penyakit FATAL HAEMMORHAGIC yang disebabkan oleh jenis herpesvirus
endotheliotropic gajah 5 (EEHV-5) yang menginfeksi tawanan gajah Asia (Elephas maximus),berikut sebagai pendahuluan dan untuk laporan lebih rinci mengenai klinis dan temuan patologis (masih dalam persiapan) Hewan yang terkena infeksi ialah gajah Asia yang berusia 20 bulan yang lahir dan hidup pada tempat koleksi di Inggris di dalam kawanan empat gajah betina dewasa Asia lainnya . Infeksi Ini berkembang dengan cepat dan bertahap yang ditandai dengan adanya edema yang parah, hemoragi membran mukosa dan sianosis. Treatmen diberikan berdasarkan anjuran , untuk antiviral yang luas dan terapi suportif termasuk drainase perikardial efusi berdasarkan pada pemeriksaan ultrasonografi. Terlepas dari semua upaya, kesehatan hewan yang semakin memburuk akan di euthanasia. Pengamatan pada postmortem konsisten dengan hasil sebelumnya dimana pada kasus EEHV yang fatal ditandai dengan adanya edema dan multiorgan haemorrhages (Gambar 1). Pada histologi, tipikal badan inklusi intraendothelial herpesviral terdapat di jantung , hati, adrenal kelenjar dan paru-paru, konsisten dengan diagnosis infeksi EEHV akut. Kehadiran asam nukleat EEHV-5 pada awalnya terdeteksi pada AHVLA- Weybridge, menggunakan keduanya metode PCR yang tidak dipublikasikan da di publikasikan, dan hasilnya juga dikonfirmasi oleh National Elephant Herpesvirus Laboratory (Latimer and others 2011). Kedua laboratorium mengurutkan beberapa gen fragmen yang konsisten dengan EEHV-5 (Latimer dkk. 2011). Semua sampel diuji negatif untuk EEHV-1 menggunakan PCR TaqMan realtime, real time PCR menggunakan Sybr Green dan konvensional EEHV-1 PCR (Stanton dan lainnya 2010, Latimer dan lainnya 2011, Hardman dan lainnya 2012). Virus herpes pada gajah pertama kali deskripsikan tahun 1971 pada nodul paru gajah Afrika (Loxodonta africana) (McCully dkk. 1971). Pada tahun 1995, Pengerjaan molekuler yang lebih lanjut menempatkan virus ini pada subfamili Betaherpesvirinae (Richman dan lain- lain 1999). Saat ini, terdapat tujuh endotheliotropic gajah yang berbeda betaherpesviruses (EEHVs) dan enam gammaherpesviruses gajah (EGHVs) yang telah terdeteksi dan diklasifikasikan (Wellehan dan lain-lain 2008, Latimer dan lainnya 2011). Penyakit akut yang disebabkan EEHV ini telah menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan populasi tawanan gajah dan gajar liar di seluruh dunia dan retrospektif studi menunjukkan bahwa, sejauh ini, lebih dari 80 kasus yang dikonfirmasi dari korban EEHV terjadi di seluruh dunia (Reid dan lainnya 2006, Latimer dan lainnya 2011). EEHV-1 is the most commonly detected subtype in Asian elephants with mortality of 85 per cent, but studies to date have revealed that EEHV-2, -3 and -4 may also result in fatal haemorrhagic disease in African (EEHV-2) (Richman and others 1999) and Asian elephants (EEHV-3 and -4) (Garner and others 2009, Latimer and others 2011). Until now, all cases confirmed within UK collections were attributable to EEHV-1 strains. To the authors’ knowledge, there has previously been no evidence of EEHV-5 having been associated with fatality in either elephant species worldwide. EEHV-5 was first detected in a 59-year- old wild-born female Asian elephant in 2007 during routine examination of whole blood and a recent case report describes sequential EEHV-5 infections of Asian elephants within a zoo herd in the USA. None of the affected animals presented with serious disease (Latimer and others 2011, Atkins and others 2012). To date, EEHV-5 has not been detected in any of the other elephants housed with the group of the current case. In the absence of effective treatment or vaccination, further EEHV fatalities in will occur both in captivity andin the wild. Coordinated efforts between zoo stakeholders, government bodies and charitable funding bodies will be required to fund research in order to establish effective control measures and to develop a vaccine. EEHV-5 must be added to the list of known EEHV subtypes capable of causing fatal disease, and thus be included in diagnostic testing of individual fatalities, routine screening and epidemiological studies ofcaptive elephant populations as a whole.