Anda di halaman 1dari 36

REFERAT

FOTO ABDOMEN 3 POSISI

Pembimbing :
dr. Caecilia, Sp. Rad

Disusun oleh:
1. Indira Wulandari (030.09.120)
2. Aristya Nur F. (030.12.033)
3. Putri Milawati (030.12.214)
4. Brent (030.13.041)

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 18 FEBRUARI 2018 – 26 MARET 2018
JAKARTA, FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu
besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah referat yang
berjudul foto abdomen polos 3 posisipneum pada kepaniteraan klinik Radiologi
Rumah Sakit TNI Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. Caecilia, Sp. Rad selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya sehingga makalah referat ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap makalah referat ini dapat menambah pengetahuan dan
memahami lebih lanjut mengenai foto abdomen 3 posisi dan salah satunya untuk
memenuhi tugas yang diberikan pada kepaniteraan klinik di Rumah Sakit TNI
Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah referat ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.

Jakarta , Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


BAB II PEMBAHAS ..............................................................................................2
2.1 Definisi Foto Polos Abdomen .................................................................2
2.2 Anatomi Abdomen...................................................................................2
2.3 Indikasi ...................................................................................................7
2.4 Teknik Pemeriksaan.................................................................................7
2.5 Interpertasi pemeriksaan ........................................................................12
2.5 Gambaran Radiologi Patologis ..............................................................17
BAB III KESIMPULAN ......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................31

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Usus .........................................................................................3


Gambar 2. Anatomi Usus Besar ............................................................................................. 4
Gambar 3. Letak apendiks ..................................................................................................... 5
Gambar 4. Traktus Urinarius ............................................................................................... 6
Gambar 5. Posisi Supine, proyeksi AP ............................................................................. 8
Gambar 6. Gambaran radiografi normal posisi supine proyeksi AP .................... 8
Gambar 7. Posisi Erect, Posisi AP ........................................................................ 10
Gambar 8. Gambaran radiografi normal posisi erect, proyeksi AP ...................... 10
Gambar 9. Posisi LLD, Proyeksi AP .................................................................... 12
Gambar 10. Gambaran radiografi normal posisi LLD, proyeksi AP .................... 12
Gambar 11. Foto Abdomen Supine pada wanita 55 tahun.................................... 14
Gambar 12. Foto abdomen erect normal wanita ................................................... 16
Gambar 13. Foto lateral decubitus kiri yang menunjukkan gambaran obstruksi
pada usus ............................................................................................................... 17
Gambar 14. Gambaran distensi usus dan herring bone appearance pada ileus
obstruktif letak tinggi ............................................................................................ 18
Gambar 15. Gambaran step ladder appearance pada ileus obstruktif letak tinggi 18
Gambar 16. Gambaran distensi usus pada ileus obstruktif letak rendah ............... 19
Gambar 17. Gambaran step ladder appearence ileus obstruktif letak rendah ....... 19
Gambar 18. Gambaran step ladder appearance pada ileus paralitik ..................... 20
Gambar 19. Gambaran distensi seluruh usus pada ileus paralitik ......................... 20
Gambar 20. Riggler’s sign pada pneumoperitoneum ............................................ 21
Gambar 21. Tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di kuadran
kanan atas oleh udara bebas .................................................................................. 22
Gambar 22. Gambaran udara bebas subdiafragma pada pneumoperitoneum ....... 22
Gambar 23. Gambaran radioopak pada pelvicalices ginjal (Staghorn stone) ....... 23
Gambar 24. Gambaran radioopak pada ureter (batu ureter).................................. 24
Gambar 25. Gambaran radioopak pada vesica urinaria (batu buli-buli) ............... 24
Gambar 26. Gambaran radioopak pada kandung empedu (batu empedu) ............ 25

iv
Gambar 27. Gambaran kalsifikasi pancreas .......................................................... 25
Gambar 28. Gambaran kalsifikasi kelenjar limfe mesenterika ............................. 26
Gambar 29. Gambaran ground glass appearance pada ascites .............................. 27
Gambar 30. Gambaran psoas line kanan yang menghilang .................................. 28
Gambar 31. Gambaran appendicolith mengalami kalsifikasi pada apendisitis ..... 29

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg,


Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu
melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Kemudian ditemukanlah sinar yang
disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar
tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.
Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena
ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia
yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Di
Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang radiologi masih
banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah.
Pada keadaan penyakit yang berhubungan dengan abdomen (traktus
gastrointestinal maupun traktus urinarius), pemeriksaan fisik saja tidak cukup
dalam menunjang diagnosa, dan untuk memastikannya dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis. Pada pemeriksaan radiologis
untuk pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dengan berbagai teknik pengambilan
foto, antara lain foto polos abdomen, foto abdomen 3 posisi, USG abdomen,
tomografi komputerisasi, maupun dengan menggunakan media kontras seperti
colon in loop maupun IVP. Hal pemeriksaan radiologis abdomen yang paling
mendasar dan paling mudah adalah teknik pemeriksaan foto polos abdomen.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Foto abdomen 3 posisi merupakan prosedur pemeriksaan radiografi tanpa
kontras pada daerah abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang
terjadi pada traktus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi
pemotretan yaitu posisi supine, posisi erect dan posisi left lateral decubitus (LLD)
1. Tiduran terlentang, sinar dari arah vertical dengan proyeksi antero-posterior
(AP).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri, kalau memungkinkan, dengan
sinar horizontal, proyeksi AP.
Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus), dengan sinar horizontal
proyeksi AP.1

2.2 Anatomi
Usus Halus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus
halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi
bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8
cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai
menjadi sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum.
Pembagian ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan
yang relatif lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi.

2
Gambar 1. Anatomi Usus

Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada


jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu
pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus
esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini
berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima
dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum.
Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum
cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada
juncture denojejunalis dan ileum berakhir pada juncture ileocaecalis. Lekukan-
lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai
messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai
peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke
bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio
sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya
cabangcabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum
yang membentuk messenterium.2

3
Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5
kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus
besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar
6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum,
kolon dan rektum.
Pada sekum terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada
ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar.
Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum.

Gambar 2. Anatomi Usus Besar

Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan


sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus
kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati,
kolon ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura
hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari
fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.
Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,
membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

4
descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid
merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis
dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum.
Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan
oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan
menembus dasar pelvis. Disini rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan
perineum.2

Apendiks
Apendiks merupakan organ digestif yang terletak pada rongga abdomen
bagian kanan bawah. Apendiks berbentuk tabung dengan panjang kisaran 10 cm
dan berpangkal utama di sekum. Apendiks memiliki beberapa kemungkinan posisi,
yang didasarkan pada letak terhadap struktur-struktur sekitarnya, seperti sekum dan
ileum.3

Gambar 3. Letak apendiks

5
Traktus Urinarius
Ginjal merupakan organ berwarna coklat kemerahan seperti kacang merah
yang terletak tinggi pada dinding posterior abdomen, berjumlah sebanyak dua buah
dimana masing-masing terletak dikanan dan kiri columna vertebralis. Kedua ginjal
terletak di retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing disisi kanan dan
kiri columna vertebralis setinggi vertebra torakal 12 sampai vertebra lumbal tiga.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dari pada ginjal kiri karena besarnya lobus
hati kanan. Tepi atas ginjal kiri berada setinggi columna vertebrathorakal 11-12,
tepi bawah ginjal kanan berada setinggi columna vertebra lumbal 3. Panjang ginjal
10-12cm, lebar 5-7cm dan tebal ±5cm.

Gambar 4.Traktus Urinarius

Ureter merupakan 2 saluran yang membawa urine dari ginjal ke vesika


urinaria, dengan panjang 25-30cm. Terdapat 3 penyempitan ureter yaitu: pelvic-
ureteric junction, saat ureter menyilang arteri iliaca komunis (saat melewati pinggir
panggul) dan uretero-vesico junction.
Vesika urinaria pada laki-laki terletak antara simfisis pubis dan rektum,
sedangkan pada perempuan terletak agak dibawah uterus dan di depan vagina.
Uretra merupakan saluran akhir traktus urinarius. Pada laki-laki dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu untuk uretra posterior (pars prostatika dan pars

6
membranasea) dan uretra anterior (pars bulbosa, pars pendulare dan fosa
navikulare) dengan panjang ±20cm. Pada wanita, panjang uretra ±3,5cm.4

2.3 Indikasi
Foto abdomen dilakukan bagi penderita-penderita yang secara klinis
mencurigakan adanya keadaan-keadaan sebagai berikut:
 Obstruksi usus (ileus) atau ileus paralitik
 Perforasi organ intra-abdominal
 Nyeri renal atau bilier dengan kolik yang khas
 Perdarahan Intra-abdominal

2.4 Teknik Pemeriksaan


Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset
dan film ukuran 35 x 43 cm.
Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior (AP).
 Tujuan proyeksi ini adalah, untuk menampakkan adanya gambaran
distribusi udara dalam usus dan kemungkinan adanya distensi usus
(pelebaran usus).
 Penderita diminta untuk melepaskan pakaian dan perhiasan untuk
menghindari terjadinya artefak pada film dan memakai perlindungan
untuk daerah gonad, terutama untuk pria
 Pasien tidur terlentang, lengan pasien diletakkkan di samping tubuh,
garis tengah badan terletak tepat pada garis tengah pemeriksaan, kedua
tungkai ekstensi.
 Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan batas tepi
bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan bahu. Pusat
sinar pada bagian tengah film dengan jarak minimal 102 cm.

7
Gambar 5. Posisi Supine, proyeksi AP

Gambar 6. Gambaran radiografi normal posisi supine proyeksi AP

8
Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :
 Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis
 Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis dan
panggul baik.
 Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca terletak simetris
 Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas
gambar costae dan gas usus
 Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral
muskulus psoas dan procesus transversus dari vertebra lumbal.
 Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan.

2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan


sinar horizontal proyeksi AP.
 Tujuan proyeksi ini adalah, untuk memperlihatkan adanya udara bebas
di dalam rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya
cairan di abdomen bagian bawah.
 Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau memungkinkan,
dengan sinar horizontal proyeksi AP 90o dari film.
 Posisi pasien dalam posisi anteroposterior dengan bagian belakang tegak.
Pastikan punggung tidak rotasi. Letakan lengan dan tangan dalam posisi
anatomi. Pasien tidak boleh bergerak. Point sentral terletak pada garis
tengah tubuh dengan garis tengah film.

9
Gambar 7. Posisi Erect, Posisi AP

Gambar 8. Gambaran radiografi normal posisi erect, proyeksi AP

10
 Pengambilan foto dengan posisi ini dipengaruhi oleh gravitasi, sehingga
yang paling utama nampak adalah: udara bebas, fluid sinks, kidneys
drop, transverse colon drops, small bowel drops, breasts drop, lower
abdomen bulges dan penambahan densitas pada X-ray dan diaphragm
descends.
 Posisi erect ditandai dengan T11
 Berdasarkan posisis dari payudara, menyebabkan penambahan densitas
pada kuadran kanan dan kiri.
 Gas di fundus gaster- khas pada posisi erect dan kuantitas yang kecil pada
gas yang terjebak di perut
 Letak film di tengah atas akan menunjukan dasar paru tetapi tidak dapat
melihat bagian dari pelvis.
 Posisi kolon akan jatuh mengikuti gravitasi dan memenuhi abdomen
bagian bawah anterior, menyebabkan penambahan densitas pada
abdomen bagian bawah.
3. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar
horizontal, proyeksi AP.
 Tujuan proyeksi untuk menampakkan adanya udara bebas pada sisi
kanan atas abdomen. Miller merekomendasikan bahwa posisi penderita
tetap pada posisi miring (LLD) selama 10-20 menit sebelum dilakukan
eksposi untuk memberikan kesempatan udara bebas agar naik hingga
daerah permukaan atas rongga peritoneum.
 Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala. Film
diletakan di depan atau belakang perut pasien. Mengikuti area simphisis
pubis pada film. Titik tengah terletak pada garis tengah film.
 Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP untuk melihat
air fluid level dan kemungkinan perforasi organ intra-abdominal (udara
bebas subdiafragma).

11
Gambar 9. Posisi LLD, Proyeksi AP

Gambar 10. Gambaran radiografi normal posisi LLD, proyeksi AP

2.5 Intrepertasi Pemeriksaan


Dibutuhkan urutan-urutan yang pasti dalam memeriksa semua aspek pada
foto pemeriksaan, hal ini untuk mempermudah pembaca foto untuk melihat secara
keseluruhan dan mendapatkan semua informasi pada foto tersebut sehingga dapat
ditegakan diagnosis yang akurat dari foto tersebut. Dalam hal ini dapat diambil

12
contoh kasus pada pasien dengan karsinoma kolorektal stadium lanjut yang belum
diketahui, foto abdomen menunjukkan gambaran obstruksi usus besar (diagnosis
ini logis ditegakkan), namun dengan pembaca foto melanjutkan pembacaan foto
kearah thorax, mungkin saja didapatkan metastasis ke basal paru yang tentu saja
dapat membantu penegakan diagnosis kearah kasus keganasan sebagai peneybab
obstruksi usus yang terjadi.5
Dibawah ini merupakan algoritma yang menjelaskan cara menginterpretasi
foto abdomen;

Algoritma interpretasi foto abdomen.

 Hal yang paling pertama diperhatikan saat akan memeriksa foto abdomen
adalah nama, tanggal pemeriksaan, tanggal lahir pasien, umur dan jenis
kelamin pasien.

13
 Tentukan proyeksi dari foto tersebut, semua foto abdomen adalah AP,
harus diperhatikan apakah foto tersebut supine atau erect, dan juga
apakah foto tersebut adalah foto lateral decubitus.

Foto Abdomen Supine


Foto ini adalah jenis foto abdomen yang paling banyak dilakukan dan hampir
dapat memberikan gambaran struktur anatomi abdomen terbaik. Tentu saja hal ini
didukung dengan kondisi saat melihat foto dimana sebaiknya foto dilihat dengan
viewing box.

Gambar 11. Foto Abdomen Supine pada wanita 55 tahun.

14
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menilai foto abdomen;
 Tulang-tulang dari tulang belakang, tulang iga, dan persedian sakro-
iliaka.
 Batas gelap dari hati, limpa, kandung kemih dan garis psoas.
 Udara pada lambung.
 Udara pada kolon desending.
 Pada foto diatas didapatkan pelvis yang luas (pasien seorang wanita).
 Pelvic phleboliths (normal).
 Sela sendi panggul yang sedikit menyempit (normal pada pasien usia
ini).
 Tanda ‘R’, periksa bahwa tanda tersebut sesuai dengan anatomi yang
terlihat, contohnya; hati yang berada di kanan, ginjal kiri yang lebih
tinggi daripada ginjal kanan, lambung pada sisi kiri, limpa pada sisi
kiri.
Foto Abdomen Erect
Terdapat beberapa perbedaan yang dapat ditemukan pada foto erect, yaitu;
 Udara bebas
 Air fluid level
 Kidney, tranverse colon dan small bowel drops
 Breast drop
 Diafragma yang letaknya lebih turun sehingga dapat memperlihatkan
basal paru yang lebih jelas.

15
Gambar 12. Foto abdomen erect normal wanita.
 Tampak gambaran udara pada fundus gaster pada gambar 3.
 Fokus film terletak lebih tinggi dibanding pada foto supine sehingga
basal paru tampak lebih terlihat namun sebagian pelvis tidak terlihat.
 Dengan mengikuti gravitasi, kolon tampak lebih rendah dan tampak
gambaran densitas yang lebih pada 1/3 bagian bawah dari abdomen.
Foto Abdomen Lateral Decubitus
Pada posisi decubitus pasien berbaring pada sisi kiri atau kanan tubuhnya,
tujuannya dalah untuk memperoleh informasi lebih jauh, contohnya untuk
mengkonfirmasi adanya udara bebas yang sedikit atau untuk mendemonstrasikan
adanya air fluid level pada pasien yang terlalu sakit untuk diperiksa pada posisi
erect. Posisi ini juga secara rutin digunakan saat pemeriksaan barium enema
konvensional.2

16
Gambar 13. Foto lateral decubitus kiri yang menunjukkan gambaran
obstruksi pada usus.3

2.6 Gambaran Patologis

1. Ileus obstruktif & Ileus paralitik


Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalan
makanan) di usus.
Berdasarkan penyebab:
1) Ileus karena obstruksi mekanik berupa sumbatan
a) Letak tinggi: duodenum, jejunum, ileum.
 Dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps usus bagian distal
sumbatan.
 Herring bone appearance (+)
 Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+) yang pendek.

17
Gambar 14. Gambaran distensi usus dan herring bone appearance pada ileus
obstruktif letak tinggi

Gambar 15. Gambaran step ladder appearance pada ileus obstruktif letak tinggi

18
b) Letak rendah: kolon dan rektum
 Dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps usus bagian distal sumbatan.
 Herring bone appearance (+)
 Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+) yang panjang.

Gambar 16. Gambaran distensi usus pada ileus obstruktif letak rendah

Gambar 17. Gambaran step ladder appearence pada ileus obstruktif letak rendah

19
2) Ileus karena sebab neurogenik
Ileus paralitik/adinamik
 Dilatasi usus menyeluruh
 Herring bone appearance (+)
 Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+)

Gambar 18. Gambaran step ladder appearance pada ileus paralitik

Gambar 19. Gambaran distensi seluruh usus pada ileus paralitik

20
2. Udara bebas di dalam cavum peritoneal (pneumoperitoneum)
Penyebab tersering gambaran ini adalah perforasi usus akibat ulkus
peptikum, trauma, karsinoma gaster atau kolon. Dapat juga terjadi karena infeksi
(tifoid, divertikulitis atau amebiasis).
Bila curiga perforasi, penderita harus di foto dengan berdiri / duduk. Bila
tidak bisa berdiri/duduk, buatlah foto lateral dengan penderita berbaring / LLD.
Pada foto toraks tegak, udara berbentuk bulan sabit tampak dibawah
diafragma. Udara subdiafragmatik harus dibedakan dengan pneumotoraks
subpulmonal. Bila tidak yakin apakah terdapat udara bebas intraperitoneum atau
tidak, foto dekubitus kiri pada abdomen bagian atas akan menunjukkan udara
bebas dalam bentuk bulan sabit dengan densitas rendah disebelah lateral dari tepi
lateral lobus kanan hati. Pada foto terlentang abdomen, udara bebas sulit dideteksi.
Ada dua tanda yang dapat membantu: tanda Rigler, yaitu adanya gas di dinding
usus sisi manapun, dan tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk
di kuadran kanan atas oleh udara bebas.

Gambar 20. Riggler’s sign pada pneumoperitoneum

21
Gambar 21. Tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di kuadran
kanan atas oleh udara bebas.

Gambar 22. Gambaran udara bebas subdiafragma pada pneumoperitoneum

3. Batu radio opak


Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radioopak. Penilaian batu ginjal pada foto polos abdomen yang penting
diperhatikan adalah: jumlah, densitas, bayangan batu, lokasi, komplikasi
(obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur), terjadinya anomali, dan
nefrokalsinosis.

22
Batu pada traktus urinarius biasanya bersifat multilayer dan permukaannya
dapat kasar atau halus. Batu pada vesica urinaria lebih bulat dengan permukaan
regular sedangkan batu pada ureter atau uretra biasanya berbentuk irregular.
Kadang-kadang dijumpai batu yang mengisi dan menyerupai pelvicalices ginjal
yang disebut staghorn stone. Batu kecil dan halus yang dijumpai pada calices
minores kedua ginjal dijumpai pada kelainan yang disebut nephrocalcinosis.

Gambar 23. Gambaran


radioopak pada pelvicalices
ginjal (Staghorn stone)

23
Gambar 24. Gambaran
radioopak pada ureter (batu
ureter)

Gambar 25. Gambaran


radioopak pada vesica
urinaria (batu buli-buli)

Batu pada kandung empedu dan salurannya biasa dijumpai pada kuadran
kanan atas dan biasanya berbentuk poligonal. Foto polos abdomen biasanya tidak
memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung
empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung
cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada

24
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung
empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang
menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.

Gambar 26. Gambaran


radioopak pada kandung
empedu (batu empedu)

Kalsifikasi lain yang bisa dikelirukan dengan batu empedu:


a) Kalsifikasi pada pankreas biasanya multiple dan menyilang vertebrae lumbalis
kiri.

Gambar 27. Gambaran kalsifikasi pankreas

25
b) Kalsifikasi kelenjar limfe mesenterika sering terdapat di sisi kanan bawah.

Gambar 28. Gambaran kalsifikasi kelenjar limfe mesenterika

c) Kalsifikasi vertebrae biasanya bilateral dan meluas melewati daerah kandung


empedu. Tidak berubah dengan perubahan posisi.
4. Cairan bebas di dalam cavum peritoneal
Akumulasi dari cairan bebas intraperitoneal di abdomen merupakan tanda
adanya suatu ascites. Penyebab ascites antara lain : hipoproteinemia, sirosis
hepatik, CHF, pankreatitis, keganasan dengan metastase peritoneal, limfoma, dan
sumbatan vena cava inferior.

26
Gambar 29. Gambaran
ground glass appearance
pada ascites

Pada foto polos abdomen dalam posisi supine akan tampak gambaran usus yang
tampak melayang di dalam cairan ascites, abdomen berbentuk bulging, gambaran
abu-abu (ground-glass appearance) karena kontras berkurang dan warna abu-abu
yang disebabkan hamburan sinar radiasi dari cairan di dalam abdomen dan
bayangan hepar, garis psoas, ginjal tampak kabur karena adanya cairan di sekitar
organ tersebut, serta peningkatan hemidiafragma kanan dan kiri.

5. Psoas line asimetris


Bayangan garis otot psoas yang asimetris menunjukkan adanya suatu abses
iliopsoas. Abses iliopsoas biasanya berasal dari penyebaran hematogen dari
infeksi lokal pada tulang, seperti tulang-tulang columna vertebralis, ileum, dan
sendi sakroiliaka. Otot psoas kaya akan pembuluh darah, sehingga sangat mudah
terjadi infeksi akibat penyebaran hematogen dari organ lain.
Otot psoas berawal dari prosesus transversus vertebra torakalis ke-12
sampai vertebra lumbalis kemudian meluas ke bawah dan bergabung dengan otot
iliaka pada level L5-S2, membentuk otot iliopsoas. Otot iliopsoas berjalan
melewati ligamen inguinal yang kemudian berinsersi di trokanter minor dari
tulang femur.

27
Gambar 30. Gambaran psoas
line kanan yang menghilang

6. Apendisitis
Merupakan peradangan pada apendiks yang umumnya disebabkan oleh
agen obstruktif seperti fekalit / corpus alienum atau agen obstruktif ekstra lumenar
seperti hipertrofi folikel limfoid tela submukosa, apendiks tertekuk.
Apendisitis akut Foto polos jarang bermanfaat kecuali terlihatnya felkalith
opaque (5% pasien) didapatkan pada kuadran kanan bawah (terutama pada anak-
anak).

28
Gambar 31. Gambaran
appendicolith yang
mengalami kalsifikasi pada
apendisitis

29
BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan radiologis foto abdomen 3 posisi merupakan prosedur


pemeriksaan radiografi tanpa kontras pada daerah abdomen khususnya untuk
memperlihatkan kelainan yang terjadi pada traktus digestivus / gastrointestinal
yang dilakukan dalam 3 posisi pemotretan yaitu posisi supine, posisi erect dan
posisi left lateral decubitus.
Tujuan proyeksi supine adalah untuk menampakkan adanya gambaran
distribusi udara dalam usus dan kemungkinan adanya distensi usus (pelebaran
usus). Tujuan proyeksi erect adalah untuk memperlihatkan adanya udara bebas di
dalam rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan di
abdomen bagian bawah. Sedangkan tujuan proyeksi left lateral decubitus adalah
untuk menampakkan adanya udara bebas pada sisi kanan atas abdomen. Miller
merekomendasikan bahwa posisi penderita tetap pada posisi miring (LLD) selama
10-20 menit sebelum dilakukan eksposi untuk memberikan kesempatan udara
bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.
Gambaran patologis yang dapat ditemukan pada foto abdomen 3 posisi
antara lain distensi usus, herring bone appearance, air fluid level / step ladder
appearance, rigler's sign, garis ligamentum falsiform hepatis, batu radioopak
(Staghorn stone), gambaran kalsifikasi, cairan bebas di dalam cavum peritoneal
(ground-glass apearence), psoas line asimetris, terkadang dapat terlihat
apendikolit.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, S. Radiologi Diagnostik Ed 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal 269


2. Margaretha N. Diagnosis dan Tatalaksana Ileus Obstruktif.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82529&val=970.
3. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC;2011.
hal 755-64
4. James B, Kelly B. The Abdominal Radiograph. The Ulster Medical Journal.
2013;82(3):179-187.
5. Begg JD. Abdominal X-Rays Made Easy. London; Churchill Livingstone; 1999.
P. 1-35.
6. Jackson PG, Raiji M. Evaluation and Management of Intestinal Obstruction.
Am Fam Physician. 2011 Jan 15;83(2):159-165.

31

Anda mungkin juga menyukai