Anda di halaman 1dari 7

No Judul Jurnal Penulis Wilayah Komoditas Kesimpulan

.
1. Analisis Sri Endang Kecamatan Perikanan Perikanan tangkap di daerah ini merupakan kegiatan yang dominan bagi
Perdagangan Kornita, Bantan masyarakat perikanan, dan proses perdagangan komoditas perikanan
Komoditas Yusbar Kabupaten berdasarkan marjin perdagangan hasil perikanan di pasar local, antar
Perikanan di Yusuf, dan Bengkalis pulau dan lintas batas menunjukkan bahwa maijin pemasaran hasil
Kecamatan Bantan Anthony perikanan paling baik/paling tinggi angkanya adalah pada perdagangan
Kabupaten Mayes lintas batas, tetapi persentase bagian harga yang diterima oleh nelayan
Bengkalis pada perdagangan lintas batas adalah paling rendah dan justru fishfarmer
tertinggi diterima nelayan pada perdagangan antar pulau. Saran yang
dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian adalah; perlu dilakuka
meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan perdagangan komoditas
perikanan di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Untuk
memperkuat bargaining dalam penentuan harga dan kualitas eksport
komoditas perikanan Kecamatan Bantan ke Malaysia, perlu dilakukan
peningkatan kerjasama dan kelembagaan serta dukungan pemerintah
dengan tata aturan yang jelas dalam proses perdagangan tersebut.
Kebijakan dan aturan perlu dilakukan pada pola penataan perdagangan
komoditas perikanan lebih memihak pada kelompok masyarakat miskin.
2. Kebijakan Rossi Indonesia Pangan Untuk menjamin keberlanjutan ketahanan pangan melalui peningkatan
Pemerintah Dalam Prabowo (terutama ketersediaan pangan nasional, terutama beras sekaligus peningkatan
Mewujudkan Beras) kesejahteraan petani diperlukan kebijakan jangka panjang dan jangka
Ketahanan Pangan
pendek. Untuk jangka pendek masih diperlukan kebijakan perlindungan
di Indonesia
petani dengan pembatasan impor produk pertanian namun hendaknya
didukung pula dengan kebijakan yang mendorong peningkatan produksi
domestik melalui upaya peningkatan produktivitas produk pertanian
nasional. Selain itu untuk daerah penghasil pertanian lainnya perlu
dilakukan peningkatan produktivitas dan luas panen, baik dengan
perluasan lahan maupun peningkatan intensitas tanam per tahun dengan
jaminan ketersediaan irigasi dan input pertanian. Untuk jangka panjang
kebijakan pembatasan impor tersebut dapat dikurangi secara bertahap
namun kebijakan peningkatan produksi domestik masih diperlukan yang
disertai pula dengan peningkatan Ketahanan Pangan Domestik/Lokal.
Pengembangan teknologi pertanian juga di harapkan mampu
meningkatkan dan mengefisienkan sector pertanian. Diversifikasi
Produksi Pangan dengan cara penganeka-ragaman konsumsi atau pangan
dapat mengurangi tekanan pada ketersediaan satu macam produk pangan,
terutama beras. Konsekuensinya, keanekaragaman ketersediaan bahan
pangan perlu ditingkatkan pula dengan didukung agroindustri pengolahan
pangan non-beras yang berbasis produk dalam negeri agar dapat tersedia
dan mudah diperoleh dimana saja dan di tunjang dengan pola konsumsi
masyarakat, Peranan Badan Litbang Pertanian pun juga di tuntut untuk
memberikan terobosan baru kepada para pelaku di sector agribisnis yang
akan membawa kemajuan dan pewujudan
3. Kebijakan Bambang Provinsi Tanaman Secara umum Provinsi Gorontalo telah menyiapkan rencana kegiatan
Pengembangan Winarso Gorontalo Jagung MP3EI tingkat provinsi. Demikian pula Dinas Pertaian juga telah
Komoditas menyiapkan langkah-langkah untuk meningkatkan produksi pangan di
Tanaman Pangan
provinsi ini. Ketersediaan lahan untuk meningkatkan produksi padi sulit
dalam
Mendukung ditingkatkan, kecuali dengan mengintensifkan irigasi, penggunaan benih
Program Master unggul dan penggunaan pupuk secara memadai. SLPTT merupakan
Plan Percepatan program utama untuk meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai.
dan Perluasan Ketepatan waktu dan kualitas bantuan sarana produksi masih merupakan
Pembangunan kendala pelaksanaan SLPTT. Disamping itu petani mengalami kendala
Ekonomi Indonesia modal untuk membeli benih unggul, pupuk, dan pengadaan pompa untuk
(MP3EI) Studi
irigasi padi pada musim kemarau. Banjir pada musim hujan dan
Kasus di
Propinsi Gorontalo kekeringan pada musim kemarau merupakan kendala pelaksanaan
SLPTT. Pemasaran padi dan jagung cukup lancar, tetapi pemasaran
kedelai belum memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan luas
tanam kedelai. Peningkatan produksi padi bisa ditempuh melalui
intensifikasi, yaitu penggunaan benih unggul, penggunaan pupuk secara
memadai, dan irigasi yang memadai pada musim kemarau. Bantuan
modal untuk membeli sarana produksi dan pengandaan pompa air menjadi
sangat penting. Peningkatan jagung bisa ditempuh melalui intensifikasi,
yaitu penggunaan benih bermutu, serta pengolahan lahan dan pemupukan
yang memadai. Ekstensifikasi bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan
kering yang masih potensial tetapi belum digarap secara optimal.
4. Peranan Subsektor Istiqlaliyah Jawa Barat Perikanan 1. Selama PELITA V subsektor perikanan di Jawa Barat mengalami
Perikanan Muflikhati, perkembangan yang cukup tinggi, khususnya pada· usaha budidaya.
Dalam Nami Cabang usaha yang mempunyai laju pertumbuhan paling tiliggi dalam
Perekonomian Fannayanti
produksinya adalah budidaya ikan di jaring terapung, diikuti oleh
Wilayah Jawa dan Gatot
Barat Yulianto budidaya tambak dan minapadi.
2. Kontribusi subsektor perikanan terhadap Produk oomestik Regional
Bruto (PoRB) dan kesempatan kerja relatif masih keeil (1,17%)
3. Sektor perikanan darat mempunyai· keterkaitan ke belakang relatif
besar, sedangkan sektor perikanan laut dan sektor pengeringan dan
penggaraman ikan mempunyai tingkat keterkaitan ke belakang dan ke
depan' (derajat penyebaran dan daya kepekaan) yang relatif keeil.
4. dalam jangka pendek, investasi di sektor penggaraman dan pengeringan
ikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap penciptaan pendapatan
dan kesempatan kerja. Akan tetapi dalam jangka panjang sektor yang
mempunyai pengaruh ganda relatif besar dalam hal penciptaan
pendapatan maupun kesempatan kerja adalah sektor perikanan darat.
5. Analisis Ardie Jawa Barat 1. Usahatani padi di Kabupaten Karawang masih menguntungkan,
Pendapatan Usaha Ariyono, dengan rata-rata pendapatan atas biaya tunai pada musim tanam I
Tani Padi Rita tahun 2011 sebesar Rp 9.787.845,15 per hektar dengan R/C rasio 1,94.
dan Sistem Nurmalina Namun pendapatan petani ini akan menurun cukup tajam menjadi
Pemasaran Beras dan sebesar Rp 5.932.621,80 per hektar dengan R/C rasio menjadi 1,57
di Kabupaten Harmini ketika harga jual gabah mencapai posisi terendah.
Karawang, Provinsi 2. Hasil panen petani padi seluruhnya diserap oleh penggilingan (100%).
Jawa Barat Dari penggilingan sebanyak 57,5 persen disalurkan melalui pedagang
grosir Kecamatan (Pasar Johar), sebanyak 27,5 persen disalurkan ke
pedagang grosir di Pasar Cipinang dan 15 persen disalurkan ke Bulog
Subdivre Karawang. Beras dari pedagang grosir kecamatan kemudian
dipasarkan ke pedagang pengecer di wilayah Kabupaten Karawang
sebanyak 80 persen dan sisanya dipasarkan ke pedagang Pasar
Cipinang. Beras yang masuk ke pedagang grosir di Pasar Cipinang
selanjutnya dipasarkan ke pedagang pengecer yang berada di
Jabodetabek. Pedagang pengecer akan menyalurkan beras ke tangan
konsumen.
3. Lembaga pemasaran beras yang terlibat meliputi petani, penggilingan,
pedagang grosir Kecamatan, pedagang grosir Pasar Cipinang, Bulog
Subdivre Karawang, pedagang pengecer Kabupaten Karawang dan
Jabodetabek.
4. Total marjin pemasaran dan former’s share antar saluran pemasaran
tidak terdapat perbedaan signifikan. Marjin pemasaran terbesar
diterima oleh penggilingan, sedangkan former’s share terbesar pada
saluran I.
5. Rasio keuntungan dan biaya terbesar pada setiap saluran diterima oleh
pedagang pengecer. Pedagang pengecer di Kabupaten Karawang pada
saluran I menerima rasio keuntungan dan biaya sebesar 1,80 dan
pedagang pengecer di Jabodetabek pada saluran II dan III menerima
rasio keuntungan dan biaya sama besar yaitu 1,99. Sedangkan lembaga
pemasaran yang menerima rasio keuntungan dan biaya terkecil pada
setiap saluran adalah penggilingan. Penggilingan menerima rasio
keuntungan dan biaya sebesar 0,33 pada saluran I dan saluran II serta
menerima rasio keuntungan dan biaya sebesar 0,71pada saluran III.
6. Struktur pasar yang dihadapi oleh: (a) petani padi cenderung
mendekati pasar persaingan sempurna; (b) penggilingan menghadapi
pasar persaingan sempurna untuk mendapatkan gabah dan untuk
memasok beras penggilingan menghadapi pasar oligopsoni; (c)
pedagang grosir Kecamatan (Pasar Johar) menghadapi pasar oligopoly
dan oligopsoni; (d) pedagang grosir di Pasar Cipinang menghadapi
pasar oligopoly dan oligopsoni; (e) Bulog cenderung menghadapi
pasar persaingan sempurna dalam hal pengadaan beras, namun
pengadaan beras bagi Bulog tidak terlalu menjadi masalah karena telah
terjalin kerja sama dengan penggilingan mitra; (f) pedagang pengecer
di Kabupaten Karawang dan di Jabodetabek cenderung bersaing
sempurna.
6. Efektivitas Nyak Ilham, Indonesia Ketersedia Kebijakan harga pangan tidak efektif meningkatkan ketahanan pangan.
Kebijakan Harga Hermanto an Pangan Ketersediaan pangan di tingkat nasional terbukti tidak menjain akses
Pangan terhadap Siregar, dan pangan di tingkat rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi yang dapat
Ketahanan Pangan D. S. meningkatkan pemerataan pendapatan dapat mendukung peningkatan
Priyarsono kualitas ketahanan pangan. Pertumbuhan ekonomi tidak diikuti
pemerataan cenderung meningkatkan inflasi dan menurunkan
konsumsi energi sehingga menurunkan tingkat ketahanan pangan.
7. Dimensi Budiman Jawa Barat, Cabai Marjin keuntungan pedagang dan bagian harga yang diterima petani
Oligopsonistik Hutabarat Jawa Tengah, Merah tidak bersifat tetap, tetapi berfluktuasi mengikuti mekanisme pasar,
Pasar Domestik dan dan Jawa sedangkan marjin keuntungan mutlak pedagang pengumpul meningkat
Cabai Merah Bambang Timur seiring dengan meningkatnya harga cabai di tingkat produsen.
Rahmanto Sebaliknya, marjin keuntungan relatif menunjukkan kecenderungan
menurun. Sementara itu, perolehan porsi keuntungan dari masing-
masing pelaku bisnis cabai belum cukup merata, dimana pedagang
grosir memperoleh porsi keuntungan tertinggi, sedangkan petani
produsen memperoleh porsi keuntungan terendah. Perolehan yang
tinggi iini adalah sebagai imbalan untuk kekuatan daya beli
(oligopsoni) yang dimilikinya di pasar.
8. Pengaruh Sektor Dwi Indonesia Beras Dalam jangka panjang, variabel jumlah produksi padi berpengaruh
Komoditi Beras Widiarsih signifikan terhadap inflasi bahan makanan. Namun dalam jangka
terhadap Inflasi pendek, variabel ini tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Bahan Makanan inflasi bahan makanan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya
disparitas iklim, luas, dan kesuburan tanah antar daerah di Indonesia
sehingga pasar komoditas beras memerlukan jangka waktu untuk
membentuk keseimbangan harga pasar produk ini dengan
mempertimbangkan pula tingkat harga tertinggi beras (ceiling price)
yang ditetapkan oleh pemerintah.
9. Analisis Neraca Haris Indonesia Pertanian 1. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi devisit pada neraca
Perdagangan Budiono dan perdagangan sub sektor peternakan di masa yang akan datang
Peternakan dan peternakan terfokus pada pengembangan produksi daging sapi dan susu. Namun
Swasembada demikian, perhatian juga harus diberikan terhadap pada industri
Daging Sapi 2014 unggas (daging ayam dan telur). Karena penyediaan bibit dan pakan
masih tergantung impor, pada sisi lain khususnya pada aspek
penawaran, upaya-upaya juga harus dilakukan terutama berkaitan
dengan penetrasi ekspor dengan memperhatikan pemenuhan standar
produk, hambatan tarif, non tarif, dan restriksi perdagangan
internasional lainnya.
2. Perlunya realisasi investasi pemerintah dan kebijakan fasilitasi sektor
swasta dalam rangka pencapaian swasembada daging sapi di
Indonesia melalui kegiatan breeding, cow calf operation, dan fatting.
Tanpa investasi pemerintah yang efektif khususnya pada kegiatan
breeding dan cow calf operation, maka swasembada daging sapi
mustahil tercapai.
10. Model Nursini Sulawesi Tanaman Permasalahan yang dihadapi oleh petani padi dan jagung pada lokasi
Pengembangan Tawakal, Selatan Pangan penelitian dapat dikelompokkan pada dua kategori yaitu (1)
Komoditas Sultan permasalahan yang terkait dengan sumber daya atau input produksi
Tanaman Pangan suhab, termasuk ketersediaan tenaga kerja, bibit, dan pupuk yang
dalam Upaya Amrullah kesemuanya dianggap cukup mahal bagi petani, (2) permasalahan
Peningkatan Majjika yang terkait dengan proses produksi termasuk cara bercocok tanam,
Pendapatan Petani hama dan harga produksi. Model pengembangan komoditas tanaman
di Sulawesi Selatan pangan adalah model penguatan kelembagaan petani yang berbasis
kebutuhan dan sinergitas antar stakeholder.
Untuk meningkatkan pendapatan petani, maka yang pertama harus
dibenahi akar permasalahan petani. Akar permasalahan petani dapat
diketahui bilamana kelompok tani betul-betul berperan sebagai
sebuah kelompok. Oleh karena itu, perlu penguatan kelompok tani/
gapoktan dalam menyusun perncanaan kegiatan berbasis kebutuhan
sesuai dengan potensi dan permasalahan yang dihadapi. Agar
program dan kegiatan pemerintah tepat sasaran dan sesuai dengan
kebutuhan petani, maka disarankan agar forum kelompok tani
dimasukkan ke dalam sistem perencanaan pembangunan daerah.
Disarankan aar penyediaan infrastruktur dasar termasuk penyediaan
irigasi khususnya di wilyah-wilayah nonirigasi.
11. Kajian terhadap Ricco Bali Komoditi 1. Implementasi pasar lelang komoditi agro pada Dinas Perindustrian
Implementasi Pasar Damona, I Agro dan Perdagangan di Provinsi Bali ditinjau dari segi konsep dan
Lelang Komoditi Dewa Gede landasan operasional; aspek manajemen dan kinerja pasar lelang
Agro pada Dinas Raka belum menunjukkan kinerja yang optimal.
Perindustrian dan Sarjana, I 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pasar
Perdagangan Gusti Ayu lelang komoditi agro oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan di
Provinsi Bali Agung Lies Provinsi Bali antara lain: a) masalah keanggotaan yang belum
Anggreni memiliki kartu anggota, b) penjaminan pihak Bank masih lemah, c)
pengawasan pihak berwenang masih lemah, dan tingkat partisipasi
masyarakat yang rendah.
12. Analisis Ruwanti Banjarnegara, Kentang Terdapat enam struktur rantai pasok dalam pendistribusian kentang di
Kelembagaan dan Eka Jawa Tengah Kabupaten Banjarnegara dengan rantai pasok yang paling dominan
Strategi Rahayu, digunakan adalah rantai pasok dari petani ke pedagang kemudian ke
Peningkatan Daya Lindawati pasar induk.
Saing Komoditas Kartika Indikator kinerja utama yang menjadi prioritas untuk meningkatkan
Kentang di daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara antara lain:
Kabupaten jumlah petani yang memasarkan produknya di koperasi menempati
Banjarnegara, Jawa prioritas utama, presentase peningkatan jumlah benih kentang
Tengah bersertifikat yang memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor
serta regulasi terkait sistem kontrak pada kemitraan usaha kentang
menempati prioritas ketiga.

Anda mungkin juga menyukai