Anda di halaman 1dari 9

I.

Tujuan

1. Mengetahui dan memahami prinsip dasar penentuan kadar dengan metoda


spektrofotometri

2. Mampu menetapkan kadar senyawa obat berdasarkan metoda spektrofotometri

3. Mengetahui dan memahami bahwa suatu senyawa obat, dapat ditetapkan kadarnya lebih
dari satu metoda

II. Dasar Teori

Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai buah-
buahan dan sayuran. Vitamin C dapat disintesis dari glukosa atau diekstrak dari sumber-sumber alam
tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy Szent tahun
1928. Vitamin C bertindak ampuh mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal.
Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam area
lipid membrane dan protein. Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam
tubuh. Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya
adalah metode spektrofotometri UV-Vis (panjang gelombang 265 nm) dan metode iodimetri.
Metode Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum
yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah
digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di
bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah
diterapkan dalam suatu penelitian.

 Sifat Fisika dan Kimia

Gambar 1. Asam Askorbat/Vitamin C

BM : 176,13

Sinonim : Acidum Ascorbicum, Asam askorbat, 3-okso-L-gulofuranolakton

 Definisi

Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O6.

 Pemerian

Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna
gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu
lebih kurang 1900 C.

 Kelarutan

Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan
dalam benzena.
 Baku pembanding

Asam askorbat BPFI. Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi
suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah
alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri
berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi
panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang
gelombang tertentu (Underwood 1994). Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat
macam, yaitu : a) Spektrofotometer ultraviolet b) Spektrofotometer sinar tampak c)
Spektrofotometer infra merah d) Spektrofotometer serapan atom Spektrum elektromagnetik terdiri
dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam
penelitian biokimia adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm).
Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi di
dalam molekul tersebut (Keenan 1992). Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus
fungsional atau gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah.
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar.
Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan
maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca (Hadi 2009) Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah
spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-
senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar
tampak (400 – 800 nm) Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan
sampel yang diukur. Pengukuran absorbansi untuk tujuan analisis kuantitatif dengan metode
spektrofotometri UV-Visibel harus memenuhi hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert Beer berlaku
dengan baik bila larutannya tidak terlalu encer ataupun pekat. Selain absorbansi (A), dapat juga
dibaca transmitan (%T). %T ini menunjukkan jumlah sinar REM yang diteruskan (ditransmisikan) oleh
senyawa yang diukur. Nilai dari %T merupakan kebalikan dari absorbansi atau sinar yang diserap (A =
-log %T). Kadar dapat dihitung berdasarkan persamaan : A1 x C1 = A2 x C2 (dengan A adalah nilai
absorbansi dari sampel atau standar, dan C adalah konsentrasi dari sampel atau standar). Kadar yang
diperoleh dari perhitungan ini baru menunjukkan kadar yang terukur, belum menunjukkan kadar
sampel yang sebenarnya. Untuk memperoleh kadar sampel sebenarnya, hasil perhitungan tersebut
kemudian dikalikan dengan besarnya pengenceran yang dilakukan saat pembuatan larutan yang
akan diukur serapannya. Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit: 1.Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini
dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan
dianalisis termasuk zat pembentuk warna. 2.Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan
gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. 3.Kesalahan fotometrik
normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur
dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).

III. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan : Bahan yang digunakan :

1. Mortit dan stamper 1. Tablet vitamin C (Vitacimin)


2. Spatula 2. Aquades

3. Gelas kimia 100 mL, 500 mL 3. Asam askorbat

4. Labu takar 250 mL, 100 mL

5. Gelas ukur 100 mL

6. Pipet tetes

7. Pipet volum 10 mL

8. Pipet ukut 5 mL, 10 mL

9. Corong gelas

10. Batang pengaduk

11. Botol semprot

12. Kuvet Shimadzu

13. Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu

14. Neraca analitik

IV. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Kurva Standar


2. Penentuan Kadar Vitamin C
3. Data dan Perhitungan
 Pengujian Statistik dengan SPSS (aras keberartian 5%)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 .992a .983 .978 .03583

Koefisien korelasi R = 0,992 > dari 0,95 Dengan demikian grafik


linear tesebut sangat bagus karena mendekati 1,00

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .230 1 .230 178.742 .001b

1 Residual .004 3 .001

Total .233 4

Nilai F hitung = 178,742 dan nilai F tabel sebesar 6,60

Dengan melihat nilai F hitung > daripada F table berarti H0 ditolak sehingga grafik linear
tersebut dapat diterima Selain itu nilai signifikannya kurang dari 0,05 yakni sebesar
0,001 sehingga grafik dapat diterima

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig. 95.0% Confidence


Coefficients Coefficients Interval for B

B Std. Error Beta Lower Upper


Bound Bound

(Constant) -.031 .028 -1.124 .343 -.120 .057


1
Konst_vitC_ppm .038 .003 .992 13.369 .001 .029 .047

Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0,038x-0,031

 Pengujian Pencilan (outlier)


 Perhitungan kadar vitamin C dalam sampel

Absorbansi sampel : 0,596


y = 0,0379x – 0,0312
0,506 = 0,0379x – 0,0312
0,5372 = 0,0379x
x = kadar vit. C = 14,17 ppm
Konsentrasi vitamin C dalam sampel sebenarnya :
= pengenceran x konsentrasi
= 200 x 14,17 ppm = 2834 ppm

Konsentrasi sampel = 8000 ppm

Kadar vitamin C dalam sampel :


=(konsentrasi vitamin C dalam sampel/konsentrasi sampel) x 100%
= (2834/8000) x 100% = 35,43 %

4. Pembahasan

Vitamin c atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi sebagai
antioksidan. Asam askorbat dalam sediaan farmasi dapat ditentukan dengan metode titrasi
iodometri atau spektrofotometri untraviolet pada panjang gelombang 265nm. Pada praktikum ini
akan dilakukan penentuan kadar vitamin c sediaan farmasi dengan metode spektrofotometri pada
panjang gelombang maksimum (ditentukan terlebih dahulu). Digunakan larutan asam askorbat
standar untuk membuat kurva kalibrasi. Sampel berupa bahan farmasi vitamin C dengan merek
dagang “vitacimin”, merupakan tablet vitamin c yang berwarna kuning. Sampel obat di larutkan
dalam air sebagai larutan induk, asam askorbat dan bahan pengisi pada tablet vitacimin akan larut
sempurna dalam 250mL air, vitamin c atau asam askorbat tersebut kemudian dapat ditentukan
kadarnya dengan spektrofotometer UV. Spektrofotometer UV merupakan instrument yang
menggunakan sumber cahaya, sumber cahaya dapat berupa cahaya tampak ataupun ultraviolet,
cahaya akan ditembakkan pada sampel (kuvet) dan banyaknya cahaya yang diserap sampel dapat
terukut pada detektor. Pada praktikum digunakan cahaya ultraviolet. Banyaknya cahaya yang
diserap sampel pada panjang gelombang tertentu linear dengan kadarnya, isi sesuai dengan hukum
lambert beer. Menurut International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS Vol: 11 No: 02
hal.110 bahwa penentuan kadar vitamin c menggunakan metode spektrofotometri sangat sensitive
dengan deviasi relatif sebesar 0,81%. Asam askorbat/vitamin C bersifat tidak stabil terhadap suhu,
oksigen, pH dan juga keberadaan ion logam seperti Fe2+, Cu2+ atau Ca2+ sehingga perlakuan sampel
seharusnya sangat memperhatikan stabilitas asam askorbat tersebut agar tidak terjadi degradasi
asam askorbat menjadi senyawa asam dehidroskorbat (Selimović, Amra dkk : 2011) Untuk menjaga
stabilitas asam askorbat, seharusnya perlu penambahan larutan buffer pH 5,4 pada sampel. Karena
pada pH tersebut, stabilitias vitamin C pada suhu kamar selama 30 menit. pH asam juga akan
mencegah terjadinya reaksi oksidasi yang juga dapat mengurangi kadar vitamin c yang terukur.
Selain itu suhu pengukuran asam askorbat dijaga pada suhu kamar, seharusnya tempat sampel
ditempatkan di atas es (dijaketi es) untuk mengurangi suhu yang dapat menyebabkan degradasi
asam askorbat. Pada pengukuran sampel vitacimin ini, tidak diperhatikan faktor stabilitas asam
askorbatnya, sehingga kadar yang terukur menjadi lebih kecil dari kadar sesungguhnya. Standar
asam askorbat diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya,
panjang gelombang maksimum asam askorbat standar pada 271nm. Pada panjang gelombang
tersebut dilakukan pengukuran absorbansi terhadap larutan sampel vitacimin. Dari pengukuran
standar diperoleh kurva kalibrasi dengan persamaan y = 0,0379x – 0,0312 dan absorbansi sampel
vitacimin sebesar 0,596 sehingga kadar asam askorbat sampel vitacimin sebesar 14,17 ppm. Kadar
terukur tersebut dikalikan dengan faktor pengenceran (200x) sehingga kadar sesungguhnya adalah
2834 ppm yang diperoleh dari larutan vitacimin 8000ppm. Jadi, kadar asam askorbat vitacimin
dalam persen sebesar 35,43%.

5. Kesimpulan

 Kadar asam askorbat tablet “vitacimin” sebesar 35,43% yang di ukur pada panjang
gelombang maksimum asam askorbat 271nm.

Daftar Pustaka

http://eldesimedis.blogspot.com/2013/06/penugasan-potensiometri-modul-1.html (diakses 5
November 2013: 18:31) http://riezakirah.wordpress.com/2011/01/15/analisis-kuantitatif-vitamin-a-
dan-c/ (diakses 5 November 2013: 18:43)
Selimović, Amra, dkk. 2011. Direct Spectrophotometric Determination of L-Ascorbic acid in
Pharmaceutical Preparations using Sodium Oxalate as a Stabilizer. Department of Analytical
Chemistry. Faculty of Technology, University of Tuzla, International Journal of Basic & Applied
Sciences IJBAS-IJENS Vol: 11 No: 02 :Bosnia and Herzegovina. Moeslinger, Thomas, dkk. 1995.
Spectrophotometric Determination of Ascorbic Acid and Dehydroascorbic Acid. CLIN. CHEM.
http://www.socr.ucla.edu/applets.dir/f_table.html (diakses 8 November 2013: 18:42)

Anda mungkin juga menyukai