Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI CASE REPORT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2016


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FINGER TIP INJURY LEFT LITTLE FINGER

Disusun oleh :
Rahmaniar
10542032111

SUPERVISOR :
dr.W. Supriyadi, Sp.OT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Rahmaniar

NIM : 10542 0321 11

Judul : FINGER TIP INJURY LEFT LITTLE FINGER

Telah menyelesaikan tugas Laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
bagian Ilmu Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2016

Pembimbing

dr. W.Supriyadi, Sp.OT

1
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R
Umur : 52 tahun / Perempuan
Register : 593541
Agama : Islam
Masuk Rumah Sakit : 25-09-2016
Status : Umum

B. AUTOANAMNESIS
Keluhan Utama : Luka di ujung jari manis dan jari kelingking kanan
Anamnesis terpimpin : Dialami sejak kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat pasien sedang mengoperasikan mesin daur ulang di perusahaan tempat pasien
bekerja, kemudian tidak sengaja ujung jari manis dan jari kelingking tangan kanan
tersayat oleh pisau mesin.Tidak ada riwayat pingsan dan muntah.
Pasien berstatus sebagai karyawan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang daur
ulang botol minuman.

C. PRIMARY SURVEY
A : Bersih
B : RR 20 x/min, Spontan, tipe thoracoabdominal
C : TD 130/90 mmHg, HR 80 x/min kuat angkat, regular
D : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, refleks cahaya +/+
E : Suhu : 370C

2
D. SECONDARY SURVEY
Left Hand Region (at 10.30)
Look : tampak laserasi (+) pada aspectus volar di distal phalanx ring
finger dengan ukuran 1 x 0,5 cm dengan dermis base, soft tissue
loss di distal phalanx middle finger dengan ukuran 2 x 1 dengan
obliq shape pada daerah volar dengan tendon base, tampak skin
abrasi pada aspectus volar dari distal phalanx ring finger dengan
ukuran 0,5 x 0,5 dengan dermis base.
Deformitas (-), Hematome (-), bengkak (-)
Feel : Nyeri tekan (+)
Move : Aktif dan pasif movement dari wrist joint normal
Aktif dan pasif movement dari MCP, PIP joint dari thumb
finger normal
Aktif dan pasif movement dari MCP, PIP dan DIP joint dari
2nd,3rd, 4th, 5th finger normal
NVD : Sensibilitas baik, pulsasi arteri radialis teraba, CRT < 2 detik
Special Test : Profundus test dari left index, middle, and ring finger (+)

E. GAMBARAN KLINIS

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM (24/09/2016)

3
No Pemeriksaan Hasil
1 WBC 8,88 x 103/ul
2 RBC 3,76 x 106/ul
3 HGB 12,2 g/dl
4 HCT 35,1 %
5 PLT 320 x 103/ uL
6 GDS 105 mg/dl

G. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 X-Ray Manus Sinistra AP/Lateral (28/09/2015)

4
Kesan :
 Tampak fraktur

H. RESUME :
Seorang pasien, lelaki, 17 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama luka
pada jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Keluhan dialami sejak 15 menit sebelum
masuk ke Rumah Sakit
Mekanisme trauma  pasien sedang mengoperasikan mesin pemotong kayu, dan tanpa
sengaja jari tangannya terkena mesin tersebut
Pasien saat ini berstatus sebagai mahasiswa fakultas teknik dan menggunakan tangan
kanan dominan

I. DIAGNOSA PRE-OPERATIF
 Finger tip injury digiti 4 manus dekstra
 Open wound of finger with damage to nail

5
H. TERAPI
 IVFD RL 20 tpm
 Cefoperazone 1 gr/12 jam/iv
 Ketorolac amp/8 jam/iv
 Rencana : Debridement Cito + Revision of Amputation Stump

6
FINGER TIP INJURY

1. Latar Belakang
Trauma pada tangan terjadi sekitar 5-10% dari kasus-kasus kegawat
daruratan diseluruh rumah sakit. Trauma tangan berbeda dengan trauma pada
kepala, dada, abdomen atau pelvis karena trauma pada tangan tersebut tidak
menimbulkan bahaya kematian. Namun sering kali kematian terjadi karena
perdarahan hebat akibat terputusnya pembuluh darah besar. Yang menjadi
perhatian adalah akibat dari trauma tangan tersebut yang menyebabkan
kecacatan anatomis maupun fungsi yang dapat menyebabkna disabilitas tetap.
Namun perhatian kita tidak boleh hanya tertuju pada trauma tangan tersebut,
pemeriksaan yang menyeluruh pada pasien multi trauma tetap harus
dikerjakan. Baik itu dari primary survey maupun secondery survey.(1)(2)
Ujung jari adalah bagian dari falang terminal yang distal penyisipan
ekstensor dan fleksor tendon. Cedera ujung jari merupakan cedera tangan
yang paling umum terjadi. Sebuah jari memiliki fungsi sensasi tanpa rasa
sakit, padding stabil, dan penampilan yang dapat diterima. Cedera ujung jari
sering terjadi karena tangan digunakan untuk mengeksplorasi lingkungan.
Jenis-jenis luka termasuk luka tumpul atau menghancurkan ke kuku
menciptakan hematoma subungual, nail root avulsions, dan fraktur phalanx
terminal. Cedera tajam atau geser dari pisau, hasil kaca dalam luka dan jenis
avulsi kerusakan jaringan lunak. Burns dan radang dingin umumnya
melibatkan ujung jari.(1)(2)

2. Definisi
Cedera ujung jari adalah salah satu cedera yang paling umum dari
tangan, dan pengobatan yang tepat tergantung pada jenis cedera serta
keterlibatan digit lainnya. Cedera pada ujung jari dapat menghancurkan,
merobek, atau mengamputasi luka pada ujung jari dan jempol. Cedera dapat
mencakup kerusakan pada kulit dan jaringan lunak, tulang (phalanx distal),
atau kuku dan nailbed. Ujung-ujung jari kaya akan saraf dan sangat sensitif.
Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, cedera jari bisa mengganggu fungsi
kompleks tangan, mungkin mengakibatkan deformitas permanen dan
kecacatan. (1)(2)

Dikutip dari kepustakaan No. 2


3. Anatomi Tangan

Dikutip dari kepustakaan No. 4

1
4. Epidemiologi
Sekitar 10% dari semua kecelakaan yang ditemui di UGD melibatkan
tangan. Cedera tangan mewakili 11-14% dari cedera on-the-job. Sekitar dua
pertiga cedera tangan terjadi pada anak-anak. Kerusakan pada kuku
dilaporkan terjadi pada 15-24% dari cedera jari.(1)(2)(4)
5. Etiologi
Jari dapat terluka oleh pukulan langsung atau dipotong. Banyak cedera
yang berhubungan dengan pekerjaan. Jari juga bisa cedera ketika berolahraga.
Gigitan hewan penyebab umum lain dari cedera jari. Sebuah pukulan
langsung ke ujung jari dapat menyebabkan kerusakan tendon atau ligamen,
serta fraktur atau dislokasi tulang.(1)(2)
Jika sisi ligamen yang robek, pasien mungkin mengalami nyeri pada
sisi sendi, dan sendi. Jika ligamen di bagian bawah sendi (disebut volar plate)
robek, pasien mungkin akan merasa sakit dan longgar pada bagian bawah jari.
Jika tendon robek jauh dari lampiran, pasien mungkin tidak dapat sepenuhnya
menekuk, meluruskan, atau pegangan dengan jari (atau ibu jari).(1)(2)
Nail bed, yang merupakan jaringan pendukung di bawah kuku, bisa
rusak oleh luka atau pukulan. Kadang-kadang ini menyebabkan pengumpulan
darah di bawah kuku, yang disebut hematoma subungual. Hematoma
subungual bisa sangat menyakitkan dan kadang-kadang perlu dikeringkan.
Jika kuku rusak parah, mungkin perlu diambil.(1)(2)
6. Patofisiologi
Respon jaringan muskuloskeletal terhadap trauma menurut Kannus
(2000) terdiri atas tiga fase, yaitu fase inflamasi akut, fase proliferatif, serta
fase maturasi dan remodelling. Pada fase inflamasi akut, terjadi iskemia,
gangguan metabolik, dan kerusakan membran sel karena proses peradangan,
yang pada gilirannya ditandai dengan infiltrasi sel-sel inflamasi, edema
jaringan, eksudasi fibrin, penebalan dinding kapiler, penututpan kapiler, dan

2
kebocoran plasma. Segera setelah terjadi cedera, terjadi proses peradangan
sebagai mekanisme pertahanan tubuh.(1)(2)(3)
Peradangan ditandai dengan panas, merah, bengkak, nyeri, dan
hilangnya fungsi. Panas dan warna merah di tempat cedera disebabkan karena
meningkatnya aliran darah dan metabolisme di tingkat sel. Pembengkaan akan
terjadi di daerah cedera karena kerja agen-agen inflamasi dan tingginya
konsentrasi protein, fibrinogen dan gamma globulin. Cairan akan mengikuti
protein, keluar sel dengan cara osmosis, sehingga timbul bengkak. Rasa nyeri
disebabkan oleh iritan kimiawi yang dilepaskan di tempat cedera. Nyeri juga
terjadi akibat meningkatnya tekanan jaringan karena bengkak yang akan
mempengaruhi reseptor saraf, dan menyebabkan nyeri.(1)(2)(3)
Pada fase proliferatif, terjadi pembentukan faktor pembekuan fibrin
dan proliferasi fibroblast, sel sinovial, dan kapiler. Sel-sel inflamasi
menghilangkan jaringan yang rusak dengan fagositosis, dan fibroblast secara
ekstensif memproduksi kolagen (pada awalnya adalah yang paling lemah,
yaitu kolagen tipe 3, selanjutnya tipe 1) dan komponen matriks ekstraselular
lainnya. Fase maturasi ditandai dengan berkurangnya kandungan air
proteoglikan pada jaringan penyembuhan dan serabut kolagen tipe 1 akan
kembali normal. Kira-kira 6 sampai 8 minggu sesudah cedera, serabut kolagen
baru dapat menahan tekanan yang mendekati normal, meskipun maturasi
tendon dan ligamen mungkin membutuhkan waktu lebih lama, bisa sampai 6-
12 bulan.(1)(2)(3)
7. Klasifikasi
Klasifikasi dari Fingertip Injury di bagi berdasarkan derajat kedalamannya:
(1)(2)(4)

1. Level 1 : hanya mengenai kulit


2. Level 2 : mengenai kulit dan bantalan kuku
3. Level 3: mengenai kulit bantalan kuku dan tulang distal 1/3 proksimal-
persimpagan tengah tulang ketiga yang berdasarkan sinar-X

3
4. Level 4 : kulit, bantalan kuku, dan tulang yang di atau dari proksimal ke
atas

Dikutip dari kepustakaan No. (1)(2)


8. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari fingertip injury : (1)(2)(3)(4)
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan di bawah tempat fraktur
4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit

Dikutip dari kepustakaan No. 2

4
9. Pemeriksaan Penunjang(1)(2)(4)(5)
1. Pemeriksaan radiologi Plain x-ray merupakan pemeriksaan penunjang
yang paling banyak dipakai karena dapat mengambarkan jenis fraktur,
yang wajib dilakukan pada 2 posisi yaitu AP dan Lateral. Bila kurang jelas
dapat ditambah dengan posisi oblik.
2. Pemeriksaan CT scan atau MRI jarang diperlukan untuk cedera tangan.
10. Diagnosis
1. Anamnesis
Walupun saat pasien datang ke unit gawat darurat trauma yang terjadi
sudah dapat telihat, terdapat banyak hal yang harus ditanyakan pada saat
anamnesis. Hal tersebut adalah: pekerjaan tangan mana yang dominan
bagaimana mekanisme traumanya, besarnya kontaminasi dari lingkungan
tempat terjadinya trauma. (1)(2)
Keluhan-keluhan yang dirasakan, misalkan pasien mengeluhkan nyeri
harus digali lebih dalam lagi seperti apakah nyerinya. Selain itu juga perlu
diperhatikan pula kelainan sistemik yang sudah ada, yaitu Diabetes
Melitus, rheumatoid Arthritis, kelainan perdarahan dan alergi yang dapat
mempengaruhi prognosis pasien. (1)(2)
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah kondisi Life-threatening dapat diatasi pada saat primary
survey, kita dapat memfokuskan perhatian kita pada cidera yang terjadi
pada tangan. Seperti pemeriksaan fisik orthopaedi lainnya, pemeriksaan
fisik dimulai dengan look (inspeksi), feel (palpasi), dan move (ROM aktif
dan pasif) serta beberapa pemeiksaan khusus seperti pemeriksaan
neurovaskular. (1)(2)
Kita harus perhatikan posisi tangan dalam keadaan istirahat bagaimana
pergerakan tangan adakah pembengkakan dan bentuk luka. Luka tidak
dipaksakan untuk dijahit di ruang emergensi cukup dibalut tekan. Hati-hati
terhadap luka kecil karena dapat menutupi kerusakan jaringan di

5
bawahnya yang kemungkinan lebih besar. Juga harus diperhatikan ada
tidaknya benda asing yang masuk. Perlu juga kita ketahui kelainan
pembuluh darah, adakah kemungkinan tanda-tanda insufiensi dari
pembuluh darah yang kita kenal dengan 5P’s, yaitu: (1)(2)(5)(6)
a. Pain
b. Pale
c. Pulsesness
d. Paresthesia
e. Paralysis

Kemungkinan gangguan vaskularisasi ke distal ditentukan dengan


pemeriksaan fisik dengan menggunakan Allen test, untuk mengetahui
patensi dari arteri radialis dan ulnaris.(1)
Kemungkinan cedera pada tendon juga harus dipikirkan, perhatikan
posisi tangan pada saat istirahat. Dilakukan pemeriksan adakah
kemungkinan terputusnya tendo dengan tes fungsi fleksi dan ekstensi dari
jari tangan. Pada cedera syaraf perlu dipikirkan fungsi-funsi sensoris,
motorik, dan otonom. Bila laserasi tendon lebih dari 30% diameter tendon
maka perlu dilakukan eksplorasi atau dan repair.(1)(4)
Pada trauma yang disertai dengan fraktur, deformitas akan terlihat
terutama dengan fraktur yang disertai dislokasi. Pada pemeriksaan akan
ditemukan nyeri, bengkan, gerakan abnormal dan instabilitas. (1)(2)(3)

6
Dikutip dari kepustakaan No. 1
11. Tatalaksana
1. Healing by secondary intention
Diindikasikan pada anak-anak dan dewasa muda yang mengalami injury
dengan skin loss < 2cm tanpa disertai bone exposed atau tendon
exposed.(1)(2)(3)
2. Composite graft adalah graft yang tersusun atas lapisan yang lebih dalam
daripada skin graft, yaitu jaringan lemak bawah kulit, menjadikan tipe
graft ini lebih tebal daripada skin graft. Tujuan metode ini adalah
mengembalikan panjang jari mendekati atau menyamai panjang normal
sebelum cedera dan mencapai hasil estetik yang lebih baik. Namun,
karena jaringan yang lebih tebal membutuhkan lebih banyak asupan
nutrisi dan oksigen, tingkat keberhasilan teknik ini lebih rendah daripada
metode skin graft. (1)(2)(3)
3. Revision Amputation, diindikasikan pada pasien dengan minimal bone
exposed. (1)(2)(3)

7
4. Skin graft (Skin defect > 1 cm)
Teknik di mana sepotong kulit digunakan untuk menutupi luka pada jari.
Kulit donor dapat diambil dari telapak tangan atau kaki pasien. Setelah
ditempatkan pada luka, kulit donor diharapkan dapat bertahan hidup
dengan nutrisi dan oksigen dari rembesan perdarahan luka. (1)(2)(3)

Dikutip dari kepustakaan No. 1


5. Local Flap
Rekonstruksi dengan flap lebih dapat diandalkan dalam hal kemampuan
jaringan untuk bertahan hidup. Sebuah area spesifik jaringan diangkat,
tetapi masih tetap melekat di tempat asalnya dengan seberkas jaringan
yang mensuplai jaringan tersebut dengan nutrisi. Flap dapat berasal dari
jari yang cedera itu sendiri, jari yang berdekatan, telapak tangan, dada,
atau bahkan perut. Flap dibiarkan tetap menempel pada donor biasanya
selama 3 minggu sampai flap tersebut dapat bertahan hidup secara
mandiri. Dengan teknik bedah mikro, flap juga dapat ditransfer secara
bebas (donor tidak tersambung lagi dengan asalnya) dari bagian tubuh lain
untuk menutupi cedera. Pembuluh darah pada jaringan flap disambungkan
dengan pembuluh darah di lokasi cedera. (1)(2)(3)

8
(V-Y Advancement Flap) Dikutip dari kepustakaan No. 1

(V-Y Kutler Flap) Dikutip dari kepustakaan No. 1

(Cross Finger Flap) Dikutip dari kepustakaan No. 1

9
(Reverse Cross Finger Flap) Dikutip dari kepustakaan No. 1

(Thenar Flap) Dikutip dari kepustakaan No. 1

(Neurovascular Island Flap) Dikutip dari kepustakaan No. 1

10
Amputasi yang disebabkan oleh trauma tajam (clean cut) berpotensi lebih
besar untuk disambungkan kembali dengan sukses daripada trauma tumpul.
Trauma tajam disebabkan, misalnya, oleh pisau. Contoh trauma tumpul adalah
bila jari terpotong karena masuk pada komponen berputar sebuah mesin.
Adanya mekanisme gencet pada trauma tumpul akan semakin memperburuk
prognosis keberhasilan.(1)(2)(3)
12. Komplikasi
Komplikasi pasca operasi dapat secara luas dibagi menjadi masalah pada
lokasi pertumbuhan kuku (steril matriks) dan pada dukungan kuku (phalanx
distal).(1)(2)(6)
1. Masalah matriks steril: jaringan parut dalam matriks steril dapat
menyebabkan berbagai kelainan, seperti bentukan, ketidakpatuhan,
membelah, dan elevasi kuku. Masalah seperti mencegah pertumbuhan atau
kepatuhan terhadap tempat tidur bekas luka kuku.
2. Masalah phalanx distal: Over debridement dapat mengakibatkan korteks
dorsal merata dan hilangnya dukungan tulang, sehingga nonunion dari
falang distal atau osteomyelitis.

Komplikasi pasca operasi awal meliputi hematoma luka, infeksi, dan


nekrosis. Untuk meminimalkan risiko infeksi, irigasi dan debridement luka-
luka amputasi diperlukan. Jika hematoma subungual atau seroma hadir 5-7
hari setelah operasi, membuka kembali lubang trephination kuku atau lembut
meningkatkan kuku di paronychia untuk memungkinkan drainase. Jahitan
digunakan untuk menahan paku di tempat harus dihapus 5-7 hari setelah
cedera untuk mencegah pembentukan saluran sinus melalui lipatan kuku.
Dalam hematoma subungual sederhana, terlepas dari ukuran, penghapusan
kuku dengan perbaikan jahitan dari kuku tidak perlu.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Katzman BM. Bozentka DJ. Chapman’s Orthopaedic Surgery, 3th edition.


Chapter 38: Finger Tip and Nail Bed Injuries. 2001:[1249 – 1264pp]
2. Wilhemi BJ. Medscape: Finger Nail and Tip Injury [cite 2014 November 10 th].
Available from: http://www.medscape.com/Finger Nail and Tip Injury
3. Karadsheh, Mark. Orthobullets: Finger Tip Amputation 2013, August 4th:[1 –
5pp]
4. Miller MD. Thompson SR. Hart JA. Review of Orthopaedics. Chapter7: Hand,
Upper Extrimity, and microvascular surgery. Nail and Finger Tip
Injuries.2012:[540 – 546pp]
5. Sammut D. Mini Simposium: The Traumatised Hand. Finger Tip Injuries: a
review of indications and method of management.2002:[1 – 15pp]
6. Practical Plastic Surgery for Nonsurgeons. Chapter29: Finger and Nail Bed
Injuries:[283 – 291pp]

12

Anda mungkin juga menyukai