Moc
Moc
PENDAHULUAN
Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara kavita pleuralis
dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Proses penting yang melibatkan mediastinum
mencakup emfisema, infeksi, perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer. Kelainan sistemik
seperti karsinoma metastatic dan banyak penyakit granulomatosa juga bisa terlibat dalam mediastinum.
Lesi terutama berasal dari esophagus, trakea, jantung dan pembuluh darah besar biasanya berhubungan
dengan susunan organik spesifik yang terlibat daripada mediastinum. (Sabiston, 1994 )
Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF Nedah Toraks RS
Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun1970 – 1990 di RS Persahabatan
dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24%
timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada
mediastinum anterior 67% kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum posterior 25,5%. Dari
kepustakaan luarnegeri diketahui bahwa jenis yang banyak ditemukan pada tumor mediastinum
anterior adalah limfoma,
timoma dan germ cell tumor.Dari tumor mediastinal yang memberikan gejala, setengahnya adalah
maligna. Sebagian besar tumor yang asimptomatik adalah benigna. (Rasyad,2009)
Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari proses mediastinum telah dimungkinkan dengan
peningkatan penggunaan rontgen dada, tomografi komputerisasi (CT Scan), teknik sidik radioisotope
dan magnetic resonance imaging (MRI), serta telah memperbaiki keberhasilan dalam mengobati lesi
mediastinum. Bersama dengan kemajuan dalam teknik diagnostik ini, kemajuan dalam anestesi,
kemoterapi, immunoterapi, dan terapi radiasi telah meningkatkan kelangsungan hidup serta
memperbaiki kualitas hidup. (Sabiston, 1994)
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang Tumor Mediastinum dengan baik dan
selanjutnya dapat merencanakan dan menerapkan asuhan keperawatan tentang Tumor Mediastinum.
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan bagian
bawah sternum.
2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma didepan jantung.
3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma dibelakang jantung.
4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di antara
mediastinum anterior dan posterior.
2.2 Definisi
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paru-
paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea,
kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003)
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga imaginer di antara paru
kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung,
pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)
Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan mediastinum adalah suatu
rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri
besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan
salurannya. Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal
yang spesifik yang dapat mencegah tumor mediastinum ini. Tetapi jika kita terbiasa berperilaku hidup
sehat insyaalloh kita akan tehindar dari penyakit tumor dan kanker. (dr. Agus Rahmadi, 2010)
2.3 Etiologi
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong asap. Zat yang
mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.
perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein bisa
menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.
1. Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma fisik maupun
penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar matahari maupun sinar lain
seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.
1. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur pada kacang dan
padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
1. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya hubungan virus
dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut
pada manusia.
1. Faktor hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian peranannya belum jelas.
Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang banyak dipengaruhi oleh
hormone tersebut.
1. Timoma
Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor yang banyak terdapat dalam
mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50 tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi
yang meningkat. Tidak terdapat preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Gambaran
histologiknya dapat sangat bervariasi dan dapat terjadi komponen limfositik atau tidak. Malignitas
ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam organ-organ sekelilingnya dan tidak dalam bentuk
histologiknya. Pada 50% kasus terdapat keluhan lokal. Thymoma juga dapat berhubungan dengan
myasthenia gravis, pure red cell aplasia dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma
mempunyai perjalanan klinis benigna. Penentuan ada atau tidak adanya penembusan kapsul
mempunyai kepentingan prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi
bedah. (Aru W. Sudoyo, 2006)
5. Teratoid
1. Kista Dermoid
Contoh dari kista dermoid adalah dahak penderita mengandung gigi, tulang, rambut.
1. Teratoma (Mesoderm)
Teratoma merupakan neoplasma yang terdiri dari beberapa unsur jaringan yang asing pada daerah
dimana tumor tersebut muncul. Teratoma paling sering ditemukan pada mediatinum anterior. Teratoma
yang histologik benigna mengandung terutama derivate ectoderm (kulit) dan entoderm (usus).
Pada teratoma maligna dan tumor sel benih seminoma, tumor teratokarsinoma dan karsinoma
embrional atau kombinasi dari tumor itu menduduki tempat yang terpenting. Penderita dengan kelainan
ini adalah yang pertama-tama perlu mendapat perhatian untuk penanganan dan pembedahan.
Mengenai teratoma benigna, dahulu disebut kista dermoid, prognosisnya cukup baik. Pada teratoma
maligna, tergantung pada hasil terapi pembedahan radikal dan tipe histologiknya, tapi ini harus diikuti
dengan radioterapi atau kemoterapi. (Aru W. Sudoyo, 2006)
1. Limfoma
Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada mediastinum. Limfoma
adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah putih pada sistem kekebalan tubuh
vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma. Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut
kanker Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena
ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan
limfoma non-Hodgkin.
1. Tumor Tiroid
Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.
1. Kista pericardium
Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu dapat menempel pada perikard
dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka dengan perikard itu. Yang terbanyak terdapat di
ventral, di sudut diafragma jantung. Kista ini juga dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial
adalah kelainan congenital, tetapi baru muncul manifestasi pada usia dewasa. Sampai desenium ke 5
atau 6, ukuran tumor biasanya secara lambat bertambah, tetapi jarang sampai lebih dari 10 cm. pada
fluoroskopi, kista-kista ini sering terlihat sebagai rongga-rongga dengan dinding yang tipis dengan
perubahan bentuk pada pernapasan dalam. Kista-kista coelom di sebelah kanan harus differensiasi
dengan lemak parakardial dan dengan hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini
sering terdapt, meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak menimbulkan keluhan,
infeksi sangat jarang dan malignitasnya tidak diketahui. Karena itu ekstirpasi hanya diperlukan pada
keraguan yang serius mengenai diagnosisnya atau pada ukuran kista yang sangat besar.
1. Tumor neurogenik
Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat, manifestasinya hampir selalu
sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak jaug di mediastinum belakang. Tumor ini dapat
berasal dari saraf intercostals, ganglia simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor.
Tumor ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi relative frekuen pada umur anak. (Aru W. Sudoyo,
2006)
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada foto thorax rutin. Gejala
biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur yang berdekatan. Nyeri dada atau punggung
biasanya akibat kompresi atau invasi tumor pada nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan.
Batuk dan dispneu merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang trakeobronchus.
Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam mediastinum posterosuperior, maka tumor ini bisa
menyebabkan sindrom pancoast atau Horner karena kompresi peleksus brakhialis atau rantai simpatis
servikalis.
1. Kista Bronkhogenik
Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri dari jaringan ikat, jaringan
otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi epitel rambut getar atau planoselular dan terisi
lendir putih susu atau jernih. Kista bronkus terletak menempel pada trakea atau bronkus utama,
kebanyakan dorsal dan selalu dekat dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat
juga menimbulkan keluhan karena kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali itu terdapat
bahaya infeksi dan perforasi sehingga kalau ditemukan diperlukan pengangkatan dengan pembedahan.
Gejala dari kista ini adalah batuk, sesak napas s/d sianosis.
2.5 Patofisiologi
Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka secara mekanik
menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai substansia pada jaringan normal
seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari
timbulnya karsinoma meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama
jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah.
Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar mengakibatkan sel-sel yang
dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya
(metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik menyebabkan penekanan
(direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang
menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi,
peningkatan produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala
telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah.
Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala manifestasi
klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia, tuberkulosis
walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala demam yang menonjol.
1. Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu (menelungkup)
2. Sekret berlebihan
7. Effusi pleura
11. Ronchii
Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada waktu presentasi
.Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen pasien menderita gejala pada waktu
penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh lebih mungkin menunjukkan gejala pada waktu
presentasi. Tetapi, dengan peningkatan penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa
mediastinum terlihat pada pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien dengan massa
mediastinum mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkan lebih tingginya kemungkinan
neoplasma ganas.
Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax rutin atau bisa
menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap kompresi tumor atau invasi struktur
mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik atau bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya
patogmonik untuk neoplasma spesifik.
1. Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.
5. Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.
Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat badan dan meningkatnya
rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh pasien dengan massa mediastinum, namun lebih
lazim gejala disebabkan oleh kompresi local atau invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang
berdekatan.
Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri dada yang serupa
biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada posterior dan nervus interkostalis.
Kompresi batang trakhebronkhus biasanya memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis
berulang atau gejala yang agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia
atau gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus brakhialis
masing-masing menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner dan sindrom Pancoast. Tumor
mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling sering berlokalisasi pada mediastinum superior.
Keterlibatan nervus frenikus bisa menyebabkan paralisis diafragma.
2.7 Penatalaksanaa
1. Pembedahan
Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor mediastinum
1. Obat-obatan
1. Immunoterapi
1. Kemoterapi
Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa jenis tumor.
2. Radioterapi
Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan normal. Sedangkan tujuan
radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk membunuh sel tumor dengan kerusakan serendah
mungkin pada sel normal.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi primer yang utama dan hubungan antara
struktur anatomic dalam mediastinum. Tumor atau infeksi dalam mediastinum dapat menyebabkan
timbulnya komplikasi melalui: perluasan dan penyebaran secara langsung, dengan melibatkan struktur-
struktur (sel-sel) bersebelahan, dengan tekanan sel bersebelahan, dengan menyebabkan sindrom
paraneoplastik, atau melalui metastatic di tempat lain. Empat komplikasi terberat dari penyakit
mediastinum adalah:
1. Obstruksi trachea
4. Rupture esofagus
BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
1. Identitas
1. Nama pasien
4. Suku /Bangsa
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Alamat
Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah sesak nafas dan nyeri dada yang berulang tidak khas,
mungkin disertai batuk darah. Pada beberapa kasus sering dilaporkan keluhan infeksi lebih menjadi
sebab klien melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
Data Obyektif: denyut nadi meningkat, disritmia, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah
menurun.
Data Subyektif: –
Data Obyektif: konsistensi feses normal/diare, berat badan turun, penurunan intake makanan
Data Obyektif: kulit pucat, sianosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu
kulit meningkat /normal, tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan, flail chest
1. Sistem Endokrin (B7)
2. Pengkajian Psikososial
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Hb: menurun/normal
2. Analisa Gas Darah: asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon
darah meningkat/normal
4. Pemeriksaan diagnostik
1. Rontgenografi
Investigasi suatu massa di mediastinum harus dimulai dengan foto dada anterior-superior, lateral, oblik,
esofagogram, dan terakhir tomogram bila perlu. Penentuan lokasi yang tepat amat penting untuk
langkah diagnostik lebih lanjut. CT scan thorax diperlukan untuk membedakan apakah lesi berasal dari
vaskuler atau bukan vaskuler. Hal ini perlu menjadi pertimbangan bila bioopsi akan dilakukan, selain itu
CT scan juga berguna untuk menentukan apakah lesi tersebut bersifat kistik atau tidak. Pada langkah
selanjutnya untuk membedakan apakah massa tersebut adalah tumor metastasis, limfoma atau
tuberculosis/ sarkoidosis maka mediastinoskopi dan biopsy perlu dilakukan. Dasar dari evaluasi
diagnostik adalah pemeriksaan rontgenografi. Foto thorax lateral dan posteroanterior standar
bermanfaat dalam melokalisir massa di dalam mediastinum. Neoplasma mediastinum dapat diramalkan
timbul pada bagian tertentu mediastinum. Foto polos bisa mengenal densitas relatif massa ini, dan
apakah padat atau kistik.
1. USG
Ultrasonografi bermanfaat dalam menggambarkan struktur kista dan lokasinya di dalam mediastinum.
Fluoroskopi dan barium enema bisa membantu lebih lanjut dalam menggambarkan bentuk massa dan
hubungannya dengan struktur mediastinum lain, terutama esofagus dan pembuluh darah besar.
Kemajuan dalam teknologi nuklir telah bermanfaat dalam mendiagnosis sejumlah tumor. Sidik yodium
radioiotop bermanfaat dalam membedakan struma intratoraks dari lesi mediatinum superior lain. Sidik
gallium dan teknesium sangat memperbaiki kemampuan mendiagnosis dan melokalisir adenoma
parathyroid. Belakangan ini kemajuan dalam radiofarmakologi telah membawa ke diagnosis tepat.
1. Tomografi Komputerisasi
Kemajuan terbesar dalam diagnosis dan penggambaran massa dalam mediastinum pada tahun
belakangan ini adalah penggunaan sidik CT untuk diagnosis klinis. Dengan memberikan gambaran
anatomi potongan melintang yang memuaskan bagi mediastinum, CT mampu memisahkan massa
mediastinum dari struktur mediastinum lainnya. Terutama dengan penggunaan materi kontras
intravena untuk membantu menggambarkan struktur vascular, sidik CT mampu membedakan lesi asal
vascular dari neoplasma mediastinum. Sebelumnya, pemeriksaan angiografi sering diperlukan untuk
membedakan massa mediastinum dari berbagai proses pada jantung dan aorta seperti aneurisma thorax
dan suni aneurisma Valsava. Dengan perbaikan resolusi belakangan ini, CT telah menjadi alat diagnostik
yang jauh lebih sensitif dibandingkan dengan teknik radiografi rutin. CT bermanfaat dalam diagnosis
kista bronkogenik pada bayi dengan infeksi berulang dan timoma dalam pasien myasthenia gravis, kasus
yang foto polosnya sering gagal mendeteksi kelainan apapun. Tomografi komputerisasi juga
memberikan banyak informasi tentang sifat invasi relatif tumor mediastinum. Diferensiasi antara
kompresi dan invasi seperti dimanifestasikan oleh robeknya bidang lemak mediastinum dapat dibuat
dengan pemeriksaan cermat. Tambahan lagi, dalam laporan belakangan ini, diagnosis prabedah pada
sejumlah lesi yang mencakup kista pericardial, adenoma paratiroid, kista enteric dan tumor telah dibuat
dengan CT karena gambarannya yang khas.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) mempunyai potensi yang memungkinkan diferensiasi struktur
vascular dari massa mediastinum tanpa penggunaan materi kontras atau radiasi. Di masa yang akan
datang, teknik ini bisa memberikan informasi unggul tentang ada atau tidaknya keganasan di dalam
kelenjar limfe dan massa tumor.
1. Biopsy
Berbagai teknik invasif untuk mendapatkan diagnosis jaringan tersedia saat ini. Perbaikan jelas dalam
teknik sitologi telah memungkinkan penggunaan biopsy aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis tiga
perempat pasien lesi mediastinum. Teknik ini sangat bermanfaat dalam mendiagnosis penyakit
metastatik pada pasien dengan keganasan primer yang ditemukan di manapun. Kegunaan teknik ini
dalam mendiagnosis tumor primer mediastinum tetap akan ditegaskan.
Gangguan keseimbangan
Cairan berhubungan dengan:
Tumor mediastinum
DS : letargi, demam.,
1. Penurunan intake
muntah, diare,
cairan
membrana mukosa
kering, turgor kulit buruk, Dilakukan kemoterapi 2. Peningkatan IWL
penurunan output urine. akibat pernafasan
cepat dan demam,
Diare efek chemoteraphi.
DS : klien mengeluh
sesak nafas
Perubahan Nutrisi
DO : anoreksia, mual, Kompresi esofagus
muntah,
Gangguan menelan
Tumor mediastinum
Badan lemah
3.3 Intervensi
1. Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder terhadap
penekanan jaringan paru oleh sel tumor.
Kriteria Hasil: Suara nafas paru relatif bersih, laju nafas dalam rentang normal dan tidak terdapat batuk,
cyanosis, haluaran hidung, retraksi.
Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, Evaluasi berkala keberhasilan terapi
7.
tiap 2-4 jam. tindakan tim kesehatan
1. Diagnosa: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare akibat
khemoterapi.
1. Catat intake dan output Evaluasi ketat kebuituhan intake dan output
Catat pengeluaran feses tiap 4 jam Evaluasi objektif sederhana deficit volume
3.
atau bila perlu. cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status nutrisi
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
No Intervensi Rasional
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan distres pernafasan, latergi, penurunan intake, demam.
Kriteria hasil :Perilaku menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri, pasien
mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivtas tanpa dibantu, koordinasi otot; tulang dan
anggota gerak lainnya baik.
No Intervensi Rasional
3.4 Implementasi
Pada tahap ini ntuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
3.5 Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang
diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses
yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi
dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,
intervensi keperawatan/hasil yang mungkin diperlukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara kavita pleuralis
dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Tumor mediastinum adalah tumor yang
terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung,
aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar
getah bening dan salurannya.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada mahasiswa
keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai tumor mediastinum.