PENDAHULUAN
Paru (Kanan dan kiri) terletak di samping kanan dan kiri mediastinum.
Diantaranya. Di dalam mediastinum, terletak jantung dan pembuluh darah besar.
Paru berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura visceralis. Paru tergantung bebas
dan dilekatkan pada mediastinum oleh radiksnya. Masing-masing paru
mempunyai apex yang tumpul, yang menonjol ke atas ke dalam leher sekitar
2,5cm diatas clavicula; basis yang konkaf yang terletak diatas diaphragm; facies
costalis yang konveks yang disebabkan oleh dinding thorax yang konkaf; facies
mediastinalis yang konkaf yang merupakan cetakan pericardium dan alat-alat
mediastinum lainnya. Sekitar pertengahan facies mediastinalis terdapat hilus
pulmonalis, yaitu suatu cekungan dimana bronchus, pembuluh darah, dan saraf
yang membentuk radix pulmonalis masuk dan keluar dari paru. Pinggir anterior
tipis dan tumpang tindih dengan jantung; pada pinggir anterior ini pada paru
kiriterdapat incisura cardiac. Pinggir posterior tebal dan terletak di samping
columna vertebralis (Snell, 2012).
1. Lobus dan Fissura
a. Paru Kanan
Paru kanan sedikit lebih besar dari paru kiri, dan dibagi oleh fissure
oblique dan fissure horizontalis menjadi tiga lobus; lobus superior, lobus
medius, dan lobus inferior Fissura oblique berjalan dari pinggir inferior ke atas
dan belakang menyilang permukaan medial dan costalis sampai memotong
pinggir posterior. Fissura horizontalis berjalan horizontal menyilang
permukaan costalis dan bertemu dengan fissure oblique. Lobus medius
merupakan lobus kecil berbentk segitiga yang dibatasi oleh fissure horizontalis
dan fissure oblique (Snell, 2012).
b. Paru Kiri
Paru kiri dibagi oleh suatu fissure(fissure oblique) menjadi dua lobus;
lobus superior dan lobus inferior (Snell, 2012).
2. Segmenta Bronchopulmonalia
Segmenta Bronchopulomonalia merupakan unit paru secara anatomi,
fungsi dan pembedahan. Setiap bronchus lobaris(sekunder) yang berjalan ke
lobus paru mempercabangkan bronchus segemntalis (tersier). Setiap
bronchus segmentalis kemudian masuk ke segmenta bronchopneumonalia.
Sebuah segmenta bronchopneumonia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(Snell, 2012):
• Merupakan subdivisi lobus paru
• Berbentuk pyramid dengan apex menghadap ke radiz pulmonis
• Dikelilingi oleh jaringan ikat
• Mempunyai satu bronchus segmentalis, satu arteria segmentalis,
pembuluh limfe, dan persarafan otonom
• Venae segmentalis terletak di dalam jaringan ikat diantara segmenta
bronchopulmonalia yang berdekatan Karena merupakan
unitstruktural, segmen yang sakit dapat dibuang dengan pembedahan.
Setelah masuk segmenta bronchopulmonalia, setiap bronchus
segmentalis terbagi dua berulang-ulang. Pada saat bronchus menjadi lebih
kecil, cartilage yang berbentuk U yang ditemui sejak dari trachea
perlahanlahan diganti dengan lempeng cartilago yang lebih kecil dan lebih
sedikit jumlahnya. Bronchus yang paling kecil membelah dua menjadi
bronchiolus, yang diameternya kurang dari 1 mm. Bronchiolus tidak
mempunyai cartilage di dalam dindingnya dan dilapisi oleh epitel silinder
bersilia. Lapisan submucosa mempunyai serabut otot polos melingkar yang
utuh (Snell, 2012).
Bronchiolus kemudia membagi dua menjadi bronchiolus terminalis,
yang mempunyai kantong-kantong lembut pada dindingnya. Pertukaran gas
yang terjadi antara darah dan udara terjadi pada dinding kantong-kantong
tersebut, karena itu dinamakan bronchiolus respiratorius. Diameter
bronchiolus respiratorius 0,5 mm. Bronchiolus respiratorius berakhir dengan
bercabang menjadi ductus alveolaris yang menuju kea rah saluran berbentuk
kantong dengan dinding yang tipis disebut saccus alveolaris. Saccus
alveolaris terdiri dari beberapa alveoli yang terbuka ke satu ruangan.
Masing-masing alveolus dikelilingi oleh jaringan yang mengandung kapiler
yang padat. Pertukaran gas terjadi antara udara yang terdapat di dalam
lumen alveoli, melalui dinding alveoli ke dalam darah yang ada didalam
kapiler disekitarnya. Segmenta-segmenta bronchopulmonalia utama adalah
sebagai berikut ini (Snell, 2012):
a. Paru kanan
- Lobus superior : Apicalis, posterior,anterior
- Lobus medius : Lateralis, medialis
- Lobus inferior : Superior (apical), basali medialis basalis anterior,
basalis lateralis, dan basalis posterior
b. Paru kiri
- Lobus superior : Apicalis, posterior, anterior, lingualaris superior,
lingualaris inferior
- Lobus inferior : Superior (apical), basali medialis basalis anterior,
basalis lateralis, dan basalis posterior
3. Radix pulmonalis
Radix pulmonalis dibentuk oleh alat-alat yang masuk dan keluar paru.
Alat-alat tersebut ada;ah bronchus, arteria dan vena pulmonalis, pembuluh
limfe, arteria dan vena broncialis dan saraf. Radix pulmonalis dikelilingi
oleh selubung pleura, yang menghubungkan pleura parietalis pars
mediastinalis dengan pleura visceralis yang membungkus paru (Snell, 2012).
4. Pembuluh Darah Paru
Bronchus, jaringan ikat paru, dan pleura visceralis menerima darah
dari arteriae bronchiales, yang merupakan cabang dari aorta descendens.
Vena bronchiales mengalirkan darahnya ke vena azygos dan vena
hemiazygos. Alveoli menerima darah teroksigenasi dari cabang-cabang
terminal arteria pulmonalis. Darah yang telah mengalami oksigenasi
meninggalkan kapiler-kapiler alveoli dan akhirnya bermuara ke dalam kedua
vema pulmonalis. Dua vena pulmonalis meninggalkan radix pulmonalis
masing-masing paru untuk bermuara ke dalam atrium kiri jantung (Snell,
2012).
5. Aliran Limfe Paru
Pembuluh limfe berasal dari plexus superficialis dan plexus profundus
(Gambar 3), dan tidak terdapat pada dinding alveoli. Plexus superficialis
(subpleura) terletak dibawah pleura visceralis dan mengalirkan cairannya
melalui permukaan paru ke arah hilus pulmonalis, tempat pembuluh-pembuluh
limfe bermuara ke nodi bronchopulmonales. Plexus profundus berjalan
sepanjang bronchus dan arteria dan vena pulmonalis menuju ke hilus
pulmonalis, mengalirkan limfe ke nodi pulmonis yang terletak didalam
substansi paru. Limfe kemudian masuk ke dalam nodi bronchopulmonales di
dalam hilus pulmonis. Semua limfe dari paru meninggalkan hilus pulmonalis
mengalir ke nodi tracheobronchiales dan kemudian masuk ke dalam truncus
lymphaticus bronchomediastinalis (Snell, 2012).
Gambar 3. Aliran limfe paru dan ujung bawah oesophagus
6. Persarafan Paru
Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis (Gambar 4).
Plexus dibentuk dari cabang-cabang truncus symphaticus dan serabut-
serabut parasimpatik nervus vagus. Serabut-serabut eferen simpatik
mengakibatkan bronchodilatasi dan vasokonstriksi. Serabut-serabut eferen
parasimpatik mengakibatkan bronchokonstriksi,vasodilatasi dan peningkatan
sekresi kelenjar. Impuls aferen yang berasal dari membrane mucosa
bronchus dan dari reseptor regang dinding alveoli berjalan ke system saraf
pusat di dalam saraf simpatik dan parasimpatik (Snell, 2012).
Sintesis:
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO)
telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO
tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada
tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari
seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat
182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari
Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk (kemenkes, 2014: 1).
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2
- 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah
terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang
atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti
tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV
yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus
TB setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan
sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah
pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut
pada seluruh kalangan usia. ( perhimpunan dokter paru indonesia. 2006: 2).
TB dianggap sebagai masalah kesehatan di dunia yang penting karena
±1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh bakteri TB. Sebagian besar angka
kejadian dari kasus TB ini (95%) dan angka kematiannya (98%) terjadi di
negara- negara yang sedang berkrmbang. Karena penduduk yang padat serta
tingginya prevalensi TB di Asia, maka < 65% dari kasus- kasus TB yang baru
dan kematiannya muncul disana. 75% TB menyerang usi produktif yakni
umur 20-50 tahun.
Masalah munculnya atau meningkatnya beban TB global antara lain
karena :
1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara
yang sedang berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan
tertentu di negara maju.
2. Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk
dunia dan perubahan dari struktur usia manusia yang hidup.
3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk di
kelompok yang rentan terutama di negara- negara miskin.
4. Tidak memadainya pendidikan kesehatan mengenai TB diantara
para dokter.
5. Terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, darana diagnostik, dan
pengawasan kasus TB dimana terdeteksi adanya kasus yang tidak
tertatalaksana dengan baik dan benar.
6. Adanya epidemi HIV/AIDS di seluruh dunia terutama afrika dan
Asia (Amin, 2014: 864 ).
2. Sejak 1 bulan yang lalu, Tn. Abi mengeluh sering batuk berdahak berwarna putih
kehijauan. Keluhan tersebut disertai demam tidak terlalu tinggi dan berk
eringat banyak pada malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan,
kadang- kadang batuk disertai nyeri dada.
A. Apa makna Tn.Abi sering batuk berdahak berwarna putih kehijauan ?
Jawab:
Batuk berdahak merupakan salah satu gejala klinis yang ditemukan
pada pasien TB paru. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk
ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru
ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Sputum yang berwarna putih
kehijauan menandakan terjadinya infeksi jangka panjang atau penyebab
inflamasi non-infeksi. Warna sputum dapat dikaitkan dengan enzim yang
disebut myeloperoxidases (MPO) yang disebabkan oleh kerusakan neutrophil
dalam sel dan dikeluarkan oleh sel-sel darah putih (Amin, 2014: 472).
3. Tn. Abi tinggal di rumah bersama istri dan satu orang anak yang berusia 3 tahun.
Teman satu ruangan di kantor Tn.Abi ada yang mengalami keluhan yang sama.
Sebelumnya Tn.Abi tidak pernah mengalami keluhan yang serupa. Dokter
menganjurkan Tn.Abi melakukan pemeriksaan rontgen paru.
A. Apa makna teman satu ruangan di kantor Tn.Abi ada yang mengalami
keluhan yang sama?
Jawab:
Maknanya teman Tn. Abi dapat menularkan penyakit melalui droplet nuclei
Sintesis :
Cara penularan TB
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik
dahak yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB
dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam
dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman yang
terkandung dalam contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit
dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif
adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah
26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks
positif adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang
mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. (Menkes, 2014: 4).
B. Apa faktor risiko dari kemungkinan penyakit?
Jawab:
Faktor risiko adalah semua variabel yang berperan timbulnya kejadian
penyakit. Pada dasarnya berbagai faktor risiko TBC saling berakaitan satu
sama lain. Faktor risiko yang berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis
adalah faktor karakteristik individu dan faktor risiko lingkungan.
Sintesis:
C. Tingkat Pendidikan
D. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus
dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi
terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara
yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya
gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap
pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola
hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan
selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah
(kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan
dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga
mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk
terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi
rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi
rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan
mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru
E. Kebiasaan Merokok
F. Status Gizi
H. Perilaku
C. Ventilasi
2. Pemeriksaan radiologis
a. Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus
dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak
diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan hapusan positif perlu
dilakukan foto toraks bila:
1. Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)
2. Hemoptisis berulang atau berat
3. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +
b. Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif :
1. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus
atas dan segmen superior lobus bawah paru.
2. Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan
atau nodular.
3. Bayangan bercak milier.
4. Efusi Pleura
c. Gambaran radiologi yang dicrigai Tb paru inaktif :
1. Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus
atas dan atau segmen superior lobus bawah.
2. Kalsifikasi.
Faktor resiko
Menularkan TB
Invasi mycobacterium
Tuberculosis ke paru Batuk
Nyeri Batuk
dada berdarah
Achmadi .2005. Hubungan antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian Tuberkulosis Paru
dengan Basil Tahan Asam positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang
,Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2005
Amin, Zulkifli. 2014. Tuberculosis paru . Dalam Sudoyo, Aru W et al,. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Hal 864)
Bickley, L. S. 2012. BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik &Riwayat Kesehatan. Jakarta :
EGC, hal 242-243)
Crofton, A. Horne, M. Miller, F. Tuberkulosis Klinis. Jakarta : Widya Medika; 2002.
Price, Sylvia A. & Lorraine. M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6Volume 2. EGC, Jakarta, hal. 852-853
Sandstrom, Staffan. 2010. Toraks dalam WHO Manual Pembuatan Foto Diagnostik
Teknik dan Proyeksi Radiografi. Jakarta: EGC. Hal 4
Snell, Richard. S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.Jakarta : EGC