4324
4324
Disusun oleh :
IRAWATI SOLIKHAH
NIM : 0121557
Solikhah, Irawati. 2015. Perbedaan perubahan berat badan pada akseptor KB suntik DMPA dan KB
implant di BPM Ny. Siti F Desa Ngempon, kecamatan Bergas,Kabupaten Semarang. DIII Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Ninik Christiani, S.SiT, M.Kes, Pembimbing II : Heni
Setyowati, S.SiT., M.Kes
Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi tiga bulanan lebih dari 2,3 kilogram pada tahun
pertama, sedangkan pada kontrasepsi implant bulanan efek samping terhadap berat badan sangatlah ringan,
rata-rata pertambahan berat badan dua hingga tiga kilogram pada tahun pertama. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan perubahan berat badan pada akseptor KB suntik DMPA dan KB implant di Bpm
Ny. Siti F Desa Ngempon, kecamatan Bergas,Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini adalah komparatif observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB selama 1 tahun di BPM Ny.Siti F Desa Ngempon, Kecamatan
Bergas,Kabupaten Semarang sebanyak 947 akseptor KB. Sampel yang diambil yaitu 54 orang terdiri dari
akseptor KB suntik DMPA 27 orang dan akseptor KB implan 27 orang. Data dianalisa secara statistik dengan
menggunakan uji t-test independent.
Hasil penelitian dengan menggunakan t-test dependent didapatkan bahwa p value = 0,000 (p value <
0,05), berarti ada perbedaan perubahan berat badan yang signifikan sebelum dan sesudah menggunakan KB
suntik DMPA dan pada akseptor KB implan didapatkan p value = 0,833 (p value > 0,05), berarti tidak ada
perbedaan perubahan berat badan yang signifikan sebelum dan sesudah menggunakan KB implan pada
responden di BPM Ny. Siti F Desa ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Hasil analisis data
didapatkan nilai t = 4,665 dan uji menggunakan independent t-test didapatkan bahwa p value = 0,000 (p value
< 0,05), berarti “terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perubahan berat badan pada askeptor KB suntik
dan akseptor KB implant di BPM Ny. Siti F Desa Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Diharapkan bagi bidan untuk memberikan informasi tentang keuntungan dan efek samping
penggunaan KB suntik DMPA dan KB implan khususnya tentang adanya peningkatan ataupun penurunan
berat badan apabila menggunakan salah satu dari kontrasepsi tersebut.
ABSTRACT
Solikhah, Irawati. 2015. The differences in weight change on injectable DMPA acceptors and birth
control implant in BPM Ny. Siti F Ngempon village, District Bergas, Semarang regency. Supervisor I :
Ninik Christiani, S.SiT, M.Kes, Supervisor II: Heny Setyowati, S.SiT., M.Kes
Weight gain in the use of contraception quarterly over 2.3 kilograms in the first year, while the monthly
contraceptive implant side effects is very light weight, the average weight gain of two to three kilograms in the
first year. This study aims to determine differences in weight change on injectable DMPA acceptors and birth
control implant in BPM Ny. Siti F Ngempon village, District Bergas, Semarang regency.
This research is a comparative observational with cross sectional design. The population in this study
are all acceptors for 1 year in BPM Ny.Siti F Ngempon Village, District Bergas, Semarang regency as many as
947 acceptors. Samples taken, 54 people consisting of injectable DMPA acceptors 27 and 27 implant
acceptors. Data were statistically analyzed using independent t-test.
The results using dependent t-test showed that the p value = 0.000 (p value <0.05), meaning there is a
difference significant changes in body weight before and after using DMPA injections to respondents and the
implant acceptors obtained p value = 0.833 (p value> 0.05), meaning there is no difference significant weight
change before and after using the birth control implant on respondents in BPM Ny. Siti F Ngempon Village,
District Bergas, Semarang regency. Results of data analysis obtained the value t = 4.665 and test using
independent t-test showed that the p value = 0.000 (p value <0.05), meaning "there is a significant difference
on weight change in askeptor injections and implant acceptors in BPM Ny. Siti F Ngempon Village, District
Bergas, Semarang regency.
Expected for midwives to provide information about the benefits and side effects of use of DMPA
injections and birth control implants in particular on the increase or decrease in weight when using one of
these contraceptives..
Key Word : weight, injectable DMPA acceptors, implant acceptors
Refferences : 23 Daftar Pustaka (2005-2013)
BAB I Jenis kontrasepsi yang banyak
PENDAHULUAN digunakan adalah kontrasepsi hormonal yang
tersedia dalam bentuk oral, suntik dan implan.
A. Latar Belakang Metode kontrasepsi hormonal dianggap salah
Salah satu masalah pokok di bidang satu metode dengan tingkat efektifitas yang
kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah tinggi, tetapi disisi lain kontrasepsi hormonal
jumlah penduduk yang besar dengan laju terutama yang mengandung progestin dapat
pertumbuhan penduduk yang relatif lebih mengubah menstruasi. Perubahan-perubahan
tinggi. Gerakan KB nasional merupakan suatu ini tidak dapat diduga, bervariasi antara
usaha untuk mengatasi masalah tersebut masing- masing wanita sampai beberapa
(Sulistyawati, 2011). Secara nasional pada tingkat terhadap metode kontrasepsi. Pada
bulan Maret 2013 peserta Keluarga Berencana sebagian besar pemakai, terjadi peningkatan
sebanyak 696.558. Apabila di lihat secara insiden bercak darah yang tidak teratur dan
menyeluruh maka persentasenya adalah sedikit atau perdarahan diluar siklus kadang-
sebagai berikut : 304.744 peserta suntikan kadang berkepanjangan, dan kadang- kadang
(48,92%), 175.095 peserta pil (25,14%), dengan oligomenore atau bahkan amenore
66.265 peserta IUD (9,51%), 59.402 peserta (Hartanto, 2004). Jenis kontrasepsi hormonal
implant (8,53%), 40.075 peserta kondom yang hanya mengandung progestin terdiri dari
(5,75%) 12.522 peserta MOW (1,80%), dan Mini Pil, KB Suntik DMPA dan implan.
2.458 peserta MOP ( 0,35%). Berdasarkan Setyaningrum (2008) menyatakan bahwa
data di atas mayoritas pengguna KB pada terdapat hubungan antara lama pemakaian
bulan Maret 2013 adalah pengguna KB baru DMPA dengan Siklus menstruasi, lama
yang menggunakan non metode kontrasepsi menstruasi dan kejadian spotting. Semakin
jangka panjang (Non MKJP) yaitu sebesar lama penggunaan maka jumlah darah
79,81% dari semua peserta KB baru. menstruasi yang keluar juga semakin sedikit
Sedangkan peserta KB baru yang dan bahkan sampai terjadi amenore. Implan
menggunakan metode kontrasepsi jangka termasuk kontrasepsi jangka panjang,
panjang (MKJP) seperti IUD, MOW, MOP dan sehingga dimungkinkan akan memberikan
Implant hanya sebesar 20,19% (BKKBN,2013). pengaruh yang berbeda terhadap gangguan
Data provinsi yang diperoleh dari menstruasi dibandingkan KB Pil dan Suntik
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga sedangkan keuntungan Pil yaitu tetap
Berencana Nasional) jumlah peserta KB baru membuat menstruasi teratur (Hakim, 2010).
pada tahun 2013 di provinsi jawa tengah Efek samping kontrasepsi DMPA dan
adalah sebagai berikut peserta KB Suntik implan yang paling utama adalah gangguan
2.131 pasangan usia subur 3 (42,08%), menstruasi berupa amenore, spotting,
peserta KB IUD 1.485 pasangan usia subur perubahan dalam siklus, frekuensi, lama
(29,32%), peserta KB Kondom 519 pasangan menstruasi dan jumlah darah yang hilang
usia subur (10,25%), peserta KB Implant 443 (Hartanto, 2004). Kedua jenis kontrasepsi
pasangan usia subur (8,75%), peserta KB Pil tersebut kandungan hormonnya sama yaitu
267 pasangan usia subur ( 5,27 %), peserta progesterone namun pengaruh terhadap
KB MOW 175 pasangan usia subur (3,46%), gangguan menstruasi ada perbedaan, hal ini
dan peserta KB MOP 44 pasangan usia subur sesuai dengan teori yang dikemukakan
(0,87%) (BKKBN, 2013). Siswosudarno (2007) yang menyatakan bahwa
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang kontrasepsi implan mempunyai keluhan
menjadi pilihan dan merupakan salah satu dari gangguan menstruasi yang lebih sedikit
program KB nasional ini adalah KB suntikan dibandingkan dengan kontrasepsi suntik
(injectables) dan merupakan salah satu alat DMPA. Murdiyanti (2007) menyatakan bahwa
kontrasepsi yang berdaya kerja panjang Siklus menstruasi pada ibu akseptor IUD lebih
(lama), yang tidak membutuhkan pemakaian baik dibandingkan dengan akseptor suntik
setiap hari atau setiap akan senggama tetapi dimana siklus menstruasi yang normal pada
tetap reversible. Syarat-syarat yang harus akseptor IUD terjadi karena masih ada
dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang keseimbangan antara hormon estrogen dan
baik adalah aman, dapat diandalkan, progesterone alamiah
sederhana, murah dapat diterima orang Kontrasepsi suntik dan implant
banyak, pemakaian jangka lama (continuation merupakan salah satu obat yang mengandung
rate tinggi), namun sampai saat ini belum hormon progesteron yang kuat sehingga
tersedia satu metode kontrasepsi yang benar- merangsang hormon nafsu makan yang ada di
benar 100% sempurna. Kontrasepsi suntikan hipotalamus (Mansjoer, 2003) dan hormon
adalah obat pencegah kehamilan yang estrogen yang menyebabkan terjadinya
pemakaiannya dilakukan dengan jalan peningkatan pengendapan lemak pada
menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur kelenjar mammae dan jaringan subkutis,
(Sulistyowati, 2011). pengendapan lemak nyata pada pantat, paha
dan meyebabkan pelebaran panggul, sehingga Desa Ngempon, Kecamatan Bergas,
mengakibatkan penambahan berat badan Kabupaten Semarang”.
(Guyton, 2005). Peningkatan berat badan pada Tujuan Khusus
pemakaian kontrasepsi tiga bulanan lebih dari a. Mengetahui perbedaan perubahan
2,3 kilogram pada tahun pertama (Varney, berat badan sebelum dan sesudah
2007), sedangkan pada kontrasepsi implant menggunakan KB suntik DMPA di BPM
bulanan efek samping terhadap berat badan Ny. Siti F Desa ngempon, Kecamatan
sangatlah ringan, rata-rata pertambahan berat Bergas, Kabupaten Semarang
badan dua hingga tiga kilogram pada tahun b. Mengetahui perbedaan perubahan
pertama (Hartanto, 2003; Varney, 2007). berat badan sebelum dan sesudah
Berdasarkan studi pendahuluan menggunakan KB implant di BPM Ny.
didapatkan data jumlah akseptor KB aktif di Siti F Desa ngempon,Kecamatan
Bpm Ny.Siti F Desa ngempon, kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang
Bergas, Kabupaten Semarang pada bulan c. Mengetahui perbedaan perubahan
april 2014 sampai bulan maret 2015 yang berat badan pada askeptor KB suntik
menggunakan KB selama1tahun sebanyak dan akseptor KB implant di BPM Ny.
127 akseptor KB yang terbagi menjadi 2 Siti F Desa Ngempon, Kecamatan
kelompok yaitu jumlah akseptor KB DMPA Bergas, Kabupaten Semarang.
sebanyak 97 orang dan akseptor KB implant
sebanyak 30 orang. Dari studi pendahuluan D. Manfaat Penelitian
yang dilakukan pada 5 akseptor yang 1. Manfaat bagi peneliti
menggunakan KB suntik 3 bulan dalam 1 Dapat menerapkan dan mengembangkan
tahun didapatkan data 3 orang mengalami ilmu yang telah didapatkan saat kuliah
kenaikan 3-5 kg dan 2 orang mengalami 2. Manfaat bagi institusi
kenaikan berat badan 6-8 kg. Sedangkan 5 pendidikan
dari akseptor yang menggunakan KB implan 2 Dengan adanya studi penelitian ini dapat
orang mengalami penurunan 2 kg dan 2 orang dijadikan sebagai wawasan dan
mengalami kenaikan berat badan 3-4 kg pengetahuan bagi pembaca dan
sedangkan 1 orang tidak mengalami kenaikan menambah bahan kajian diperpustakaan
berat badan dalam 1 tahun. Berdasarkan studi 3. Manfaat bagi tenaga
pendahuluan tersebut didapatkan data bahwa bidan
akseptor KB suntik mempunyai perubahan a. Diharapkan bidan dapat meningkatkan
kenaikan berat bdan lebih tinggi dibandingkan pelayanan yang berkualitas dan
dengan pemakai akseptor KB implan sehingga bermutu terhadap akseptor KB
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian b. Sebagai masukan untuk informasi
dengan membandingkan kenaikan berat badan dalam melaksanakan penyuluhan dalam
antara pemakai KB suntik DMPA dengan bidang kesehatan kepada masyarakat.
pemakai KB implan secara keseluruhan. 4. Manfaat bagi
Berdasarkan uraian dan studi masyarakat
pendahuluan tersebut maka peneliti tertarik Bagi masyarakat dapat dijadikan
untuk melakukan penelitian dengan judul dasar motivasi dalam memilih metode yang
“perbedaan perubahan berat badan pada efektif, dan masyarakat diharapkan
akseptor KB suntik DMPA dan KB implant di mendapatkan lebih informasi tentang efek
BPM Ny. Siti F Desa ngempon, kecamatan samping pemakaian kontrasepsi,
Bergas, Kabupaten Semarang”. khususnya kontrasepsi suntikan. Bagi
peneliti sendiri untuk menambah
B. Rumusan Masalah pengetahuan dan pengalaman serta
Berdasarkan latar belakang masalah penerapan.
tersebut diatas, penulis merumuskan
permasalahan penelitian ini adalah “adakah
perbedaan perubahan berat badan pada
akseptor KB suntik DMPA dan KB implant di
Bpm Ny. Siti F Desa Ngempon, kecamatan
Bergas,Kabupaten Semarang”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan perubahan
berat badan pada akseptor KB suntik
DMPA dan KB implant di Bpm Ny.Siti F
BAB III 2006). Populasi dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN adalah seluruh akseptor KB selama 1
tahun di BPM Ny.Siti F Desa Ngempon,
Kecamatan Bergas,Kabupaten
Semarang sebanyak 947 akseptor KB
A. Kerangka Konsep
yang terdiri dari akseptor yang
menggunakan kontrasepsi suntik DMPA
KB suntik sebanyak 240 orang yang terdiri dari 97
DMPA Perubahan orang akseptor KB suntik selama 1
berat badan tahun, 143 orang akseptor KB suntik
KB Implant yang memakai KB suntik lebih dari 1
tahun, dan akseptor KB suntik 1 bulan
sebanyak 600 orang, sedangkan pada
akseptor KB implant sebanyak 36 orang
Bagan 3.1 Kerangka Konsep dan 30 orang akseptor implan selama 1
tahun yang terdiri dari 3 akseptor KB
implanon dan 27 akseptor KB indoplan,
B. Defiinisi Operasional
akseptor KB pil 52 orang , IUD 7 orang,
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
akseptor KB MOW 3 orang, kondom 7
Variabel Lamanya akseptor KB suntik Catatan rekam medis orang dan akseptor KB MOP sebanyak
Independen DMPA yang dihitung sejak 2 orang.
Pemakaian KB pertama kali menggunakan KB
suntik DMPA suntik setelah kelahiran anak b. Sampel
terakhir kali melakukan KB Sampel adalah bagian dari
suntik sampai penelitian ini
dilakukan yang lamanya 1 tahun jumlah dan karakteristik yang dimiliki
Pemakaian KB Lamanya akseptor KB implant Catatan rekam medis
oleh populasi (Sugiyono, 2009).
Implant yang dihitung sejak pertama kali Penelitian eksperimen yang
menggunakan KB implant
setelah kelahiran anak terakhir
sederhana, yang menggunakan
kali melakukan KB sampai kelompok eksperimen dan kelompok
penelitian ini dilakukan yang
lamanya 1 tahun
kontrol, maka jumlah anggota
sampel masing-masing kelompok
Berat badan Besar ukuran badan manusia Menggunakan
akseptor KB suntik pada awal sebelum penggunaan timbangan dan melihat antara 10 sampai dengan 20
DMPA dan Implan KB suntik dengan berat badan kartu KB yang dimiliki responden (Sugiyono, 2007). sampel
pada sekarang saat 1 tahun akseptor
menggunakan suntik dan implan dalam penelitian ini adalah jumlah
akseptor Kb suntik DMPA sejumlah
C. Tempat dan Waktu Penelitian 82 orang dan jumlah akseptor KB
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei implant sejumlah 21 orang akseptor
2015 di BPM Ny.Siti F Desa ngempon, yang terdiri dari 3 implanon dan 27
kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. indoplan. Sampel yang diambil yaitu
36 orang terdiri dari akseptor KB
suntik DMPA 18 orang dan akseptor
D. Rancangan Penelitian
KB implan 18 orang.
1. Desain Penelitian
c. Tehnik pengambilan sampel
Desain penelitian adalah kerangka
acuan bagi peneliti untuk mengkaji Tehnik pengambilan sampel
hubungan antar variabel dalam suatu dalam penelitian ini menggunakan
penelitian. Rancangan penelitian ini teknik random sampling, dimana
merupakan studi prospektif komparatif pengambilan sampel dilakukan
observasional dengan membandingkan dengan sederhana yang dilakukan
perubahan berat badan antara akseptor KB secara acak, dikatakan sederhana
suntik DMPA dan Implan. Sedangkan karena pemilihan sampel dilakukan
penelitian ini menggunakan pendekatan tanpa harus memperhatikan strata
“cross sectional” yaitu data yang diambil yang ada pada populasi tersebut.
pada saat bersamaan (Notoatmodjo, 2009). Teknik ini dapat dianggap
2. Populasi dan representative hanya bila dilakukan
Sampel pada anggota populasi yang
a. Populasi diasumsikan homogen. Cara
Populasi adalah keseluruhan
menggunakan teknik ini tergolong
subyek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada sangat mudah, yaitu dengan
dalam wilayah penelitian (Arikunto, menggunakan tabel acak ataupun
dengan melakukan pengundian atas 1) Peneliti mengajukan surat ijin
masing-masing anggota populasi penelitian terlebih dahulu dengan
yang telah diberi nomor (Sugiyono, cara meminta surat pengantar
2009). Pada penelitian ini terdapat dari kampus AKBID Ngudi
dua kelompok independen yang Waluyo yang ditujukan ke
akan diteliti yaitu kelompok akseptor KESBANGPOL. Setelah
KB suntik dan kelompok akseptor KB KESBANGPOL mengeluarkan
implant. Jumlah sampel berdasarkan surat balasan, surat balasan
teori yang ada yaitu pada akseptor tersebut disampaikan kepada
KB suntik DMPA sebanyak 27 orang BAPPEDA, Dinas Kesehatan
dan akseptor KB implant sebanyak Kab. Semarang, Kepala Desa
27 orang. Penetapan sampel Ngempon dan Bidan BPM Ny.Siti
didasarkan pada kriteria inklusi F,Kecamatan Bergas Kabupaten
sebagai berikut: Semarang. Surat yang
1) Akseptor KB suntik dan implant yang disampaikan kepada Dinas
menggunakan KB dalam 1 tahun ini kesehatan untuk meminta ijin
2) Akseptor KB yang melakukan penelitian, sedangkan surat untuk
pemasangan KB di BPM Ny.Siti F Kepala Desa Ngempon dan
Dan kriteria eksklusi dalam bidan BPM Ny. Siti F, Kecamatan
penelitian ini adalah Bergas, Kabupaten Semarang
1) Akseptor KB yang menggunakan digunakan untuk meminta ijin
KB diatas 1 tahun penelitian dan untuk memperoleh
2) Akseptor KB yang mengalami data.
droup out. 2) Setelah memperoleh ijin dan data
3. Tehnik dan alat yang berkaitan dengan penelitian
Pengumpulan Data peneliti mengumpulkan data dari
a. Tehnik Pengumpulan Data rekam medis di BPM Ny.Siti F
Teknik pengumpulan data Desa ngempon, kecamatan
dalam penelitian ini adalah Bergas, Kabupaten Semarang,
menggunakan data sekunder yaitu tentang jumlah ibu bersalin.
data yang sudah tersedia sehingga 3) Peneliti mengambil data tentang
kita tinggal mencari dan jumlah akseptor KB suntik DMPA
mengumpulkan. Dalam penelitian ini dan akseptor KB implant dan
data sekunder yang digunakan data berat badan akseptor
adalah hasil catatan jumlah akseptor tersebut di BPM Ny. Siti F Desa
KB suntik DMPA dan akseptor KB ngempon,kecamatan
implant di Bpm Ny.Siti F Desa Bergas,Kabupaten Semarang
ngempon,kecamatan yang menjadi sampel penelitian.
Bergas,Kabupaten Semarang. 4) Mengisi data ke lembar obsevasi
b. Alat Pengumpulan Data
yang telah disediakan.
Alat yang digunakan dalam
5) Peneliti mengumpulkan hasil
penelitian ini adalah dengan
lembar obsrevasi dan disimpan
menggunakan lembar observasi
dalam file tertutup.
yang diisi dari hasil dokumentasi
4. Pengolahan dan
yang digunakan untuk memperoleh
Analisa Data
informasi dari tenaga kesehatan
a. Pengolahan Data
tentang jumlah akseptor KB suntik
Pengolahan data dilakukan dengan
DMPA dan akseptor KB implant di
melalui tahap sebagai berikut :
Bpm Ny.Siti F Desa Ngempon, 1) Editing
Kecamatan Bergas, Kabupaten Langkah ini bertujuan
Semarang Prosedur pengambilan untuk meneliti kembali data yang
data dalam hal ini peneliti telah terkumpul, apakah telah
mengumpulkan data secara formal terisi atau belum serta
kepada subjek untuk menjawab mengevaluasi kelengkapan,
pertanyaan secara tertulis. Adapun konsistensi, dan kesesuaian
langkah dalam pengumpulan data antara kriteria data sesuai
yaitu :
dengan tujuan penelitian. Editing menggunakan KB suntik DMPA dan
dilakukan di lapangan, sehingga implant. Data dan informasi yang
bila terjadi kekurangan atau diperoleh dari analisa univariat dapat
ketidaksesuaian dapat segera dibuat distribusi frekuensi dan
proporsi atau prosentase
dilengkapi (Sugiyono, 2009).
(Notoatmodjo, 2010).
Editing dilakukan untuk
2) Analisa bivariat
mengetahui data sudah diisi Analisis bivariat digunakan
dengan benar sesuai petunjuk terhadap 2 variabel yang diduga
pengisian. Tahap ini semua data berhubungan atau berkorelasi.
diperiksa, sehingga apabila ada Analisa bivariat dalam penelitian ini
pertanyaan yang belum diisi atau untuk menganalisis perbedaan
kesalahan penulisan, masalah perubahan berat badan pada
tersebut dapat ditanyakan akseptor KB suntik DMPA dan KB
kepada responden. implant di BPM Ny. Siti F Desa
2) Scoring ngempon,kecamatan
Skoring adalah pemberian Bergas,Kabupaten Semarang.
skor terhadap jawaban Berdasarkan tujuan penelitian
dan skala data tersebut, maka uji
responden untuk memperoleh
statistik digunakan dalam penelitian
data kuantitatif yang diperlukan. ini adalah uji t (t-test) independent.
Skor/nilai diberikan pada masing- Rumus t-test independent tersebut
masing jawaban responden dapat digunakan apabila memenuhi
(Sugiyono, 2009). beberapa asumsi yaitu bila data
3) Coding berdistribusi normal. Apabila distribusi
Usaha mengklasifikasikan datanya tidak normal, maka
jawaban-jawaban yang ada menggunakan uji non parametrik.
menurut macamnya. Klasifikasi Sedangkan bila asumsi kenormalan
dilakukan dengan cara menandai dapat dipenuhi maka digunakan uji
masing-masing jawaban dengan statistik parametrik.
kode berupa angka, kemudian di Pengujian normalitas data
dalam penelitian ini menggunakan
masukkan dalam tabel guna
metode analisis uji shapiro-wilk untuk
mempermudah membacanya.. sampel kecil (≤ 50). Ketentuan yang
4) Tabulating
digunakan yaitu nilai keyakinan
Kegiatan pengelohan data sebesar 0,95 dan nilai kemaknaan α
agar dengan mudah dapat = 0,05. Distribusi data normal atau
dijumlah, disusun dan ditata tidak dapat dilihat dari nilai p value,
untuk disajikan dan dianalisis. yaitu jika p value> 0,05 maka
5) Entry data distribusi data normal dan bila p
Proses memasukkan data value < 0,05 maka distribusi data
yang telah ditabulasikan ke tidak normal (Arikunto, 2006).
dalam program komputer, yaitu Jika data berdistribusi normal,
program SPSS 10. maka untuk menguji perbedaan
6) Cleaning pretest dengan posttest digunakan uji
Merupakan kegiatan t independent namun jika data tidak
berdistribusi normal digunakan uji
pengecekan kembali data yang
yang digunakan adalah uji non
sudah dimasukkan apakah ada parametrik dengan menggunakan uji
kesalahan atau tidak. Cleaning Wilcoxon
data dilakukan melalui program 5. Etika Penelitian
komputer Dalam melakukan penelitian ini ,
b. Analisis Data peneliti mendapat rekomendasi dari
1) Analisis Univariat akademik dan mengajukan permohonan
Setelah data diolah, kemudian
izin kepada tempat penelitian.
dilanjutkan dengan melakukan
analisis data menggunakan tekhnik
Kuesioner diberikan kepada responden
deskriptif dengan uji analisis univariat dengan menekankan masalah etik,
untuk mengetahui gambaran meliputi :
perubahan berat badan pada a. Informed
akseptor KB sebelum dan sesudah Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini rutin, serta tenaga kesehatan yang sudah berkualitas,
diberikan pada responden, seperti dokter, perawat, bidan, dan mantri.
disampaikan keterangan tentang Masyarakat juga sudah sadar akan kebutuhan
tujuan dan manfaat penelitian. kesehatannya, mulai dari menjaga kebersihan,
kesehatan, dan mereka sadar apabila sakit kemana
Apabila responden bersedia maka
meraka akan berobat.
responden diminta untuk
mendatangani lembar persetujuan B. Karakteristik responden
dan jika responden menolak maka 1. Umur
peneliti menghormatinya. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi umur
b. Anonimity responden pengguna KB suntik
(tanpa nama) DMPA dan implant di BPM Ny.
Untuk menjaga Siti F Desa ngempon,Kecamatan
kerahasiannya dalam hal ini peneliti Bergas, Kabupaten Semarang
menantumkan nama responden, dan Umur N Mean Min Max
responden
dalam mengolah data,serta DMPA 27 23,89 18 32
penyajian data. Implant 27 27,11 19 38
c. Confidentialit
iy (kerahasiaan) Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian
Informasi yang diberikan oleh besar responden pengguna KB suntik DMPA
responden serta semua data yang rata-rata berumur 23,89 tahun dengan umur
terkumpul dijaga kerahasiaanya oleh mininal 18 tahun dan maksimal berumur 32
peneliti. tahun sedangkan pada pengguna Kb implant
6. Jadwal Penelitian didapatkan data bahwa rata-rata berumur 27,11
Terlampir tahun dengan minimal umur 19 tahun dan
maksimal berumur 38 tahun.
2. Pekerjaan
BAB IV
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pekerjaan
HASIL PENELITIAN
responden pengguna KB suntik
DMPA di BPM Ny. Siti F Desa
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ngempon,Kecamatan Bergas,
Desa Ngempon berada di jalur pintu tol Kabupaten Semarang
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Karangjati Kabupaten. Semarang yang memiliki luas Tidak bekerja 17 63,0
wilayah sebesar 166,135 Ha dengan jumlah Bekerja 10 37,0
penduduk 4.734 jiwa dan tingkat kepadatan Total 27 100,0
penduduk 2.849 jiwa/km2. Desa Ngempon masuk
dalam wilayah kecamatan Bergas dengan batas
Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa
administrasi wilayah :
sebagian besar responden pengguna KB suntik
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa
DMPA tidak bekerja yaitu sebanyak 17
Wringinputih
responden (63,0 %) dan sebagian kecil
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Klepu
responden bekerja yaitu sebanyak 10 responden
Kecamatan Pringapus
(37,0 %).
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Diwak,
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan
Desa Derekan Kecamatan Pringapus
responden pengguna KB implant
4. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan
Karangjati. di BPM Ny. Siti F Desa
Mata pencarian keseharian masyarakat ngempon,Kecamatan Bergas,
disini rata-rata telah bekerja di pabrik- pabrik besar Kabupaten Semarang
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
yang terdapat di desa ini, dan kebanyakan pabrik di Tidak bekerja 12 44,4
desa ini adalah pabrik textile. Meskipun banyak Bekerja 15 55,6
pabrik di desa ini akan tetapi kebiasaan masyarakat Total 27 100,0
untuk bercocok tanam dan menanam padi.
Persawahan di desa ini masih sangat banyak Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
walaupun banyak pabrik, tanahnya yang masih sebagian besar responden pengguna KB implant
sangat subur dan hasil panen yang baik membuat bekerja yaitu sebanyak 15 responden (55,6 %)
warga di desa ini makmur dan tecukupi dan sebagian kecil responden tidak bekerja yaitu
kebutuhannya. sebanyak 12 responden (44,4 %).
Pelayanan kesehatan didesa ini sudah baik
dan berkembang, pelayanan puskesmas yang sudah C. Analisa Bivariat
maju dan lengkap, posyandu yang dilaksanakan
Berdasarkan uji normalitas dengan uji implant di BPM Ny. Siti F Desa
Shapiro-Wilk didapatkan nilai p value 0,285 pada ngempon,Kecamatan Bergas,
kelompok akseptor KB sebelum menggunakan KB Kabupaten Semarang
DMPA dan nilai p value 0,142 pada kelompok Perbedaan n Mean Mean t p
akseptor KB sebelum menggunakan KB implant, berat badan Differences value
pada akseptor
sedangkan setelah menggunakan KB DMPA KB implant
didapatkan nilai p value 0, 281 dan setelah Pretest 27 51,48 0,148 0,213 0,833
menggunakan implant dididapatkan nilai p value Posttest 27 51,33
0,050. Berdasarkan uji normalitas data tersebut
didapatkan semua data mempunyai nilai p value > Hasil analisa terhadap 27 responden
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelompok yang menggunakan KB implan
berdistribusi normal. Karena data berdistribusi menunjukkan nilai mean differences berat badan
normal maka analisa data menggunakan uji paired t sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik
test untuk untuk mencari perbedaan berat badan DMPA sebesar 0,148 kg, nilai tersebut
sebelum dan sesudah pemakaian KB suntik DMPA menunjukkan adanya perbedaan berat badan
dan perbedaan berat badan sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah diberikan menggunakan
pemakaian KB implant untuk membuktikan KB suntik DMPA. Hasil analisis data didapatkan
hipotesis perbedaan. Sedangkan untuk mengetahui nilai t = -0,213 dan uji menggunakan t-test
perbedaan perubahan berat badan pada askeptor KB dependent didapatkan bahwa p value = 0,833 (p
suntik dan akseptor KB implant di BPM Ny. Siti F value > 0,05), berarti tidak ada perbedaan
Desa Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten perubahan berat badan yang signifikan sebelum
Semarang maka di lakukan uji non parametrik dan sesudah menggunakan KB implan pada
dengan menggunakan uji independet t test responden di BPM Ny. Siti F Desa ngempon,
1. Perbedaan perubahan berat badan sebelum dan Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
sesudah menggunakan KB suntik DMPA di 3. Perbedaan perubahan berat badan pada askeptor
BPM Ny. Siti F Desa ngempon, Kecamatan KB suntik dan akseptor KB implant di BPM Ny.
Bergas, Kabupaten Semarang Siti F Desa Ngempon, Kecamatan Bergas,
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi perbedaan Kabupaten Semarang.
perubahan berat badan sebelum Tabel 4.6 Perbedaan perubahan berat
dan sesudah menggunakan KB badan pada askeptor KB suntik
suntik DMPA di BPM Ny. Siti F dan akseptor KB implant di
Desa ngempon, Kecamatan BPM Ny. Siti F Desa Ngempon,
Kecamatan Bergas, Kabupaten
Bergas, Kabupaten Semarang
Perbedaan n Mean Mean t p
Semarang.
berat badan Differences value Variabel Kelompok n Mean Mean t p
pada akseptor Differences valu
DMPA e
Pre 27 48,70 -4,000 -5,196 0,000 Perubahan DMPA 27 4.519 4,2963 4,665 0,000
Post 27 52,70 berat Implant 27 0,222
badan