Anda di halaman 1dari 17

PERBEDAAN PERUBAHAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DEPO MEDROXY

PROGESTERON ASETAT DAN KB INDOPLANT


DI BPM NY. SITI F DESA NGEMPON KECAMATAN BERGAS
KABUPATEN SEMARANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk ujian Akhir Program Pendidikan DIII Kebidanan


Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo

Disusun oleh :
IRAWATI SOLIKHAH
NIM : 0121557

AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2015
ABSTRAK

Solikhah, Irawati. 2015. Perbedaan perubahan berat badan pada akseptor KB suntik DMPA dan KB
implant di BPM Ny. Siti F Desa Ngempon, kecamatan Bergas,Kabupaten Semarang. DIII Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Ninik Christiani, S.SiT, M.Kes, Pembimbing II : Heni
Setyowati, S.SiT., M.Kes

Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi tiga bulanan lebih dari 2,3 kilogram pada tahun
pertama, sedangkan pada kontrasepsi implant bulanan efek samping terhadap berat badan sangatlah ringan,
rata-rata pertambahan berat badan dua hingga tiga kilogram pada tahun pertama. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan perubahan berat badan pada akseptor KB suntik DMPA dan KB implant di Bpm
Ny. Siti F Desa Ngempon, kecamatan Bergas,Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini adalah komparatif observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB selama 1 tahun di BPM Ny.Siti F Desa Ngempon, Kecamatan
Bergas,Kabupaten Semarang sebanyak 947 akseptor KB. Sampel yang diambil yaitu 54 orang terdiri dari
akseptor KB suntik DMPA 27 orang dan akseptor KB implan 27 orang. Data dianalisa secara statistik dengan
menggunakan uji t-test independent.
Hasil penelitian dengan menggunakan t-test dependent didapatkan bahwa p value = 0,000 (p value <
0,05), berarti ada perbedaan perubahan berat badan yang signifikan sebelum dan sesudah menggunakan KB
suntik DMPA dan pada akseptor KB implan didapatkan p value = 0,833 (p value > 0,05), berarti tidak ada
perbedaan perubahan berat badan yang signifikan sebelum dan sesudah menggunakan KB implan pada
responden di BPM Ny. Siti F Desa ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Hasil analisis data
didapatkan nilai t = 4,665 dan uji menggunakan independent t-test didapatkan bahwa p value = 0,000 (p value
< 0,05), berarti “terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perubahan berat badan pada askeptor KB suntik
dan akseptor KB implant di BPM Ny. Siti F Desa Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Diharapkan bagi bidan untuk memberikan informasi tentang keuntungan dan efek samping
penggunaan KB suntik DMPA dan KB implan khususnya tentang adanya peningkatan ataupun penurunan
berat badan apabila menggunakan salah satu dari kontrasepsi tersebut.

Kata kunci : berat badan, akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan


Kepustakaan : 23 Daftar Pustaka (2005-2013)

ABSTRACT

Solikhah, Irawati. 2015. The differences in weight change on injectable DMPA acceptors and birth
control implant in BPM Ny. Siti F Ngempon village, District Bergas, Semarang regency. Supervisor I :
Ninik Christiani, S.SiT, M.Kes, Supervisor II: Heny Setyowati, S.SiT., M.Kes

Weight gain in the use of contraception quarterly over 2.3 kilograms in the first year, while the monthly
contraceptive implant side effects is very light weight, the average weight gain of two to three kilograms in the
first year. This study aims to determine differences in weight change on injectable DMPA acceptors and birth
control implant in BPM Ny. Siti F Ngempon village, District Bergas, Semarang regency.
This research is a comparative observational with cross sectional design. The population in this study
are all acceptors for 1 year in BPM Ny.Siti F Ngempon Village, District Bergas, Semarang regency as many as
947 acceptors. Samples taken, 54 people consisting of injectable DMPA acceptors 27 and 27 implant
acceptors. Data were statistically analyzed using independent t-test.
The results using dependent t-test showed that the p value = 0.000 (p value <0.05), meaning there is a
difference significant changes in body weight before and after using DMPA injections to respondents and the
implant acceptors obtained p value = 0.833 (p value> 0.05), meaning there is no difference significant weight
change before and after using the birth control implant on respondents in BPM Ny. Siti F Ngempon Village,
District Bergas, Semarang regency. Results of data analysis obtained the value t = 4.665 and test using
independent t-test showed that the p value = 0.000 (p value <0.05), meaning "there is a significant difference
on weight change in askeptor injections and implant acceptors in BPM Ny. Siti F Ngempon Village, District
Bergas, Semarang regency.
Expected for midwives to provide information about the benefits and side effects of use of DMPA
injections and birth control implants in particular on the increase or decrease in weight when using one of
these contraceptives..
Key Word : weight, injectable DMPA acceptors, implant acceptors
Refferences : 23 Daftar Pustaka (2005-2013)
BAB I Jenis kontrasepsi yang banyak
PENDAHULUAN digunakan adalah kontrasepsi hormonal yang
tersedia dalam bentuk oral, suntik dan implan.
A. Latar Belakang Metode kontrasepsi hormonal dianggap salah
Salah satu masalah pokok di bidang satu metode dengan tingkat efektifitas yang
kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah tinggi, tetapi disisi lain kontrasepsi hormonal
jumlah penduduk yang besar dengan laju terutama yang mengandung progestin dapat
pertumbuhan penduduk yang relatif lebih mengubah menstruasi. Perubahan-perubahan
tinggi. Gerakan KB nasional merupakan suatu ini tidak dapat diduga, bervariasi antara
usaha untuk mengatasi masalah tersebut masing- masing wanita sampai beberapa
(Sulistyawati, 2011). Secara nasional pada tingkat terhadap metode kontrasepsi. Pada
bulan Maret 2013 peserta Keluarga Berencana sebagian besar pemakai, terjadi peningkatan
sebanyak 696.558. Apabila di lihat secara insiden bercak darah yang tidak teratur dan
menyeluruh maka persentasenya adalah sedikit atau perdarahan diluar siklus kadang-
sebagai berikut : 304.744 peserta suntikan kadang berkepanjangan, dan kadang- kadang
(48,92%), 175.095 peserta pil (25,14%), dengan oligomenore atau bahkan amenore
66.265 peserta IUD (9,51%), 59.402 peserta (Hartanto, 2004). Jenis kontrasepsi hormonal
implant (8,53%), 40.075 peserta kondom yang hanya mengandung progestin terdiri dari
(5,75%) 12.522 peserta MOW (1,80%), dan Mini Pil, KB Suntik DMPA dan implan.
2.458 peserta MOP ( 0,35%). Berdasarkan Setyaningrum (2008) menyatakan bahwa
data di atas mayoritas pengguna KB pada terdapat hubungan antara lama pemakaian
bulan Maret 2013 adalah pengguna KB baru DMPA dengan Siklus menstruasi, lama
yang menggunakan non metode kontrasepsi menstruasi dan kejadian spotting. Semakin
jangka panjang (Non MKJP) yaitu sebesar lama penggunaan maka jumlah darah
79,81% dari semua peserta KB baru. menstruasi yang keluar juga semakin sedikit
Sedangkan peserta KB baru yang dan bahkan sampai terjadi amenore. Implan
menggunakan metode kontrasepsi jangka termasuk kontrasepsi jangka panjang,
panjang (MKJP) seperti IUD, MOW, MOP dan sehingga dimungkinkan akan memberikan
Implant hanya sebesar 20,19% (BKKBN,2013). pengaruh yang berbeda terhadap gangguan
Data provinsi yang diperoleh dari menstruasi dibandingkan KB Pil dan Suntik
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga sedangkan keuntungan Pil yaitu tetap
Berencana Nasional) jumlah peserta KB baru membuat menstruasi teratur (Hakim, 2010).
pada tahun 2013 di provinsi jawa tengah Efek samping kontrasepsi DMPA dan
adalah sebagai berikut peserta KB Suntik implan yang paling utama adalah gangguan
2.131 pasangan usia subur 3 (42,08%), menstruasi berupa amenore, spotting,
peserta KB IUD 1.485 pasangan usia subur perubahan dalam siklus, frekuensi, lama
(29,32%), peserta KB Kondom 519 pasangan menstruasi dan jumlah darah yang hilang
usia subur (10,25%), peserta KB Implant 443 (Hartanto, 2004). Kedua jenis kontrasepsi
pasangan usia subur (8,75%), peserta KB Pil tersebut kandungan hormonnya sama yaitu
267 pasangan usia subur ( 5,27 %), peserta progesterone namun pengaruh terhadap
KB MOW 175 pasangan usia subur (3,46%), gangguan menstruasi ada perbedaan, hal ini
dan peserta KB MOP 44 pasangan usia subur sesuai dengan teori yang dikemukakan
(0,87%) (BKKBN, 2013). Siswosudarno (2007) yang menyatakan bahwa
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang kontrasepsi implan mempunyai keluhan
menjadi pilihan dan merupakan salah satu dari gangguan menstruasi yang lebih sedikit
program KB nasional ini adalah KB suntikan dibandingkan dengan kontrasepsi suntik
(injectables) dan merupakan salah satu alat DMPA. Murdiyanti (2007) menyatakan bahwa
kontrasepsi yang berdaya kerja panjang Siklus menstruasi pada ibu akseptor IUD lebih
(lama), yang tidak membutuhkan pemakaian baik dibandingkan dengan akseptor suntik
setiap hari atau setiap akan senggama tetapi dimana siklus menstruasi yang normal pada
tetap reversible. Syarat-syarat yang harus akseptor IUD terjadi karena masih ada
dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang keseimbangan antara hormon estrogen dan
baik adalah aman, dapat diandalkan, progesterone alamiah
sederhana, murah dapat diterima orang Kontrasepsi suntik dan implant
banyak, pemakaian jangka lama (continuation merupakan salah satu obat yang mengandung
rate tinggi), namun sampai saat ini belum hormon progesteron yang kuat sehingga
tersedia satu metode kontrasepsi yang benar- merangsang hormon nafsu makan yang ada di
benar 100% sempurna. Kontrasepsi suntikan hipotalamus (Mansjoer, 2003) dan hormon
adalah obat pencegah kehamilan yang estrogen yang menyebabkan terjadinya
pemakaiannya dilakukan dengan jalan peningkatan pengendapan lemak pada
menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur kelenjar mammae dan jaringan subkutis,
(Sulistyowati, 2011). pengendapan lemak nyata pada pantat, paha
dan meyebabkan pelebaran panggul, sehingga Desa Ngempon, Kecamatan Bergas,
mengakibatkan penambahan berat badan Kabupaten Semarang”.
(Guyton, 2005). Peningkatan berat badan pada Tujuan Khusus
pemakaian kontrasepsi tiga bulanan lebih dari a. Mengetahui perbedaan perubahan
2,3 kilogram pada tahun pertama (Varney, berat badan sebelum dan sesudah
2007), sedangkan pada kontrasepsi implant menggunakan KB suntik DMPA di BPM
bulanan efek samping terhadap berat badan Ny. Siti F Desa ngempon, Kecamatan
sangatlah ringan, rata-rata pertambahan berat Bergas, Kabupaten Semarang
badan dua hingga tiga kilogram pada tahun b. Mengetahui perbedaan perubahan
pertama (Hartanto, 2003; Varney, 2007). berat badan sebelum dan sesudah
Berdasarkan studi pendahuluan menggunakan KB implant di BPM Ny.
didapatkan data jumlah akseptor KB aktif di Siti F Desa ngempon,Kecamatan
Bpm Ny.Siti F Desa ngempon, kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang
Bergas, Kabupaten Semarang pada bulan c. Mengetahui perbedaan perubahan
april 2014 sampai bulan maret 2015 yang berat badan pada askeptor KB suntik
menggunakan KB selama1tahun sebanyak dan akseptor KB implant di BPM Ny.
127 akseptor KB yang terbagi menjadi 2 Siti F Desa Ngempon, Kecamatan
kelompok yaitu jumlah akseptor KB DMPA Bergas, Kabupaten Semarang.
sebanyak 97 orang dan akseptor KB implant
sebanyak 30 orang. Dari studi pendahuluan D. Manfaat Penelitian
yang dilakukan pada 5 akseptor yang 1. Manfaat bagi peneliti
menggunakan KB suntik 3 bulan dalam 1 Dapat menerapkan dan mengembangkan
tahun didapatkan data 3 orang mengalami ilmu yang telah didapatkan saat kuliah
kenaikan 3-5 kg dan 2 orang mengalami 2. Manfaat bagi institusi
kenaikan berat badan 6-8 kg. Sedangkan 5 pendidikan
dari akseptor yang menggunakan KB implan 2 Dengan adanya studi penelitian ini dapat
orang mengalami penurunan 2 kg dan 2 orang dijadikan sebagai wawasan dan
mengalami kenaikan berat badan 3-4 kg pengetahuan bagi pembaca dan
sedangkan 1 orang tidak mengalami kenaikan menambah bahan kajian diperpustakaan
berat badan dalam 1 tahun. Berdasarkan studi 3. Manfaat bagi tenaga
pendahuluan tersebut didapatkan data bahwa bidan
akseptor KB suntik mempunyai perubahan a. Diharapkan bidan dapat meningkatkan
kenaikan berat bdan lebih tinggi dibandingkan pelayanan yang berkualitas dan
dengan pemakai akseptor KB implan sehingga bermutu terhadap akseptor KB
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian b. Sebagai masukan untuk informasi
dengan membandingkan kenaikan berat badan dalam melaksanakan penyuluhan dalam
antara pemakai KB suntik DMPA dengan bidang kesehatan kepada masyarakat.
pemakai KB implan secara keseluruhan. 4. Manfaat bagi
Berdasarkan uraian dan studi masyarakat
pendahuluan tersebut maka peneliti tertarik Bagi masyarakat dapat dijadikan
untuk melakukan penelitian dengan judul dasar motivasi dalam memilih metode yang
“perbedaan perubahan berat badan pada efektif, dan masyarakat diharapkan
akseptor KB suntik DMPA dan KB implant di mendapatkan lebih informasi tentang efek
BPM Ny. Siti F Desa ngempon, kecamatan samping pemakaian kontrasepsi,
Bergas, Kabupaten Semarang”. khususnya kontrasepsi suntikan. Bagi
peneliti sendiri untuk menambah
B. Rumusan Masalah pengetahuan dan pengalaman serta
Berdasarkan latar belakang masalah penerapan.
tersebut diatas, penulis merumuskan
permasalahan penelitian ini adalah “adakah
perbedaan perubahan berat badan pada
akseptor KB suntik DMPA dan KB implant di
Bpm Ny. Siti F Desa Ngempon, kecamatan
Bergas,Kabupaten Semarang”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan perubahan
berat badan pada akseptor KB suntik
DMPA dan KB implant di Bpm Ny.Siti F
BAB III 2006). Populasi dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN adalah seluruh akseptor KB selama 1
tahun di BPM Ny.Siti F Desa Ngempon,
Kecamatan Bergas,Kabupaten
Semarang sebanyak 947 akseptor KB
A. Kerangka Konsep
yang terdiri dari akseptor yang
menggunakan kontrasepsi suntik DMPA
KB suntik sebanyak 240 orang yang terdiri dari 97
DMPA Perubahan orang akseptor KB suntik selama 1
berat badan tahun, 143 orang akseptor KB suntik
KB Implant yang memakai KB suntik lebih dari 1
tahun, dan akseptor KB suntik 1 bulan
sebanyak 600 orang, sedangkan pada
akseptor KB implant sebanyak 36 orang
Bagan 3.1 Kerangka Konsep dan 30 orang akseptor implan selama 1
tahun yang terdiri dari 3 akseptor KB
implanon dan 27 akseptor KB indoplan,
B. Defiinisi Operasional
akseptor KB pil 52 orang , IUD 7 orang,
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
akseptor KB MOW 3 orang, kondom 7
Variabel Lamanya akseptor KB suntik Catatan rekam medis orang dan akseptor KB MOP sebanyak
Independen DMPA yang dihitung sejak 2 orang.
Pemakaian KB pertama kali menggunakan KB
suntik DMPA suntik setelah kelahiran anak b. Sampel
terakhir kali melakukan KB Sampel adalah bagian dari
suntik sampai penelitian ini
dilakukan yang lamanya 1 tahun jumlah dan karakteristik yang dimiliki
Pemakaian KB Lamanya akseptor KB implant Catatan rekam medis
oleh populasi (Sugiyono, 2009).
Implant yang dihitung sejak pertama kali Penelitian eksperimen yang
menggunakan KB implant
setelah kelahiran anak terakhir
sederhana, yang menggunakan
kali melakukan KB sampai kelompok eksperimen dan kelompok
penelitian ini dilakukan yang
lamanya 1 tahun
kontrol, maka jumlah anggota
sampel masing-masing kelompok
Berat badan Besar ukuran badan manusia Menggunakan
akseptor KB suntik pada awal sebelum penggunaan timbangan dan melihat antara 10 sampai dengan 20
DMPA dan Implan KB suntik dengan berat badan kartu KB yang dimiliki responden (Sugiyono, 2007). sampel
pada sekarang saat 1 tahun akseptor
menggunakan suntik dan implan dalam penelitian ini adalah jumlah
akseptor Kb suntik DMPA sejumlah
C. Tempat dan Waktu Penelitian 82 orang dan jumlah akseptor KB
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei implant sejumlah 21 orang akseptor
2015 di BPM Ny.Siti F Desa ngempon, yang terdiri dari 3 implanon dan 27
kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. indoplan. Sampel yang diambil yaitu
36 orang terdiri dari akseptor KB
suntik DMPA 18 orang dan akseptor
D. Rancangan Penelitian
KB implan 18 orang.
1. Desain Penelitian
c. Tehnik pengambilan sampel
Desain penelitian adalah kerangka
acuan bagi peneliti untuk mengkaji Tehnik pengambilan sampel
hubungan antar variabel dalam suatu dalam penelitian ini menggunakan
penelitian. Rancangan penelitian ini teknik random sampling, dimana
merupakan studi prospektif komparatif pengambilan sampel dilakukan
observasional dengan membandingkan dengan sederhana yang dilakukan
perubahan berat badan antara akseptor KB secara acak, dikatakan sederhana
suntik DMPA dan Implan. Sedangkan karena pemilihan sampel dilakukan
penelitian ini menggunakan pendekatan tanpa harus memperhatikan strata
“cross sectional” yaitu data yang diambil yang ada pada populasi tersebut.
pada saat bersamaan (Notoatmodjo, 2009). Teknik ini dapat dianggap
2. Populasi dan representative hanya bila dilakukan
Sampel pada anggota populasi yang
a. Populasi diasumsikan homogen. Cara
Populasi adalah keseluruhan
menggunakan teknik ini tergolong
subyek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada sangat mudah, yaitu dengan
dalam wilayah penelitian (Arikunto, menggunakan tabel acak ataupun
dengan melakukan pengundian atas 1) Peneliti mengajukan surat ijin
masing-masing anggota populasi penelitian terlebih dahulu dengan
yang telah diberi nomor (Sugiyono, cara meminta surat pengantar
2009). Pada penelitian ini terdapat dari kampus AKBID Ngudi
dua kelompok independen yang Waluyo yang ditujukan ke
akan diteliti yaitu kelompok akseptor KESBANGPOL. Setelah
KB suntik dan kelompok akseptor KB KESBANGPOL mengeluarkan
implant. Jumlah sampel berdasarkan surat balasan, surat balasan
teori yang ada yaitu pada akseptor tersebut disampaikan kepada
KB suntik DMPA sebanyak 27 orang BAPPEDA, Dinas Kesehatan
dan akseptor KB implant sebanyak Kab. Semarang, Kepala Desa
27 orang. Penetapan sampel Ngempon dan Bidan BPM Ny.Siti
didasarkan pada kriteria inklusi F,Kecamatan Bergas Kabupaten
sebagai berikut: Semarang. Surat yang
1) Akseptor KB suntik dan implant yang disampaikan kepada Dinas
menggunakan KB dalam 1 tahun ini kesehatan untuk meminta ijin
2) Akseptor KB yang melakukan penelitian, sedangkan surat untuk
pemasangan KB di BPM Ny.Siti F Kepala Desa Ngempon dan
Dan kriteria eksklusi dalam bidan BPM Ny. Siti F, Kecamatan
penelitian ini adalah Bergas, Kabupaten Semarang
1) Akseptor KB yang menggunakan digunakan untuk meminta ijin
KB diatas 1 tahun penelitian dan untuk memperoleh
2) Akseptor KB yang mengalami data.
droup out. 2) Setelah memperoleh ijin dan data
3. Tehnik dan alat yang berkaitan dengan penelitian
Pengumpulan Data peneliti mengumpulkan data dari
a. Tehnik Pengumpulan Data rekam medis di BPM Ny.Siti F
Teknik pengumpulan data Desa ngempon, kecamatan
dalam penelitian ini adalah Bergas, Kabupaten Semarang,
menggunakan data sekunder yaitu tentang jumlah ibu bersalin.
data yang sudah tersedia sehingga 3) Peneliti mengambil data tentang
kita tinggal mencari dan jumlah akseptor KB suntik DMPA
mengumpulkan. Dalam penelitian ini dan akseptor KB implant dan
data sekunder yang digunakan data berat badan akseptor
adalah hasil catatan jumlah akseptor tersebut di BPM Ny. Siti F Desa
KB suntik DMPA dan akseptor KB ngempon,kecamatan
implant di Bpm Ny.Siti F Desa Bergas,Kabupaten Semarang
ngempon,kecamatan yang menjadi sampel penelitian.
Bergas,Kabupaten Semarang. 4) Mengisi data ke lembar obsevasi
b. Alat Pengumpulan Data
yang telah disediakan.
Alat yang digunakan dalam
5) Peneliti mengumpulkan hasil
penelitian ini adalah dengan
lembar obsrevasi dan disimpan
menggunakan lembar observasi
dalam file tertutup.
yang diisi dari hasil dokumentasi
4. Pengolahan dan
yang digunakan untuk memperoleh
Analisa Data
informasi dari tenaga kesehatan
a. Pengolahan Data
tentang jumlah akseptor KB suntik
Pengolahan data dilakukan dengan
DMPA dan akseptor KB implant di
melalui tahap sebagai berikut :
Bpm Ny.Siti F Desa Ngempon, 1) Editing
Kecamatan Bergas, Kabupaten Langkah ini bertujuan
Semarang Prosedur pengambilan untuk meneliti kembali data yang
data dalam hal ini peneliti telah terkumpul, apakah telah
mengumpulkan data secara formal terisi atau belum serta
kepada subjek untuk menjawab mengevaluasi kelengkapan,
pertanyaan secara tertulis. Adapun konsistensi, dan kesesuaian
langkah dalam pengumpulan data antara kriteria data sesuai
yaitu :
dengan tujuan penelitian. Editing menggunakan KB suntik DMPA dan
dilakukan di lapangan, sehingga implant. Data dan informasi yang
bila terjadi kekurangan atau diperoleh dari analisa univariat dapat
ketidaksesuaian dapat segera dibuat distribusi frekuensi dan
proporsi atau prosentase
dilengkapi (Sugiyono, 2009).
(Notoatmodjo, 2010).
Editing dilakukan untuk
2) Analisa bivariat
mengetahui data sudah diisi Analisis bivariat digunakan
dengan benar sesuai petunjuk terhadap 2 variabel yang diduga
pengisian. Tahap ini semua data berhubungan atau berkorelasi.
diperiksa, sehingga apabila ada Analisa bivariat dalam penelitian ini
pertanyaan yang belum diisi atau untuk menganalisis perbedaan
kesalahan penulisan, masalah perubahan berat badan pada
tersebut dapat ditanyakan akseptor KB suntik DMPA dan KB
kepada responden. implant di BPM Ny. Siti F Desa
2) Scoring ngempon,kecamatan
Skoring adalah pemberian Bergas,Kabupaten Semarang.
skor terhadap jawaban Berdasarkan tujuan penelitian
dan skala data tersebut, maka uji
responden untuk memperoleh
statistik digunakan dalam penelitian
data kuantitatif yang diperlukan. ini adalah uji t (t-test) independent.
Skor/nilai diberikan pada masing- Rumus t-test independent tersebut
masing jawaban responden dapat digunakan apabila memenuhi
(Sugiyono, 2009). beberapa asumsi yaitu bila data
3) Coding berdistribusi normal. Apabila distribusi
Usaha mengklasifikasikan datanya tidak normal, maka
jawaban-jawaban yang ada menggunakan uji non parametrik.
menurut macamnya. Klasifikasi Sedangkan bila asumsi kenormalan
dilakukan dengan cara menandai dapat dipenuhi maka digunakan uji
masing-masing jawaban dengan statistik parametrik.
kode berupa angka, kemudian di Pengujian normalitas data
dalam penelitian ini menggunakan
masukkan dalam tabel guna
metode analisis uji shapiro-wilk untuk
mempermudah membacanya.. sampel kecil (≤ 50). Ketentuan yang
4) Tabulating
digunakan yaitu nilai keyakinan
Kegiatan pengelohan data sebesar 0,95 dan nilai kemaknaan α
agar dengan mudah dapat = 0,05. Distribusi data normal atau
dijumlah, disusun dan ditata tidak dapat dilihat dari nilai p value,
untuk disajikan dan dianalisis. yaitu jika p value> 0,05 maka
5) Entry data distribusi data normal dan bila p
Proses memasukkan data value < 0,05 maka distribusi data
yang telah ditabulasikan ke tidak normal (Arikunto, 2006).
dalam program komputer, yaitu Jika data berdistribusi normal,
program SPSS 10. maka untuk menguji perbedaan
6) Cleaning pretest dengan posttest digunakan uji
Merupakan kegiatan t independent namun jika data tidak
berdistribusi normal digunakan uji
pengecekan kembali data yang
yang digunakan adalah uji non
sudah dimasukkan apakah ada parametrik dengan menggunakan uji
kesalahan atau tidak. Cleaning Wilcoxon
data dilakukan melalui program 5. Etika Penelitian
komputer Dalam melakukan penelitian ini ,
b. Analisis Data peneliti mendapat rekomendasi dari
1) Analisis Univariat akademik dan mengajukan permohonan
Setelah data diolah, kemudian
izin kepada tempat penelitian.
dilanjutkan dengan melakukan
analisis data menggunakan tekhnik
Kuesioner diberikan kepada responden
deskriptif dengan uji analisis univariat dengan menekankan masalah etik,
untuk mengetahui gambaran meliputi :
perubahan berat badan pada a. Informed
akseptor KB sebelum dan sesudah Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini rutin, serta tenaga kesehatan yang sudah berkualitas,
diberikan pada responden, seperti dokter, perawat, bidan, dan mantri.
disampaikan keterangan tentang Masyarakat juga sudah sadar akan kebutuhan
tujuan dan manfaat penelitian. kesehatannya, mulai dari menjaga kebersihan,
kesehatan, dan mereka sadar apabila sakit kemana
Apabila responden bersedia maka
meraka akan berobat.
responden diminta untuk
mendatangani lembar persetujuan B. Karakteristik responden
dan jika responden menolak maka 1. Umur
peneliti menghormatinya. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi umur
b. Anonimity responden pengguna KB suntik
(tanpa nama) DMPA dan implant di BPM Ny.
Untuk menjaga Siti F Desa ngempon,Kecamatan
kerahasiannya dalam hal ini peneliti Bergas, Kabupaten Semarang
menantumkan nama responden, dan Umur N Mean Min Max
responden
dalam mengolah data,serta DMPA 27 23,89 18 32
penyajian data. Implant 27 27,11 19 38
c. Confidentialit
iy (kerahasiaan) Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian
Informasi yang diberikan oleh besar responden pengguna KB suntik DMPA
responden serta semua data yang rata-rata berumur 23,89 tahun dengan umur
terkumpul dijaga kerahasiaanya oleh mininal 18 tahun dan maksimal berumur 32
peneliti. tahun sedangkan pada pengguna Kb implant
6. Jadwal Penelitian didapatkan data bahwa rata-rata berumur 27,11
Terlampir tahun dengan minimal umur 19 tahun dan
maksimal berumur 38 tahun.
2. Pekerjaan
BAB IV
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pekerjaan
HASIL PENELITIAN
responden pengguna KB suntik
DMPA di BPM Ny. Siti F Desa
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ngempon,Kecamatan Bergas,
Desa Ngempon berada di jalur pintu tol Kabupaten Semarang
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Karangjati Kabupaten. Semarang yang memiliki luas Tidak bekerja 17 63,0
wilayah sebesar 166,135 Ha dengan jumlah Bekerja 10 37,0
penduduk 4.734 jiwa dan tingkat kepadatan Total 27 100,0
penduduk 2.849 jiwa/km2. Desa Ngempon masuk
dalam wilayah kecamatan Bergas dengan batas
Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa
administrasi wilayah :
sebagian besar responden pengguna KB suntik
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa
DMPA tidak bekerja yaitu sebanyak 17
Wringinputih
responden (63,0 %) dan sebagian kecil
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Klepu
responden bekerja yaitu sebanyak 10 responden
Kecamatan Pringapus
(37,0 %).
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Diwak,
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan
Desa Derekan Kecamatan Pringapus
responden pengguna KB implant
4. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan
Karangjati. di BPM Ny. Siti F Desa
Mata pencarian keseharian masyarakat ngempon,Kecamatan Bergas,
disini rata-rata telah bekerja di pabrik- pabrik besar Kabupaten Semarang
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
yang terdapat di desa ini, dan kebanyakan pabrik di Tidak bekerja 12 44,4
desa ini adalah pabrik textile. Meskipun banyak Bekerja 15 55,6
pabrik di desa ini akan tetapi kebiasaan masyarakat Total 27 100,0
untuk bercocok tanam dan menanam padi.
Persawahan di desa ini masih sangat banyak Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
walaupun banyak pabrik, tanahnya yang masih sebagian besar responden pengguna KB implant
sangat subur dan hasil panen yang baik membuat bekerja yaitu sebanyak 15 responden (55,6 %)
warga di desa ini makmur dan tecukupi dan sebagian kecil responden tidak bekerja yaitu
kebutuhannya. sebanyak 12 responden (44,4 %).
Pelayanan kesehatan didesa ini sudah baik
dan berkembang, pelayanan puskesmas yang sudah C. Analisa Bivariat
maju dan lengkap, posyandu yang dilaksanakan
Berdasarkan uji normalitas dengan uji implant di BPM Ny. Siti F Desa
Shapiro-Wilk didapatkan nilai p value 0,285 pada ngempon,Kecamatan Bergas,
kelompok akseptor KB sebelum menggunakan KB Kabupaten Semarang
DMPA dan nilai p value 0,142 pada kelompok Perbedaan n Mean Mean t p
akseptor KB sebelum menggunakan KB implant, berat badan Differences value
pada akseptor
sedangkan setelah menggunakan KB DMPA KB implant
didapatkan nilai p value 0, 281 dan setelah Pretest 27 51,48 0,148 0,213 0,833
menggunakan implant dididapatkan nilai p value Posttest 27 51,33
0,050. Berdasarkan uji normalitas data tersebut
didapatkan semua data mempunyai nilai p value > Hasil analisa terhadap 27 responden
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelompok yang menggunakan KB implan
berdistribusi normal. Karena data berdistribusi menunjukkan nilai mean differences berat badan
normal maka analisa data menggunakan uji paired t sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik
test untuk untuk mencari perbedaan berat badan DMPA sebesar 0,148 kg, nilai tersebut
sebelum dan sesudah pemakaian KB suntik DMPA menunjukkan adanya perbedaan berat badan
dan perbedaan berat badan sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah diberikan menggunakan
pemakaian KB implant untuk membuktikan KB suntik DMPA. Hasil analisis data didapatkan
hipotesis perbedaan. Sedangkan untuk mengetahui nilai t = -0,213 dan uji menggunakan t-test
perbedaan perubahan berat badan pada askeptor KB dependent didapatkan bahwa p value = 0,833 (p
suntik dan akseptor KB implant di BPM Ny. Siti F value > 0,05), berarti tidak ada perbedaan
Desa Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten perubahan berat badan yang signifikan sebelum
Semarang maka di lakukan uji non parametrik dan sesudah menggunakan KB implan pada
dengan menggunakan uji independet t test responden di BPM Ny. Siti F Desa ngempon,
1. Perbedaan perubahan berat badan sebelum dan Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
sesudah menggunakan KB suntik DMPA di 3. Perbedaan perubahan berat badan pada askeptor
BPM Ny. Siti F Desa ngempon, Kecamatan KB suntik dan akseptor KB implant di BPM Ny.
Bergas, Kabupaten Semarang Siti F Desa Ngempon, Kecamatan Bergas,
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi perbedaan Kabupaten Semarang.
perubahan berat badan sebelum Tabel 4.6 Perbedaan perubahan berat
dan sesudah menggunakan KB badan pada askeptor KB suntik
suntik DMPA di BPM Ny. Siti F dan akseptor KB implant di
Desa ngempon, Kecamatan BPM Ny. Siti F Desa Ngempon,
Kecamatan Bergas, Kabupaten
Bergas, Kabupaten Semarang
Perbedaan n Mean Mean t p
Semarang.
berat badan Differences value Variabel Kelompok n Mean Mean t p
pada akseptor Differences valu
DMPA e
Pre 27 48,70 -4,000 -5,196 0,000 Perubahan DMPA 27 4.519 4,2963 4,665 0,000
Post 27 52,70 berat Implant 27 0,222
badan

Hasil analisa terhadap 27 responden Berdasarkan analisis di atas, nilai mean


kelompok yang menggunakan KB suntik DMPA perubahan berat badan sesudah pemakaian KB
menunjukkan nilai mean differences berat badan suntik DMPA pada 27 responden tersebut
sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik sebesar 4,519 kg dan nilai mean perubahan berat
DMPA sebesar -4,000 kg, nilai tersebut badan pada kelompok responden yang memakai
menunjukkan adanya perbedaan berat badan implant sebesar 0,222 kg, nilai tersebut
sebelum dan sesudah diberikan menggunakan menunjukkan perubahan berat badan pada
KB suntik DMPA. Hasil analisis data didapatkan responden sesudah memakai KB suntik DMPA
nilai t = -5,196 dan uji menggunakan t-test mengalami penambahan berat badan lebih
dependent didapatkan bahwa p value = 0,000 (p signifikan dibandingkan dengan 27 responden
value < 0,05), berarti ada perbedaan perubahan yang memakai KB implant dengan nilai mean
berat badan yang signifikan sebelum dan differences sebesar 4,2963. Hasil analisis data
sesudah menggunakan KB suntik DMPA pada didapatkan nilai t = 4,665 dan uji menggunakan
responden di BPM Ny. Siti F Desa ngempon, independent t-test didapatkan bahwa p value =
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. 0,000 (p value < 0,05), berarti “terdapat
2. Perbedaan perubahan berat badan sebelum dan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan
sesudah menggunakan KB implant di BPM Ny. berat badan pada askeptor KB suntik dan
Siti F Desa ngempon,Kecamatan Bergas, akseptor KB implant di BPM Ny. Siti F Desa
Kabupaten Semarang Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi perbedaan Semarang.
perubahan berat badan sebelum
dan sesudah menggunakan KB
D. Pembahasan membosankan, berulang dan banyak
1. Karakteristik Responden tantangan. Sedangkan bekerja
a. Umur umumnya merupakan kegiatan yang
Berdasarkan hasil penelitian menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
diketahui bahwa sebagian besar akan mempunyai pengaruh terhadap
responden pengguna KB suntik DMPA kehidupan keluarga
rata-rata berumur 23,89 tahun dengan Pekerjaan yang dilakukan sehari-
umur mininal 18 tahun dan maksimal hari dapat mempengaruhi gaya hidup
berumur 32 tahun sedangkan pada seseorang. Gaya hidup yang kurang
pengguna Kb implant didapatkan data menggunakan aktifitas fisik akan
bahwa rata-rata berumur 27,11 tahun berpengaruh terhadap kondisi tubuh
dengan minimal umur 19 tahun dan seseorang. Aktifitas fisik tersebut
maksimal berumur 38 tahun. diperlukan untuk membakar kalori
Umur merupakan periode waktu dalam tubuh. Bila pemasukan kalori
yang telah dialami sejak lahir sampai berlebihan dan tidak diimbangi dengan
saat saat dilakukan penelitian yang aktifitas fisik maka berat badan
dinyatakan dalam satuan tahun, seseorang akan meningkat. Ketiga
sedangkan umur dewasa menurut penuaan. Pada perempuan yang
BKKBN (2009), dikelompokkan menjadi: sedang mengalami menopause dapat
1) masa dewasa awal 20-30 tahun, terjadi penurunan fungsi hormon tiroid.
2) asa dewasa tengah : 31-40 tahun Kemampuan untuk menggunakan
dan 3) masa dewasa akhir : 41- 50 energi akan berkurang dengan
tahun menurunnya fungsi hormon ini. Hal
Menurut (Huclok, 2005), semakin tersebut terlihat dengan menurunnya
cukup umur, tingkat kematangan dan metabolisme tubuh sehingga
kekuatan seseorang akan lebih matang menyebabkan peningkatan berat badan.
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi Keempat faktor kecepatan metabolisme
kepercayaan masyarakat seseorang basal yang rendah. Hal ini disebabkan
yang lebih dewasa dipercaya dari orang energi yang dikonsumsi lebih lambat
yang belum tinggi kedewasaannya. Hal untuk dipecah menjadi glikogen
tersebut dikeranakan seseorang yang sehingga akan lebih banyak lemak yang
lebih dewasa maka akan lebih disimpan di dalam tubuh. Hanafi (2008)
berpengalaman dan mempunyai menyatakan, perbedaan berat badan itu
kematangan dalam jiwanya. Umur akibat adanya efek samping pemakaian
adalah variabel yang selalu diperhatikan implant terhadap berat badan ibu,
didalam penyelidikan-penyelidikan kenaikan berat badan selama lebih dari
epidemiologi. Angka-angka kesakitan 2 tahun pemakaian implant (sekitar 2-3
maupun kematian didalam hampir kg).
semua keadaan menunjukan hubungan Peningkatan berat badan terjadi
dengan umur. jika makanan sehari-hari mengandung
b. Pekerjaan energi yang melebihi kebutuhan yang
Berdasarkan hasil penelitian bersangkutan, salah satu faktor yang
diketahui bahwa sebagian besar menentukan peningkatan berat badan
responden pengguna KB suntik DMPA seseorang adalah aktivitas fisik.
tidak bekerja yaitu sebanyak 17 Menurut Wijayanti (2006) bahwa
responden (63,0 %), sedangkan aktivitas fisik dapat meningkatkan berat
responden pengguna KB implant badan. Hal ini disebabkan karena
sebagian bekerja yaitu sebanyak 15 asupan energi yang melebihi kebutuhan
responden (55,6 %). Hal tersebut tubuh yang biasanya dialami oleh orang
menunjukkan bahwa sebagian besar yang kurang olah raga atau kurang
responden yang menggunakan KB aktivitas fisik sehingga energi yang
suntik adalah responden yang tidak masuk kedalam tubuh tidak dibakar atau
bekerja/sebagai ibu rumah tangga. digunakan yang kemudian disimpan
Menurut Thomas yang dikutip dalam bentuk lemak. Berdasarkan hasil
oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah penelitian diketahui bahwa sebagian
keburukan yang harus dilakukan besar responden pengguna KB suntik
terutama untuk menunjang DMPA tidak bekerja yaitu sebanyak 17
kehidupannya dan kehidupan keluarga. responden (63,0 %), sehingga aktivitas
Pekerjaan bukanlah sumber fisiknya kurang sehingga berat
kesenangan, tetapi lebih banyak badannya mudah meningkat.
merupakan cara mencari nafkah yang
Akseptor KB suntik DMPA yang
2. Perbedaan perubahan berat badan sebelum mengalami peningkatan berat badan tidak
dan sesudah menggunakan KB suntik hanya disebabkan karena kandungan
DMPA di BPM Ny. Siti F Desa ngempon, hormon progesteron dalam DMPA tetapi
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Hasil analisa terhadap 27 responden Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kelompok yang menggunakan KB suntik peningkatan berat badan menurut Wijayanti
DMPA menunjukkan nilai mean differences (2006), diantaranya adalah herediter,
berat badan sebelum dan sesudah bangsa atau suku, gangguan emosi,
menggunakan KB suntik DMPA sebesar fisiologi dan aktifitas fisik.
-4,000 kg, nilai tersebut menunjukkan Peningkatan berat badan terjadi jika
adanya perbedaan berat badan sebelum makanan sehari-hari mengandung energi
dan sesudah diberikan menggunakan KB yang melebihi kebutuhan yang
suntik DMPA. Hasil analisis data didapatkan bersangkutan, salah satu faktor yang
nilai t = -5,196 dan uji menggunakan t-test menentukan peningkatan berat badan
dependent didapatkan bahwa p value = seseorang adalah aktivitas fisik. Menurut
0,000 (p value < 0,05), berarti ada Wijayanti (2006) bahwa aktivitas fisik dapat
perbedaan perubahan berat badan yang meningkatkan berat badan. Hal ini
signifikan sebelum dan sesudah disebabkan karena asupan energi yang
menggunakan KB suntik DMPA pada melebihi kebutuhan tubuh yang biasanya
responden di BPM Ny. Siti F Desa dialami oleh orang yang kurang olah raga
ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten atau kurang aktivitas fisik sehingga energi
Semarang. yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar
Penambahan berat badan atau digunakan yang kemudian disimpan
merupakan salah satu efek samping yang dalam bentuk lemak. Hal ini sesuai hasil
sering dikeluhkan oleh akseptor suntik KB penelitian yang telah dilakukan bahwa dari
DMPA ( Hartanto, 2003 ). Efek penambahan 30 responden terdapat 18 responden (60%)
berat badan pada suntik DMPA disebabkan yang pekerjaan sebagai Ibu Rumah
karena DMPA merangsang pusat Tangga( IRT) sehingga aktivitas fisiknya
pengendali nafsu makan di hipotalamus kurang sehingga berat badannya mudah
yang menyebabkan akseptor makan lebih meningkat.
banyak dari biasanya. Oleh karena itu pada Peningkatan berat badan pada
pemakaian kontrasepsi ini sering dikeluhkan penggunaan kontrasepsi suntik bulanan
adanya penambahan berat badan efek samping terhadap berat badan
(Hartanto, 2003). sangatlah ringan, rata-rata pertambahan
Berdasarkan hasil penelitian berat badan dua hingga tiga kilogram pada
diketahui bahwa peningkatan berat badan tahun pertama pemakaian dan terus
pada sebagian besar akseptir KB suntik bertambah selama tahun kedua (Hartanto,
DMPA terjadi setelah pemakaian lebih dari 1 2003; Varney, 2007).
tahun – 2 tahun pemakaian. Hal tersebut Dari penjelasan teori di atas dapat
merupakan salah satu faktor penyebab disimpulkan bahwa ada perbedaan berat
adanya peningkatan berat badan pada badan sebelum dan setelah penggunaan
sebagan besar akseptor KB suntik DMPA. kontrasepsi suntik satu bulanan. Pemakaian
Hal tersebut sesuai dengan pendapat kontrasepsi kontrasepsi suntik tiga bulanan
Nurjanah (2006), yang menyatakan bahwa mempunyai efek samping utama yaitu
resiko peningkatan berat badan ini secara perubahan berat badan. Hal ini disebabkan
statistik tidak ada perbedaan pada 12 bulan karena kontrasepsi suntik tiga bulanan yang
pertama penggunaan. Semakin lama mengandung progesterone atau
penggunaan kontrasepsi hormonal maka medroksiprogesteron sebanyak 150 mg
resiko terjadinya obesitas akan semakin dalam bentuk partikel kecil (Manuaba,
besar. Menurut teori yang dikemukakan 2007). Hormon progesteron yang kuat
oleh Hartanto (2004) juga menyatakan mampu merangsang hormon nafsu makan
bahwa dari pemakaian kontrasepsi suntik yang ada di hipotalamus. Dengan adanya
jangka waktu yang lama dapat nafsu makan yang lebih banyak dari
menyebabkan kenaikan berat badan karena biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi.
adanya kandungan hormon progesteron Kelebihan zat-zat gizi oleh hormone
yang dapat meningkatkan nafsu makan progesteron dirubah menjadi lemak dan
bertambah apabila pemakaian dosis yang disimpan di bawah kulit. Perubahan berat
tinggi atau berlebihan karena dapat badan ini akibat adanya penumpukan lemak
merangsang pusat pengendali nafsu makan yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat
di hipotalamus yang menyebabkan akseptor menjadi lemak (Mansjoer, 2003).
makan lebih banyak dari biasanya.
Hal ini sesuai dengan teori yang dan metabolisme. Faktor eksternal
dikemukanan oleh Glasier (2005) mencakup aktivitas fisik, dan asupan
menyatakan selama enam bulan pertama makanan. Selain itu kebiasaan hidup dan
pemakaian kontrasepsi tiga bulanan, akan pola makan lebih dominan dalam
terjadi peningkatan berat badan sebesar 1,3 mempengaruhi berat badan seseorang bila
kg, kemudian didukung oleh pernyataan dibandingkan faktor internal.
dari WHO dalam Cunningham (2006) Sutarna dkk (2009) menyatakan efek
penambahan berat badan rata-rata 2,7 kg samping yang mungkin terjadi dari
pada tahun pertama, 4 kg pada tahun pemakaian implant adalah penambahan
kedua setelah penyuntikan karena berat badan yang signifikan. Ayurai (2009)
pengaruh hormonal, yaitu progesteron. juga menyatakan keterbatasan implant
Penelitian ini sejalan dengan hasil salah satunya adalah peningkatan atau
penilitian yang dilakukan oleh Ekawati penurunan berat badan. Kenaikan berat
(2010) pada 35 sampel untuk kelompok badan tersebut akibat pengaruh aktifitas
kasus dan kontrol. Dari penelitian ini androgenik LNG berupa efek metabolik
diperoleh hasil bahwa pada akseptor yang menyebabkan peningkatan nafsu
kontrasepsi suntik tiga bulanan (DMPA) makan (Hanafi, 2008). Sedangkan kenaikan
lebih berisiko 3,4 kali lipat mengalami berat badan terjadi karena hormon ini
kenaikan berat badan dibandingkan bukan mempengaruhi proses metabolisme lemak
akseptor KB DMPA. Irianingsih (2011) juga dan kolesterol dalam tubuh (Piogama,
melakukan penelitian mengenai Hubungan 2009). Efek ini tergantung pada potensi
Lama Pemakaian KB Suntik Tiga Bulan androgennya. Makin kuat potensi
Depo Progestin Dengan Peningkatan Berat androgennya, makin besar efek buruknya
Badan Pada Peserta KB di Puskesmas pada metabolisme lemak (Mariyono, 2003).
Klego II Kabupaten Boyolali. Dari penelitian Metabolisme lemak merupakan salah satu
ini diperoleh hasil bahwa akseptor KB suntik faktor penentu dalam peningkatan berat
3 bulan yang menggunakan lebih dari 1 badan. Pemakaian KB hormonal dapat
tahun lebih berisiko mengalami kenaikan meningkatkan proses pembentukan
berat badan lebih besar dibandingkan kolesterol dan lemak. Tetapi efek samping
akseptor yang menggunakan kurang dari 1 ini bersifat individual karena ada beberapa
tahun. Dari penjelasan teori dan hasil orang yang menggunakan KB implant tetapi
penelitian lain yang mendukung di atas tidak mengalami kenaikan berat badan.
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan Perbedaan berat badan yang terjadi pada
berat badan sebelum dan setelah akseptor KB implant adalah adanya efek
penggunaan kontrasepsi suntik tiga bulanan samping yang ditimbulkan dari
3. Perbedaan perubahan berat badan sebelum livonorgestrel. Levonorgestrel
dan sesudah menggunakan KB implant di mempengaruhi peningkatan nafsu makan.
BPM Ny. Siti F Desa ngempon,Kecamatan Selain itu Levonorgestrel juga
Bergas, Kabupaten Semarang mempengaruhi metabolisme lemak dan
Hasil analisa terhadap 27 responden kolesterol dalam tubuh
kelompok yang menggunakan KB implan ‘Berat badan ibu sesudah
menunjukkan nilai mean differences berat menggunakan implant mengalami
badan sebelum dan sesudah menggunakan perubahan. Sebagian wanita yang
KB suntik DMPA sebesar 0,148 kg, nilai menggunakan implant mengalami efek
tersebut menunjukkan adanya perbedaan samping, tersering adalah perubahan pola
berat badan sebelum dan sesudah perdarahan haid (Wulansari dan Hartanto,
diberikan menggunakan KB suntik DMPA. 2007). Efek samping yang lebih jarang
Berat badan merupakan salah satu adalah peningkatan nafsu makan dan
indikator untuk menentukan status gizi peningkatan berat badan. Varney (2007)
seseorang. Berat badan merupakan menyatakan bahwa peningkatan berat
indikator status gizi yang mudah berubah. badan merupakan salah satu efek samping
Banyak sekali faktor yang dapat yang jarang dari pemakaian KB implant.
menyebabkan perubahan berat badan Penilaian perubahan berat badan pada
seseorang. Menurut Depkes RI (2009), pengguna implant dikacaukan oleh
berat badan merupakan salah satu ukuran perubahan olahraga, diet, dan penuaan
tubuh yang sering dipakai untuk (Arini, 2009). Dua faktor eksternal yang
memberikan gambaran status energi dan sangat dominan mempengaruhi berat
protein seseorang. Berat badan merupakan badan adalah aktivitas fisik dan asupan
antropometri yang sangat labil karena ada nutrisi. Karena untuk melakukan aktivitas
beberapa faktor yang mempengaruhi berat fisik seseorang, manusia memerlukan
tubuh. Faktor internal mencakup faktor- sejumlah energi. Jika energi yang diberikan
faktor hereditas seperti gen, regulasi termis, oleh makanan tidak cukup, maka energi
diperoleh dari hasil pemecahan lemak di usia seseorang. Di samping adanya efek
dalam tubuh samping implant, perbedaan berat badan
Hal tersebut sesuai dengan hasil seseorang juga dipengaruhi oleh: pertama
penelitian dengan menggunakan uji faktor makan yang melebihi kebutuhan
menggunakan t-test dependent dimana tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh
didapatkan nilai t = -0,213 dan p value = kebiasaan makan yang berlebih atau cara
0,833 (p value > 0,05), sehingga hasil memilih makanan yang salah. Kedua
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kurang menggunakan energi
perbedaan perubahan berat badan yang 4. Perbedaan perubahan berat badan pada
signifikan sebelum dan sesudah askeptor KB suntik dan akseptor KB implant
menggunakan KB implan pada responden di BPM Ny. Siti F Desa Ngempon,
di BPM Ny. Siti F Desa ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Berdasarkan analisis di atas, nilai
Akseptor kontrasepsi implan lebih mean perubahan berat badan sesudah
banyak yang memiliki peningkatan berat pemakaian KB suntik DMPA pada 27
badan positif sesuai dengan teori yang responden tersebut sebesar 4,519 kg dan
mengatakan bahwa peningkatan berat nilai mean perubahan berat badan pada
badan 1-2 Kg pada akseptor kontrasepsi kelompok responden yang memakai implant
implan adalah normal (Saifuddin, 2006). sebesar 0,222 kg, nilai tersebut
Fakta yang ditemukan pada saat penelitian, menunjukkan perubahan berat badan pada
yaitu akseptor kontrasepsi implan rata-rata responden sesudah memakai KB suntik
tidak mengalami masalah efek samping DMPA mengalami penambahan berat
yang dirasa berpengaruh pada perubahan badan lebih signifikan dibandingkan dengan
peningkatan berat badannya. Akseptor 27 responden yang memakai KB implant
kontrasepsi implan yang ditemui hampir dengan nilai mean differences sebesar
semua tidak merasakan perubahan berat 4,2963. Hasil analisis data didapatkan nilai t
badan yang signifikan atau dirasa tetap = 4,665 dan uji menggunakan independent
stabil dari sebelum menggunakan maupun t-test didapatkan bahwa p value = 0,000 (p
setelah menggunakan kontrasepsi tersebut, value < 0,05), berarti “terdapat perbedaan
hal ini sesuai teori dalam Saifuddin (2006) yang signifikan terhadap perubahan berat
yang mengatakan bahwa pada umumnya badan pada askeptor KB suntik dan
efek samping yang ditimbulkan implan tidak akseptor KB implant di BPM Ny. Siti F Desa
berbahaya, yang paling sering ditemukan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten
adalah perubahan pola haid berupa Semarang.
perdarahan bercak (spotting), Kontrasepsi suntik dan implant
hipermenorea, atau meningkatnya jumlah merupakan salah satu obat yang
darah haid, serta amenorea mengandung hormon progesteron yang
Menurut Varney (2007), menyatakan kuat sehingga merangsang hormon nafsu
bahwa peningkatan berat badan rata-rata makan yang ada di hipotalamus (Mansjoer,
dapat terjadi setelah pemakaian lebih dari 5 2003) dan hormon estrogen yang
tahun.Perubahan ini disebabkan oleh efek menyebabkan terjadinya peningkatan
dari levonorgestrel. Ada banyak faktor yang pengendapan lemak pada kelenjar
menyebabkan kenaikan berat badan mammae dan jaringan subkutis,
seseorang dalam waktu lebih dari 5 tahun, pengendapan lemak nyata pada pantat,
yaitu estrogen menurun diikuti oleh paha dan meyebabkan pelebaran panggul,
menurunnya produksi kelenjar tiroid sehingga mengakibatkan penambahan
sehingga mengakibatkan berat badan berat badan (Guyton, 2005). Peningkatan
meningkat terutama pada wanita menjelang berat badan pada pemakaian kontrasepsi
menopause. Selain itu kenaikan berat tiga bulanan lebih dari 2,3 kilogram pada
badan pemakai implant dipengaruhi oleh tahun pertama (Varney, 2007), sedangkan
perasaan tenang. Dengan memakai implant pada kontrasepsi implant bulanan efek
ibu tidak kawatir terjadi kehamilan sehingga samping terhadap berat badan sangatlah
dapat berpengaruh pada peningkatan berat ringan, rata-rata pertambahan berat badan
badan. Faktor makanan dan aktifitas fisik dua hingga tiga kilogram pada tahun
juga dapat mempengaruhi berat badan ibu. pertama (Hartanto, 2003; Varney, 2007).
Banyaknya konsumsi makanan yang Menurut Clark, et al (2005) Meka-
mengandung karbohidrat dan lemak dan nisme kontrasepsi DPMA dapat
kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan berat badan dan lapisan
mempengaruhi peningkatan berat badan. lemak belum diketahui secara jelas. Namun
Faktor gen juga dapat mempengaruhi berat efek dari DMPA atau progesterone pada
badan seseorang. Peningkatan berat badan manusia dan binatang percobaan terbukti
juga dapat dipengaruhi oleh bertambahnya meningkatkan beberapa mekanisme. DMPA
menginduksi hypoestrogenemia yang pertama. Peningkatan berat badan terjadi
berhubungan dengan visceral fat karena bertambahnya lemak tubuh dan
accumulation dan peningkatan berat badan. bukan karena retensi cairan tubuh.
Menurut Clark, et al (2005) dan Bakri dan Peningkatan berat badan pada pemakaian
Abdullah (2008) DMPA mengaktivasi kontrasepsi tiga bulanan lebih dari 2,3
hormone glukortikoid reseptor dan dalam kilogram pada tahun pertama dan
dosis yang tinggi dapat mengubah selanjutnya meningkat secara bertahap
metabolisme lemak yang berdampak pada hingga mencapai 7,5 kilogram selama enam
penumpukkan lapisan lemak pada manusia tahun (Varney, 2007). Sedangkan pada
yang secara otomatis meningkatkan berat kontrasepsi suntik bulanan efek samping
badan. Mekanisme yang lain dapat terhadap berat badan sangatlah ringan,
disebabkan DMPA dapat mempengaruhi rata-rata pertambahan berat badan dua
neurohumeral regulasi dari nafsu makan hingga tiga kilogram pada tahun pertama
dan energi di hypotalamus. Efek yang pemakaian dan terus bertambah selama
terjadi adalah nafsu makan menjadi tahun kedua (Hartanto, 2003; Varney,
meningkat. Dalam penelitian Yenchi, et al 2007).
(2009) dilaporkan bahwa peningkatan nafsu Berdasarkan hasil dan teori yang
makan terjadi setelah penggunaan DMPA telah dikemukakan, maka dapat
lebih dari 6 bulan. disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
Berdasarkan hasil penelitian diatas peningkatan berat badan antara akseptor
menunjukkan bahwa lama pemakaian kontrasepsi suntik satu bulanan dengan tiga
DMPA beresiko terhadap peningkatan berat bulanan di Puskesmas II Denpasar Selatan,
badan yang semakin banyak. Hal ini hal ini dikarenakan dalam pengambilan
menjadi temuan penting bahwa setiap sample peneliti menghomogenkan sampel
penggunaan kontrasepsi DMPA sebaiknya dengan lama penggunaan yang sama yaitu
selalu dievaluasi perkembangan berat 12 bulan pemakaian kontrasepsi suntik baik
badan dan pencegahan peningkatan berat satu bulanan maupun tiga bulanan. Selain
badan yang berlebihan. Peningkatan berat itu, jumlah sampel yang diambil peneliti
badan yang berlebihan dapat berhubungan masih dalam jumlah yang minimal yaitu
dengan berbagai masalah kesehatan masing-masing 30 responden sehingga
seperti obesitas, hipertensi, Diabetes perbedaan berat badan yang diperoleh tidak
Melitus dan penyakit jantung (Yenchi, et al, terlalu besar.
2009)
Pemakaian kontrasepsi suntik baik Menurut Hartanto (2003), faktor-
yang bulanan maupun tiga bulanan faktor yang mempengaruhi peningkatan
mempunyai efek samping utama yaitu berat badan pada akseptor kontrasepsi
perubahan berat badan. Faktor yang hormonal meliputi retensi cairan karena hal
mempengaruhi perubahan berat badan ini berkaitan dengan adanya penambahan
akseptor KB suntik adalah adanya kadar hormon estrogen dalam tubuh,
kandungan hormon progesteron yang kuat bertambahnya lemak dalam tubuh karena
sehingga merangsang hormon nafsu makan adanya ketidaksesuaian antara asupan
yang ada di hipotalamus. Dengan adanya kalori dengan aktivitas sehari-hari,
nafsu makan yang lebih banyak dari penimbunan lemak pada akseptor KB juga
biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. dapat ditimbulkan karena efek metabolism
Kelebihan zat-zat gizi oleh hormone hormon akibat peningkatan kadar estrogen
progesteron dirubah menjadi lemak dan dan progesteron dalam darah dan
disimpan di bawah kulit. Perubahan berat meningkatnya selera makan karena
badan ini akibat adanya penumpukan lemak peningkatan selera makan pada akseptor
yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat KB berkaitan dengan fluktuasi kadar
menjadi lemak (Mansjoer, 2003). estrogen dan progesterone dalam tubuh.
Sedangkan, adanya hormone estrogen Peningkatan kadar progesterone
menyebabkan terjadinya peningkatan menyebabkan bertambahnya nafsu makan.
pengendapan lemak pada kelenjar Perbedaan pengaruh berat badan antara
mammae dan jaringan subkutis, ibu yang menggunakan alat kontrasepsi
pengendapan lemak nyata pada pantat, implan dengan kontrasepsi suntik DMPA
paha dan meyebabkan pelebaran panggul, disebabkan karena adanya perbedaan
sehingga mengakibatkan penambahan kadar hormon yang terkandung di dalam KB
berat badan (Guyton, 1995). suntik DMPA dan implan dimana pada
Menurut Hartanto (2003), implan kandungan hormonnya adalah 36
pertambahan berat badan tidak terlalu mg levonorgestrel (Norplan), 68 mg 3-Keto-
besar, bervariasi antara kurang dari satu desogestrel (Implanon), 75 mg
kilogram sampai lima kilogram dalam tahun levonorgestrel (Jedena) sedangakan pada
KB suntik DMPA efek progesteronenya kuat implant di BPM Ny. Siti F Desa Ngempon,
yaitu mengandung 150 mg Depo Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Medroksiprogesterone Asetat sehingga
perubahan berat badan pada KB suntik B. Saran
DMPA lebih banyak dari pada KB implan 5. Bagi institusi
selain itu pada KB implan pelepasan pendidikan
hormon terjadi secara bertahap yaitu Hasil penelitian ini diharapkan dapat
melepaskan 80 µg LNG setiap hari selama dijadikan sebagai wawasan dan
6-18 bulan pertama, yang selanjutnya pengetahuan bagi pembaca dan
menurun sampai 30 µg dan terus akan menambah bahan kajian diperpustakaan
berlangsung sampai paling sedikit 5 tahun 6. Bagi tenaga bidan
sehingga masih ada keseimbangan antara Hasil penelitian ini diharapkan dapat
hormone progesterone dengan hormon menjadi masukan bagi bidan untuk
estrogen alamiah hal ini yang menyebabkan memberikan informasi tentang keuntungan
peningkatan berat badan pada KB implan dan efek samping penggunaan KB suntik
lebih sedikit dibandingkan KB suntik DMPA DMPA dan KB implan khususnya tentang
adanya peningkatan ataupun penurunan
E. Keterbatasan penelitian berat badan apabila menggunakan salah
Peneliti sangat menyadari bahwa satu dari kontrasepsi tersebut.
penelitian ini masih jauh dari sempurna dan 7. Manfaat bagi
banyak kekurangan. Adapun beberapa masyarakat
kelemahan yang dihadapi peneliti saat Hasil penelitian ini diharapkan dapat
melakukan penelitian ini, adalah penelitian ini dijadikan dasar motivasi dalam memilih
peneliti memiliki keterbatasan terutama dalam metode yang efektif, dan masyarakat
cara pengumpulan data yang dilakukan dengan diharapkan mendapatkan lebih informasi
menggunakan data sekunder yang sudah tentang efek samping pemakaian
tersedia di BPS tempat peneliti melakukan kontrasepsi, khususnya kontrasepsi
penelitian tanpa diikuti dengan observasi, suntikan. Bagi peneliti sendiri untuk
secara langsung sehingga masih terdapat menambah pengetahuan dan pengalaman
kemungkinan ketidaksesuaian data hasil serta penerapan
catatan administrasi di BPS dengan keadaan
responden saat ini. DAFTAR PUSTAKA

BAB V Abdul Bari Saifudin, Afandi Biran, Enriguito, 2008.


PENUTUP Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: yayasan Bina pustaka
A. Kesimpulan Sarwono Prawiroharjo
1. Hasil analisis data didapatkan nilai t =
-5,196 dan uji menggunakan t-test Agus Sutarna, Neti Juniarti, H.Y Kuncara, 2009.
dependent didapatkan bahwa p value = Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong.
0,000 (p value < 0,05), berarti ada Cetakan I. Jakarta: EGC
perbedaan perubahan berat badan yang
signifikan sebelum dan sesudah Arini, 2009. Kontrasepsi Implant.
menggunakan KB suntik DMPA pada http://arini.staf.gunadarma.ac.id. Akademi
responden di BPM Ny. Siti F Desa kebidanan widya karsa Jayakarta. Diakses
ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten tanggal 14 Juli 2015
Semarang.
2. Hasil analisis data didapatkan nilai t = Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian
-0,213 dan uji menggunakan t-test Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
dependent didapatkan bahwa p value = Cipta.
0,833 (p value > 0,05), berarti tidak ada
perbedaan perubahan berat badan yang Ayurai, 2009. Implant/susuk http://ayurai-
signifikan sebelum dan sesudah wordpress.com/2009/06/18/implant-susuk.
menggunakan KB implan pada responden Diakses tanggal 14 Juli 2015.
di BPM Ny. Siti F Desa ngempon,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. BKKBN, 2013. Keluarga Berencana dan
3. Hasil analisis data didapatkan nilai t = 4,665 Kesehatan Reproduksi: Kebijakan Program
dan uji menggunakan independent t-test dan Kegiatan. Jakarta: BKKBN
didapatkan bahwa p value = 0,000 (p value
< 0,05), berarti “terdapat perbedaan yang BKKBN. (2012). Pedoman Kebijakan Tehnis
signifikan terhadap perubahan berat badan Keluarga Berencana dan Kesehatan
pada askeptor KB suntik dan akseptor KB
Reproduksi. Jakarta : Kantor Menteri Manuaba, Ida Bagus Gde ,2007. Memahami
Negara Kependudukan. Kesehatan Reproduksi Wanita. Monica
Ester. Jakarta: Arcan
Clark, M.K., Dillon, JS., Sowers, M., and Nichols,S., Manuaba, Candranita, A.I I et al. 2009. Memahami
2005 , Weight, Fat Mass, and Central Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Distribution of Fat Increase When Women EGC
use Depotmedroxy progesterone Acetate
for Contraception,InternationalJournal of Maryani, H. (2002). Cara Tepat Memilih Alat
obesity. 29, 1252-1258 Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi
Wanita. Maret 2002, Puslitbang Pelayanan
Cuningham, F. Gary et al. (2005). Obstetri Williams. dan Teknologi Kesehatan, Depkes RI.
Jakarta: EGC Website:
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/03200
Dinkes.(2005). Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) 2/PUS-1-htm-27, diakses 22 Juni 2011
Website:http://www.
jawatengah.go.id/dinkes/new/Profil2003/bab Mochtar, R. (2005). Sinopsis Obstetric: Obstetric
4.htm. diakses tanggal 5 Juni 2011 Operatif, Obstetric Social. (edisi 2 ).
Jakarta: EGC
Depkes RI. 2011. Kontrasepsi Suntikan
Menyebabkan Peningkatan Berat Badan. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Konsep dan
Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keluarga. Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Fitria, A (2008). Panduan Lengkap Kesehatan Notoatmodjo, S\oekidjo. (2003). Metodologi


Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta. Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Glasier Anna dan Gabibil Aiesa, 2006. Dasar-dasar
Obstetri dan Genekolog. Catakan I. Jakarta: Nursalam.(2003). Pendidikan Praktis Metodologi
Hipokrates Riset Keperawatan. Jakarta : CV
Infomedika.
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11, Jakarta: Penerbit Nurjanah, 2006. Perbandingan Perubahan Berat
Buku Kedokteran EGC Badan Pada Penggunaan Kontrasepsi
Suntik DMPA dan Pil KOmbinasi Pada
Hanafi, Irsan, 2008. Kontrasepsi yang dipilih tidak Akseptor KB di Puskesmas Tegalrejo.
cocok? http://www.parentguide.co.id Yogyakarta. Keperawatan. Yogyakarta
diakses tanggal 8 Juli 2015 jam 15.00 WIB
Piogama, 2009. Kontrasepsi yang Dipilih Tidak
Handayani, (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Cocok?.
Berencana. Pustaka Rihama : Yogyakarta http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/
kb-susuk-menyebabkan-berat-badan-naik.
Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Diakses tanggal 14 Juli 2015
Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. Saifudin, A.B. (2006).Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. (edisi 1). Jakarta:
Hartanto, Hanafi 2003. Keluarga Berencana dan YBPSP, JNPKKR/POGI, BKKBN, DEPKES
Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar dan JHIPEGO/STARN progam.
Harapan
Saifuddin, A. B., Affandi, B., Baharuddin, M., &
Hartanto, Pita Wulansari dan Huriawati., 2007. Soekir, S. , (2004). Buku panduan praktis
Ragam Metode Kontrasepsi. Cetakan I: pelayanan kontrasepsi. Jakarta: YBPSP
EGC
Sarwono, 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Haryono, S. (2008). Merubah Tenaga Kerja Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
Indonesia. Available from : Penerbit Tridasa Printer
http://203.130.242.190//artikel/53962.shtml,
diakses 14 Juni 2011 Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga
Berencana. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan
dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Sugiyono, 2011. Statistika untuk Penelitian.
Medika. Bandung: Alfabeta
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk (2010). Penilaian
Status Gizi. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, H (2007). Ilmu kebidanan edisi 3.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Wahyuningrum. (2009). Konsep Dasar Keluarga


Berencana. Website
:http://www.keluargaberencana.co.id.
diakses tanggal 13 Juni 2011

Wijayanti, 2006. Perbedaan Peningkatan Berat


Badan Antara Akseptor Keluarga
Berencana suntik Progesteron Tunggal Dan
KOmbinasi Progesteron Estrogen di Klinik
Kebidanan Dan Reproduksi Bahagia
Surakarta. UNS. Surakarta

Wulansari. (2007). Ragam Metode Kontrasepsi.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan


Edisi 5, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai