A. Diagnosis Banding 1. Stroke
A. Diagnosis Banding 1. Stroke
Diagnosis Banding
1. Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian.
a. Stroke Non Hemoragik
1) Berdasarkan Kausal:
a) Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada
pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh
darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh
darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga
diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density
Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik
terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang.
Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
b) Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung
atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan
pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri
oksigen dan nutrisi ke otak.
Kebanyakan pengobatan penyakit pada usia lanjut atau manula dilakukan dengan
pendekatan secara empiris yaitu dengan menggunakan antibiotik spektrum luas dengan
tujuan agar antibiotik yang dipilih dapat melawan beberapa kemungkinan antibiotik
penyebab infeksi. Padahal tanpa disadari penggunaan antibiotik spektrum luas secara tidak
terkendali sangat memungkinkan timbulnya masalah yang tidak diinginkan seperti
timbulnya efek samping obat maupun potensi terjadinya resistensi. Alasan penggunaan
antibiotik sprektrum luas ini disebabkan oleh penyakit penyerta yang banyak diderita oleh
para lansia dan kondisi tertentu seperti diabetes melitus, payah jantung kronik, penyakit
vaskuler, penyakit paruobstruksi kronik (PPOK), peminum alkohol dan penyakit penyakit
lainnya. Penyakit-penyakit tersebut di atas umumnya terdapat pada usia lanjut. Faktor
predesposisi lain antara lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, keadaan
imunodefisiensi, kelainan ataukelemahan stuktur organ dada dan penurunan kesadaran. Juga ada
tindakan invasive sepertiinfuse, trakeotomi, atau pemasangan ventilator. Perlu diteliti faktor
lingkungan khususnyatempat kediaman misalnya di rumah jompo, penggunaan antibiotik
dan obat suntik iv, sertaalkoholik yang meningkatkan terjadinya kuman gram negative
(Khairudin, 2009).
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat membahayakan
kesehatan. Misalnya, mengakibatkan gangguan saluran pencernaan (diare, mual,
muntah).Khawatir masyarakat awam yang tidak paham, mempergunakan dosis antibiotik untuk
segala jenis penyakit. Penderita dapat mengalami reaksi alergi8. Mulai yang ringan seperti
ruam dangatal hingga berat seperti pembengkakan bibir, kelopak mata, sampai gangguan
napas. Sebab,bisa jadi penderita alergi dengan antibiotik tersebut. Efek yang terjadi dari
ringan hinggaberat. Pasien bisa mengalami anafilaktik shock atau shock karena
penggunaan antibiotik tersebut. Lebih berbahaya lagi, antibiotik juga bisa mengakibatkan
kelainan hati. Sepertidiketahui, antibiotik memiliki bahan dasar kimia. Selain berfungsi
membunuh kuman, bahankimia tersebut harus dinetralkan tubuh supaya aman. Caranya
adalah dengan memecah bahankimia tersebut (Katzung, 1986).
Pertimbangan pemberian obat terutama antibiotik pada usia lanjut, tidak saja
diambil berdasarkan ketentuan dewasa, tetapi perlu beberapa penyesuaian seperti dosis dan
perhatian lebih besar pada kemungkinan efek samping, karena adanya perbedaan fungsi
organorgan tubuh, dan lebih rentannya usia lanjut terhadap efek samping/efek toksik obat.
Prinsip-prinsip dasar pemakaian antibiotika pada usia lanjut tidak berbeda dengan
kelompok usia lainnya.Yang perlu diwaspadai adalah pemakaian antibiotika golongan
aminoglikosida dan laktam,yang ekskresi utamanya melalui ginjal. Penurunan fungsi
ginjal karena usia lanjut akanmempengaruhi eliminasi antibiotika tersebut, di mana waktu
paruh obat menjadi lebihpanjang (waktu paruh gentasimin, kanamisin, dan netilmisin dapat
meningkat sampai dua kalilipat) dan memberi efek toksik pada ginjal (nefrotoksik),
maupun organ lain (misalnyaototoksisitas) ( Katzung, 1986).
3. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medik ialah meningkatkan kemampuan fungsional seseorang sesuai
dengan potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau meningkatkan Kualitas
hidup dengan cara mencegah atau mengurangi Impairment, Disability dan handicap
semaksimal mungkin.
Geriatri dalam hal ini perlu dikonsulkan ke RM untuk mengetahui kemampuan
aktivitas pasien yang selanjutnya ditentukan apakah perlu di ikutkan program dalam RM
atau tidak. Jika perlu, selanjutnya rencanakan program-program yang mendukung sesuai
keluhan dan keterbatasan kemampuan beraktivitas.
a. “IMPAIRMENT” (tingkat organ)
dimana penderita masih memerlukan / tergantung pada perawatan dan terapi secara
aktif, sehingga tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari (ADL), “temporary
disability”.
b. “DISABILITY” (tingkat manusia):
disebut juga “recovery period” dimana penderita mulai dapat melaksanakan
pekerjaan sesuai keadaan kesembuhan penyakitnya.
c. “HANDICAP” (tingkat sosial):
cacat menetap, keterbatasan kemampuan, dan melaksanakan tugas pekerjaan.
C. Pengaturan Nutrisi pada Lansia
1. Status gizi pada usia lanjut
a. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
b. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
c. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
d. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu
makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang
kronis
e. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur,
daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini
menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
f. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
g. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
h. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan
yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
i. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan
makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
j. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan
menurun dan menjadi kurang gizi
k. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya
menjadi kurang gizi
l. Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
10 Langkah agar dapat hidup lebih lama, sehat, dan berarti untuk lansia
1. Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya.
Cobalah menciptakan suasana yang menyenangkan di meja makan semenarik
mungkin sehingga dapat menimbulkan selera
2. Memperkuat daya tahan tubuh.
Makanlah makanan yang mengandung zat gizi yang mengandung zat gizi yang penting
untuk kekebalan, seperti : biji-bijian utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut.
3. Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut Santaplah makanan yang
mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan penyerapan kalsium
menurun, vitamin D membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh makanan
sumber vitamin D adalah susu
4. Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur Karena itu harus
makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung serat, seperti biji-bijian, jeruk
dan sayuran yang berdaun hijau tua
5. Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak Santaplah makanan
yang mengandung vitamin C, E dan B karoten (antioksidan), seperti : sayuran
berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah lain
6. Mengurangi resiko penyakit jantung Yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang
banyak mengandung kolesterol dan natrium dan harus banyak makan makanan yang
kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat yang larut, kalsium dan aklium, seperti biji-
bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering daging tidak berlemak, buah, termasuk
nanas dan sayuran.
7. Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin
B6, B 12 dan asam folat
8. Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik, makan rendah
lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks
9. Menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur Dengan jalan melakukan
olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah raga dilakukan menurut porsi masing-
masing usia serta tingkat kebugaran setiap orang
10. Tetaplah berlatih.
6. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor mulut atau faring atau
esofagus, dll
7. Pasien pasca operasi pada mulut atau faring atau esophagus
8. Bayi prematur atau bayi yang tidak dapat menghisap.
D. TUJUAN PEMASANGAN NGT
Tujuan dan Manfaat Tindakan Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun)
2. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan (
memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada
lambung
5. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
6. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
7. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk
mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general
anaesthesia)