Adakah Hubungan Antara Riwayat Stroke Dengan Keluhan Sekarang?
Adakah Hubungan Antara Riwayat Stroke Dengan Keluhan Sekarang?
aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi
penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah
otak yang terkena.
Faktor Risiko Stroke
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor
risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung
(fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang
aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.
Penatalaksanaan Stroke
STADIUM HIPERAKUT
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan
tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak
meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid;
hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT
scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,
protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika
hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah
memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada
keluarganya agar tetap tenang.
STADIUM AKUT
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktorfaktor etiologik maupun penyulit.
Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial
untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,
menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien
yang dapat dilakukan keluarga.
1. Stroke Iskemik
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang; ubah
posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan
antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan
(sebaiknya dengan kateter intermiten).
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.
Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan
menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg%
dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula
darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv
sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan
muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala.
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik ≥220
mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada
2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut,
gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah
20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta,
penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 90
mm Hg, diastolik ≤70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500
mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika
belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin
2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit, maksimal
100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin).
Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25
sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum
memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus
dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan
larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-P (recombinant tissue Plasminogen
Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika
didapatkan afasia).
2. Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-
20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan
volume hematoma bertambah.
Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan
labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit)
maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per
oral.
Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan
300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke
iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi
dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi
saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah
mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian
memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat
perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar
>60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi Pada
perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan
bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun (gamma knife) jika penyebabnya adalah
aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation, AVM).
STADIUM SUBAKUT
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit dengan
tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan program preventif
primer dan sekunder
Terapi fase subakut:
Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya,
Penatalaksanaan komplikasi,
Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi, terapi wicara,
terapi kognitif, dan terapi okupasi,
Prevensi sekunder
Edukasi keluarga dan Discharge Planning
Apa penyebab tidak mau makan, minum, tidak mau bicara, dan batuk selama
sebulan? Akibatnya apa? Faktor resiko?
Tidak mau makan dan minum
Pada geriatri terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan digestif dan absorpsi
akibat hilangnya opioid endogen dan hiperkolesistokinin yang berakibat anoreksia,
penyakit periodontia yang berakibat gangguan mengunyah, penurunan motilitas perut
hingga terjadi konstipasi. Ketidaknyamanan ini berakibat inanisi (tidak mau makan).
Selain itu pada geriatri juga terjadi perubahan fisiologis saluran cerna. Pertama,
terjadi penurunan indera pengecap dan pencium, banyak lansia tidak dapat menikmati
aroma dan rasa makanan. Bertambahnya umur berkorelasi negatif dengan jumlah taste
buds pada lidah lansia, nilai ambang terhadap aroma, rasa manis, pahit dan asin pun
meningkat. Kemudian terjadi pula penurunan produksi saliva yang akan menyebabkan
mulut relatif kering (xerostomia) yang semakin mengganggu indera pengecap atau
perasa.
Kedua, reseptor pada esofagus menjadi kurang sensitif dengan adanya makanan.
Kemampuan peristaltik esofagus mendorong makanan pun menurun, ditambah lagi
dengan pengosongan lambung yang terlambat. Akhirnya terjadilah refluks gastroesofagal
karena fungsi sfingter esofagus yang melemah.
Ketiga, pada lambung terjadi penurunan motilitas lambung yang menyebabkan
pengosongan lambung menjadi lebih lambat. Pada lansia usia 80 tahun, sering terjadi
atopic gastritis. Kehilangan epitel lambung juga menyebabkan berkurangnya pH lambung
yang berakibat penurunan absorbsi besi, kalsium, vitamin B6, vitamin B12 dan asam
folat. Karena pH lambung berkurang, kemampuan pertahanan diri pun menjadi menurun
dan menyebabkan tumbuhnya bakteri pada usus halus. Ketiga hal inilah yang membuat
pasien merasa tidak nyaman untuk makan dan akhirnya menjadi tidak mau makan
(inanisi).
Batuk-batuk
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.
Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paruparu,atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker
paru atau penggunaan alkohol.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi batuk,nyeri dada
demam,dan sesak nafas. Alat diagnosa meliputi sinar-x dan pemeriksaan sputum.
Pengobatan tergantung penyebab dari pneumonia; pneumonia kerena bakteri diobati
dengan antibiotika.
Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada semua kelompok
umur, dan menunjukan penyebab kematian pada orang tua dan orang dengan penyakit
kronik. Tersedia vaksin tertentu untuk pencegahan terhadap jenis pnuemonia. Prognosis
untuk tiap orang berbeda tergantung dari jenis pneumonia, pengobatan yang tepat,ada
tidaknya komplikasi dan kesehatan orang tersebut.
GEJALA
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan
atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang
pendek,nyeri dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri
atau kesulitan selama bernafas dalam atau batuk. Orang dengan pneumonia, batuk dapat
disertai dengan adanya darah,sakit kepala,atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit
lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan,kelelahan,kulit menjadi
pucat,mual,muntah,nyeri sendi atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia
mempunyai variasi gejala yang lain. Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh
Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan diare,pneumonia karena tuberkulosis atau
Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan berat badan dan berkeringat pada malam
hari. Pada orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan
pneumonia lebih banyak gejala,tetapi pada banyak kasus, mereka hanya tidur atau
kehilangan nafsu makan
Diagnosis
Untuk diagnosa suatu pneumonia,perawatan berdasarkan gejala-gejala dari pasien
dan penemuan dari pemeriksaan fisik. Informasi dari foto thorax,pemeriksaan darah dan
kultur sputum sangat membantu. Foto thorax khususnya di gunakan di rumah sakit dan
beberapa klinik dengan fasilitas sinar x. Bagaimanapun pengaturan dalam
masyarakat(praktek umum) pneumonia biasanya didiagnosa berdasarkan gejala dan
pemerikasaan fisik sendiri. Diagnosa pneumonia sulit pada beberapa orang,khususnya
mereka yang mempunyai penyakit lain. Kadang dengan CT scan atau tes yang lain yang
diperlukan untuk membedakan pneumonia dari penyakit lain.
PEMERIKSAAN FISIK
Individu dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis. Pemeriksaan fisik
untuk perawatan kesehatan menunjukan demam atau kadang-kadang suhu tubuh
menurun,peningkatan frekwensi pernapasan(RR),penurunan tekanan darah,denyut
jantung yang cepat,atau saturasi oksigen yang rendah, dimana jumlah oksigen dalam
darah yang diindikasikan oleh pulse oximetri atau analisis gas darah. Orang yang
kesulitan bernafas, bingung atau dengan sianosis(kulit berwarna biru) memerlukan
pertolongan segera. Mendengarkan paru-paru dengan stetoskop(auskultasi) akan
menunjukan beberapa hal. Hilangnya suara nafas normal, adanya suara retak(rales),atau
peningkatan suara bisikan(whispered pectoryloqui) dapat mengenali daerah pada paru
yang keras dan yang penuh cairan yang dinamakan “konsolidasi”.Pemeriksa dapat juga
merasakan permukaan dada(palpasi) dan mengetuk dinding dada(perkusi) untuk
mengetahui lebih jauh lokasi konsolidasi. Pemeriksa juga dapat meraba untuk
meningkatkan getaran dari dada ketika berbicara(fremitus raba).
Pemeriksaan Laboratorium
Pada sebagian besar kasus jumlah leukosit normal atau sedikit meninggi dan
kadang leukositosis. Pada hitung jenis terdapat “geser ke kiri” dan dapat dipakai sebagi
petunjuk diagnosis infeksi akut yang penting. Peningkatan ureum darah terjadi pada 30%
kasus, peningkatan ringan serum transaminase 20% kasus, dan peninggian kreatinin dan
gula darah dapat terjadi. Ditemukan pula hiponatremi dan hipofosfatemi.
Gambaran radiologik, bila jelas akan tampak gambaran infiltrate paru. Kadang
sulit menilai gambaran foto toraks, terutama bila terdapat dehidrasi, sehingga infiltrate
belum tampak dalam waktu 24-48 jam perawatan. Pada pneumoni yang dini, pneumoni
oleh bakteri gram negatif, foto toraks kadang tampak normal.