Anda di halaman 1dari 125

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit
degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem
muskolokeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara
berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk
yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan
survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai
akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 ).
Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, jumlah
manusia lanjut usia di Indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan
demikian, masalah penyakit akibat penuaan akan semamkin banyak dihadapi.
Salah satu penyakit yang harus diantisipasi adalah penyakit osteoporosis dan
patah tulang. Pada situasi mendatang, akan terjadi perubahan demografis yang
akan meningkatkan populasi lanjut usia dan meningkatkan terjadinya patah
tulang karena osteoporosis.
Seiring bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur – angsur
menurun dan berakibat pada timbulnya berbagai macam penyakit. Osteoporosis
atau pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di
atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di Amerika
Serikat pada orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8
laki – laki terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh
dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan
masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis
menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan
lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% klien penyakit
osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami
penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen
setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Makalah Osteoporosis | 1
Pada osteoporosis massa yang membentuk tulang sudah berkurang,
sehingga tulang dapat dikatakan keropos. Struktur pengisi tulang antara lain
berupa senyawa-senyawa kolagen disamping juga kalsium. Ketika massa ini
menjadi berkurang maka tulang menjadi kurang padat sehingga tak kuat
menahan benturan ringan sekalipun yang mengenainya, resikonya patah tulang
gampang terjadi. Di luar dari mudahnya tulang yang keropos itu mengalami
fraktur, tulang yang keropos hampir tak bergejala sama sekali, silent
disease. Jadi, keduanya memang dekat dengan wanita usia post menopause
dikarenakan proses metabolisme di tulang memang membutuhkan pengaruh
dari hormone estrogen yang lazimnya menurun saat wanita post menopause.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap
memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita,
penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki
tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.
Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen
dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun
2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun
2015. Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan
kesadaran akan ancaman osteoporosis di Indonesia adalah Prevalensi
osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,
sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria
38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia
kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Mereka. Satu dari tiga perempuan dan
satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang.
Berdasarkan data Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia jauh lebih
besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis terbesar ke 2 setelah
Negara Cina.

Makalah Osteoporosis | 2
Ada beberapa faktor risiko osteoporosis diantaranya genetic, jenis
kelamin dan masalah kesehatan kronis, defisiensi hormone, kurang olah raga,
serta rendahnya asupan kalsium, Bila dalam suatu keluarga mempunyai riwayat
osteoporosis maka kemungkinan peluang anak mengalami hal yang sama
adalah 60-80%. Dilihat dari jenis kelamin 80% wanita mengidap osteoporosis.
Risiko osteoporosis juga akan meningkat apabila mengidap penyakit kronis.
Sedangkan hubungan antara perempuan osteoporosis karena menaupose akibat
penurunan hormone esterogen, (Siswono, 2003).
Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa
tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang
pasca menopause adalah 1,4% tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik
Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi
umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor
proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan
lebih/obesitas dan latihan yang teratur ( Sudoyo, 2009 ).
Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai
kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan
berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan
mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,
sehingga terjadilah osteoporosis.
Dapat disimpulkan osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang
yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri
dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras
dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan
persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus
menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid,
hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada
pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk
menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang.

Makalah Osteoporosis | 3
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana anatomi fisiologi sistem muskuluskeletal ?
2) Apa pengertian dari Osteoporosis ?
3) Bagaimana prognosis yang terjadi pada klien dengan Osteoporosis ?
4) Apa saja klasifikasi penyakit Osteoporosis ?
5) Apa penyebab atau etiologi pada klien dengan Osteoporosis ?
6) Bagaimana patofisiologi pada klien dengan Osteoporosis ?
7) Bagaimana Web Of Caution (WOC) pada klien dengan Osteoporosis ?
8) Bagaimana manifestasi klinis yang terjadi pada klien dengan
Osteoporosis ?
9) Bagaimana komplikasi yang akan terjadi pada klien dengan
Osteoporosis ?
10) Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan klien dengan Osteoporosis ?
11) Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan yang dapat dilakukan pada
klien dengan Osteoporosis?
12) Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien
dengan Osteoporosis ?

Makalah Osteoporosis | 4
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami tentang konsep dasar
manajemen intervensi keperawatan terkait dengan adanya gangguan pada
sistem muskuluskeletal terutama dalam masalah yang terjadi pada sistem
rangka yang salah satunya adalah gangguan yang terjadi pada klien
dengan Osteoporosis yang kerap kali sering dijumpai dikalangan lansia
bahkan di usia muda. Selain itu, makalah ini dapat membantu mahasiswa
untuk mengetahui bagaimana konsep timbulnya perjalanan penyakit yang
terjadi akibat gangguan pada sistem muskuluskeletal terutama pada
sistem rangka yaitu klien dengan osteoporosis dan untuk mengetahui
bagaimana melakukan Asuhan Keperawatan yang tepat dan benar pada
klien dengan kasus osteoporosis.

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Mengetahui anatomi fisiologi sistem muskuluskeletal.
2) Mengetahui pengertian Osteoporosis
3) Mengetahui prognosis penyakit yang terjadi pada klien
dengan Osteoporosis
4) Mampu membedakan klasifikasi penyakit pada klien dengan
Osteoporosis
5) Mengetahui penyebab atau etiologi penyakit pada klien
dengan Osteoporosis
6) Mengetahui patofisiologi penyakit pada klien dengan
Osteoporosis
7) Mampu memahami web of caution (WOC) Osteoporosis
8) Mengetahui manifestasi klinis penyakit yang terjadi pada
klien dengan Osteoporosis
9) Memahami komplikasi penyakit yang terjadi pada klien
dengan Osteoporosis

Makalah Osteoporosis | 5
10) Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
penyakit pada klien dengan Osteoporosis
11) Memahami penatalaksanaan dan pengobatan yang dapat
dilakukan penyakit pada klien dengan Osteoporosis
12) Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan
penyakit pada klien dengan Osteoporosis

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah diharapkan
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana mekanisme dasar
terjadinya kasus penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem
muskuluskeletal terutama pada sistem rangka yang sering dijumpai ditengah
masyarakat yang diakibatkan karena adanya masalah pada kondisi struktural
massa tulang atau sistem rangka, khususnya pada klien dengan diagnosa medis
Osteoporosis yang dapat terjadi akibat berbagai sebab, sehingga dengan begitu
mahasiswa dapat dengan mudah untuk melakukan asuhan dan tindakan serta
penanganan keperawatan yang tepat pada klien dengan kasus osteoporosis

1.5 Metode Penulisan


Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode
perpustakaan (liberary research) yakni pengutipan dan pengumpulan data-data
pada buku dan internet yang berkaitan dengan pembahasan asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnosa medis osteoporosis yang terjadi akibat gangguan
struktural massa tulang.

Makalah Osteoporosis | 6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologis Sistem Rangka (Skelet)

2.1.1 Tulang atau Rangka


Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang di
tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk
berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan
dan mengatur kalsium dan fosfat. Komponen-komponen nonselular utama dar
jaringan tulang adalah mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan
proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam kristal
(hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
Mineral-mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang
disebut juga sebagai osteoid. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa
proteoglikan seperti asam hialuronat
Menurut Smeltzer S.C dan Bare B.G (2002) tulang manusia saling
berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk memperoleh
fungsi system muskuloskeletal yang optimal.
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi
alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh metabolism kalsium, mineral dan
organ hemopoetik. Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah

Makalah Osteoporosis | 7
mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan). Matriks
organic tulang disebut juga sebagai osteoid.
Tulang tidak hanya sebagai kerangka penguat tubuh, tetapi juga
merupakan bagian susunan sendi, sebagai pelindung tubuh, serta tempat
melekatnya origo dan insertio dari otot-otot yang menggerakkan kerangka
tubuh. Bagian ruang ditengah tulang-tulang tertentu memiliki jaringan
hemopoietik yang berfungsi untuk memproduksi sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit. Tulang terbentuk dari jaringan-jaringan mesenkim. Matriks
organik tulang disebut juga sebagai sebagai suatu osteoid. Osteon merupakan
unit fungsional mikroskopis tulang dewasa
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkan tumbuh,
selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung
syaraf, pembuluh darah dan limfatik.Lapisan yang paling dekat dengan tulang
mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.

2.1.2 Klasifikasi dan Struktur Tulang

Makalah Osteoporosis | 8
Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium)
yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut
adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis
Susunan kerangka manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang-
tulang yang banyaknya kira-kira 206 buah tulang, dan satu sama lainnya saling
berhubungan yang didukung oleh tendon ( penyambung antara tulang ), otot
dan ligament ( pita jaringan ikat dimana 2 atau lebih tulang ditempatkan
bersama-sama dengan satu sama lain pada sendi ). Tulang utama dalam tubuh
manusia adalah tulang paha di kaki atas.
Kerangka manusia merupakan 15 % dari berat total tubuh, dan sekitar
setengah dari berat tubuh adalah air. Kerangka manusia terdiri dari tiga
komponen utama yaitu tulang, tulang rawan, dan sendi associated. Rangka
digolongkan menjadi tiga yaitu axial skeleton, appendicular skeleton, dan
articaltion.
Struktur tulang, tulang merupakan jaringan ikat khusus, yang tersusun
atas sel-sel yang tertanam di dalam matriks serat-serat kolagen organik dan
protein non kolagen yang dihasilkan oleh sumsum tulang. Sel itu sendiri terbagi
atas lima bagian.

Makalah Osteoporosis | 9
a. Osteoblas adalah sel yang aktif mensintesis matriks tulang. Sel ini
distimulasi oleh hormon pertumbuhan. Sel tulang yang
bertanggung jawab terhadap proses formasi tulang dan merupakan
sel tulang muda yang menghasilkan jaringan osteosit yang
berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matriks tulang.
b. Osteosit adalah osteoblas dorman yang dikelilingi oleh matriks.
Osteosit dapat diaktifkan kembali ketika tulang cedera. Sel tulang
yang terbenam didalam matriks tulang. Sel ini berasal dari
osteoblas. sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang yang terletak dalam osteon (unit matriks tulang)
c. Osteoklas adalah sel berinti banyak (multinukleus) yang
mengerosi dan menyerap tulang yang sebelumnya telah terbentuk
yang membentuk kembali tulang dan melepaskan ion anorganik
(yaitu, kalsium, fosfat) dan komponen organik. Osteoklas
dirangsang oleh hormon paratiroid. Sel tulang yang bertanggung
jawab terhadap proses resorpsi tulang serta sel-sel yang dapat
mengabsorbsi mineral dan matriks tulang serta berperan dalam
penghancuran dan remodelling.
d. Sel Osteogenik memberikan tanggapan terhadap trauma, seperti
fraktura (patah tulang). Sel ini memberikan perlindungan pada
tulang dan membentuk sel-sel baru, sebagai pengganti sel-sel yang
rusak
e. Sel pelapis tulang yang dibentuk oleh osteoblas disepanjang
permukaan tulang orang dewasa. sel tulang ini mengatur
pergerakan kalsiun dan fosfat dari dan kedalam tulang.

Makalah Osteoporosis | 10
Tulang tersusun atas jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus
(trabekular) atau spongiosa. Tulang kompakta secara makroskopis terlihat
padat. Akan tetapi, jika diperiksa dengan mikroskop terdiri dari sistem havers.
System havers terdiri dari kanal havers, sebuah kanal havers mengandung
pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe, lamella (lempengan tulang yang
mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang diantara lamela yang mengandung
sel-sel tulang atau osteosit dan saluran limfe) dan kanalikuli (saluran kecil yang
menghubungkan lacuna dank anal sentral). Saluran ini mengandung pembuluh
limfe yang membawa nutrient dan oksigen ke osteosit.
Tulang kanselus juga keras seperti tulang kompakta, tetapi secara
makroskopis terlihat berlubang-lubang (spons). Jika dilihat dengan mikroskopis
kanal havers, tulang kanselus terlihat lebih besar dan mengandung lebih sedikit
lamella.
Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup
(matriks). Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang). Osteoblas
membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral. Jika
pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk. Jika tulang
telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel tulang dewasa). Sel
tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang).

Makalah Osteoporosis | 11
Struktur tulang Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu
pars spongiosa (jaringan berongga yang mengandung sumsum tulang dan
pembuluh darah) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat).
Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum), lapis tipis
jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam
kanalikuli tulang kompak.
Secara Mikroskopis tulang terdiri dari
1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah,
aliran limfe)
2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–
lempengan yang mengandung sel tulang).
4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan
sampai ke osteon).

Matriks Tulang:
1. Matriks organik terdiri atas serat kolagen dan glikoprotein.
2. Matriks anorganik terdiri atas ion, bentuk yang terbanyak adalah
kalsium fosfat dalam bentuk kristal yang disebut hidroksiapatit.

2.1.3 Klasifikasi Tulang berdasarkan Penyusunnya


1. Tulang Kompak
a. Padat, halus dan homogen
b. Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung
’yellow bone marrow”.
c. Tersusun atas unit : Osteon  Haversian System
d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat
pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik
(lamellae).

Makalah Osteoporosis | 12
e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis
yang disebut periosteur, membran ini mengandung:
1. Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke
dalam tulang
2. Osteoblas
2. Tulang Spongiosa
a. Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula.
b. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
c. Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang
mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.
Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada
ujung tulang lengan dan paha.

2.1.4 Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya


Tulang dalam garis besarnya dibagi dalam enam kategori. Berdasarkan
anatomis dan fisiologinya, klasifikasi dari bentuk tulang melipiti: tulang
panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tak beraturan, tulang sesamoid dan
tulang sutura.
Bentuk tulang panjang biasanya relative panjang dan silinder. Tulang
panjang bisa ditemukan di lengan, paha, kaki, jari tangan, dan kaki. Bentuk
tulang pendek bias menyerupai bentuk kotak yang terdapat seperti pada tulang-
tulang karpal dan tarsal. Bentuk tulang pipih tipis dan permukaannya pararel.
Contoh pada tulanh pipih adalah pada atap tengkorak, sternum, iga, dan
scapula. Tulang-tulang ini mempunyai fungsi proteksi terhadap jaringan lunak
dibawahnya dengan membuat suatu permukan luas untuk melekatnya suatu
otot. Bentuk tulang tak beraturan memiliki kompleksitas pendek dan permukaan
tidak beraturan. Contoh tulang ini adalah tulang belakang. Tulang sesamoid
berbentuk kecil, tipis, dan seperti biji-bijian. Contoh tulang ini adalah patela.
Sementara tulang sutura berbentuk kecil, tipis, tidak beraturan, dan tersebar
diantara tulang tengkorak.

Makalah Osteoporosis | 13
1) Tulang pendek

Tulang pendek (misalnya: falang, karpal) bentuknya hampir


sama dengan tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil
daripada bagian proksimal, serta berukuran pendek dan kecil.
Tulang pendek berbentuk bulat dan pendek tidak beraturan atau
silinder kecil. Rongga tulang pendek berisi sumsum merah.
contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki
2) Tulang pipih

Tulang pipih (misalnya: sternum, kepala, sakpula, panggul)


bentuknya gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan
melindungi organ-organ vital dan lunak dibawahnya. Tulang
pipih terdiri atas dua lapisan tulang kompakta dan dan dibagian
tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini juga dilapisi
oleh periosteum yang dulewati oleh dua kelomppok pembuluh
darah menembus tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan
tulang spongiosa. Tulang pipih berbentuk gepeng memipih, tipis.
Tulang ini tersusun dari 2 buah lempengan tulang kompak dan
tulang spons. Rongga diantara kedua lempengan tulang tersebut
terisi sumsum merah. contoh: tulang tengkorak kepala, tulang
rusuk tulang dada dan sternum dan gelang bahu

Makalah Osteoporosis | 14
3) Tulang tidak beratutan

Tulang tidak beraturan (misalnya: vertebra, telinga tengah)


mempunyai bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak
beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang dibungkud oleh
selapus kompakta. Tulang ini diselubungi periosteum kecuali
pada permukaan sendinya, seperti tulang pipih. Periosteum ini
member dua kelompok pembuluh darah untuk menyuplai tulang
kompakta dan spongiosa. contoh: vertebra, tulang muka, pelvis,
tulang tengkorak, dan ruas-ruas tulang belakang

4) Tulang sesamoid
Tulang sesamoid (misalnya: patela) merupakan tulang kecil yang
terletak disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian,
berkembang bersama tendon dan jaringan fasia.

Makalah Osteoporosis | 15
5). Tulang panjang/pipa, Tulang ini pada umumnya berbentuk
tabung, berongga dan memanjang. Pada kedua bagian ujungnya
terjadi perluasan tulang. Fungsi dari perluasan ini untuk
berhubungan dengan tulang yang lain. Pada rongga tulang ini
berisi sumsum kuning dan lemak. contoh: os. lengan atas
(humerus), os. radius / pengumpil, os. ulna / hasta, os.
metakarpal / telapak tangan. contoh: os. lengan atas (humerus),
os. radius / pengumpil, os. ulna / hasta, os. metakarpal / telapak
tangan .

Bagian tulang panjang.


a. Diafisis adalah bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang
kortikal yang memiliki kekuatan besar
b. Matafisis adalah bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir
batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau
tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah
terdapat juga dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak
sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang
tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning setelah dewasa dan
menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon pada
epifisis

Makalah Osteoporosis | 16
c. Epifisis adalah lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan
longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada
tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang
panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang
tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang
disebut periosteum, yaitu: yang mengandung sel-sel yang
berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal
tulang panjang.

Ada tiga kelompok pembuluh darah yang menyuplai tulang panjang,


terdiri dari:
a) Sejumlah arteri kecil menembus tulang kompakta untuk menuplai
kanal dan system harvers.
b) Banyak arteri lebih besar menembus tulang kompakta untuk
menyuplai tulang spongiosa dan sumsum merah.
c) Satu atau dua arteri besar menyuplai kanal medulla. Arteri ini dikenal
sebagai arteri nutrient yang kemudian masuk melalui lubang besar
pada tulang yang disebut foramen nutrient

Periosteum memberi nutrisi tulang dibawahnya melalui pembuluh-


pembuluh darah. Jika periosteum robek tulang dibawahnya akan mati.
Periosteum berperan untuk pertambahan ketebalan tulang melalui kerja
osteoblas. Periosteum berfungsi protektif dan merupakan tempat perlekatan
tendon. Periosteum tidak ditemukanpada permukaan sendi. Disini periosteum
digantikan oleh tulang rawan hialin (tulang rawan sendi).

Makalah Osteoporosis | 17
2.1.5 Berdasarkan Jaringan Penyusun dan Sifat-sifat Fisiknya
Kerangka manusia merupakan kerangka dalam yang tersusun dari tulang
keras (osteon) dan tulang rawan (kartilago)
1) Tulang Rawan (kartilago)

Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yang


disebut kondrosit. Kondrosit menempati rongga kecil (lakuna) di
dalam matriks dengan substansi dasar seperti gel (berupa
proteoglikans) yang basofilik. Kalsifikasi menyebabkan tulang
rawan tumbuh menjadi tulang (keras). Kartilago atau tulang rawan
terdiri atas serat-serat fleksibel dan tidak memiliki vaskular. Nutrisi
kartilago melalui proses difusi dari kapiler yang berada pada
perikondrium melalui cairan sinovial. Kartilago pada telinga sangat
elastis karena sedikit serat. Tulang rawan hanya mengandung
sedikit zat kapur sehingga lunak. Tulang rawan terdapat pada bayi,
dan bagian-bagian tertentu pada kerangka dewasa. Ada 3 macam
tulang rawan, yaitu:
a. Tulang Rawan Hyalin: matriks mengandung seran kolagen; jenis
yang paling banyak dijumpai, kuat dan elastis terdapat pada
ujung tulang pipa.
b. Tulang Rawan Fibrosa: tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara
berangsur menyatu dengan tulang rawan hialin atau jaringan ikat
fibrosa yang berdekatan, memperdalam rongga dari cawan-
cawan (tulang panggul) dan rongga glenoid dari skapula.

Makalah Osteoporosis | 18
c. Tulang Rawan Elastik: serupa dengan tulang rawan hialin tetapi
lebih banyak serat elastin yang mengumpul pada dinding
lakuna yang mengelilingi kondrosit terdapat dalam daun telinga,
epiglotis dan faring.

2) Tulang Sejati (osteon)

Merupakan bagian utama pada kerangka dewasa. Susunannya


terdiri dari sedikit sel-sel, dan matriksnya diperkuat dengan zat
kapur, sehingga kuat dan keras. Berdasarkan strukturnya, tulang
keras dibedakan menjadi tulang kompak/padat dan tulang spons.
Rongga didalam tulang berisi sumsum tulang, dan ada dua macam
yaitu sumsum kering dan sumsum merah. Pertumbuhan tulang
terjadi pada tulang rawan embrional dan kemudian pada cakra
epifisis. Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai
sistem rangka. Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa
(periosteum). Lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga
sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak. Osteon
berfungsi :

Makalah Osteoporosis | 19
1. Sebagai penyusun sistem rangka tubuh.
2. Sebagai pelindung organ-organ yang vital

2.1.6 Organisasi Sistem Rangka


Rangka manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian
poros tubuh (aksial) dan bagian alat gerak (apendikular). Bagian aksial terdiri
atas 80 tulang pada manusia dewasa umumnya. Sedangkan bagian apendikular
terdiri atas 126 tulang pada manusia dewasa umumnya.
1. Rangka Aksial
Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang
tubuh/poros tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala, leher,
dan dada.
a. Tengkorak (cranium),
Tulang kranial membungkus dan melindungi otak, terdiri dari:
1) Tulang baji (sfenoid) : 1 buah
2) Tulang tapis (etmoid) : 1 buah
3) Tulang pelipis (temporal) : 2 buah
4) Tulang dahi (frontal) : 1 buah
5) Tulang ubun-ubun (parietal) : 2 buah
6) Tulang kepala belakang (oksipital) : 1 buah
2. Tulang fasial membentuk wajah, terdiri dari:
1) Tulang rahang atas (maksila) : 2 buah
2) Tulang rahang bawah (mandibula) : 2 buah
3) Tulang pipi (zigomatikus) : 2 buah
4) Tulang langit-langit (palatinum) : 2 buah
5) Tulang hidung (nasale) : 2 buah
6) Tulang mata (lakrimalis) : 2 buah
7) Tulang pangkal lidah (Konka inferor) : 1 buah

Makalah Osteoporosis | 20
3. Tulang Pendengaran (Auditory), terdiri dari:
1) Tulang martil (maleus) : 2 buah
2) Tulang landasan (inkus) : 2 buah
3) Tulang sanggurdi (stapes) : 2 buah
4. Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat
diantara laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan
beberapa otot mulut dan lidah
5. Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh
dan memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi
dan gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang
belakang berjumlah 26 buah yang terdiri dari:
1) Tulang leher (servikal) : 7 buah
2) Tulang punggung (dorsalis) : 12 buah
3) Tulang pinggang (lumbal) : 5 buah
4) Tulang kelangkang (sakrum) : 1 buah
5) Tulang ekor (koksigea) : 1 buah
6. Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama
dengan tulang dada membentuk perisai pelindung bagi organ-
organ penting yang terdapat di dada, seperti paru-paru dan
jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan tulang belakang,
berjumlah 12 ruas, terdiri dari:
1) Tulang Rusuk Sejati (costae vera) : 7 pasang
2) Tulang Rusuk Palsu (costae spuria) : 3 pasang
3) Rusuk Melayang (costae fliktuantes) : 2 pasang
7. Tulang Dada (sternum) terdiri atas tulang-tulang yang berbentuk
pipih, antara lain:
1) Tulang hulu (manubrium) : 1 buah
2) Tulang badan (gladiolus) : 1 buah
3) Tulang bahu pedang (sifoid) : 1 buah
(ketiganya bergabung menjadi satu buah tulang dada)

Makalah Osteoporosis | 21
8. Tulang gelang bahu
1) Tulang belikat (os scapula)
2) Tulang selangka (os clavicula)
9. Tulang gelang panggul
1) Tulang usus (os illium)
2) Tulang pinggul (os pelvis)
3) Tulang duduk (os ichium)
4) Tulang kemaluan (os pubis)
2. Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-
tulang bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan
bawah terdiri atas 126 tulang.
Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak, tangan dan
kaki. Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian, yaitu :
a. Ektremitas Atas, yaitu terdiri dari tulang bahu dan tulang
anggota gerak atas.
1. Tulang bahu, terdiri atas dua bagian:
1) Tulang belikat (skapula) : 2 buah
2) Tulang selangka (klavikula) : 2 buah
2. Tulang anggota gerak atas, terdiri dari:
1) Tulang lengan atas (humerus) : 2 buah
2) Tulang hasta (ulna) : 2 buah
3) Tulang pengumpil (radius) : 2 buah
4) Tulang pergelangan tangan (karpal) :16 buah (8 pada
tiap tangan)
5) Tulang tapak tangan (metakarpal) :10 buah (5 pada
tiap tangan)
6) Tulang jari-jari (phalanges) : 28 buah (2 kali
14 ruas jari)

Makalah Osteoporosis | 22
b. Ektremitas Bawah, yaitu terdiri dari tulang panggul dan tulang
anggota gerak bawah.
1. Tulang panggul (pelvis), terdiri atas tiga bagian:
1) Tulang usus (ileum) : 2 buah
2) Tulang duduk (iskhium) : 2 buah
3) Tulang kemaluan (pubis) : 2 buah
2. Tulang anggota gerak bawah, terdiri dari:
1) Tulang paha (femur) : 2 buah
2) Tulang tempurung lutut (patela) : 2 buah
3) Tulang betis (fibula) : 2 buah
4) Tulang kering (tibia) : 2 buah
5) Tulang pergelangan kaki (tarsal) : 14 buah (7 pada
tiap kaki)
6) Tulang tapak kaki (metatarsal) : 10 buah (5 pada
tiap kaki)
7) Tulang jari kaki (phalanges) : 28 buah (2 kali
14 ruas jari)

Makalah Osteoporosis | 23
2.1.7 Pertumbuhan Embriologi Tulang

Pembentukan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses


morfologis yang unik serta melibatkan perubahan biokimia. Tulang rawan
(kartilago) lempeng epifisis tidak sama dengan tulang rawan hialin dan tulang
rawan artikuler. Tulang rawan lempeng epifisis mempunyai struktur pembuluh
darah, zona-zona, dan susunan biokimia sehingga memberikan gambaran
matriks yang unik.
Pada fase awal perkembangan, tulang embrio (pada minggu ke- 3 dan
ke- 4) dan tiga lapisan germinal yaitu ektoderm, mesoderm, serta endoderm
terbentuk. Lapisan ini merupakan jaringan multipotensial yang akan
membentuk mesenkim dan kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan
tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan
anggota gerak yang didalamnya terdapat juga sel mesoderm. Sel mesoderm
akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang
dan tulang rawan.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama terjadi
pada minggu kelima perkembangan embrio. Pada tahap ini tulang rawan
terbentuk dari prakartilago, dimana terdiri atas 3 jenis tulang rawan, yaitu
tulang rawan hialin, tulang rawan fibrin, dan tulang rawan elastis. Tahap ke 2
terjadi setelah minggu ketujuh perkembangan embrio. Pada tahap ini tulang
akan terbentuk melalui dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak
langsung. Pembentukkan tulang secara langsung berarti bahwa tulang terbentuk
langsung dari lembaran-lembaran membran tulang, misalnya pada tulang muka,

Makalah Osteoporosis | 24
pelvis, skapula, dan tengkorak. Pada jenis ini dapat ditemukan satu atau lebih
pusat-pusat penulangan membran. Proses penulangan ini ditandai dengan
terbentuknya osteoblast yang merupakan rangka dari trabekula tulang dan
penyebarannya secara radial.
Sementara itu, pembentukkan tulang secara tidak langsung berarti
bahwa tulang terbentuk dari tulang rawan. Proses penulangan dari tulang rawan
terjadi melalui 2 cara, yaitu pusat osifikasi primer dan osifikasi sekunder. Pada
osifikasi primer, osifikasi dari tulang terjadi melalui osifikasi endodokral,
sedangkan pada osifikasi sekunder terjadi dibawah perikondrium/erikondrial.
Mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi dalam bentuk lembaran yang
membentuk periosteum, dimana osteoblast terbentuk didalamnya.
Proses osifikasi dapat terjadi apabila sel-sel mesenkim memasuki daerah
osifikasi. Apabila sel mesenkim masuk ke daerah yang banyak mengandung
pembuluh darah maka akan membentuk osteoblast. Sementara itu, apabila
daerah tersebut tidak mengandung pembuluh darah, sel mesenkim, akan
membentuk kondroblast.
Pembentukkan tulang terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan.
Mula-mula darah menembus perikondrium di bagian tengah batang tulang
rawan, kemudian merangsang sel-sel perikondrium dibagian tebah menjadi
periosteum, sel mesenkim, akan membentuk kondroblast menjadi periosteum.
Bersamaan dengan proses ini, pada bagian dalam tulang rawan didaerah
diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar
kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan PH akibatnya zat kapur disimpan.
Dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan
menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini. Kemudian akan terjadi
degenerasi dan pelarutan dari zat-zat intraseluler bersamaan dengan
terbentuknya pembuluh darah ke daerah ini sehingga membentuk rongga
sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah
epifisis sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder dan terbentuk tulang
spongiosa. Oleh karena itu, masih tersisa tulang rawan di kedua ujung epifisis
yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan diantara
epifah epifisis sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder dan terbentuk tulang

Makalah Osteoporosis | 25
spongiosa. Oleh karena itu, masih tersisa tulang rawan di kedua ujung epifisis
yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan diantara
epifisis dan diafisis yang disebut dengan cakram epifisis.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifisis terus-
menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang
didaerah diafisis. Tulang akan tumbuh memanjang, tetapi tebal cakram epifisis
tetap. Pada pertumbuhan diameter tulang, tulang didaerah rongga sumsum
dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar dan pada saat
yang bersamaan osteoblast di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang
baru didaerah permukaan.

2.1.8 Pembentukan Tulang


Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran. Osifikasi adalah proses
dimana matriks tulang (disini serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk
dan pergeseran mineral (disini garam kalsium) ditimbun diserabut kolagen
dalam suatu lingkungan elektro negatif. Serabut kolagen memberi kekuatan
terhadap tekanan kepada tulang.
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7
minggu dan berlangsung sampai dewasa. Pada rangka manusia, rangka yang
pertama kali terbentuk adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal dari
jaringan mesenkim. Kemudian akan terbentuk osteoblas atau sel-sel pembentuk
tulang. Osteoblas ini akan mengisi rongga-rongga tulang rawan.
Sel-sel tulang dibentuk terutama dari arah dalam keluar, atau proses
pembentukannya konsentris. Setiap satuan-satuan sel tulang mengelilingi suatu
pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem Havers.
Disekeliling sel-sel tulang terbentuk senyawa protein yang akan menjadi
matriks tulang. Kelak didalam senyawa protein ini terdapat pula kapur dan
fosfor sehingga matriks tulang akan mengeras. Proses ini disebut osifikasi.
Osifikasi adalah proses pembentukkan tulang keras dari tulang rawan
(kartilago). Ada dua jenis osifikasi yaitu osifikasi intramembran dan osifikasi
endokondral.

Makalah Osteoporosis | 26
1. Intramembran : Tulang tumbuh di dalam membrane, terjadi pada tulang
wajah dan tengkorak.
2. Endokondal : Pembentukan tulang rawan terlebih dahulu kemudian
mengalami resorpsi dan diganti oleh tulang. Kebanyakan
tulang terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui
ossifikasi endokondal.

2.1.9 Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang


Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Suatu peningkatan
kadar hormon paratiroid mempunyai efek langsung dan cepat terhadap mineral
tulang yaitu menyebabkan kalsium dan fosfat dilepaskan dan bergerak
memasuki serum. Disamping itu, peningkatan kadar hormon paratiroid secara
perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas
sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukkan batu ginjal.
Diperkirakan aliran darah ke tulang mencapai 200-400 ml/menit, yang berguna
dalam membantu metabolisme tulang.
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah,
limfe, atau persyarafan. Oksigen atau bahan-bahan metabolisme lain dibawa
oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut.
Pertumbuhan dan metabolism tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral
dan hormone yang meliputi:
1. Kalsium dan fosfor. Jumlah kalsium dalam tulang 99% dan
fosfor 90%. Konsentrasi kalsium dan fosfor mempunyai ikatan
yang erat. Jika kadar kalsium meningkat, jumlah fosfor berubah.
Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin
dan hormone paratiroid (PTH).
2. Kalsitonin diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menurunkan
konsentrasi kalsium serum. Jika jumlah oksitosin meningkat
diatas normal, kalsitonin menghambat absorpsi kalsium dan
fosfor dalam tulang serta meningkatkan ekskresi kalsium dan
fosfor melalui urine sehingga dibutuhkan kalsium dan fosfor.

Makalah Osteoporosis | 27
3. Vitamin D terkandung dalam lemak hewan, minyak ikan, dan
mentega. Tubuh manusia juga dapat mneghasilkan vitamin D.
vitamin D diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi
dari usus dan digunakan tubuh. Devisiensi vitamin D
mengakibatkan devisit mineralisasi, deformitas, patah tulang,
penyakit rikets pada anak-anak, dan osteomalasia pada orang
dewasa.
4. Hormone Paratyroid (PTH). Pada saat kadar kalsium menurun,
sekresi PTH meningkat dan menstimulasi tulang untuk
meningkatkan aktivitas osteoblastik dan menyumbangkan
kalsium ke darah. Jika kadar kalsium meningkatkan sekresi PTH
diminimalkan, hormone tersebut mengurangi ekskresi kalsium
diginjal dan memfasilitasi absorpsinya dari usus halus. Hal ini
untuk mempertahankan suplai kalsium ditulang. Respons ini
merupakan contoh umpan-balik system loop yang terjadi dalam
system endokrin.
5. Hormon pertumbuhan. Horomon pertumbuhan yang
bertanggung jawab meningkatkan panjang tulang dan
menentukan jumlah matriks tulang dibentuk sebelum masa
pubertas. Sekresi yang meningkat selama masa kanak-kanak
menghasilkan gigantisme dan menurunnya sekresi menghasilkan
dwarfisme. Pada orang dewasa peningkatan tersebut
menyebabkan akromegali yang ditandai oleh kelainan bentuk
tulang dan jaringan lemak.
6. Glukokortikoid. Hormone glukokortikoid mengatur metabolisme
protein. Pada saat dibutuhkan, hormone dapat meningkatkan
atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau
mengintensifkan matriks organic ditulang dan membantu dalam
pengaturan kalsium di intestinum dan absorpsi fosfor.
7. Hormone seksual
a. Estrogen menstimulasi aktivitas obsteolastik dan cenderung
menghambat peran hormone paratiroid. Jumlah estrogen

Makalah Osteoporosis | 28
menurun saat menopause sehingga penurunan kadar kalsium
pada tulang dalam waktu lama menyebabkan osteoporosis.
b. Androgen, seperti testosterone, meningkatkan anabolisme dan
massa tulang.

2.1.10 Histologi Tulang


Secara histologi, pertumbuhan tulang terbagi dalam 2 jenis
1. Tulang Imatur, terbentuk pada perkembangan embrional dan
pada usia satu tahun tidak terlihat lagi. Tulang imatur
mengandung jaringan kolagen
2. Tulang Matur

Perbedaan tulang imatur dan matur terutama terdapat pada jumlah sel,
jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Diafisis atau batang merupakan bagian
tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal
yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian tulang yang
melebar didekat ujung/akhir batang. Daerah ini disusun oleh tulang trabekular
atau ujung spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah juga
terdapat dibagian epifisis dan diafisis.
Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam
dari tulang panjang. Sumsum merah berubah menjadi sumsum kuning sejalan
dengan pertambahan usia anak tersebut. Pada orang dewasa aktivitas
hematopoetik menjadi terbatas (hanya pada sternum dan krista iliaka),
walaupun tulang-tulang yang lain masih berpotensi untuk aktif kembali jika
diperlukan. Sumsum tulang kuning yang terdapat pada diafisis tulang orang
dewasa terdiri atas sel-sel lemak.
Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup
luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis
merupakan daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan
menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi
tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang
tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut dengan

Makalah Osteoporosis | 29
periosteum. Periosteum mengandung sel-sel yang dapat berpoliferasi dan
berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan
tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh-
pembuluh inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan
suatu tulang yang patah pada saat mengalami kerusakan. Semakin tebal lapisan
periosteum, semakin cepat proses penyembuhan taruma tulang.

2.1.11 Fisiologi Sel-sel Tulang


Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel:
osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan
mmbentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan
osteoid melalui proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan
jaringan osteoid, osteoblas menyekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang
memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam
matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah. Oleh
karena itu, kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi indikator yang
baik tentang tingkat pembentukkan tulang setelah mengalami patah tulang atau
pada kasus metastasis kanker ke tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel
besar berinti banyak yang memungkinkan mineral atau matriks tulang
diabsorbsi. Osteoklas menjadi sel fagosit yang mempunyai kemampuan
mengikis tulang dengan menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan
matriks dan melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas
kedalam darah. Dengan fungsi tersebut osteoklas mampu memperbaiki tulang
bersama osteoblas.
Tidak seperti osteoblast dan osteosit, oateoklast mengikis tulang. Sel-sel
ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks serat
beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat
terlepas ke dalam aliran darah

Makalah Osteoporosis | 30
Pada keadaan normal pembentukkan tulang terjadi dalam kondisi yang
konstan, kecuali pada masa pertumbuhan anak-anak dimana akan terjadi lebih
banyak proses pembentukkan tulang. Proses-proses ini penting untuk fungsi
normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan
yang meningkat dan mencegah terjadi patah tulang.
Bentuk tulang dapat disesuaikan dengan beban kekuatan mekanis.
Perubahan tersebut juga membantu mempertahankan kekuatan tulang pada
proses penuaan. Tulang secara relatif menjadi lemah dan rapuh karena matriks
organik yang sudah tua berdegenerasi. Pembentukkan tulang yang baru
memerlukan matriks organik baru sehingga memberi tambahan kekuatan pada
tulang.
Proses pembentukan tulang (osteogenesis) terdiri atas beberapa macam,
diantaranya osteogenesis endesmalis dan osteogenesis kondralis. Osteogenesis
endesmalis terjadi dari dan didalam jaringan pengikat. Tulang yang dibentuk
melalui osteogenesis endesmalis disebut tulang desmal, contoh pada tulang atap
tengkorak. Osteogenesis kondralis berasal dari tulang rawan. Proses kondralis
ini terdiri atas hal-hal berikut ini.
1. Osteogenesis perikondralis yaitu proses permulaan pembentukkan
tulang dari tepi tulang, contoh pada tulang-tulang panjang.
2. Osteogenesis enkondralis yaitu dimana proses pembentukkan tulang
berlangsung dari bagian dalam tulang, contoh pada tulang-tulang
pendek.
3. Osteogenesis kondometaplastika yaitu proses pembentukkan tulang
berasal dari proses perubahan jaringan tulang rawan menjadi tulang,
contoh pada tulang mandibula.

Makalah Osteoporosis | 31
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka kolagen
yang mengandung garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem
skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein
yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Bahan-bahan
tersebut berasal dari embrio hyalin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian
menjadi tulang, proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast.
Terdapat 206 tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut panjang, pendek,
datar, dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya. Secara umum tulang
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
2. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh
dan otot-otot yang Melekat pada tulang
3. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah
satu jaringan pembentuk darah.
4. Merupakan tempat penyimpanan bagi mineral seperti calcium dari
dalam darah misalnya.
5. Hemopoesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum
tulang)
6. Tulang berfungsi untuk melindungi organ vital.
7. Melindungi organ - organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
8. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi
dan bergerak).

Pada pertumbuhan tulang, suatu tulang tidak tumbuh membesar karena


bertambah banyaknya jaringan tulang saja. Pada waktu peetumbuha tulang,
jaringan tulang yang baru selalu dibuat berlapis-lapis dan menempel pada
jaringan tulang yang lama. Untuk menghindari jangan sampai tulang itu
menjadi tebal dan berat, maka tubuh kita melakukan usaha penghancuran atau
perusakan reabsorbsi jaringan tulang yang telah ada.disebelah luar terjadi
penghancuran jaringan tulang, maka pada bagian dalam terjadi reabsobsi.

Makalah Osteoporosis | 32
Pada orang dewasa, tulang dan priosteum (selaput tulang) tampak dalam
keadaan istirahat.namun apabila ada gangguan patologis atau penyakit,
misalnya pada kondisi fraktur (patah tulang) atau luka, proses regenerasi dari
tulang akan segera berbentuk. Sel osteoblas padatulang yang terdapat pada
periosteum dan pada sumsum tulang akan membentuk jaringa tulang spongiosa
sehingga menutupi tulang yang patah atau yang luka. Jaringan baru yang
terbentuk disebut dengan kalus. Kalus inimula-mula tebal, tetapi karena syarat-
syarat mekanis, maka terjadi lagi reabsobsi seperlunya sehingga kalus
mengempis dan setelah beberapa tahun bekas patah atau luka tidak tampak lagi.
Pertumbuhan tulang memerlukan diet yang berimbang dengan baik dan
berisi semua unsur makanan yang penting, seperti kalsium dan fosfor. Seorang
dewasa memerlukan 1 g kalsium sehari. Kalsium dapat diperoleh dari susu,
keju, kubis, wortel, dan sayur-sayuran lainnya, sedangkan fosfor dapat
diperoleh dari susu, kuning telur, dan sayuran hijau. Makanan yang
mengandung vitamin D untuk memperlancar absobsi kalsium penting untuk
kalsifikasi tulang.kekurangan vitamin D dalam makanan pada anak akan
menimbulkan penyakit riketsia, dimana absobsi kalsium tidak memadai
sehingga proses klasifikasi tulang terhambat dan tulang menjadi lunak. Pada
orang dewasa,kekurangan vitamin D menimbulkan osteomalasia. Diperkiraan
bahwa lebih dari 90% kalsium dalam tubuh berada dalam tulang dan gigi.
Meskipun tulang telah berhenti tumbuh, bukan berarti menjadi
massif.sel dan susunan kimianya terus-menerus diperbarui dengan adanya
pengaruh dari hormone-hormon dan tekanan berat badan serta kegiatannya. Jika
seseorang diharuskan untuk istirahat penuh untukjangka waktu yang panjang,
maka beberapa unsure tulang akan terbawa masuk kealiran darah sehingga
struktur tulang menjadi lemah. Osteroporosis dapat dialami oleh seluruh
kerangka tubuh, terutama tulang punggung dan kifosis(bungkuk). Osteoporosis
juga dapat terjadi pada tulang disekitar sendi karena tertahan balutan gips untuk
jangka waktu yang lama. Pada osteitis atau penyakit paget pada tulang, bagian
tulang yang terkena pada penyakit ini cenderung mudah mengalami fraktur
patologis.

Makalah Osteoporosis | 33
Pada keadaan tertentu, ketidakseimbangan kadar kalsium dalam tulang
dapat mengakibatkan tulang mmenjadi lunak dan bengkok atau sebaliknya
menjadi padat dan keras. Pada umumnya ketidakseimbangan antra kalsium
yang masuk ke tubuh kita dan kadarnya di dalam tulang di jaga oleh kelenjar
paratiroid.

2.2 Pengertian / Definisi Osteoporosis

Kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukkan


tulang, sehingga dapat menurunkan massa tulang total. Osteoporosis adalah
penyakit yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah,
disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang
dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Tulang secara progresif menjadi rapuh
dan mudah patah. Tulang menjadi mudah patah dengan stress, yang pada tulang
normal tidak menimbulkan pengaruh. Sherwood (2001) mengatakan selama dua
dekade pertama kehidupan, saat terjadi pertumbuhan, pengendapan tulang
melebihi resorpsi tulang dibawah pengaruh hormon pertumbuhan. Sebaliknya,
pada usia 50-60 tahun, resopsi tulang melebihi pembentukkan tulang,
Kalsitonin yang menghambat resorpsi tulang dan merangsang pembentukkan
tulang mengalami penurunan. Hormon paratiroid meningkat bersama
bertambahnya dan meningkatkan resorpsi tulang. Hormon estrogen yang
menghambat pemecahan tulang, juga berkurang bersama bertambahnya usia.

Makalah Osteoporosis | 34
Menurut Ganong (2003), perempuan dewasa memiliki massa tulang
yang lebih sedikit daripada pria dewasa, dan setelah menopause mereka mulai
kehilangan tulang menjadi lebih cepat daripada pria. Akibatnya perempuan
lebih rentan menderita osteoporosis serius. Penyebab utama berkurangnya
tulang setelah menopause adalah defisiensi hormon estrogen. Pada
osteoporosis, matriks dan mineral tulang hilang, hilang massa dan kekuatan
tulang dengan peningkatan fraktur,
Osteoporosis sering menimbulkan fraktur kompresi pada vertebrae
torakalis. Terdapat penyempitan diskus vertebrae, apabila penyebaran berlanjut
ke seluruh korpus vertebrae akan menimbulkan kompresi vertebrae dan terjadi
gibus. Fraktur kolum femur sering terjadi pada usia diatas 60 tahun dan lebih
sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaan dan osteoporosis
pascamenopause.
Kolaps bertahap tulang vertebrae mungkin tidak menimbulkan gejala,
namun terlihat sebagai kifosis progresif. Kifosis dapat mengakibatkan
pengurangan tinggi badan. Pada beberapa perempuan dapat kehilangan tinggi
badan sekitar 2,5-1,5cm, akibat kolaps vertebrae.

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,
dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah
tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa
tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikroarsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(Tandra, 2009).

Makalah Osteoporosis | 35
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan pengeroposan tulang, menurut
WHO adalah penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang
rendah dan perubahan mikroarsitekstur dari jaringan tulang dengan akibat
meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah
tulang. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang
total.
Menurut Konsensus di Kopenhagen 1990, osteoporosis didefinisikan
sebagai suatu penyakit dengan karakteristik massa tulang yang berkurang
dengan kerusakan mikroarsitektur jaringan yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan resiko fraktur yang meningkat (Gonta P, 1996).
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang,
menyebakan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan resiko terjadinya fraktur.
Keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis kecuali apabila telah terjadi
fraktur. Pada osteoprosis terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas
kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang
sehingga penderita osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur.
Lokasi kejadian patah tulang osteoporosis yang paling sering terjadi adalah
pada patah tulang vertebrae (tulang punggung), tulang leher femur, dan tulang
gelang tangan (patah tulang colles). Adapun frekuensi patah tulang leher femur
adalah 20% dari total jumlah patah tulang osteoporosis.
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang
total. Terdapat perubahan pergantian tulang hemeostatis normal, kecepatan
resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan
penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan
mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan
menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Osteoporosis sering
mengakibatkan fraktur kompresi vetebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah
kolum femoris dan daerah trokhanter, dan patah tulang colles pada pergelangan
tangan. Fraktur kompresi ganda vetebra mengakibatkan deformitas skelet.

Makalah Osteoporosis | 36
Secara harfiah, osteoporosis berarti lubang di dalam tulang. Menurut
WHO (1994), osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai
dengan penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang, sehingga menyebabkan
tulang menjadi rapuh dan risiko patah tulang.
Osteoporosis: kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa
tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai
dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan
penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah (buku ajar
asuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal)
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah
kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan
dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang
merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas
tulang (Junaidi, 2007). Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH)
mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang
ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah
(Sudoyo, 2009).
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang kronik dan
progresif, yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan
struktural jaringan tulang, yang dapat mengakibatkan kerapuhan
tulang. (Sharon L. Lewis, 2007)
Osteoporosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa
berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan
tulang dan meningkatkan resiko patah tulang. Massa tulang laki – laki dan
perempuan akan berkurang seiring bertambahnya usia. Massa tulang pada
perempuan berkurang lebih cepat di bandingkan dengan laki – laki. Hal ini
disebabkan pada massa menopause, fungsi ovarium menurun drastis yang
berdampak pada berkurangnya produksi hormon estrogen dan progesteron. Saat
hormon estrogen turun kadarnya karena usia yang lanjut (menopause),
terjadilah penurunan aktivitas osteoblas (pembentukan tulang baru) dan
peningkatan kerja sel osteoklas (penghancur tulang). Jadi, secara kodrati

Makalah Osteoporosis | 37
osteoporosis lebih banyak menyerang perempuan, yaitu lebih 2,5 kali lebih
sering dibandingkan laki – laki.
Osteoporosis adalah penurunan massa tulang yang disebabkan karena
meningkatnya resorbsi tulang melebihi pembentukan tulang. Dua penyebab
ketidakseimbangan ini yang paling penting adalah fungsi gonad yang menurun
dan proses penuaan normal. (Patofisiologi volume 2, 1359).
Diantara semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan
masalah di bidang morbiditas, mortalitas, beban sosisoekonomik dan kualitas
hidup adalah patah tulang leher femur. Bila tidak diambil tindakan untuk
mengatasi osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher
femur diseluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di
Asia. Frekuensi tertinggi osteoporosis postmenopause pada wanita adalah pada
usia 50-70 tahun.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan
resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang sehingga
mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi
porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang
tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. (Brunner & Suddarth,
2000).
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur konversi vertebra torakalis
dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah tronkanter, dan patah
tulang colles pada pergelangan tangan. Fraktur kompresi ganda vertebra
mengakibatkan deformitas skeletal. Osteoporosis merupakan penyakit skeletal
sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan
mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fragilitas
tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat
trauma minimal.(Consensus Development Conference, 1993).
Dapat disimpulkan bahwa osteoporosis adalah suatu penyakit kelainan
yang menyerang organ tulang yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan
tulang secara progresif, sehingga kekuatan tulang menjadi sangat berkurang,
mudah terjadi patah tulang, tulang menjadi rapuh, dan keropos. Osteoporosis
sangat rentan terjadi pada kaum wanita dibandingkan dengan pria.

Makalah Osteoporosis | 38
Massa tulang normal dan osteoporosis. (Gambar: utar.edu.my).

Pada osteoporosis, kualitas dan kepadatan jaringan tulang di dalam


tulang akan memburuk, disertai mikroarsitektur tulang, sehingga terdapat lebih
banyak ruang kosong di dalamnya dan menjadikan tulang lebih rapuh. Hal ini
terjadi pada tulang kortikal (bagian luar) maupun trabekular (bagian
dalam), sehingga kedua lapisan tersebut menjadi tipis dan rapuh.
Sebagai akibat osteoporosis, tulang lebih mudah untuk patah (fraktur).
Tulang akan mudah patah meskipun hanya disebabkan oleh kecelakaan atau
jatuh ringan. Bahkan pada kondisi osteoporosis yang parah, batuk yang keras
pun dapat menyebabkan patah tulang belakang.

Makalah Osteoporosis | 39
2.3 Klasifikasi Osteoporosis

1. Osteoporosis primer
Kondisi ini lebih sering terjadi, dan bukan karena kondisi patologis.
Osteoporosis primer dapat terjadi pada pria dan wanita pada berbagai usia tetapi
lebih sering terjadi pada wanita setelah menopause dan pria pada usia lanjut.
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca
menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan
68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai
dengan proses penuaan, sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai
kehilangan massa tulang akibat hal-hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis
primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan
dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita
menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.
Osteoporosis primer terdiri atas tipe 1, yaitu osteoporosis pasca menopause,
terjadi pada wanita setelah berhenti mengalami menstruasi. Sedangkan tipe 2
adalah osteoporosis senilis, terjadi pada orang tua di atas usia 75 tahun.

Makalah Osteoporosis | 40
Osteoporosis primer dibagi lagi menjadi 2 subtipe yaitu :
a. Tipe I (postmenopause) : terjadi pada wanita antara usia 55 dan 65
tahun.
b. Tipe II (senile) : terjadi pada usia lebih dari 65 tahun.

2. Osteoporosis sekunder
Disebabkan karena kondisi medis/penyakit-penyakit tulang erosive
(seperti hiperparatiroidisme, myeloma multiple, hipertiroidisme) Dan akibat
terapi obat-obatan jangka panjang seperti kortikosteroid yang toksik untuk
tulang (misalnya ; glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3
juta klien ataupun karena imobilisasi yang lama, seperti pada pasien dengan
injuri spinal cord. Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab
lain diluar tulang.
Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis
tertentu termasuk kelainan endokrin, efek samping obat-obatan,
immobilisasi. Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang
yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik
seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom
malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian
status hipogonade, dan lain-lain.
Osteoporosis sekunder adalah pengeroposan tulang yang terjadi akibat
penyakit lain atau obat-obatan, seperti pada mereka yang mengkonsumsi obat
kortikosteroid, anti kejang, atau antasida yang digunakan jangka panjang atau
mereka yang menderita penyakit artritis reumatoid atau penyakit autoimun
lainnya, gangguan tiroid, atau pada pasien yang berbaring lama contohnya
mereka yang mengalami stroke.

Makalah Osteoporosis | 41
3. Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis Idiopatik adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebabnya dan ditemukan pada usia anak-anak (juvenile), usia remaja
(adolesen), wanita pra-menopause dan pada pria usia pertengahan.
Klaisfikasi osteoporosis dibagi kedalam dua kelompok yaitu
osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terdapat
pada wanita postmenopause (postmenopause osteoporosis) dan pada laki-laki
lanjut usia (senill osteoporosis). Penyebab osteoporosis belum diketahui dengan
pasti. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang
berhubungan dengan Cushing Sindrome Disease, hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, hipoginadisme, kelainan hepar, gagal ginjal kronis,
ukurang gerak, kebiasaan minum alkohol, pemakaian obat-
obatan/kortikosteroid, kelebihan kafein dan merokok.

Djuwantoro D (1996), membagi osteoporosis menjadi Osteoporosis


Postmenopause (Tipe I), osteoporosis involutional (Tipe II), osteoporosis
idiopatik, osteoporosis juvennil, dan osteoporosis sekunder.
1. Osteoporosis Postmenopause (Tipe I)/ Osteoporosis Primer
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit
putih dan asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan
resoprsi tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi
hormon estrogen pada masa menopause.
2. Osteoporosis involutional (Tipe II)
Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki-laki.
Tipe ini diakibatkan karena ketidakseimbangan yang samar dan
lama antara kecepatan resorpsi tulang dengan kecepatan
pembentukkan tulang.
3. Osteoporosis idiopatik
Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita
premenopause dan laki-laki yang berusia dibawah 75 tahun. Tipe ini
tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang
mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang.

Makalah Osteoporosis | 42
4. Osteoporosis juvennil
Merupakan bentuk yang jarang terjadi dan bentuk osteoporosis yang
terjadi pada anak-anak prepubertas
5. Osteoporosis sekunder
Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan
fraktur atraumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan
kortikosteroid, arthritis reumatoid, kelainan hati/ginajl kronis,
sindrome malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme,
hipertirodisme, varian status hipogonad, dan lain-lain.

2.4 Prognosis Osteoporosis


Osteoporosis merupakan masalah kesehatan yang utama. Berdasarkan
data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey, yang
mencakup pengukuran densitas mineral tulang pada pinggul, 20% wanita dan
5% pria berusia 50 tahun keatas menderita osteoporosis. Densitas tulang yang
rendah merupakan penyebab utama dari meningkatnya resiko retak atau patah
tulang. Kira-kira 250,000 kasus patah tulang terjadi setiap tahun. Dari data
dapat disimpulkan bahwa pria dan wanita yang mengalami patah tulang pinggul
mengalami tingkat mortalitas tinggi, sedangkan yang berhasil sembuh setelah
dirawat memiliki resiko cacat jangka panjang.
Osteoporosis merupakan akibat dari kombinasi berkurangnya masa
puncak tulang dan meningkatnya masa otot yang hilang. Masa puncak tulang
biasanya dicapai pada usia 20-an dan tergantung pada faktor keturunan pada
masa anak-anak dan remaja. Hal ini merupakam masalah kesehatan yang serius
karena hampir 1 dari 4 wanita berusia di atas 65 tahun, 1 dari 2 wanita berusia
di atas 80 tahun akan mengalami penyakit ini.
Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada
pria dan wanita. Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa
tidak nyaman dan mengganggu pernafasan.

Makalah Osteoporosis | 43
Epidemiologi/Insiden Kasus
Penyakit ini 2-4 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Dari seluruh klien, satu diantara tiga wanita yang berusia diatas 60 tahun dan
satu diantara enam pria yang berusia diatas 75 tahun akan mengalami patah
tulang akibat kelainan ini. Namun tidak semua wanita memiliki resiko yang
sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan
daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Menurut penelitian, 24% dari wanita umur 40-59 tahun sudah mengalami
osteoporosis dan 62% wanita berumur 60-70 tahun mengalami osteoporosis
(www.medicastore.com).
Di Indonesia prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun
untuk wanita sebanyak 18-36% sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70
tahun untuk wanita 53,6% sedangkan pria 38%.
Dan menurut yayasan osteoporosis internasional, lebih dari 50%
keretakan osteoporosis pinggang diseluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia
pada 2050, mereka yang terserang rata-rata berusia diatas 50 tahun.
Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan
merupakan problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik
menjadi penting karena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai
trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.
Sedangkan menurut Depkes, 2006, dua dari lima orang di Indonesia
memiliki resiko terkena penyakit osteoporosis.
Hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) tahun
2006 menemukan bahwa sebanyak 38% pasien yang datang untuk
memeriksakan densitas tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta
ternyata terdeteksi menderita osteoporosis sebanyak 14,7% sedangkan di
Surabaya sebanyak 26% pasien dinyatakan positif osteoporosis.
Diperkirakan lebih 200 juta orang diseluruh dunia terkena osteoporosis ,
sepertiganya terjadi pada usia 60-70 th, 2/3nya terjadi pada usia lebih 80 tahun.
Diperkirakan 30% dari wanita di atas usia 50 tahun mendapat 1 atau lebih patah
tulang vertebra. Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 tahun mendapat patah

Makalah Osteoporosis | 44
tulang akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka kematian 5 tahun pertama
meningkat sekitar 20 % pada patah tulang vertebra maupun panggul.

2.5 Penyebab atau Etiologi Osteoporosis

Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:


1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan
kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang
berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih
lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum
menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini
berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun
pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara
kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang
baru (osteoblast). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70

Makalah Osteoporosis | 45
tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita
osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit
ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama
tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid,
barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian
alkohol yang berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Selain itu, Penyebab osteoporosis yang lainnya adalah:


Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu :
1. Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa
pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah
menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak
sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun.
Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan
selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya
sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi
tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan
seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan
aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses
ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia
menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per
tahun. Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep
Activation – Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh
protein mitogenik yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas
supaya membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh

Makalah Osteoporosis | 46
osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor
hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid,
hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang
menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan
glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah
yang menyebabkan osteoporosis.
2. Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat dapat terjadi karena kurangnya asupan
kalsium, sedangkan menurut RDA konsumsi kalsium untuk remaja dewasa
muda 1200mg, dewasa 800mg, wanita pasca menopause 1000 – 1500mg,
sedangkan pada lansia tidak terbatas walaupun secara normal pada lansia
dibutuhkan 300-500mg, oleh karena pada lansia asupan kalsium kurang dan
ekskresi kalsium yang lebih cepat dari ginjal ke urin menyebabkan
lemahnya penyerapan kalsium. Selain itu, ada pula factor risiko yang dapat
mencetuskan timbulnya penyakit osteoporosis yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a. Usia, lebih sering terjadi pada lansia
b. Jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada
pria. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan
rangka tulang yang lebih kecil
c. Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi
d. Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat
osteoporosis, anak-anak yang dilahirkan juga cenderung mempunyai
penyakit yang sama
e. Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis vertebra
menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita
antara usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas
usia 70tahun dengan BMI yang rendah.

Makalah Osteoporosis | 47
Factor risiko yang dapat diubah :
a. Merokok
b. Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam
pada makanan, peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam
rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari
darah ke tulang sehingga pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi
melemah. Mengkonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir perhari
menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut
menyebabkan banyak kalsium terbuang bersama air kencing.
c. Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan
penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi
resorspi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari
puncak massa tulang
d. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
e. Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi
tulang menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa
tulang yang banyak.
f. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid,
antikonvulsan, hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.

Makalah Osteoporosis | 48
Faktor-Faktor Etiologi Yang Mempengaruhi Pengurangan Massa
Tulang Pada Usia Lanjut Adalah :
A. Determinan Massa Tulang
1. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat
kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang
cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit
hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih
kuat/berat dari bangsa Kaukasia.
2. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping
faktor genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa
tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan
berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat
disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara
massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respons terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat
akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang
yang besar.
Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak,
akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun
tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya
atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada
pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang
lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa.
Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa
besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk
meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetic.

Makalah Osteoporosis | 49
3. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi
yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang
bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya
kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang
yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang
bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.

B. Determinan Penurunan Massa Tulang


1. Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur.
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah
mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang
besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat
dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap seseorang
mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya
serta beban mekanis dan besar badannya. Apabila seseorang
dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan
massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia,
maka seseorang tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih
banyak dari pada seseorang yang mempunyai tulang kecil pada
usia yang sama.
2. Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang
terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan
dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa
ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi
hormonal. Pada umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan
bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi

Makalah Osteoporosis | 50
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun
dengan bertambahnya usia.
3. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam
proses penurunan massa tulang sehubungan dengan
bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita
pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah
dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan
keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa
pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara
masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam
tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan
kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya
kurang serta ekskresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah
pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg
kalsium sehari.
4. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya
protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan
ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan
tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan
mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor
tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja.
Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan

Makalah Osteoporosis | 51
akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan
kalsium yang negative.
5. Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal
ini disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi absorbsi
kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium
di ginjal.
6. Rokok, kopi dan Alkohol
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok
terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi
kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin
maupun tinja. Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah
yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme
mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai
dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang
jelas belum diketahui dengan pasti .

Makalah Osteoporosis | 52
Osteoporosis postmenopause terjadi karena kekurangan estrogen atau
hormon utama pada wanita yang membantu mengatur pengangkatan kalsium ke
dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia
diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih
lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita
Osteoporosis postmenopause, pada wanita kulit putih dan daerah timur lebih
mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara
kecepatan hancurnya tulang dan pembentukkan tulang yang baru. Senilis yaitu
keadaan penurunan massa tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit
ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan
postmenopause.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang
normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Selain itu, diketahui pula, bahwa penyebab primer dari osteoporosis
adalah defisiensi estrogen dan perubahan yang berhubungan dengan penuaan
sedangkan penyebab sekundernya terdapat beberapa presdiposisi yaitu sebagai
berikut:
1. Sejarah keluarga: sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini,
pada keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak
yang dilahirkannya cenderung akan mempunyai penyakit yang sama
2. Gangguan endokrin, meliputi: hiperparatiroidisme, hipogonadisme,
hipertiroidisme, diabetes mellitus, penyakit cushing, prolaktinoma,
akromegali, insufisinesi adrenal
3. Gangguan nutrisi dan gastroentestinal, meliputi: penyakit inflamasi
usus besar (inflamatory bowel disease), celiac disease, malnutrisi,
riwayat pembedahan gastric bypass, penyakit hati kronis, anoreksia
nervosa, vitamin D dan kalsium defisiensi

Makalah Osteoporosis | 53
4. Penyakit ginjal, meliputi: gagal ginjal kronik (GGK), dan idiopatik
hiperkalsiuria
5. Penyakit rematik, meliputi: reumatoid artritis, ankylosing
spondylitis, lupus eritematosus sistemik
6. Gangguan hematologi, meliputi: multupel mieloma, talasemia,
leukemia, limfoma, hemofilia, sickle cell disease, dan mastositosis
sistemik
7. Gangguan genetik, meliputi: kistik fibrosis, osteogenesis
imperferkta, homocystinuria, sindrome Ehlers-Danlos, sindrome
Marfan, hemokromatosis, hipofosfatasia.
8. Gangguan lainnya, meliputi: porfiria, sarcoid, imobilisasi,
kehamilan/laktasi, kronik obstruksi pulmonary disease (COPD),
nutrisi pareneteral, HIV/AIDS
9. Obat-obatan. Beberapa golongan obat yang meningkatkan
kehilangan matriks tulang meliputi berikut ini:
a. Kortikosteroid: prednison (≥ 5mg/hari minimal pemberian ≥ 3
bulan)
b. Antikonvulsan: phenytoin, barbiturates, karbamazepine, (agen-
agen ini berhubungan dengan defisiensi vitamin D)
c. Heparin (penggunaan jangka panjang)
d. Kemoterapetik/obat-obatan transplantasi: siklosporin,
tacrolimus, platinum compounds, siklofosfamida, ifosfamide,
metotreksat
e. Hormonal/terapi endokrin: gonadotropin release hormon agonist,
luteinizing hormon release hormon analogs,
depomedroxyprogesteron excessive tiroid supplementation
f. Litium
g. Aromatase inhibitors: exemetane, anastrozole.

Makalah Osteoporosis | 54
Penyebab Penyakit Osteoporosis lainnya
1. Kekurangan kadar kalsium.
2. Penggunaan obat-obatan tertentu.
3. Kekurangan hormon estrogen.
4. Sering mengkonsumsi alkohol.
5. Kurang berolahraga berkurangnya beban mekanik
6. Kekurangan cairan (dehidrasi).
7. Duduk terlalu lama.
8. Sering mengkonsumsi makanan siap saji.
9. Faktor keturunan.
10. Sering mengkonsumsi kopi
11. Mengkonsumsi daging merah dan soda.

Faktor penting yang dapat mempengaruhi kejadian osteoporosis dapat


berasal dari faktor diet, fisik, sosial, medis, iatrogenik, dan faktor genetik.
Kalsium yang tidak memadai, fosfat/protein yang berlebihan, dan juga
masukan vitamin yang tidak memadai pada orang tua. Faktor resiko yang
merupakan faktor fisik yaitu imobilisasi dan gaya hidup duduk terus-menerus
(sedentary). Kebiasaan menggunakan alkohol, sigaret, kafein adalah faktor
sosial yang memicu terjadinya osteoporosis.
Selain faktor diatas. Kelainan kronis, endoskrinopati (lihat osteoprosis
sekunder), penggunaan kortikosteroid, penggunaan hormon tiroid yang
berlebihan, kemoterapi, loop diuretik, antikonvulsan, tetrasiklin dan terapi
radiasi merupakan faktor medis dan iatrogenik. Genetik/familial biasanya
berhubungan dengan massa tulang suboptimal pada maturitas.
Banyak faktor pemicu yang mempengaruhi kekuatan tulang seseorang.
Di bawah ini beberapa hal yang bisa menyebabkan penurunan kekuatan atau
massa tulang, yaitu:

Makalah Osteoporosis | 55
1. Usia. Faktanya, di atas usia 35 tahun, kepadatan tulang akan menurun.
Menopause (berhenti haid). Saat kadar hormon estrogen menurun setelah
menopause, kepadatan tulang juga menurun.
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun.
Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria
dalam mengalami kehilangan tulang trabekula karena proses penuaan,
penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
2. Kadar testosteron rendah. Pada pria, hormon testosteron memperlambat
resorpsi (proses asimilasi atau pemecahan) tulang yang cara kerjanya
sama seperti hormon estrogen pada wanita. Kadar testosteron yang
rendah akan menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan
menyebabkan osteoporosis.
3. Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh
sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang
dapat terjadi pada usia 45 tahun.
4. Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia
memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi
kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90%
intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita
kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun
rendah.
5. Keturunan Penderita Osteoporosis
Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-
hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang
tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya
dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.
Riwayat keluarga dan kelompok etnik dapat meningkatkan risiko
terjadinya osteoporosis. Orang dari ras Kaukasia dan Asia lebih berisiko
mengalami osteoporosis.

Makalah Osteoporosis | 56
6. Gaya Hidup Kurang Baik
Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya
mengandung fosfor yang merangsang pembentukan dan peningkatan
hormon parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.
7. Minuman berkafein dan beralkohol.
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan
tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany
dan Dr. Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research
Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein
dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein
lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses
pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang
menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).
8. Malas Olahraga
Mereka yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses
osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan
massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka
otot akan memacu tulang untuk membentuk massa. Untuk memperoleh
kekuatan tulang, tulang harus diberi tekanan dengan memberikan latihan
beban, terutama saat tulang tumbuh.
9. Merokok
Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok
sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya
mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga
membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang
sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses
pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa
mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke
seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan
tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik
secara langsung tidak langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin
pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang

Makalah Osteoporosis | 57
masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang
akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah
berhenti.
10. Kurang Kalsium
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang
akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di
tulang (Nancy E. Lane, Osteoporosis, 2001)
11. Mengkonsumsi Obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada
penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit
osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi
massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain
itu, obat heparin dan anti kejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis.
12. Penyakit lain. Beberapa penyakit dapat mempengaruhi regenerasi tulang
normal sehingga meningkatkan risiko osteoporosis (misalnya gagal
ginjal, penyakit hati).
13. Berat badan rendah.
Pola makan buruk. Kurang mengonsumsi makanan yang kaya kalsium
dan vitamin D berperan dalam osteoporosis.
14. Kehamilan dan menyusui. Walaupun jarang terjadi, seorang wanita dapat
mengalami osteoporosis selama hamil, walaupun alasan untuk hal ini
belum jelas. Biasanya tulang pulih kembali setelah wanita tersebut
berhenti menyusui.

Makalah Osteoporosis | 58
Tabel 1. Faktor Resiko Osteoporosis

Umur Setiap peningkatan umur 1 dekade berhubungan


dengan paningkatan resiko 1,4-1,8
Genetik Etnis (kaukasus/oriental > orang hitam/Polinesia)
Gender (perempuan > laki-laki)
Riwayat keluarga
Lingkungan Makanan, defisiensi kalsium
Aktifitas fisik dan pembebanan mekanik
Obat-obatan, misalnya kortikosteroid, anti
konvulsan, heparin
Merokok
Alcohol
Jatuh (trauma)
Hormon endrogen dan penyakit kronik Defisiensi estrogen
Defisiensi androgen
Gastrektomi, sirosis, tirotoksikosis,
hiperkortisolisme
Sifat fisik tulang Densitas massa tulang
Ukuran dan geometri tulang
Mikroarsitektur tulang
Komposisi tulang

Makalah Osteoporosis | 59
2.6 Patofisiologi Osteoporosis

Peran Estrogen Pada Tulang


Struktur estrogen vertebra terdiri dari 18 karbon dengan 4 cincin.
Estrogen manusia dibagi 3 kelompok, yaitu estron (E1), 17β-estradiol (E2),
estrasiol (E3). Selain itu juga terdapat jenis-jenis estrogen lain, seperti estrogen
dari tumbuh-tumbuhan (fitoestrogen), estrogen sintetik (misalnya
etinilestradiol, dietilstilbestrol, klomifen sitrat), xenobiotic (DDT, bifenol dll).
Saat ini terdapat struktur lain yang dikenal sebagai anti-estrogen, tetapi pada
organ non-reproduktif bersifat estrogenic, struktur ini disebut selective estrogen
receptor modulators (SERMs).
Estrogen yang terutama dihasilkan oleh ovarium adalah estradiol.
Estrogen dihasilkan oleh tubuh manusia tetapi terutama berasal dari luar
ovarium, yaitu dari konversi androstenedion pada jaringan perifer. Estriol
merupakan estrogen yang terutama didapatkan didalam urin, berasal dari
hidroksilasi-16 estron dan estradiol. Estrogen berperan pada pertumbuhan tanda

Makalah Osteoporosis | 60
seks sekunder mukosa vagina, penipisan mucus serviks dan pertumbuhan
saluran-saluran pada payudara. Selain itu estrogen juga mempengaruhi profil
lipid dan endotel pembuluh darah, hati, tulang, susunan saraf pusat, system
imun, system kardiovaskular dan system gastroinstestinal.
Saat ini telah ditemukan 2 macam reseptor estrogen (ER), yaitu reseptor
estrogen-α (ERα) dan reseptor estrogen-β (ERβ). ERα dikode oleh gen yang
terletak di kromosom 6 dan terdiri dari 595 asam amino. Sampai saat ini, fungsi
ERβ belum diketahui secara pasti. Selain itu, distribusi kedua reseptor ini
bervariasi pada berbagai jaringan, misalnya di otak, ovarium, uterus, dan
prostat. Reseptor estrogen juga diekspresikan oleh berbagai sel tulang, termasuk
osteoblast, osteosit, osteoklas, dan kondrosit. Ekspresi ERα dan ERβ meningkat
bersamaan dengan diferensiasi dan maturasi osteoblast. Laki-laki dengan
osteoporosis idiopatik mengekspresikan mRNA ERα yang rendah pada
osteoblast maupun osteosit. Delesi ERα pada tikus jantan dan betina
menyebabkan penurunan densitas tulang, sedangkan perusakan gen ERβ pada
wanita ternyata meningkatkan bone mineral content (BMC) tulang kortikal
walaupun pada tikus tidak memberikan perubahan pada tulang kortikal mau[un
trabecular. Delesi gen ERα dan ERβ juga menurunkan kadar IGF-1 serum.
Estrogen merupakan regulator pertumbuhan dan homeostatis tulang
yang penting. Estrogen memiliki efek langsung dan tak langsung pada tulang.
Efek tak langsung meliputi estrogen terhadap tulang berhubungan dengan
homeostatis kalsium yang meliputi regulasi absorpsi kalsium diusus, modulasi
1,25 (OH)2D, eksresi Ca di ginjal dan sekresi hormone paratiroid (PTH).
Terhadap sel-sel tulang, estrogen memiliki beberapa efek. Efek-efek ini
akan meningkatkan formasi tulang dan menghambat reabsorpsi tulang oleh
ostoklas.
Didalam kehidupan, tulang akan selalu mengalami proses perbaharuan.
Tulang memiliki 2 sel, yaitu osteoklas (bekerja untuk menyerap dan
menghancurkan / merusak tulang) dan osteoblas (sel yang bekerja untuk
membentuk tulang). (Compston, 2002).

Makalah Osteoporosis | 61
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan
matrik ekstra selular, 5 % sel kondrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga
pelumas sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi.
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya
untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas
sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri
pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut
berubah.
Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami keretakan, akan dibe
ntuk kembali. Tulang yang sudah rusak tersebut akan diidentifikasi oleh sel
osteosit (sel osteoblas menyatu dengan matriks tulang). (Cosman, 2009).
Kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh sel osteoklas
dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan asam.
(Tandra, 2009). Dengan demikian, tulang yang sudah diserap osteoklas akan
dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh osteoblas yang berasal
dari sel prekursor di sumsum tulang belakang setelah sel osteoklas hilang.
(Cosman, 2009).
Menurut Ganong, ternyata endokrin mengendalikan proses remodeling
tersebut. Dan hormon yang mempengaruhi yaitu hormon paratiroid
(resorpsi tulang menjadi lebih cepat) dan estrogen (resorpsi tulang akan
menjadi lama). Sedangkan pada osteoporosis, terjadi gangguan pada osteoklas,
sehingga timbul ketidakseimbangan antara kerja osteoklas dengan osteoblas.
Aktivitas sel osteoclas lebih besar daripada osteoblas. Dan secara menyeluruh
massa tulang pun akan menurun, yang akhirnya terjadilah pengeroposan tulang
pada penderita osteoporosis. (Ganong, 2008)
Tulang terdiri atas sel dan matriks. Terdapat dua sel yang penting
pada pembentukan tulang yaitu osteoclas dan osteoblas. Osteoblas berper
an pada pembentukan tulang dan sebaliknya osteoklas pada proses resorpsi
tulang. Matriks ekstra seluler terdiri atas dua komponen, yaitu anorganik sekitar
30-40% dan matrik inorganik yaitu garam mineral sekitar 60-70 %. Matrik
inorganik yang terpenting adalah kolagen tipe 1 ( 90%), sedangakan komponen

Makalah Osteoporosis | 62
anorganik terutama terdiri atas kalsium dan fosfat, disamping magnesium,
sitrat, khlorid dan karbonat.
Dalam pembentukan massa tulang tersebut, tulang akan mengalami
perubahan selama kehidupan melalui tiga fase: Fase pertumbuhan, fase
konsolidasi dan fase involusi. Pada fase pertumbuhan sebanyak 90% dari massa
tulang dan akan berakhir pada saat epifisis tertutup. Sedangkan pada tahap
konsolidasi yang terjadi usia 10-15 tahun. Pada saat ini massa tulang bertambah
dan mencapai puncak ( peak bone mass ) pada pertengahan umur tiga puluhan.
Serta terdapat dugaan bahwa pada fase involusi massa tulang berkurang ( bone
Loss ) sebanyak 35-50 tahun.
Penyakit osteoporosis selama ini dikenal dalam masyarakat dimana
tulang menjadi keropos. Osteoporosis adalah kondisi progresif di mana tulang
menjadi lemah dan secara struktural lebih mungkin untuk fraktur atau patah.
Biasanya, tubuh membentuk jaringan tulang baru yang diserap oleh tubuh untuk
menyeimbangkan jumlah jaringan tulang yang dipecah dalam tubuh. Ini adalah
proses alami yang terjadi pada tubuh setiap manusia. Sepanjang bagian awal
kehidupan, jumlah tulang yang hilang dan jumlah yang diperoleh tetap
seimbang. Massa tulang (ukuran dan ketebalan) meningkat selama masa kanak-
kanak dan kehidupan dewasa awal, mencapai maksimum pada usia 20 sampai
25.
Menopause yang biasanya terjadi pada wanita usia 40-an atau 50-an,
secara dramatis meningkatkan kecepatan keropos tulang, itulah yang
menyebabkan osteoporosis pada wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan
pria. Penyakit osteoporosis terjadi ketika tubuh kehilangan tulang lebih cepat
daripada yang dapat membentuk tulang baru. Seiring waktu, ketidakseimbangan
antara kerusakan tulang dan pembentukan menyebabkan massa tulang menurun,
sehingga patah tulang terjadi lebih mudah.

Makalah Osteoporosis | 63
Osteoporosis Tipe I Dan II
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu osteoporosis primer
(involusional) dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer adalah
osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan osteoporosis
sekunder adalah osteoporosis yang diketahui penyebabnya. Pada tahun 1940-an,
Albirght mengemukakan pentingnya estrogen pada pathogenesis osteoporosis.
Kemudian pada tahun 1983, Riggs dan Melton, membagi osteoporosis primer
atas osteoporosis tipe I dan tipe II. Osteoporosis tipe I, disebut juga
osteoporosis pasca menopause. Osteoporosis tipe II, disebut juga osteoporosis
senilis disebabkan oleh gangguan absorpsi kalsium di usus sehingga
menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang mengakibatkan timbulnya
osteoporosis tipe II. Selain itu pemberian kalsium dan vitamin D pada
osteoporosis tipe II juga tidak memberikan hasil yang adekuat. Akhirnya pada
tahun 1990-an Riggs dan Melton memperbaiki hipotesisnya dan
mengemukakan bahwa estrogen menjadi factor yang sangat berperan pada
timbulnya osteoporosis primer, baik pasca menopause maupun senilis.
Secara garis besar patofisiologi osteoporosis berawal dari adanya m
assa puncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang. Massa
puncak tulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan faktor genetic,
sedangkan faktor yang menyebabkan penurunan massa tulang adalah proses
ketuaan, menopause, faktor lain seperti obat-obatan atau aktifitas fisik yang
kurang serta faktor genetik. Akibat massa
puncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang
menyebabkan densitas tulang menurun yang merupakan faktor resiko terjadinya
fraktur.
Kejadian osteoporosis dapat terjadi pada setiap umur kehidupan.
Penyebabnya adalah akibat terjadinya penurunan bone turn over yang terjadi
sepanjang kehidupan. Satu dari dua wanita akan mengalami osteoporosis,
sedangkan pada laki-laki hanya 1 kasus osteoporsis dari lebih 50 orang laki-
laki. Dengan demikian insidensi osteoporosis pada wanita jauh lebih banyak
daripada laki-laki.

Makalah Osteoporosis | 64
Hal ini diduga berhubungan dengan
adanya fase masa menopause dan proses kehilangan estrogen pada wanita jauh
lebih banyak. Percepatan pertumbuhan tulang, yang mencapai massa puncak
tulang berkisar pada usia 20 - 30 tahun, kemudian terjadi perlambatan formasi
tulang dan dimulai resorpsi tulang yang lebih dominan. Keadan ini bertahan
sampai seorang wanita apabila mengalami menopause akan terjadi percepatan
resorpsi tulang, sehingga keadaan ini tulang menjadi sangat rapuh dan mudah
terjadi fraktur.
Setelah usia 30 tahun, resorpsi tulang secara perlahan dimulai dan
akhirnya akan lebih dominan dibandingkan dengan pembentukan tulang.
Kehilangan massa tulang menjadi cepat pada beberapa tahun pertama setelah
menopause dan akan menetap pada beberapa
tahun kemudian pada masa postmenopause. Proses ini terus berlangsung
pada akhirnya secara perlahan tapi pasti terjadi osteoporosis.
Percepatan osteoporosis tergantung dari hasil pembentukan tulang sampai
tercapainya massa tulang puncak.
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara
faktor genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis
kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis
meliputi, merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup,
mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas
akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke
tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya massa
tulang yang maksimal dengan resorbsi tulang menjadi lebih cepat yang
selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang
disebut osteoporosis.

Makalah Osteoporosis | 65
Dalam keadaan normal pada tulang kerangka, tulang kerangka akan
terjadi suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara
seimbang, yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang
(remodeling). Setiap perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya apabila
proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan tulang, maka akan
terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang kita jumpai pada
osteoporosis.
Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis,
pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan periode
konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau
penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara
maksimal akan dicapai pada usia kurang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang
bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang
bagian trabekula.
Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita
maupun pria akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar
0,3-0,5% setiap tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami
proses serupa pada usia lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa
tulang tersebut pada awalnya sama dengan pria, akan tetapi pada wanita
sesudah menopause, proses ini akan berlangsung lebih cepat. Pada pria seusia
wanita menopause massa tulang akan menurun berkisar antara 20-30%, sedang
pada wanita penurunan massa tulang berkisar antara 40-50%. Pengurangan
massa tulang ini diberbagai bagian tubuh ternyata tidak sama.
Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan
massa tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti
berikut: metacarpal, kolum femuris serta korpus vertebra, sedang pada bagian
tubuh yang lain, misalnya : tulang paha bagian tengah, tibia dan panggul,
mengalami proses tersebut secara lambat.
Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein dan
alkohol) dan aktivitas mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan massa
tulang mulai terjadi setelah tercapainya puncak massa tulang (kepadatan
tulang). Pada pria massa tulang lebih besar dan tidak terjadi perubahan

Makalah Osteoporosis | 66
hormonal mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat
menopause dan pada saat ooforektomi meningkatkan percepatan resorpsi tulang
dan berlangsung terus selama tahun-tahun pascamenopause.
Diet kalsium dan tinggi vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk
mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan
vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan
pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian
kalsium yang dianjurkan (RDA: recomended daily allowance) meningkat pada
usia 11-24 tahun (adolesen dan dewasa muda) hingga 1200mg per hari, untuk
memaksimalkan puncak massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800mg,
tetapi pada perempuan pascamenopause 1000-1500mg perhari. Sedangkan pada
lansia dianjurkan mengkonsumsi kalsium dalam jumlah tidak terbatas, karena
penyerapan kalsium kurang efisien dan cepat diekskresikan melalui ginjal
(Smeltzer, 2002).
Demikian pula, bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan
eksogen dapat menyebabkan osteoprosis. Penggunaan kortikosteroid yang
lama, sindrom cushing, hiperparatiroidisme, hipertirodisme menyebabkan
kehilangan tulang. Obat-obatan seperti isoniazid, heparin, tetrasklim, antasida
yang mengandung alumunium, furosemid, antikonvulsan, kortikosteroid dan
suplemen tiroid mempengaruhi penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.
Imobilitas juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Ketika
diimobilisasi dengan gips, paralisis atau inaktivitas umum, tulang akan
diresorpsi lebih cepat dari pembentukkannya sehingga terjadi osteoporosis.
Osteoporosis merupakan abnormalitas pada proses remodelling tulang
dimana resorpsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa
tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodelling tulang di gambarkan
dengan keseimbangan fungsi osteoblast dan osteoklast. Meskipun
pertumbuhan terhenti, remodelling tulang terus berlanjut. Proses dinamik
ini meliputi resorpsi pada suatu permukaan tulang dan deposisi pembentukkan
tulang pada tempat yang berlawanan. Hal ini dipengaruhi oleh beban berat
badan dan gravitasi, sama halnya dengan masalah seperti penyakit sistemik.

Makalah Osteoporosis | 67
Proses seluler dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan dimodulasi oleh
hormon lokal dan sistemik serta peptida.
Remodelling tulang terus terjadi pada tiap permukaan tulang dan
berlanjut sepanjang hidup. Jika massa tulang tetap pada dewasa, menunjukkan
terjadinya keseimbangan antara formasi dan resorpsi tulang. Keseimbangan ini
dilaksanakan oleh osteoblast dan osteoklast pada unit remodelling tulang.
Remodelling dibutuhkan untuk menjaga kekuatan tulang.
Kondisi Osteoporosis merupakan suatu hasil interaksi yang kompleks
menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Berbagai faktor terlibat
dalan interaksi ini dengan menghasilkan suatu kondisi penyerapan tulang lebih
banyak dibandingkan dengan pembentukkan tulang yang baru. Kondisi ini
memberikan manifestasi penurunan massa tulang total. Kondisi Osteoporosis
yang tidak mendapatkan intervensi akan memberikan dua manifestasi penting
dimana tulang menjadi rapuh dan terjadinya kolaps tulang (terutama area
vertebrae yang mendapat tekanan tinggi pada saat berdiri). Hal ini akan
berlanjut pada berbagai kondisi dan masalah pada pasien dengan Osteoporosis.
Faktor nutrisi memengaruhi pertumbuhan osteoporosis, vitamin D
penting untuk resorpsi kalsium dan mineralisasi tulang normal dalam diet yang
mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan
remodeling tulang dan fungsi tubuh, asupan kalsium dan vitamin D yang tidak
mencukupi selama bertahun tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang
dan pertumbuhan osteoporosis. Lansia menyerap kalsium dalam diet yang
kurang efisien dan mensekresikan lebih cepat melalui ginjalnya, maka wanita
pascamenopouse dan lansia sesungguhnya perlu mengomsumsi kalsium dalam
jumlah tak terbatas.
Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan
mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian
korteks serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak
normal. Titik kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang
tersebut sudah sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka
terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Bagian-
bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis adalah

Makalah Osteoporosis | 68
vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal. Osteoporosis dapat
terjadi oleh karena berbagai sebab, akan tetapi yang paling sering dan paling
banyak dijumpai adalah osteoporosis oleh karena bertambahnya usia.
Osteoporosis menunjukan adanya penurunan absolut dari jumlah tulang
yang diperlukan sebagai kekuatan penyangga mekanik. Berkurangnya massa
tulang, dan demikian pula dengan massa otot sesungguhnya berkaitan dengan
proses menua (penuaan). Hanya, apabila berkurangnya (hilangnya) jaringan
tulang cukup luas sampai menimbulkan gejala maka disebut osteoporosis.
Patogenesis Osteoporosis Tipe I
Setelah menopause, maka reabsorpsi tulang akan meningkat, terutama
pada decade awal setelah menopause, sehingga insidensi fraktur dapat terjadi.
Terutama fraktur pada vertebra dan radius distal meningkat. Penurunan densitas
tulang terutama pada tulang trabecular, terjadi karena memiliki permukaan yang
luas dan hal ini dapat dicegah dengan terapi sulih estrogen. Pertanda reabsorpsi
tulang dan penurunan formasi tulang, keduanya meningkat dan menunjukkan
adanya peningkatan bone turn over. Estrogen juga berperan menurunkan
produksi berbagai mononuclear, seperti IL-1, IL-6, dan TNF-a yang berperan
meningkatkan kerja osteoblas. Dengan demikian penurunan kadar estrogen
akibat menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut
sehingga aktifitas osteoklas meningkat.
Selain peningkatan aktifitas osteoklas, menopause juga menurunkan
absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal. Selain
itu, menopause juga menurunkan sintesis berbagai protein yang membawa 1,25
(OH)2D, sehingga pemberian estrogen akan meningkatkan konsentrasi
1,25(OH)2D didalam plasma. Tetapi pemberian estrogen transdermal tidak
akan meningkatkan sintesis protein tersebut, karena estrogen transdermal tidak
diangkut melewati hati. Walaupun demikian, estrogen transdermal tetap dapat
meningkatkan absorpsi kalsium di usus secara langsung tanpa dipengaruhi
vitamin D.

Makalah Osteoporosis | 69
Untuk mengatasi keseimbangan negative metabolisme kalsium akibat
menopause, maka kadar PTH akan meningkat terus pada wanita menopause,
sehingga osteoporosis akan semakin berat. Pada menopause, kadang kala
didapatkan peningkatan kadar kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh
menurunnya volume plasma, sehingga meningkatkan kadar kalsium yang
terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam kompleks.
Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat panurunan rangsang
respirasi, sehingga terjadi relative asidosis respiratorik (kadar asam/kadar CO2
meningkat dalam pernapasan). Walaupun terjadi peningkatan kadar kalsium
yang terikat albumin dan kalsium dalam garam kompleks, kadar ion kalsium
tetap sama dengan keadaan premenopausal.
Tabel 2. Karakteristik Osteoporosis Tipe I dan II
Tipe I Tipe II
Umur (tahun) 50-75 >70
Perempuan: laki-laki 6:1 2:1
Tipe kerusakan tulang Terutama trabekular Trabekular dan kortikal
Bone turnover Tinggi Rendah
Lokasi fraktur terbanyak Vertebra, radius distal Vertebra, kolum femoris
Fungsi paratiroid Menurun Meningkat
Efek estrogen Terutama skeletal Teruatam ekstraskeletal
Etiologi umum Defisiensi estrogen Penuaan. Defisiensi
estrogen

Makalah Osteoporosis | 70
Patogenesis Osteoporosis Tipe II
Selama hidupnya seorang wanita akan kehilangan tulang spinalnya
sebesar 42% dan kehilangan tulang femurnya sebesar 58%. Pada decade ke
delapan dan sembilan kehidupannya, terjadi ketidakseimbangan remodeling
tulang, dimana reabsorpsi tulang meningkat, sedangkan formasi tulang tidak
berubah atau menurun. Hal ini akan menyebabkan kehilangan massa tulang,
perubahan mikroarsitektur tulang dan peningkatan resiko fraktur. Peningkatan
reabsorpsi tulang merupakan resiko fraktur yang independen terhadap BDM.
Peningkatan osteokalsin seringkali didapatkan pada orang tua, tetapi hal ini
lebih menunjukkan peningkatan turn over tulang dan bukan peningkatan
formasi tulang.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab penurunan fungsi
osteoblast pada orang tua, diduga karena penurunan kadar estrogen dan IGF-1.
Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua.
Hal ini disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia,
malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Akibat defisiensi kalsium
akan timbul hiperparatiroidisme sekunder yang persisten/tetap sehingga akan
semakin meningkatkan reabsorpsi tulang dan kehilangan massa tulang, terutama
pada orang-orang yang tinggal di daerah 4 musim.
Aspek nutrisi yang lain adalah defisiensi protein yang juga ikut berperan
terhadap kehilangan massa tulang pada orang tua adalah factor genetic dan
lingkungan (merokok, alcohol, obat-obatan, imobilisasi lama).
Defisiensi estrogen, ternyata juga merupakan masalah yang penting
sebagai salah satu penyebab osteoporosis pada orang tua, baik pada laki-laki
maupun perempuan. Demikian juga kadar tertosteron pada laki-laki. Defisiensi
estrogen pada laki-laki juga berperan pada kehilangan massa tulang. Penurunan
kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki akan menyebabkan
osteoporosis. Karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause (penurunan
kadar estrogen yang mendadak), maka kehilangan massa tulang yang besar
seperti yang terjadi pada wanita tidak pernah terjadi. Falahati-Nini dkk
menyatakan bahwa estrogen pada laki-laki berfungsi mengatur reabsorpsi
tulang, sedangkan estrogen dan progesterone juga mengatur formasi tulang.

Makalah Osteoporosis | 71
Kehilangan massa tulang trabekula pada laki-laki berlangsung linier, sehingga
terjadi penipisan trabekula, tanpa disertai putusnya trabekula seperti pada
wanita yang disebabkan karena peningkatan reabsorpsi yang berlebihan akibat
penurunan kadar estrogen yang drastis pada waktu menopause.
Dengan bertambahnya umur, remodeling endokortikal dan intrakortikal
akan terus meningkat, sehingga pada wanita menopause apabila terjadi
kehilangan struktural tulang akibat peningkatan reabsorbsi maka akan terjadi
pada tulang kortikal dan hal tersebut meningkatkan resiko fraktur tulang
kortikal, misalnya pada femur proksimal. Total permukaan tulang untuk
remodeling tidak berubah dengan bertambahnya umur, hanya berpindah dari
tulang trabecular ke tulang kortikal. Namun, pada laki-laki tua, peningkatan
reabsorpsi endokortikal tulang panjang akan diikuti peningkatan formasi
periosteal, sehingga diameter tulang panjang akan meningkat dan menurunkan
resiko fraktur pada laki-laki tua.
Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh yang
lebih tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini
berhubungan dengan penurunakn kekuatan otot akibat gangguan keseimbangan
dan stabilitas postural, gangguan penglihatan, lantai yang licin atau tidak rata
dan lain sebagainya. Pada umumnya, resiko terjatuh pada orang tua tidak
disebakan oleh penyebab tunggal.
Osteoporosis Pada Laki-Laki
Osteoporosis pada laki-laki, seringkali kurang diperhatikan
dibandingkan dengan osteoporosis pada wanita. Pada dewasa muda, insidens
fraktur temyata lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita; hal ini dihubungkan
dengan insidens trauma yang lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita.
Dengan bertambahnya umur, insidens fraktur pada panggul makin meningkat,
tetapi peningkatan insidens fraktur pada laki-laki lebih lambat 5-10 tahun
dibandingkan wanita.

Makalah Osteoporosis | 72
Pada laki-laki, dengan bertambahnya umur, maka tulang kortikal akan
makin menipis, tetapi penipisan ini tidak secepat pada wanita, karena laki-laki
tidak pemah mengalami menopause. Selain itu, pada laki-laki kehilangan massa
tulang lebih bersifat penipisan, sedangkan pada wanita lebih diakibatkan oleh
kehilangan elemen trabekula dari tulang yang bersangkutan. Selama
pertumbuhan, massa tulang pada laki-laki juga lebih besar daripada wanita.
Laki-laki juga memiliki tulang trabekular yang lebih tebal korteksnya daripada
wanita. Pada laki-laki, ukuran kolum femoris akan makin besar dengan
bertambahnya umur, sedangkan pada wanita tidak. Hal ini akan menyebabkan
osteoporosis pada laki-laki lebih relatif lebih ringan dan risiko fraktur relatif
lebih kecil daripada wanita. Fraktur vertebra pada laki-laki juga lebih jarang,
kirakira hanya 50% pada wanita. Pada umumnya fraktur vertebra terjadi pada
torakal bawah dan terutama merupakan fraktur baji.
Etiologi Osteoporosis pada Laki-laki
Genetik
Laki-laki yang orang tuanya menderita osteoporosis, ternyata memiliki
densitas massa tulang yang lebih rendah dibandingkan laki-laki pada umumnya.
Selain itu laki-laki yang ibunya menderita fraktur panggul, ternyata memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk menderita fraktur vertebra. Sampai saat ini, tidak
didapatkan gen spesifik yang mengatur massa tulang dan risiko fraktur pada
laki-laki.
Hipogonadisme
Hipogonadisme merupakan salah satu penyebab osteoporosis dan
gagalnya pencapaian puncak massa tulang pada laki-laki. Dalam hal ini, terapi
pengganti testostcron memiliki efek yang baik untuk meningkatkan massa
tulang pada laki-laki dengan hipogonadisme. Berbagai penyebab
hipogonadisme pada laki-laki harus dicari pada laki-laki dengan osteoporosis,
misalnya sindrom Klinefelter, hipogonadisme akibat hipogonadotropin,
hiperprolak-tinemia, orkitis akibat parotitis, kastrasi dsb. Seringkali
pemeriksaan hipogonadisme pada laki-laki tidak mudah dideteksi, karma
ukuran testes yang tetap normal, libido yang tetap normal, kadar testosteron
yang tetap normal walaupun kadar luteinizring hormon meningkat.

Makalah Osteoporosis | 73
Involusi
Dengan bertambahnya umur, terjadi penurunan massa dan densitas
tulang pada laki-laki, kira-kira 3-4% per-dekade setelah umur 40 tahun. Setelah
umur 50 tahun, kehilangan massa tulang lebih besar lagi, walaupun demikian
tetap lebih rendah dibandingkan wanita. Resorpsi endosteal pada laki-laki
tampaknya dapat dikompensasi dengan formasi periosteal, sehingga risiko
fraktur dan penurunan densitas tulang tidak sehebat pada wanita. Pada tulang
trabekular, penurunan densitas massa tulang pada kedua jenis kelamin
tampaknya sama, tetapi korteks tulang trabekular pada laki-laki lebih tebal
dibandingkan pada wanita, sehingga risiko fraktur juga lebih rendah.
Penyakit dan obat-obatan
Berbagai penyakit, obat-obatan dan gaya hidup dapat menyebabkan
osteoporosis sekunder pada laki-laki, misalnya glukokortikoid, merokok,
alkohol, insufisicn ginjal, hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria, antikonvulsan
tirotoksikosis, imobilisasi lama, artritis reumatoid.
Idiopatik
Sekitar 30% osteoporosis pada laki-laki temyata tidak diketahui secara
jelas penyebabnya. Diagnosis osteoporosis idiopatik ditegakkan setelah semua
penyebab yang lain dapat disingkirkan. Saat ini diduga terdapat hubungan
antara osteoporosis idiopatik dengan rendahnya kadar IGF-I atau IGF-I binding
protein 3 (IGFBP-3).

Makalah Osteoporosis | 74
Gambar 1. Patogenesis Osteoporosis Pasca Menopause
Menopause

estrogen

Bone marrow osteoblas Sel endotel osteoklas Absorpsi Reabsorpsi kalsium


stromal cell + sell kalsium di ginjal
mononuklear

hipokalsemia
HIL-1, TNF-α, IL-6, N.O
TGF-β
M-CSF
PTH

Diferensiasi dan muturasi osteoklas

Reasorpsi tulang

Osteoporosis

Makalah Osteoporosis | 75
Gambar 2. Patogenesis Osteoporosis tipe II dan fraktur

Usia lanjut

Reabsorpsi Difeisiensi vitamin D


Ca di ginjal aktifitas 1-α
hidroksilase, resistensi
Sekresi GH terhadap vit D
Sekresi estrogen
dan IGF-1 Aktifitas fisik

Absorpsi Ca di
usus
Gangguan fungsi osteoblas
Turn over tulang Hiperparatiroidisme
sekunder

Osteoporosis Resiko terjatuh ( kekuatan otot,


aktifitas otot, medikasi gangguan
Fraktur keseimbangan, ganggan penglihatan
dll)

Makalah Osteoporosis | 76
2.7 Manifestasi Klinis Osteoporosis

Osteoporosis merupakan silent disease. Klien osteoporosis umumnya


tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami
fraktur. Osteoporosis mengenai tulang di seluruh tubuh, tetapi paling sering
menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau
pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra dan kolumna
femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk, pemendekan
dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan
terdapat lengkung vertebra abnormal (kifosis). Osteoporosis pada kolumna
femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu
fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Massa total tulang yang terkena, mengalami penurunaan dan
menunjukan penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis
sulit ditegakkan karena adanya variasi ketebalan trabekular pada individu
”normal” yang berbeda.
Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun
histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang
ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya
kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai kalsium, fosfat, dan alkali fosfatase
yang normal dalam serum.

Makalah Osteoporosis | 77
Gejala osteoporosis tidak akan terlihat oleh kasat mata. Kecuali dengan
pemeriksaan rontgen, orang-orang baru mengetahui mereka menderita
osteoporosis ketika tulang mereka patah. Tulang yang paling berisiko patah
pada osteoporosis adalah tulang pergelangan tangan, tulang panggul, dan tulang
punggung (tulang belakang).
Osteoporosis tidak memiliki gejala apapun, karena itu sering dijuluki
sebagai ”pencuri diam-diam”, sampai suatu ketika penderita tiba-tiba
mengalami patah tulang. Patah tulang yang terjadi di sini tidak seharusnya
terjadi pada keadaan tulang yang normal, contohnya patah pada tulang panggul
akibat terpeleset pada posisi berdiri. Lokasi tulang yang sering terjadi patah
adalah tulang belakang dan lengan bawah, selain tulang panggul.
Akibat patah dan kompresi pada tulang belakang (tulang belakang
menjadi pipih) dapat terjadi nyeri pada tulang belakang dengan nyeri yang
menjalar ke tungkai bawah. Pasien tampak bungkuk, tinggi badan jadi
berkurang dan kadang-kadang juga mengalami nyeri di perut akibat penekanan
ke arah abdomen.
Patah pada tulang panggul menyebabkan pasien sulit menggerakkan
kakinya, seringkali pasien hanya dapat terbaring saja karena nyeri. Komplikasi
lebih lanjut akan timbul luka akibat berbaring terus, gangguan saluran napas
dan berbagai komplikasi lain yang selanjutnya dapat berakibat fatal sampai
menyebabkan kematian.
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita
osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan
gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang
menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul kelainan
tulang dan nyeri tulang. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh pada
osteoporosis adalah radius distal, korpus verterbrae terutama mengenai T8-L4
dan kollum femuralis.

Makalah Osteoporosis | 78
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang
belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera
ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan didaerah tertentu
dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan.
Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini
akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur maka akan terbentuk kelengkungan yang
abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager) yang menyebabkan terjadinya
ketegangan otot dan rasa sakit.
Tulang lainnya bisa parah yang sering kali disebabkan oleh tekanan
yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah
patah tulang panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi adalah patah tulang
lengan/radius didaerah persambungannya dengan pergelangan tangan yang
disebut fraktur Colles. Pada penderita osteoporosis, pada tulang cenderung
mengalami penyembuhan secara perlahan.
Manifestasi Osteoporosis :
1. Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang,
nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata
2. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak
3. Nyeri timbul mendadak
4. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang.
5. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
6. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika
melakukan aktivitas atau karena suatu pergerakan yang salah
7. Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi
badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang
asimtomatis pada vertebra.
8. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra
dan menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla
spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
9. Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua)
biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah

Makalah Osteoporosis | 79
menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang,
klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat
nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau
bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.
10. Postur tubuh kelihatan memendek atau penurunan tinggi badan
akibat dari Deformitas vertebra thorakalis. (Nancy E. Lane,
Osteoporosis, 2001)
11. Postur tubuh menjadi membungkuk.
12. Penderita akan cepat merasa kelelahan.
13. Sering merasakan kram di waktu malam hari.

2.8 Komplikasi Osteoporosis

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas,


rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa
terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum
femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan dan
berbagai macam fraktur lainnya. (Askep Osteoporosis.pdf). Penurunan fungsi,
dan nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Osteoporosis sering
mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra
mengakibatkan deformitas skelet

Makalah Osteoporosis | 80
2.9 Pemeriksaan Diagnostik Osteoporosis
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis
ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang.
Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan
lainnya yang menyebabkan osteoporosis.
Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang
dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang
paling akurat adalah dual energi x-ray absorptiometry (DXA). Pemeriksaan ini
aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.
DXA sangat berguna untuk wanita yang memiliki resiko tinggi menderita
osteoporosis, penderita yang diagnosisnya belum pasti dan penderita yang hasil
pengobatannya harus dinilai secara akurat.
Osteoporosis teridentifikasi ada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah
terjadi demineralisasi 25 samai 40 tampak radiolsensi tulang ketika vetebra
kolas, vetebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vetebra lumbalis menjadi
bikonkaf pemeriksaan laboratrium (mis. kalsium serum, fosfatserum, fosfatase
alkali, ekskresi kalsium urine ekresihidroksi rolin urine, hematokrit, laju endap
darah) dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis
medis lain (mis mieloma multile osteomalasia, hyperaratyoidisme, keganasan)
yang juga menyumbang terjadi kehilangan tulang. Absorsimetri foton-tunggal
dapat di gunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal ada sendi
pergelangan tangan absorsiometrib dua-fotondal energi x ray absorbsimetry
(DEXA), dan Ct mamo memberikan informasi mengenai massa tulang ada
tulang belakang dan panggul, sangat berguna untuk identifikasi tulang
osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi

Diagnosa Banding
1. Hiperparatiroidisme
2. Multiple mieloma
3. Osteomalasia dan renal osteodystrophy
4. Paget disease

Makalah Osteoporosis | 81
Pemeriksaan Diagnostik Osteoporosis
a. Pemeriksaan radiologik
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan
korteks dan daerah trabekuler yang lebih luas. Hal ini akan tampak
pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-
frame vertebra. Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau
massa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra
spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi
yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya
korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung
dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.
b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)/ BMD (Bone
Mineralo Densitometry)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk
menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita
osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada
dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai
menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5
dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1. Bone
Mineralomentry atau Bone Mineralo Densitometry (BMD)
merupakan suatu pemeriksaan kuantitatif untuk mengukur
kandungan mineral tulang. Alat ini sangat membantu seseorang yang
hendak mengetahui, secara sederhana, apakah seseorang mengalami
osteoporosis atau tidak.

Makalah Osteoporosis | 82
c. Ultra Sono Densitometer (USG) metode Quantitative Ultrasound
(QUS)
Salah satu metode yang lebih murah dengan menilai densitas massa
tulang perifer menggunakan gelombang ultrasound yang menembus
tulang. Dalam pemeriksaan ini, yang dinilai adalah kekuatan dan
daya tembus gelombang yang melewati tulang dengan ultra broad
band tanpa risiko radiasi. Adanya elastisitas tulang membuktikan
adanya kecepatan tembus gelombang dan kekuatan tulang dengan
ultrasound.

Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:


1. Single-Photon Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon
rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan
hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak
tebal seperti distal radius dan kalkaneus.
2. Dual-Photon Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya
berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi
yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal
sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang
yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher
femur dan vetrebrata. Digunakan untuk mengukur vertebra dan kolum
femoris.
3. Quantitative Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas
tulang secara volimetrik. Merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menilai mineral tulang secara volumetrik dan
trabekulasi tulang radius, tibia dan vertebra.

Makalah Osteoporosis | 83
4. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan
menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu
pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta
kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai
arsitektur trabekula. Dapat mengukur struktur trabekulasi dan
kepadatannya. Tidak memakai radiasi, hanya dengan lapangan magnet
yang sangat kuat, tetapi pemeriksaan ini mahal dan memerlukan sarana
yang banyak.
6. Biopsi tulang dan Histomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan
metabolisme tulang. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan
berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas,
osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi
dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
7. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral
vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra
atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada
pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
8. Dual-energy X Ray Absorbtiometry
Pemeriksaan ini prinsip kerjanya hampir sama dengan SPA dan DPA.
Bedanya pemeriksaan ini menggunakan radiasi sinar X yang sangat
rendah. Pemeriksaan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu SXA Single X-
ray Absorbtiometry dan SXA-DEXA-Dual Energy X-Ray
Absorbtiometry. Metode ini sangat sering digunakan untuk pemeriksaan
osteoporosis baik pada pria maupun wanita, mempunyai presisi dan
akurasi yang tinggi. Hasil yang diberikan pada pemeriksaan DEXA
berupa:

Makalah Osteoporosis | 84
a. Densitas massa tulang. Mineral tulang yang pada area yang dinilai
satuan bentuk gram per cm.
b. Kandungan mineral tulang, dalam satuan gram.
c. Perbandingan hasil densitas mineral tulang dengan nilai normal rata-
rata densitas pada orang seusia dan sewasa muda yang dinyatakan
dalam skor standar deviasi (Z score atau T-score).
9. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine
biasanya dalam batas normal sehingga pemeriksaan ini tidak banyak
membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA
protein) (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali, eksresi
kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
b. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2 -D3 absorbsi Ca menurun
d. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.

RadioDiagnostik
Dari berbagai metode penurunan densitas tulang yang digunakan saat
ini, metode yang berdasarkan x-ray (khususnya dual energi x-ray
absorptiometry/DXA) adalah yang terbanyak digunakan. Teknik ini secara
bertahan menggantikan teknik ionisasi lain yang menggunakan radiasi gamma.
DXA terbukti merupakan teknologi yang paling luas diterima untuk mengetahui
hubungan antara densitas tulang dengan resiko fraktur. DXA juga merupakan
teknik dengan akurasi dan presisi baik, serta paparan radiasi yang rendah. Oleh
karena itu, alat ini dijadikan sebagai gold standart pemeriksaan massa tulang
oleh WHO karena merupakan pemeriksaan yang validasinya paling luas dalam
menilai fraktur.

Makalah Osteoporosis | 85
Pemeriksaan radiologic untuk menilai densitas massa tulang sangat
tidak sensitive. Seringkali penurunan densitas massa tulang spinal lebih dari
50% belum memberikan gambaran radiologic .yang spesifik. Selain itu, teknik
dan tingginya kilovoltage juga mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologic
tulang.
Gambaran radiologic yang khas pada osteoporosis adalah penipisan
korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada
tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
Pada tulang-tulang vertebra, pemeriksaan radiologic sangat baik untuk
mencari adanya fraktur kompresi, fraktur baji atau fraktur bikonkaf. Pada anak-
anak, fraktur kompresi dapat timbul spontan dan berhubungan dengan
osteoporosis yang berat, misalnya pada osteogenesis imperfekta, rikets, arthritis
rheumatoid juvenile, penyakit Chorn atau penggunaan steroid jangka panjang.
Bowing deformity pada tulang-tulang panjang, sering didapatkan pada anak-
anak dengan osteogenesis imperfekta, rikets dan dysplasia fibrosa.
Reabsorpsi subperiosteal merupakan gambaran patognomonik
hiperparatiroidisme, terlihat pada kurang lebih 10% kasus, terutama pada
daerah radial falang medial jari II dan III. Kelainan ini akan tampak dengan
baik bila menggunakan film mamografi. Selain itu dapat juga terlihat lesi fokal
atau multiple yang juga spesifik untuk hiperparatiroidisme yang disebut brown
tumor (osteoklastoma) yang berisi sel-sel raksasa yang sangat responsive
terhadap PTH. Kelainan ini akan hilang dengan pembuangan adenoma
paratiroid.

Makalah Osteoporosis | 86
Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :
1. Radiology
2. Pengukuran massa tulang
3. Pemeriksaan lab. kimiawi
4. Pengukuran densitas tulang
5. Pemeriksaan marker biokemis
6. Dan memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)

2.10 Penatalaksanaan Medik Osteoporosis


Tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan kepadatan tulang.
Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi
kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Diet ditingkatkan pada
awal usia pertengahan karena dapat melindungi tulang dari demineralisasi
skeletal. Tiga gelas susu krim atau makanan lain yang kaya kalsium (misal
keju, brokoli kukus, salmon kaleng). Untuk mencukupi asupan kalsium perlu
diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Terapi penggantian hormon (hormon replacement therapy-HRT) dengan
estrogen dan progesteron perlu diresepkan bagi perempuan menopause untuk
memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang.
Perempuan yang telah menjalani pengangkatan ovarium atau telah mengalami
menopause premature dapat mengalami osteoporosis pada usia muda. Estrogen
dapat mengurangi resorpsi tulang tetapi tidak meningkatkan massa tulang.
Penggunaan hormon jangka panjang masih dievaluasi. Terapi estrogen sering
dihubungkan dengan sedikit peningkatan insiden kanker payudara dan
endometrial. Oleh karena itu, selama HRT klien diharuskan memeriksakan
payudaranya setiap bulan dan diperiksa panngulnya, termasuk usapan
Papaninicolaou dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali
setahun.
Pemberian estrogen secara oral memerlukan dosis terendah estrogen
terkonjugasi sebesar 0,625mg/hari atau 0,5mg/hari estradiol. Pada osteoporosis,
sumsum tulang dapat kembali seperti pada masa premenopause dengan
penberian estrogen. Dengan demikian hal tersebut menurunkan fraktur.

Makalah Osteoporosis | 87
Perlu juga meresepkan obat-obat lain dalam upaya menanggulangi
osteoporosis, termasuk kalsitonin, natrium fluorida, bifosfonat, natrium
etridonat dan alendronat. Alendronat berfungsi mengurangi kecepatan
penyerapan tulang pada wanita pascamenopause, meningkatkan massa tulang
di tulang belakang dan tulang panggul, dan mengurangi angka kejadian patah
tulang. Agar alendronat dapat diserap dengan baik, alendronat harus diminum
dengan segelas air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit kemudian tidak
boleh makan minum lainnya. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran
pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring
minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan kepada
orang yang memiliki kesitan menelan atau penyakit kerongkongan dan
lambung tertentu. Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang
menderita patah tualng belakang yang disertai nyeri.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan pemberiannya
secara suntikkan subkutan, intramuskular atau semprot hidung. Efek samping
berupa ganggua gastroentestinal, aliran panas, peningkatan frekuensi urine
biasanya terjadi dan ringan. Natrium fluorida memperbaiki aktivitas
osteoblastik dan pembentukkan tulang, namun kualitas tulang yang baru masih
dalam pengkajian. Natrium etridonat menghalangi resorpsi tulang osteoklastik
dan dalam penelitian untuk efisiensi sebagai terapi osteoporosis.
Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang, tetapi tulang
bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh sehingga pemakainnya tidak
dianjurkan. Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium
dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar
testoteronnya rendah, bisa diberikan testoteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul
biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan
biasanya di gips atau diperbaiki dengan pembedahan, pada kolaps tulang
belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri,
dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

Makalah Osteoporosis | 88
Pengobatan Osteoporosis difokuskan pada usaha untuk memperlambat
atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan
mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari perempuan
akan mengalami patah tulang akibat Osteoporosis selama hidupnya. Dengan
demikian tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah
tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
1. Diet : dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal
dengan mendapatkan cukup kalsium (1000mg/hari) dalam dietnya
(minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon),
berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan
normal
2. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang atau
pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedik untuk
manajemen selanjutnya
3. Olahraga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu
pengobatan. Olahraga yang teratur akan mengurangi patah tulang
akibat Osteoporosis. Olahraga yang direkomendasikan
termasukdiantaranya adalah jalan kaki, bersepeda dan jogging.

Makalah Osteoporosis | 89
Medikamentosa
Pengobatan osteoporosis difokuskan kepada memperlambat atau
menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan
mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Tujuan dari pengobatan ini adalah
mencegah terjadinya fraktur (patah tulang). Secara teoritis osteoporosis dapat
diobati dengan cara menghambat kerja osteoklas dan atau meningkatkan kerja
osteoblas. Akan tetapi saat ini obat-obat yang beredar pada umumnya bersifat
anti resorpsi. Yang termasuk obat antiresorpsi misalnya: esterogen, kalsitonin,
bifosfonat. Sedangkan Kalsium dan Vitamin D tidak mempunyai efek
antiresorpsi maupun stimulator tulang, tetapi diperlukan untuk optimalisasi
meneralisasi osteoid setelah proses pembentukan tulang oleh sel osteoblas. Ada
beberapa obat yang digunakan untuk mengurangi percepatan tulang menjadi
keropos dan menurunkan osteoporosis. Obat-obat ini antara lain: golongan
bisfosfonat, strontium ranelate, hormon paratiroid rekombinan, dan modulator
reseptor estrogen selektif, serta obat biologik.
1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yang dapat
meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid
anabolik
2. Menghambat resorbsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat
resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

Penggunaan terapi pengganti hormon estrogen masih kontroversial


karena risiko kanker yang diakibatkannya. Jika telah terjadi patah tulang akibat
osteoporosis maka tindakan bedah diperlukan untuk memperbaiki tulang
tersebut.

Makalah Osteoporosis | 90
Selain dari tatalaksana diatas, obat-obatan juga dapat diberikan seperti
dibawah ini:
1. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian
estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah Osteoporosis.
Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan
tulang. Apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause,
maka akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%.
Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada
kulit. Mekanisme estrogen sebagai antiresorpsi, mempengaruhi
aktivitas sel osteoblas maupun sel osteoklas, telah dibicarakan
diatas. Pemberian terapi estrogen dalam pencegahan dan pengobatan
osteoporosis dikenal sebagai Terapi Sulih Hormon (TSH). Estrogen
sangat baik diabsorbsi melalui kulit, mukosa vagina, dan saluran
cerna. Efek samping estrogen meliputi nyeri payudara (mastalgia),
retensi cairan, peningkatan berat badan, tromboembolisme, dan pada
pemakaian jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker
payudara. Kontraindikasi absolut penggunaan estrogen adalah:
kanker payudara, kanker endometrium, hiperplasi endometrium,
perdarahan uterus disfungsional, hipertensi, penyakit
tromboembolik, karsinoma ovarium, dan penyakit hait yang berat
Beberapa preparat estrogen yang dapat dipakai dengan dosis untuk
anti resorpsi, adalah estrogen terkonyugasi 0,625 mg/hari, 17-
estradiol oral 1 Ð 2mg/ hari, 17-estradiol perkutan 1,5 mg/hari, dan
17-estradiol subkutan 25 Ð 50 mg setiap 6 bulan. Kombinasi
estrogen dengan progesteron akan menurunkan risiko kanker
endometrium dan harus diberikan pada setiap wanita yang
mendapatkan TSH, kecuali yang telah menjalani histerektomi. Saat
ini pemakaian fitoestrogen (isoflavon) sebagai suplemen mulai
digalakkan pemakaiannya sebagai TSH. Beberapa penelitian
menyatakan memberikan hasil yang baik untuk keluhan defisiensi
estrogen, atau mencegah osteoporosis. Fitoestrogen terdapat banyak
dalam kacang kedelai, daun semanggi. Ada golongan preparat yang

Makalah Osteoporosis | 91
mempunyai efek seperti estrogen yaitu golongan Raloksifen yang
disebut juga Selective Estrogen Receptor Modulators (SERM).
Golongan ini bekerja pada reseptor estrogen-b sehingga tidak
menyebabkan perdarahan dan kejadian keganasan payudara.
Mekanisme kerja Raloksifen terhadap tulang diduga melibatkan
TGF yang dihasilkan oleh osteoblas yang berfungsi menghambat
diferensiasi sel osteoklas.
2. Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan
kepadatan tulang. Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500mg
(melalui makanan dan suplemen)
3. Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk
meningkatkan kepadatan tulang
4. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate,
risedonate, dan etridonate. Obat-obatan ini memperlambat
kehilangan jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan
kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs
setiap 1 sampai 2 tahun. Sebelum mengkonsumsi obat ini, doketr
akan memeriksa kadar kalsium dan fungsi ginjal (misalnya
alendronic acid, risedronate sodium). Bifosfonat merupakan obat
yang digunakan untuk pengobatan osteoporosis. Bifosfonat
merupakan analog pirofosfat yang terdiri dari 2 asam fosfonat yang
diikat satu sama lain oleh atom karbon. Bifosfonat dapat
mengurangi resorpsi tulang oleh sel osteoklas dengan cara berikatan
dengan permukaan tulang dan menghambat kerja osteoklas dengan
cara mengurangi produksi proton dan enzim lisosomal di bawah
osteoklas. Pemberian bifosfonat secara oral akan diabsorpsi di usus
halus dan absorpsinya sangat buruk (kurang dari 55 dari dosis yang
diminum). Absorpsi juga akan terhambat bila diberikan bersama-
sama dengan kalsium, kation divalen lainnya, dan berbagai
minuman lain kecuali air. Idealnya diminum pada pagi hari dalam
keadaan perut kosong. Setelah itu penderita tidak diperkenankan
makan apapun minimal selama 30 menit, dan selama itu penderita

Makalah Osteoporosis | 92
harus dalam posisi tegak, tidak boleh berbaring. Sekitar 20 Ð 50%
bifosfonat yang diabsorpsi, akan melekat pada permukaan tulang
setelah 12 Ð 24 jam. Setelah berikatan dengan tulang dan beraksi
terhadap osteoklas, bifosfonat akan tetap berada di dalam tulang
selama berbulan-bulan bahkan bertahuntahun, tetapi tidak aktif lagi.
Bifosfonat yang tidak melekat pada tulang, tidak akan mengalami
metabolism di dalam tubuh dan akan diekresikan dalam bentuk utuh
melalui ginjal, sehingga harus hati-hati pemberiannya pada
penderita gagal ginjal.
5. Hormon lain: hormon-hormon ini akan membantu meregulasi
kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jaringan
tulang
6. Kalsitonin
7. Teriparatide
8. Obat tulang dengan aksi ganda (misalnya strontium ranelate).
9. Selective oestrogen receptor modulator (SERM; misalnya raloxifene
hydrochloride).
10. Hormon paratiroid (misalnya teriparatide).
11. Kalsitriol.
12. Terapi sulih hormon (hormone replacement therapy, HRT).

Pencegahan
Pencegahan osteoporosis mencakup: mempertahankan atau
meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi jumlah kalsium yang
cukup, melakukan olahraga dengan beban sesuai batas kemampuan dan
mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu). Mengkonsumsi kalsium
dalam jumlah yang cukup sangat efektif terutama sebelum tercapainya
kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum dua gelas susu atau
tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada
wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium.
Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang
dianjurkan adalah 1,5mg kalsium.

Makalah Osteoporosis | 93
Olahraga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan
meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan
tulang. Estrogen membantu mempertahankan tingkat kepadatan tulang pada
wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih
estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause, tetapi jika
baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memeprlambat
kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan
obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada
estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek
terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteoporosis, bisfosfonat
(contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi
sulih hormon.
Mengurangi asupan protein hewani: Protein hewani meningkatkan
kehilangan kalsium. Studi lintas budaya telah menemukan hubungan yang kuat
antara asupan protein hewani dan risiko patah tulang pinggul. Tingginya
asupan daging (lima atau lebih porsi per minggu) secara signifikan
meningkatkan risiko retak tulang lengan bawah pada perempuan, dibandingkan
dengan makan daging kurang dari sekali per minggu. Wanita lansia yang
mengkonsumsi sejumlah besar daging kehilangan tulang lebih cepat dan risiko
lebih besar terkena retak tulang pinggul. Risiko masalah tulang tampaknya
berkurang ketika protein hewani diganti dengan protein dari sumber nabati,
terutama kedelai. Dalam studi klinis dengan wanita menopause, makanan
kedelai telah ditemukan mencegah keropos tulang. Penelitian telah
menunjukkan hubungan positif antara protein kedelai dan kepadatan mineral
tulang pada wanita menopause. Hal ini mungkin karena konsentrasi senyawa
yang relatif tinggi yang disebut isoflavon dalam protein nabati.
Peningkatan konsumsi buah dan sayuran
Penelitian telah menunjukkan bahwa diet kaya buah-buahan dan sayur-
sayuran berkaitan dengan kepadatan mineral tulang lebih tinggi pada pria dan
wanita. Asosiasi ini mungkin karena kalium, magnesium, dan vitamin K dalam
buah-buahan dan sayuran.

Makalah Osteoporosis | 94
Mengurangi asupan natrium
Beberapa studi telah menemukan bahwa asupan tinggi natrium
menyebabkan hilangnya kalsium dari tubuh. Namun, efek dari pembatasan
natrium terhadap integritas tulang jangka panjang dan risiko patah tulang masih
belum jelas dan memerlukan penelitian lebih lanjut
Pola makan rendah lemak
Studi telah menemukan bahwa asupan lemak yang lebih tinggi dikaitkan
dengan kehilangan tulang yang lebih besar dan risiko patah tulang lebih besar.
Mekanisme yang mungkin meliputi kecenderungan asupan lemak yang
berlebihan mengurangi penyerapan kalsium dan mempengaruhi produksi
hormon. Secara khusus, asam lemak omega-6 dapat menyebabkan hilangnya
tulang dengan mengorbankan pembentukan tulang baru.
Moderasi dalam penggunaan kafein
Penelitian telah menemukan bahwa perempuan yang mengkonsumsi
paling banyak kafein telah mempercepat kehilangan tulang belakang dan
hampir tiga kali lipat risiko terkena patah tulang pinggul. Resiko kehilangan
tulang tampak tertinggi pada wanita yang mengkonsumsi lebih dari 18 ons kopi
per hari, atau 300 mg kafein dari sumber lain.
Membatasi suplemen vitamin A
Penelitian telah menunjukkan bahwa asupan vitamin A yang terlalu
tinggi, baik dengan makanan atau suplemen, dapat menyebabkan penurunan
kepadatan tulang dan peningkatan risiko fraktur pinggul. Asupan sehat dan
cukup vitamin A dapat dipastikan dengan beta-karoten dari sumber tanaman,
sayuran terutama oranye dan kuning.
Kombinasi suplemen vitamin D dan kalsium
Pada klien dengan obat yang menyebabkan osteoporosis, kombinasi dari
kedua nutrisi tampaknya bermanfaat signifikan dalam mengurangi kehilangan
tulang lebih lanjut. Suplemen vitamin D (500 sampai 800 IU/hari) dan kalsium
(1200-1300 mg/hari) juga telah ditemukan meningkatkan kepadatan tulang dan
penurunan kehilangan tulang dan risiko patah tulang pada wanita dewasa yang
lebih tua. Klien wanita dengan diagnosa osteoporosis harus mendapatkan
asupan kalsium total dari pola makan dan suplemen sekitar 1500 mg/hari dalam

Makalah Osteoporosis | 95
dosis terbagi tiga atau lebih, ditambah sedikitnya 400 sampai 800 IU vitamin D
setiap hari. Namun, klien yang tidak berisiko tinggi untuk osteoporosis
mungkin tidak memerlukan suplemen kalsium. Hal ini terutama berlaku untuk
pria, yang mungkin memiliki peningkatan risiko terkena kanker prostat jika
mereka mengkonsumsi terlalu banyak kalsium atau susu.

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa


muda, hal ini bertujuan:
1. Mencapai massa tulang dewasa (Proses konsolidasi) yang optimal
2. Mengatur makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar
seperti:
a. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan teratur setiap hari
c. Hindari :
1. Makanan tinggi protein
2. Minum alkohol
3. Merokok
4. Minum kopi
5. Minum antasida yang mengandung aluminium

Penatalaksanaan keperawatan
1. Membantu klien mengatasi nyeri.
2. Membantu klien dalam mobilitas.
3. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
4. Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

Cara Pencegahan Osteoporisis


1. Olahraga yang teratur sesuai dengan prosedur.
2. Gunakanlah gaya hidup yang sehat.
3. Kurangi faktor pemicu terjadinya osteoporosis.
4. Berikan asupan nutrisi yang benar.

Makalah Osteoporosis | 96
Penanganan yang dapat dilakukan pada klien dengan osteoporosis adalah
antara lain :
1. Diet
2. Pemberian kalsium dosis tinggi
3. Pemberian vitamin D dosis tinggi
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spiral brace) untuk
mengurangi nyeri punggung
5. Pencegahan dengan menghindari faktor risiko osteoporosis (misalnya
merokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktivitas
fisik)
6. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

Penanganan Nyeri
Bila merasakan nyeri akibat osteoporosis, maka dokter mungkin akan
menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. Mengonsumsi obat analgesik (penghilang rasa nyeri).
2. Fisioterapi.
3. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS, memutus
sinyal nyeri yang berjalan ke otak dengan menggunakan bantalan
elektroda yang ditempel ke kulit).
4. Latihan relaksasi.
5. Terapi komplementer (termasuk akupunktur).
6. Patah tulang panggul karena osteoporosis umumnya ditangani
dengan pembedahan. Sedangkan patah tulang pergelangan biasanya
digips atau mungkin juga bila perlu dilakukan pembedahan.

Makalah Osteoporosis | 97
Terapi Osteoporosis

1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup,


dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan
dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang
2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan
estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan
mencegah terjadinya patah tulang.
3. Medical treatment, obat-obatan dapat diresepkan untuk menangani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi
nyeri punggung

Terapi utama adalah perubahan pada pola hidup berupa:

Kalsium:
 Rekomendasi asupan kalsium adalah 1200 mg/hari pada orang dewasa di
atas 50 tahun
 Wanita membutuhkan suplemen kalsium 500-700 mg/ hari
Vitamin D:
 Rekomendasi asupan vitamin D adalah 400-800 IU per hari
 Kebutuhan vitamin D lebih tinggi pada mereka di atas usia 70 tahun
Latihan:
 Latihan menggunakan beban (termasuk beban tubuh sendiri) atau dikenal
sebagai Weight-bearing exercise. Jika memungkinkan: berjalan kaki
selama 40 menit/ kali dan dilakukan 4 kali dalam seminggu
 Latihan penguatan otot-otot. Termasuk otot tulang belakang, otot paha
dan betis, sehingga tidak gampang jatuh.
Hindari:
 Rokok, alkohol dan minuman bersoda yang berlebihan.
 Faktor-faktor yang memungkinkan jatuh: cahaya yang kurang, lantai
yang licin dll

Makalah Osteoporosis | 98
BAB III
Asuhan Keperawatan Osteoporosis

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan salah satu tindakan keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data atau informasi dari pasien baik yang bersifat objektif
dan subjektif agar mempermudah dalam menentukan masalah keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan klien yang dapat diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.
Anamnesis memegang peranan yang penting pada evaluasi penderita
osteoporosis. Kadang-kadang, keluhan utama dapat langsung mengarah kepada
diagnosis, misalnya fraktur kolum femoris pada osteoporosis, bowing leg pada
riket, atau kesemutan dan rasa kebas di sekitar mulut dan ujung jari pada
hipokalsemia. Pada anak-anak, gangguan pertumbuhan atau tubuh pendek,
nyeri tulang, kelemahan otot, waddling gait, kalsifikasi eksraskeletal,
kesemuanya mengarah kepada penyakit tulang metabolic.
Dasar pengkajian keperawatan meliputi promosi kesehatan, identifikasi
individu dengan resiko mengalami osteoporosis dan penemuan masalah yang
berhubungan dengan osteoporosis. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai
terjadinya osteoporosis dalam keluarga, terjadi fraktur sebelumnya, diet
konsumsi kalsium harian, pola aktivitas latihan harian, awitan menopause,
penggunaan obat kortikosteroid, asupan alkohol, rokok, dan kafein. Perawat
perlu mengkaji gejala yang dialami klien seperti sakit pinggang, konstipasi, dan
gangguan citra diri.
Factor lain yang harus ditanyakan juga adalah fraktur pada trauma
minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya
paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan yang
teratur yang bersifat welght-bearing.

Makalah Osteoporosis | 99
Obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang juga harus
diperhatikan, seperti kortikosteroid, hormone tiroid, dan anti konvulsan,
heparin, antacid yang mengandung aluminium, sodium-fluorida dan biosfonat
etidronat.
Alcohol dan merokok juga merupakan factor resiko osteoporosis.
Penyakit-penyakit lain yang harus ditanyakan yang juga berhubungan dengan
osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan
insufisiensi pancreas. Riwayat haid, umur menarke dan menopause,
penggunaan obat-obat kontraseptif juga harus diperhatikan. Riwayat keluarga
dengan osteoporosis juga harus diperhatikan, karena ada beberapa penyakit
tulang metabolic yang bersifat herediter.
Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada
evaluasi klien osteoporosis. Kadang keluhan utama (misal fraktur kolum
femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu diperhatikan adalah usia,
jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama,
penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari,
kurang asupan kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang diminum
dalam jangka panjang, alkohol dan merokok merupakan factor risiko
osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah penyakit ginjal,
saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid, usia
menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga
yang menderita osteoporosis juga perlu dipertanyakan.
Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra
diri khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi
interaksi social karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, misalnya
tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi
karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus.
Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji
perasaan cemas dan takut pada pasien.

Makalah Osteoporosis | 100


Dampak Psikologis
Dampak Psikologis osteoporosis pada wanita merupakan bahasan yang
banyak disampaikan dan akan diuraikan secara singkat pada makalah ini.
Menurut Dharmono S (2008), fraktur osteoporosis menimbulkan banyak
kesulitan bagi penderitanya. Perubahan bentuk tubuh (deformitas, kifosis),
kehilangan kemampuan aktivitas mandiri, gangguan nyeri kronis dan
keterbatasan aktivitas. Depresi, ansietas, gangguan tidur dan ketakutan akan
jatuh adalah masalah psikologis yang sering timbul pada klien dengan
osteoporosis.
Beberapa penelitian membuktikan terdapat hubungan erat antara depresi
dan osteoporosis, sifat hubungannya timbal balik. Ketidakmampuan klien
dengan osteoporosis memilih mekanisme koping yang rasional dalam
menghadapi keterbatasannya, akan memicu timbulnya depresi. Sebaliknya,
semakin sering seseorang mengalami strss dan depresi, akan memicu
disregulasi hormon tubuh, khususnya kortisol yang berpengaruh buruk terhadap
osteoporosis dan ostheopenia.
Ansietas dan gangguan tidur termasuk masalah yang sering dijumpai
pada klien dengan osteoporosis. Ansietas bila muncul dalam bentuk berat
berupa serangan panik akut, atau kecemasan berlebihan terhadap masa depan.
Gangguan tidur sering terkait dengan nyeri kronis, atau BAK yang frekuen.
Ansietas biasanya timbul dalam bentuk ketakutan yang berlebihan dan kadang
tidak masuk akal. Klien menjadi sangat hati-hati, mengurangi secara drastis
kegiatan olahraganya
Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya
berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian,
mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan
dengan menurunnya gerak dan persendian adalah agility, stamina menurun,
koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan
motorik halus) menurun.

Makalah Osteoporosis | 101


Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan resiko mengalami
osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis
membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan. Wawancara meliputi
pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur
sebelumnya, komsmsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause,
dang penggunaan kostikosteroid selain asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap
gejala yang dialami pasien seperti nyeri pinggang, konstipasi, gangguan citra
diri harus dikaji.
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya fraktur, kifosis
vertebrae torakalis atau pengurangan tinggi badan. Masalah mobilitas dan
pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot.
Inaktivitas dapat menyebabkan terjadinya konstipasi (gerak peristaltik
melambat jika terjadi pengurangan aktivitas).
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita
osteoporosis. Demikian juga gaya bejalan penderita, deformitas tulang, leg-
length enequality, nyeri spinal dan jaringan parut pada leher (bekas operasi
tiroid).
Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau
gibbus (Dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Selain itu juga
didaptkan protuberansia abdomen, spasme otot paravertebral dan kulit yang
tipis (tanda McConkey).
Pada pemeriksaan fisik, beberapa area penting yang perlu diperiksa
adalah sebagai berikut:
1. Berat badan rendah (indeks massa tubuh< 19kg)
2. Tanda adanya perubahan kurvatura tulang belakang
3. Tanda-tanda presdiposisi penyebab Osteoporosis
4. Tanda-tanda penuaan (perubahan gaya berjalan, hipotensi ortostatik,
kelemahan otot-otot ekstremitas, penurunan penglihatan, dan
perubahan kognitif)

Makalah Osteoporosis | 102


Anamnesa
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai
identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang
terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat.
c. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada area punggung,
nyeri abdomen akibat kifosis, susah untuk bergerak, dan
beberapa ada yang mengalami gangguan pernapasan
2. Riwayat penyakit dahulu
Dalam pengkajian merupakan riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebelum diagnosis osteoporosis muncul seperti
reumatik, Diabetes Mellitus, hiperparatiroid, hipoparatiroid,
hipogonade, gagal ginjal dan lain sebagainya.
3. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien sehingga
dibawa ke Rumah Sakit, seperti nyeri pada punggung, nyeri
abdomen
Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu
mengidentifikasi :
1. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah),
leher, dan pinggang
2. Berat badan menurun
3. Biasanya diatas 45 tahun

Makalah Osteoporosis | 103


4. Jenis kelamin sering pada wanita
5. Pola latihan dan aktivitas
4. Riwayat penyakit keluarga
Dalam pengkajian, perlu mengkaji riwayat penyakit keluarga
pasien, yaitu apakah sebelumnya ada salah satu keluarga
pasien yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien
seperti osteoporosis, diabetes melitus, maupun penyakit
terkait genetik lainnya yang berhubungan dengan sistem
skeletal.
d. Pengkajian Bio-Psiko-Sosisal Dan Spiritual
1. Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan
olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian,
makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi
yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu,
olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan
sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk
mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan
interaksi yang kompleks antara saraf dan
muskuloskeletal. Beberapa perubahan yang terjadi
sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah
agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, dan
stamina menurun.
2. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
b. Kebiasaan minum alkohol, kafein
c. Riwayat keluarga dengan osteoporosis
d. Riwayat anoreksia nervosa, bulimia
e. Penggunaan steroid
3. Pola nutrisi metabolic
a. Inadekuat intake kalsium

Makalah Osteoporosis | 104


4. Pola aktivitas dan latihan
a. Fraktur
b. Badan bungkuk
c. Jarang berolah raga
5. Pola tidur dan istirahat
a. Tidur terganggu karena nyeri
6. Pola persepsi kognitif
a. Nyeri punggung
7. Pola reproduksi seksualitas
a. Menopause
8. Pola mekanisme koping terhadap stress
a. Stres, cemas karena penyakitnya
e. Aspek Penunjang
1. Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang
yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis.
Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi
yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula
transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan.
Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang
intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
2. CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow
up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya tidak
menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan
mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir
semua klien yang mengalami fraktur.

Makalah Osteoporosis | 105


f. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing).
Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang
belakang akibat kifosis. Taktil fremitus seimbang kanan dan
kiri. Suara resonan pada seluruh lapang paru. Namun,
biasanya pada beberapa pasien yang menderita osteoporosis
cenderung akan mengalami kifosis (bungkuk) yang dapat
mengakibatkan ekspansi paru tidak maksimal sehingga
pasien terkadang mengalami gangguan pernapasan seperti
sesak napas maupun dispneu akibat keterbatasan kebutuhan
oksigen yang didukung oleh usia lanjut
2. B2 ( Blood).
Pengisian kapiler (CRT) kurang dari 1 detik, sering terjadi
keringat dingin/basah dan pusing. Adanya pulsus perifer
memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek penggunan obat.
3. B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya komposmentis/sadar penuh. Pada kasus
yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal
yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu
fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra
4. B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada sistem perkemihan
5. B5 ( Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, apabila menyerang struktur tulang
dan fungsi dari tulang belakang maka perlu di kaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feses karena pasien dengan
kompresi saraf pencernaan vertebrae akibat osteoporosis
dapat mengalami konstipasi.

Makalah Osteoporosis | 106


6. B6 ( Bone).
Pada Inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien
osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau ngibbus
(dowager’s hump) Dan penurunan tinggi badan dan berat
badan. Ada gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality, dan nyeri spinal. Lokasi fraktur sering terjadi
adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

Makalah Osteoporosis | 107


3.2 Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
Hasil Interaksi kompleks yang
menahun antara faktor genetik
dan faktor lingkungan

Faktor usia, penuaan

Pasca menopause

Kadar hormon estrogen


DS mendadak menurun
Pasien mengeluh nyeri pada
Tubuh kekurangan
area punggung, merasa sakit jumlah/kadar hormon estrogen
tulang punggung bagian
Menurunnya pengaturan
bawah, leher, dan pinggang, pengangkutan kalsium ke
pasien juga mengatakan dalam tulang

nyeri pada abdomen dan, Peningkatan aktivitas


susah untuk bergerak, pemecahan dan reabsorbsi
kalsium dari tulang oleh sel-sel
1 DO Nyeri
osteoklas
Ekspresi wajah meringis,
Pengurangan massa jaringan
pasien tampak mengeluh
mikroarsitekstur tulang setelah
kesakitan, kifosis (+), menopause
pasien terlihat kesulitan
Kepadatan tulang berkurang
melakukan aktivitas, dan
Aktivitas osteoklast > daripada
pasien tampak selalu
osteoblast
menyentuh area yang sakit,
Osteoporosis
pasien gelisah
Kolaps bertahap tulang
vertebrae karena tekanan
tinggi pada saat berdiri/duduk

Patah tulang panggul vertebrae

Fraktur traumatik

Fraktur kompresi pada

Makalah Osteoporosis | 108


vertebrae torakalis

Penyempitan diskus vertebrae

Menyebar ke seluruh korpus


vertebrae

Kompresi pada saraf tulang


belakang

Pelepasan mediator kimia


nyeri

Nyeri pada punggung

Hasil Interaksi kompleks yang


menahun antara faktor genetik
dan faktor lingkungan

Faktor usia, penuaan

Pasca menopause

Kadar hormon estrogen


DS mendadak menurun
Pasien mengeluh sedikit
Tubuh kekurangan
terengah-engah ketika
jumlah/kadar hormon estrogen
sedang bernapas, terasa ada
Menurunnya pengaturan
tekanan di sekitar area Ketidakefektifan
pengangkutan kalsium ke
2 perut, mengeluh sesak dalam tulang pola napas
DO
Peningkatan aktivitas
Badan pasien terlihat pemecahan dan reabsorbsi
bungkuk, tampak ekspansi kalsium dari tulang oleh sel-sel
osteoklas
paru pasien tidak maksimal,
dispneu (+), PCH (-) Pengurangan massa jaringan
mikroarsitekstur tulang setelah
menopause

Kepadatan tulang berkurang

Aktivitas osteoklast > daripada


osteoblast

Makalah Osteoporosis | 109


Osteoporosis

Perubahan bentuk/deformitas
tulang

Badan bungkuk

Ekspansi/kembang kempis
paru-paru tidak maksimal

Pengambilan O2 terbatas

Penurunan jumlah/kadar o2
dalam alveoli

Kebutuhan O2 dalam paru


inadekuat

Sesak napas, Dispneu

Ketidakefektifan pola napas

Hasil Interaksi kompleks yang


menahun antara faktor genetik
dan faktor lingkungan
DS
Pasien mengatakan sulit Faktor usia, penuaan

melakukan aktivitas sehari- Pasca menopause


hari, pasien mengatakan
Kadar hormon estrogen
aktivitasnya selalu dibatasi, mendadak menurun
badan terasa lemas, terasa
Tubuh kekurangan Hambatan mobilitas
sakit diarea punggung jumlah/kadar hormon estrogen
3 fisik
DO
Menurunnya pengaturan
Pasien tampak lemah, pengangkutan kalsium ke
membutuhkan bantuan dalam tulang

petugas medis/alat bantu Peningkatan aktivitas


ketika ingin berjalan, tampak pemecahan dan reabsorbsi
kalsium dari tulang oleh sel-sel
sulit bergerak, dan postur
osteoklas
tubuh pasien kifosis
Pengurangan massa jaringan
mikroarsitekstur tulang setelah
menopause

Makalah Osteoporosis | 110


Kepadatan tulang berkurang

Aktivitas osteoklast > daripada


osteoblast

Osteoporosis

Kekuatan tulang menurun

Kolaps bertahap tulang


vertebrae karena tekanan
tinggi pada saat berdiri/duduk

Patah tulang panggul vertebrae

Pasien sulit bergerak

badan terasa lemas

pola aktivitas terbatas


Keterbatasan aktivitas fisik

Hasil Interaksi kompleks yang


DS menahun antara faktor genetik
Pasien mengatakan jarang dan faktor lingkungan

buang air besar selama Faktor usia, penuaan


sakit, pasien juga
Pasca menopause
mengatakan suka mengejan
Kadar hormon estrogen
ketika ingin BAB, dan
mendadak menurun
pasien mengeluh feses yang Gangguan eliminasi
Tubuh kekurangan
4 keluar keras serta sulit alvi (konstipasi)
jumlah/kadar hormon estrogen
keluar dan terasa sakit
Menurunnya pengaturan
DO
pengangkutan kalsium ke
Bising usus < 24x/m atau dalam tulang
tidak terdengar, konsistensi
Peningkatan aktivitas
feses keras, distented pemecahan dan reabsorbsi
abdomen/tegang, dan warna kalsium dari tulang oleh sel-sel
osteoklas
feses sedikit kehitaman
Pengurangan massa jaringan

Makalah Osteoporosis | 111


mikroarsitekstur tulang setelah
menopause

Kepadatan tulang berkurang

Aktivitas osteoklast > daripada


osteoblast

Osteoporosis

Tulang menjadi rapuh dan


mudah patah

Fraktur kompresi vertebrae


lumbal

Kompresi pencernaan ileus


paralitik

Gerak peristaltik menurun

Ileus paralitik

Konstipasi

DS Hasil Interaksi kompleks yang


Pasien mengatakan merasa menahun antara faktor genetik
dan faktor lingkungan
malu, minder dan tidak
percaya diri serta masih Faktor usia, penuaan

belum bisa menerima Pasca menopause


terhadap perubahan kondisi
Kadar hormon estrogen
penampilan dan bentuk mendadak menurun
tubuh Gangguan citra diri
5 Tubuh kekurangan
DO jumlah/kadar hormon estrogen
Pasien tampak menutup
Menurunnya pengaturan
diri, selalu bertanya pengangkutan kalsium ke
terhadap kondisi dalam tulang
penyakitnya, postur tubuh Peningkatan aktivitas
pasien tampak bungkuk dan pemecahan dan reabsorbsi
kalsium dari tulang oleh sel-sel
mengalami pemendekkan
osteoklas
tulang, serta pasien terlihat

Makalah Osteoporosis | 112


mengurangi dan membatasi Pengurangan massa jaringan
aktivitas sosialnya. mikroarsitekstur tulang setelah
menopause

Kepadatan tulang berkurang

Aktivitas osteoklast > daripada


osteoblast

Osteoporosis

Tulang menjadi rapuh dan


mudah patah

Pemendekkan tulang belakang

Kifosis progresif

Perubahan postur/image tubuh

Penurunan tinggi badan

Hasil Interaksi kompleks yang


menahun antara faktor genetik
dan faktor lingkungan
DS Faktor usia, penuaan
Pasien selalu bertanya
Pasca menopause
tentang kondisi
penyakitnya, Pasien Kadar hormon estrogen
mendadak menurun
mengatakan tidak
mengetahui tentang kondisi Tubuh kekurangan
jumlah/kadar hormon estrogen Ansietas
6 penyakitnya dan cara
penanganannya. Menurunnya pengaturan
pengangkutan kalsium ke
DO
dalam tulang
Pasien selalu bertanya
Peningkatan aktivitas
tentang kondisi penyakitnya
pemecahan dan reabsorbsi
dan tindakan penanganan kalsium dari tulang oleh sel-sel
serta pencegahan yang tepat osteoklas

Pengurangan massa jaringan


mikroarsitekstur tulang setelah
menopause

Makalah Osteoporosis | 113


Kepadatan tulang berkurang

Aktivitas osteoklast > daripada


osteoblast

Osteoporosis

Kolaps bertahap tulang


vertebrae karena tekanan
tinggi pada saat berdiri/duduk

Patah tulang panggul vertebrae

Fraktur traumatik

Fraktur kompresi pada


vertebrae torakalis

Penyempitan diskus vertebrae

Menyebar ke seluruh korpus


vertebrae

Kompresi pada saraf tulang


belakang

Prognosa penyakit

Ansietas

DS Hasil Interaksi kompleks yang


menahun antara faktor genetik
Pasien mengatakan Pasien
dan faktor lingkungan
mengatakan sulit
Faktor usia, penuaan
melakukan aktivitas sehari-
hari, pasien mengatakan Pasca menopause
Risiko cedera
7 selama bergerak selalu Kadar hormon estrogen
ingin dibantu, badan terasa mendadak menurun

lemas dan terasa sakit Tubuh kekurangan


ketika ingin beraktivitas jumlah/kadar hormon estrogen

Makalah Osteoporosis | 114


DO Menurunnya pengaturan
Pasien tampak lemah, pengangkutan kalsium ke
dalam tulang
membutuhkan bantuan
petugas medis/alat bantu Peningkatan aktivitas
pemecahan dan reabsorbsi
ketika ingin berjalan,
kalsium dari tulang oleh sel-sel
tampak sulit bergerak, dan osteoklas
postur tubuh pasien kifosis
Pengurangan massa jaringan
mikroarsitekstur tulang setelah
menopause

Kepadatan tulang berkurang

Aktivitas osteoklast > daripada


osteoblast

Osteoporosis

Perubahan postural

Deformitas tulang

Gangguan keseimbangan dan


stabilitas postural

Perubahan mekanika tubuh

Penurunan kekuatan otot untuk


bergerak

Kelemahan otot

Resiko cedera

Makalah Osteoporosis | 115


3.3 Diagnosa Keperawatan
Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur traumatic
vertebra dan kompresi saraf vertebrae ditandai dengan adanya nyeri
tulang belakang dan spasme otot.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan perubahan postur
tubuh, deformitas tulang belakang: Terdapat lengkung vertebrae
abnormal, dan ketidakoptimalan ekspansi paru akibat dampak kifosis
yang menekan diafragma ditandai dengan dispneu, sesak napas
3. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi dan
deformitas akibat perubahan struktural skeletal (kifosis), nyeri sekunder,
atau fraktur baru ditandai dengan penurunan kemampuan gerak cepat,
badan terasa lemas, pola aktivitas terbatas, dan terdapat penurunan tinggi
badan
4. Gangguan eliminasi alvi yang berhubungan dengan adanya kompresi
saraf pencernaan vertebrae dan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi
usus)/ileus paralitik ditandai dengan kesulitan buang air besar
(konstipasi)
5. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan postural
tubuh/image tubuh dan ketergantungan fisik akibat proses penyakit yang
ditandai dengan keterbatasan aktivitas dan pemendekkan tulang belakang
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, prognosa
penyakit, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam
lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
7. Risiko cedera terhadap cidera fraktur berhubungan dengan osteoporotik
dan dampak sekunder terhadap perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan kemampuan gerak cepat
menurun, tulang belakang terlihat bungkuk

Makalah Osteoporosis | 116


3.5 Evaluasi
Evaluasi
Klien mampu mengenali onset nyerinya (Skala 5).
Klien melaporkan nyeri terkontrol (Skala 5).
Klien mampu mendeskripsikan nyeri (Skala 5).
Klien mampu melaporkan nyeri (Skala 5)
Klien mampu melaporkan lama nyeri berlangsung (Skala 5)
Klien melaporkan nyeri (Skala 5)
Klien tidak cemas
Pasien tidak mengalami sesak, dispneu
pola napas pasien dapat segera normal kembali
Pasein mampu bernapas kembali secara optimal
Kebutuhan oksigen pasien dapat terpenuhi dengan baik
Klien mampu menyangga berat badan
Klien mampu berjalan dengan benar
Klien mampu berjalan dengan langkah pelan
Klien mampu berjalan dengan langkah sedang
Klien mampu mempertahankan keseimbangan tubuh saat duduk
Mempertahankan keseimbangan tubuh saat berjalan
Keseimbangan tubuh meningkat
Klien dapat bergerak dengan mudah
Menunjukkan kepercayaan diri mengenai kemampuannya.
Meningkatkan tingkat aktivitas
Meningkatkan interaksi sosial

Makalah Osteoporosis | 117


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan
densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan
proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang
yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi
mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
musculoskeletal)
Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang
progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari
mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan
padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang,
maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah
osteoporosis.
Beberapa faktor resiko Osteoporosis antara lain yaitu : usia, genetik,
defisiensi kalsium, aktivitas fisik kurang, obat-obatan (kortikosteroid, anti
konvulsan, heparin, siklosporin), merokok, alcohol serta sifat fisik tulang
(densitas atau massa tulang) dan lain sebagainya.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi
ganda vertebra mengakibatkan deformitas skelet

Makalah Osteoporosis | 118


4.2 Saran
Lansia
Harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menghindari faktor-faktor
resiko osteoporosis serta memenuhi asupan gizi yang lengkap terutama untuk
tulang
Tenaga medis
Sebagai seorang tenaga medis harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan yang baik terutama bagi lansia sehingga dapat menghindarkan atau
mencegah terjadinya penyakit osteoporosis
Mahasiswa
Harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada gangguan
system musculoskeletal “osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di
lhan praktik demi memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis


memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti
melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik
terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional
dalam menetapkan diagnosa keperawatan.

Makalah Osteoporosis | 119


DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J, 2001, Hand book of nursing diagnosis, 8-e (buku saku diagnosa
keperawatan, 8-e), Alih bahasa monica ester dkk, Jakarta, EGC
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8
Vol.3, EGC, Jakarta.
Wilkinson, Judith. M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Krietria Hasil NOC edisis 7. Jakarta. EGC
Carpenito. L. Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Kowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta
Evelyn. C. Pearce. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
NANDA. 2002. Internasional Diagnosis Keperawatan-Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E. Alice C. Geissler. 2002. Rencana Asuhan
Keperawatan-Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J, 2001, Hand book of nursing diagnosis, 8-e (buku saku diagnosa
keperawatan, 8-e), Alih bahasa monica ester dkk, Jakarta, EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit.
2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume
1.Edisi 6. Jakarta : EGC.
Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001. Fisiologi Manusia
Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Zairin Noor Helm. Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal. 2012. Salemba
Medika: Jakarta

Makalah Osteoporosis | 120


Hasil Interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan

Pascamenopaus, kebiasaan alkohol Usia Genetik (jenis kondisi penyakit


Imobuilitas
Tidak Penah lanjut/penuaan kelamin, ras, (CKD,
keluarga) Hiperparatiroid,
Melahirkan kopi
merokok: hipoparatiroid, penurunan
Berkurangnya hipogonade) aktivitas fisik
kemampuan
Kadar hormon dampak nikotin dampak kafein
tubuh dalam Struktur tulang Lebih condong
estrogen mendadak
penyerapan wanita lebih menyerang gangguan penurunan
menurun peningkatan
keadaan ingin kalsium kecil, lemah kulit putih reabsorbsi aktivitas
melemahnya hematokrit dan
selalu dibanding kalsium melalui kekuatan otot
daya serap sel viskositas
Tubuh kekurangan penurunan berkemih Penyerapan struktur tulang sistem imun ginjal, usus
terhadap darah
jumlah/kadar kadar dan kalsium oleh laki-laki yang > lemah
kalsium dari atrofi otot-otot
hormon estrogen aktivitas tubuh inadekuat besar, kuat
darah ke dalam banyak reabsorbsi dan tulang
hormon darah akan
jaringan tulang kalsium Prognosa kalsium oleh
estrogen mudah
terbuang Menurunkan Menyerang terserang ginjal, usus
Menurunnya dalam tubuh menggumpal
bersama urine penderita dengan penyakit menjadi gangguan
pengaturan absorbsi kalsium
menghambat melalui ginjal karakteristik kurang efisien fungsi
pengangkutan diusus maupun
aktivitas kerja terbentuk tulang tertentu osteoblast
ginjal
kalsium ke dalam pembentukkan tromboemboli
tulang tulang baru oleh
Terjadi kelainan
sel-sel osteoblast Meningkatkan jumlah metabolisme penurunan aktivitas
penyumbatan pada gen
pengeluaran kalsium lebih kalsium tubuh kerja sel-sel
Peningkatan aktivitas pada lumen penentu
cepat melalui ginjal terganggu osteoblast terhadap
pemecahan dan mempercepat pembuluh karakteristik/
proses
reabsorbsi kalsium proses darah struktur
pembentukkan
dari tulang oleh sel-sel penyerapan Ketidakseimbangan pembentukkan Penurunan
tulang baru
osteoklas tulang metabolisme kalsium tulang kualitas kerja
arteri oklusif
dalam tubuh reabsorbsi
kalsium oleh terhambatnya
Penurunan aktivitas osteoklast struktur tulang lebih jaringan sel
aliran/suplai pembentukkan
sel-sel osteoblast terjadi secara Penurunan kecil, lemah dan tulang
darah menuju tulang baru
dalam proses matur/ dini jumlah/kadar mudah terjadi
tulang menjadi
pembentukkan kalsium penipisan pada
berkurang
tulang baru lapisan jaringan
penyusun tulang
penurunan aktivitas
Pengurangan Mempengaruhi tulang menjadi
pembentukkan tulang Aktivitas osteoblast reabsorbsi/penghancuran
massa jaringan kerja sistem lebih mudah
baru oleh osteoblast menjadi terganggu tulang oleh sel osteoklast
mikroarsitekstur rapuh/patah
perkembangan lebih cepat terhadap
tulang setelah dan
menopause jaringan tulang
pembentukkan pembentukkan Proses
tulang menjadi tulang pembetukkan
Kepadatan sulit
Aktivitas remodelling tulang baru penurunan
tulang tulang terganggu menjadi terhambat massa jaringan
berkurang tulang total

Aktivitas osteoklas > Penurunan


aktivitas osteoblast formasi tulang
hilangnya
kepadatan
Terjadi Aktivitas tulang
ketidakseimbangan osteoklast
antara percepatan lebih cepat
osteoklast dan
osteoblast
ketidakseimbangan
antara aktivitas
Aktivitas reabsorbsi osteoklast dan
tulang meningkat osteoblast

Pembentukkan massa
dan struktur jaringan
tulang menurun

Penurunan
formasi tulang

Peningkatan Burn
Over Tulang

Tulang menjadi rapuh


dan mudah keropos
obat-obatan defisiensi vitamin Idiopati (anak-
(kortikosteroid, dan gizi anak, remaja, Aktivitas osteoklast > daripada osteoblast
furosemid, isoniazid, pramenopause)
tetrasiklin)
Tidak tercapainya
kurang asupan
massa tulang yang
kalsium dan
penggunaan maksimal
vitamin D
toksik pada
jangka panjang
tulang
gangguan pengaturan Pengeroposan
keseimbangan tulang menjadi
Metabolisme
lebih cepat
kalsium dalam metabolisme kalsium
tubuh terganggu dalam tubuh

Kehilangan
massa tulang
menghambat terganggunya secara matur
aktivitas aktivitas reabsorbsi
remodelling tulang kalsium dari dalam
darah ke sel-sel Penurunan
tulang oleh osteoblast densitas tulang
proses
pembentukkan tulang Berkurangnya dan
oleh sel-sel penyerapan kalsium
penurunan kepadatan massa
osteoblast terhambat untuk pembentukkan hipokalsemia
tulang total
tulang inadekuat

meningkatkan peningkatan
Penurunan kualitas dan
pembentukkan massa paratiroid
penghancuran/ kuantitas kepadatan
puncak tulang yang
pengeroposan jaringan tulang, matriks,
kurang baik selama
tulang oleh sel hiperparatiroid dan mineral tulang hilang
pertumbuhan
osteoklast yang persisten

berkurangnya Perubahan
massa puncak aktivitas kerja mikroarsitektur
massa dan kualitas
tulang osteoblast jaringan tulang
jaringan
mikroarsitekstur terganggu
tulang hilang Kekuatan tulang
hilangnya
massa tulang peningkatan aktivitas menurun
total reabosrbsi tulang oleh
penurunan
osteoklast secara
kepadatan
prematur Kerapuhan
jaringan tulang
tulang/keropos
penipisan pada
Tulang menjadi rapuh dan lapisan korteks
mudah patah tulang
Fraktur colles

Fraktur femur
Fraktur kompresi
vertebrae torakalis
Kepadatan tulang
Fraktur Osteoporosis berkurang secara
Gangguan fungsi kompresi Perubahan postural perlahan
ekstremitas atas dan vertebrae
Mengenai tulang-tulang
bawah lumbal
diseluruh tubuh paling Peningkatan
Deformitas tulang
sering pada daerah-daerah proses reabsorbsi
yang menyanggah pada trabekula
Pergerakan fragmen Kompresi
berat/mendapat tekanan
tulang, spasme otot pencernaan
(vertebrae, kolum femoris)
ileus paralitik Penurunan dan
penipisan korteks dan
Gangguan Penurunan trabekula
keseimbangan
penyanggah
dan stabilitas mekanik
postural Perubahan
bentuk/deformitas
penurunan tulang
Perubahan mekanika tubuh
gerak
Perubahan
persendian
Terdapat lengkung postur/image tubuh
Penurunan kekuatan
vertebrae abnormal
otot untuk bergerak
agility
Penurunan
Masalah Kelemahan otot Pemendekkan tinggi badan
mobilitas penurunan tulang belakang
kemampuan gerak
Resiko cedera cepat /lancar Gangguan
Inaktivitas Kifosis progresif citra diri
Kekuatan tulang menurun
Gerak peristaltik Badan bungkuk
menurun Penekanan
Kolaps bertahap tulang pada abdomen
Fraktur vertebrae karena Ekspansi/kembang
traumatik tekanan tinggi pada saat Nyeri pada abdomen kempis paru-paru tidak
berdiri/duduk maksimal
Ileus paralitik
Fraktur kompresi Patah tulang Pengambilan O2
terbatas
pada vertebrae panggul
Konstipasi torakalis vertebrae

Penurunan
Penyempitan Resiko fraktur jumlah/kadar o2
Gangguan diskus tulang Kompresi pada dalam alveoli
vertebrae saraf tulang
eliminasi alvi
belakang
Kebutuhan O2
Menyebar ke seluruh
dalam paru
korpus vertebrae Pelepasan inadekuat
mediator kimia
nyeri Pasien sulit
Kompresi bergerak Sesak napas
vertebrae
Dispneu
Nyeri pada
badan terasa lemas
vertebrae
Prognosa penyakit Ketidakefektifan
pola aktivitas terbatas pola napas
Gangguan rasa Nyeri pada
nyaman nyeri Ansietas punggung
Keterbatasan aktivitas fisik

Hambatan
mobilitas fisik

Anda mungkin juga menyukai