Anda di halaman 1dari 16

Tugas makalah

PENYAKIT KULIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI


DAN JAMUR (KADIDIASIS)

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA : HASLINDA
NIM : 201707077

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP


TAHUN 2017/2018
MAKALAH CANDIDIAS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya

maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Candidiasis”.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu

kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan

makalah ini.

Anabanua, 8 Januari 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. kandida
merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 – 60 % dari
populasi. Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau
pada orang – orang yang mempunyai penyakit – penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh
sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS. Pada
rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit.
Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus Pada
keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar ( burning sensation ),
rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia. Pada
umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik
secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit – penyakit yang
menyertainya. Pada makalah ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai gambaran klinis berbagai
kandidiasis rongga mulut dan terapinya.
BAB II
ISI
Definisi penyakit
Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa yang disebabakan oleh
jamur kandida. Kandida adalah suatu spesies yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan
merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies kandida mencapai 40 – 60 % dari seluruh
populasi mikroorganisme rongga mulut. Terdapat lima spesies kandida yaitu kandida albikans,
kandida tropikalis, kandida glabrata, kandida krusei dan kandida parapsilosis. Dari kelima
spesies kandida tersebut kandids albikans merupakan spesies yang paling umum menyebabakan
infeksi di rongga mulut. Struktur kandida albikans terdiri dari dinding sel, sitoplasma nukleus,
membrane golgi dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk
oleh mannoprotein, gulkan, glukan chitin. Kandida albikans dapat tumbuh pada media yang
mengandung sumber karbon misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan ammonium atau
nitrat, kadang – kadang memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan
ragi yang berbentuk oval atau sebagai elemen filamen hyfa/pseudohyfa (sel ragi yang
memanjang) dan suatu masa filamen hyfa disebut mycelium. Spesies ini tumbuh pada
temperatur 20 – 40 derajat Celsius.

Struktur Kandida. Albikans


Terjadinya Kandidiasis di pengaruhi oleh beberapa faktor terutama pengguna protesa,
serostomia (sjogren syndrome), penggunaan radio therapy, obat – obatan sitotoksis, konsentrasi
gula dalam darah (diabetes), penggunaan antibiotik atau kortikosteroid, penyakit keganasan
(neoplasma), kehamilan, defisiensi nutrisi, penyakit kelainan darah, dan Penderita Immuno
supresi (AIDS). Penggunaan protesa menyebabkan kurangnya pembersihan oleh saliva dan
pengelupasan epitel, hal ini mengakibatkan perubahan pada mukosa. Pada penderita serostomia,
penderita yang di obati oleh radio aktif, dan yang menggunakan obat – obatan sitotoksis
mempunyai mekanisme pembersihan dan di hubungkan dengan pertahanan host menurun, hal
ini mengakibatkan mukositis dan glositis. Penggunaan antibiotic dan kortikosteroid akan
menghambat pertumbuhan bakteri komensal sehingga mengakibatkan pertumbuhan kandida
yang lebih banyak dan menurunkan daya tahan tubuh, karena kortikosteroid mengakibatkan
penekanan sel mediated immune. Pada penderita yang mengalami kelainan darah atau adanya
pertumbuhan jaringan (keganasan), sistem fagositosinya menurun, karena fungsi netrofil dan
makrofag megalami kerusakan.
Skema terjadinya kandidiasisi pada penderita serostomia
Terjadinya kandidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan kandida untuk
melekat pada mukosa mulut, hal ini yang menyebabkan awal terjadinya infeksi. Sel ragi atau
jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh saliva, pengunyahan dan
penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur pada mukosa mulut
mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi. Bahan – bahan polimerik
ekstra selular (mannoprotein) yang menutupi permukaan kandida albikans merupakan
komponen penting untuk perlekatan pada mukosa mulut. Kandida albikans menghasilkan
proteinnase yang dapat mengdegradasi protein saliva termasuk sekretori imunoglobulin A,
laktoferin, musin dan keratin juga sitotoksis terhadap sel host. Batas – batas hidrolisis dapat
terjadi pada pH 3.0/3.5 – pH 6.0. Dan mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti
fosfolipase, akan di hasilkan pada pH 3.5 – 6.0. Enzim ini menghancurkan membran sel
selanjutnya akan terjadi invasi jamur tersebut pada jaringan host. Hifa mampu tumbuh meluas
pada permukaan sel host.
BAB III
Gejala Penyakit dan Penyebab Penyakit

Secara klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan yang berbeda, pada umumnya
berupa lesi – lesi putih atau area eritema difus.
a. Candidiasis rongga mulut (trush)
Penderita kandidiasis akan merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa
kecap. Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut
pseudomembran kandidiasis (thrush), kronis hiperplastik kandidiasis, kronis atrofik kandidiasis
(denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis.
Thrush mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning –
kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan
akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut
berisi netrofil, dan sel – sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa. Pada penderita
AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih
dalam sampai ke lapisan basal.
Kronis hiperplastik kandidiasis disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak
putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen. Keadaan
ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga
mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang.
Kandidiasis leukoplakia sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir dan lidah. Kronis
atrofik kandidiasis ,mempunyai nama lain yaitu denture stomatitis dan denture sore mouth.
Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis tipe ini adalah trauma kronis, sehingga menyebabkan
invasi jamur ke dalam jaringan dan penggunaan geligi tiruan tersebut menyebabkan akan
bertambahnya mukus dan serum, akan tetapi berkurangnya pelikel saliva.
Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga type yaitu inflamasi
ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada
palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan palatum
tersebut (15% - 65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular.
Akut atrofik kandidiasis, disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan
mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap
berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau
sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat
besi.
Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture
stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti
defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi.
Gambaran klinisnya berupa lesiagak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut
(commisure) atau kulit
sekitar mulut terlihat pecah - pecah atau berfissure.

b. Candidiasis Pada kulit


1. Infeksi pada lipatan kulit ( Infeksi Intertriginosa )
Infeksi pada lipatan kulit atau pusar menyebabkan ruam kemerahan yang sering
kali disertai dengan adanya bercak- bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan
berwarna keputihan, bisa timbul bisul – bisul kecil ditepian ruam dan ruam ini
menimbulkan rasa panas dan gatal. Ruam kandida disekitar anus tampak kasar berwarna
merah atau putih dan terasa gatal
2. Infeksi pada Vagina (Vulvovaginitis )
Sering ditemukan pada wanita hamil Penderita Diabetes dan Pemakai antibiotic.
Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai rasa panas,
gatal, kemerahan pada sepanjang dinding dan daerah luar vagina.
3. Infeksi pada Penis
Sering terjadi pada diabetes atau pria yang mitra seksualnya menderita infeksi
penis. Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang menimbulkan nyeri)
pada bawah penis.
4. Infeksi Paronikia
Candida tumbuh pada bantalan kuku menyebabkan pembengkakan dan
pembentukan nanah. Kuku yang terinfeksi menjadi putih atau kuning dan terlepas dari
jari tangan atau jari kaki.

c. Candidiasis Alat dalam


Selain alat-alat tersebut di atas, kandidiasis juga dapat menginfeksi endokardium, selaput
otak dan mata serta dapat menimbulkan septikemi. Endokarditis oleh Candida albicans
mempunyai gejala yang sangat mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh kuman, yaitu
demam, bising jantung, payah jantung, anemi dan pembesaran limpa.
Meningitis oleh Candida albicans dapat timbul oleh penjalaran jamur secara hematogen. Gejala
utamanya rasa nyeri disertai kelainan saraf misalnya afasia atau hemiparesis. Kandidosis mata
dapat berupa ulkus kornea yang disertai hipopion, atau dapat juga berupa endoftalmitis Gejala
dapat berupa skotoma, rasa sakit, pandangan silau (fotofobia). Septikemia oleh Candida albicans
sangat jarang ; dapat terjadi sebagai penjalaran infeksi lokal, misalnya stomatitis. Candida
albicans dapat ditemukan sebagai infeksi primer dan sekunder. Gejalanya menyerupai penyakit
paru oleh sebab lain, yaitu suhu tubuh meningkat, nyeri dada, batuk, dahak kental yang dapat
bercampur darah
BAB IV
Masa inkubasi atau cara penularan dilengkapi dengan siklus

Setiap wanita memiliki satu pasangan yang aktual atau potensial. Banyak pria
mengembangkan infeksi candida pada genitalia, yang biasanya tampak sebagai balanitis atau
balanoposthitis. Sumber infeksi ini secara normal berasal dari pasangan seksual wanita, dan
masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir sama dengan wanita. Misalnya,
diabetes melitus meningkatkan kerentanan pria terhadap infeksi jamur sama dengan wanita.
Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan sekitar 10%. Di samping infeksi langsung,
manifestasi lain C. Albicans adalah dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan
seksual dengan wanita yang menderita candidosis vagina. Dermatitis ini tampak melalui iritasi
dan hiperaemia yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan seksual.
Pertimbangan tentang natural history candidosis vagina menyatakan bahwa bila wanita dapat
menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak mungkin terjadi proses sebaliknya. Namun
demikian, perawatan bagi pria yang pasangannya menderita candidosis vagina tidak begitu
penting. Infeksi jamur pada organ genitalia maternal merupakan salah satu sumber infeksi bagi
neonatus, yang menimbulkan sariawan oral. Di samping itu, terdapat beberapa jalur infeksi lain,
namun tidak semuanya dapat dipahami .
Berbagai kondisi yang menurunkan keasaman vagina dan dapat meningkatkan resiko
terkena infeksi jamur vagina sebagai berikut:
• Stress
• Kurang tidur
• Sakit
• Diet yang buruk atau terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula
• Kehamilan
• Menstruasi
• Menggunakan pil KB
• Menggunakan antibiotic
• Menggunakan obat-obatan steroid
• Penyakit seperti diabetes yang tidak terkontrol atau infeksi HIV
Infeksi dapat pula terjadi melalui hubungan seksual, namun angka kejadiannya sangat
jarang, umumnya terjadi pada pria. Pada wanita, infeksi lebih sering terjadi karena melemahnya
sistem imun.
Lingkungan Fisik Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau
Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit.
Faktor utama penyebab candidosis vagina adalah masalah kebersihan. Infeksi jamur
dapat disebabkan oleh air kotor yang digunakan untuk membersihkan vagina. Di samping itu,
pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara teratur juga dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Pakaian dalam ketat atau berbahan nilon dapat menyebabkan vagina menjadi
lembap sehingga menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur.
Lingkungan Sosio-Kultural yang Memungkinkan dan Memudahkan Orang Tertular
Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Candidosis vagina sangat tidak
umum terjadi sebelum menstruasi dan setelah menopause karena tidak diproduksinya estrogen
lagi. Ini mungkin karena candida tidak dapat berkembang biak dengan baik pada lingkungan ini.
Bahkan dalam kejadian tanpa gejala, pada wanita usia produktif tanpa infeksi jamur yang baru,
ada 25-30% kejadian dari kolonisasi jamur vagina oleh polimerase chain reaction (PCR) dan
tidak berbeda dari wanita yang mengalami infeksi jamur berulang. Kebudayaan lebih sering
berpengaruh pada wanita dengan riwayat infeksi jamur berulang dibandingkan dengan pada
wanita tanpa gejala (22% vs 6%) yang akan mengindikasikan bahwa secara kuantitatif, makin
banyaknya organisme jamur menyebabkan seorang wanita cenderung untuk mengalami infeksi
berulang. Ada suatu angka kejadian lebih tinggi dari candidosis vagina pada pemakai pakaian
dalam yang ketat.
Ketahanan Mental-Biologik (Kebugaran Jasmani, Ketahanan Mental, Status
Genetika, Status Gizi Dan Kekebalan Biologic) yang Memungkinkan dan Memudahkan
Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab Penyakit. Penyebab
candidosis vagina ada setidaknya dua komponen, yaitu kedatangan fungi pada vagina dan
perubahan kondisi biokimia dan imun vagina yang memungkinkan fungi tumbuh pesat dan
menimbulkan gejala. Sekitar 25-30% wanita usia reproduktif memiliki jamur pada vaginanya.
Fungi yang paling umum adalah Candida albicans, tetapi spesies lain juga menimbulkan gejala
seperti C. glabrata, C. tropicalis, C. guilliermondii, C. parapsilosis, dan lain-lain. Kondisi kedua
yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur vagina adalah perubahan biokimia vagina. Dalam
keadaan normal tanpa infeksi, lactobacillus vaginal melekat pada dinding epitel vagina dan
mencegah uropatogen lain menempel. Segala sesuatu yang mengganggu pertumbuhan normal
lactobacillus vaginal, seperti antibiotik, meningkatkan resiko infeksi vagina dan bila jamur yang
menjadi patogen ada, jamur itu akan melekat di epitel dan menimbulkan gejala.
Diabetes dan kondisi lain yang menekan sistem imun meningkatkan diabetes. Kontrasepsi
oral hanya mencegah kehamilan, bukan pemaparan terhadap infeksi jamur. Pasien HIV hanya
mengalami peningkatan infeksi jamur bila sistem imun tertekan, biasanya dengan jumlah CD4
kurang dari 200 sel/mm3.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan (Primer, Sekunder dan Tersier) yang Memungkinkan
dan Memudahkan Orang Tertular Kontak atau Lebih Beresiko dengan Penyebab
Penyakit. Untuk menggunakan obat bebas yang dijual di pasaran, pasien harus berkonsultasi
dengan dokter terlebih dahulu, terutama apabila pasien sedang hamil, tidak pernah didiagnosa
dengan penyakit infeksi jamur sebelumnya, atau pernah terkena penyakit infeksi jamur berulang.
Penelitian menunjukkan bahwa 2/3 wanita yang membeli produk-produk ini tidak benar-benar
terkena infeksi jamur. Menggunakan obat-obatan ini secara tidak tepat akan menyebabkan
infeksi yang sulit untuk disembuhkan. Di samping itu, menggunakan obat-obatan untuk infeksi
jamur ketika pasien memiliki infeksi lainnya dapat memperburuk kondisinya. Bila pasien
memutuskan untuk menggunakan obat bebas, baca dan ikuti petunjuknya secara hati-hati.
Beberapa krim dan suppositoria dapat melemahkan kondom dan diafragma. Kuman bisa kebal
(mempunyai resistansi) terhadap obat-obatan yang biasa dipakai untuk menyembuhkan penyakit
tersebut. Salah satu penyebab dari resistansi tersebut disebabkan oleh kemunculan C.glabrata
sebagai agen yang infeksius dibandingkan C.albicans. C.glabrata lebih resisten terhadap
berbagai perlakuan. Kadang seorang wanita bisa menderita iritasi vulvovaginitis yang tidak
disebabkan oleh infeksi jamur. Krim pengobatan, suppositoria, atau perineal pads bisa
menimbulkan reaksi alergi atau iritasi yang lebih parah lagi. Pengobatan vaginal topical dengan
butaconazole lebih diutamakan dibandingkan dengan oral fluconazole (Diflucan®) sebab
bersifat tanpa resep dan lebih efektif. Fluconazole cukup efektif, namun spesies non-candida
albicans sudah mengalami resistensi dan membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk
mematikannya. Secara ilmiah diusahakan untuk menerapkan terapi sistemik (oral) pada pasien
yang memiliki bloodborne yeast infection seperti AIDS atau berhubungan dengan kemoterapi
untuk kanker lebih dibandingkan inducing resistansi organisme pada pengobatan infeksi
vaginal. Asupan yogurt yang terdapat lactobacillus acidophilus sepertinya tidak mengurangi
kejadian candidosis vagina, walaupun mempunyai peran untuk bacterial vaginosis. faktor
determinan penyakit sebelum agen penyakit berinteraksi dengan manusia. Fase ini dipengaruhi
oleh faktor predisposisi fisiologis dan patologis.
Faktor Predisposisi Fisiologis Pada kehamilan, terjadi perubahan hormonal. Meningkatnya
produksi estrogen menyebabkan pH vagina menjadi lebih asam dan sangat baik untuk
pertumbuhan candida. Pada umur tertentu, yaitu bayi dan orang tua, orang mempunyai
kerentanan terhadap infeksi.
Faktor Predisposisi Patologis. Keadaan umum yang buruk antara lain prematuritas,
gangguan gizi, dan penyakit menahun. Penyakit tertentu yang diderita, seperti diabetes melitus,
leukemia, dan keganasan, dapat meningkatkan kerentanan. Di samping itu, kerentanan juga
dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan, antibiotika, oral kontrasepsi, kortikosteroid, dan
sitostatika, serta iritasi setempat pada tubuh, antara lain kegemukan, urin, air, dan lain-lain.

Fase Patogenesis.
Pada fase patogenesis, terjadi perjalanan penyakit dalam tubuh manusia sehingga
muncul berbagai gejala klinis antara lain sebagai berikut:
 Sebagian penderita asimtomatis atau mempunyai keluhan yang sangat ringan
disertai perasaan gatal
 Bila hebat seringkali akan mengeluh perasaan panas dan nyeri sewaktu koitus
 Fluor albus berwarna keputih-putihan seperti susu pecah
 Pada pemeriksaan didapatkan vulva edema, hiperemia, dan erosi
 Vagina hiperemia disertai discharge keputihan tebal yang bila diangkat mukosa di
bawahnya mengalami erosi, kadang-kadang discharge sedikit, encer, atau seperti
normal.
Rasa terbakar pada vagina atau vulva tidak selalu merupakan faktor pembeda
untuk vaginitis akibat jamur dan vaginosis akibat bakteri. Suatu studi menemukan bahwa
faktor-faktor pembeda terbaik antara lain penggunaan kondom, penggunaan antibiotik
dalam waktu dekat, usia muda, dan tidak adanya gonorrhea atau vaginosis akibat bakteri.
PH vagina pada infeksi jamur lebih rendah dari pada vaginitis tipe lain dan biasanya
sekitar 3.8-4.2, tetapi yang paling sering di bawah 4.5. Pengecatan gram untuk
menunjukkan jamur adalah metode diagnosis yang tepat seperti kulturnya tetapi ini hanya
terjadi pada pasien simtomatik karena adanya latar belakang positif pada wanita tanpa
problem jamur. Pemeriksaan apusan dapat akurat apabila baik hifa dan spora terlihat tetapi
dengan hasil negatif. Seorang wanita dapat menunjukkan sekret keputihan atau
kekuningan yang tidak encer atau seperti keju. Gatal-gatal dan rasa panas (terbakar) pada
vulva tidak selalu terjadi atau bahkan kemerahan dan membengkak.
Fase Convalescense.
Fase convalescense merupakan proses penyembuhan yang mempengaruhi
kemungkinan keluaran hasil akhir dari perjalanan sakit. Kemungkinan hasil akhir
perjalanan penyakit ini adalah sembuh total atau sembuh dengan gejala sisa.
BAB V
Pemeriksaan

Untuk menegakkan diagnosis, pada pemeriksaan mikroskopis terhadap sediaan kulit


harus ditemukan adanya jamur. Biakan darah dan cairan spinal juga bisa menunjukkan adanya
jamur Candida.
Diagnosis banding dari kandidiasis antara lain :
 Kandidosis kutis lokalisata dengan :
a. Eritrasma
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis
 Kandidosis kuku dengan tinea unguium
 Kandidosis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus
BAB VI
Upaya Pencegahan

Candidosis vagina dapat ditularkan melalui hubungan seksual, penyebaran infeksi ini
dapat dicegah dengan cara tidak berhubungan seksual atau hanya berhubungan seksual dengan
satu pasangan yang tidak terinfeksi. Di samping itu, penderita pria juga dapat menggunkaan
kondom lateks selama hubungan seksual, dengan atau tanpa spermatisida. menjaga area sekitar.
Peran Perawat dalam upaya pencegahan penyakit Candidiasis yaitu :
 Memberikan penyuluhan tentang kebersihan organ reproduksi genitalia, dengan cara
menjaga kebersihan individu dan lingkungan untuk mencegah pertumbuhan jamur yang
dapat menyebabkan infeksi
 Hindari sabun yang dapat menyebabkan iritasi, vagina spray, dan semprotan air.
 Ganti pembalut secara teratur.
 Gunakan pakaian dalam dari katun yang longgar dan menyerap keringat, hindari pakaian
dalam dari nilon.
 Menjaga pola makan sesuai dengan standar kesehatan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
 Melatih masyarakat yang pernah terjangkit Candidosis Vagina untuk terbiasa berperilaku
hidup sehat.
 Menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi yogurt atau suplemen yang
mengandung laktobasilus, akan meningkatkan tumbuhnya “bakteri baik” di dalam usus
sehingga menekan tumbuhnya kandida serta menyarankan masyarakat untuk
menghindari makanan & minuman yang banyak mengandung gula atau alcohol karena
dapat merangsang tumbuhnya Kandidas
 Apabila Kandidiasis kambuh kembali, Bidan menyarankan masyarakat
untuk mengkonsultasikannya dgn dokter, untuk mengetahui tindakan apa yang harus
dilakukan demi mengurangi kemungkinan terulangnya penyakit ini karena itu bukan
kewenangn seorang bidan.
BAB VII
Komplikasi pada penyakit candidiasis

Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :


1. Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin
menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang immunocompromised.
Daftar pustaka
http://www.doktergigionline.com/2011/04/chronic-erythematous-candidiasis.html
http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=s&q=gambar+penyakit+candidiasis&gs_sm=e&gs_upl=694329l695438l0
l697382l6l6l0l0l0l4l588l2297l2-
1.0.2.2l6l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&biw=1366&bih=520&um=1&ie=UTF-
8&tbm=isch&source=og&sa=N&tab=wi&ei=VAvnTsjkM8S4rAfDu5yiBw
Hassan Rusepno, Hussen alatas. 1985. Ilmu Kesehatan anak. Jakarta : Info medika Jakarta
Brooks F. Geo, Janet S. Butel , Stephen A. Morse. 2007. Mikrobiologi Kedokteran . Jakarta :
EGC
Anaissie, Elias J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill Livingstone. 2003.
p.461-2

Anda mungkin juga menyukai