DisusunOleh :
dr. Desi Natalia
Pendamping:
dr.H. Rudi Nardoyo
A. LATAR BELAKANG
Diare Akut
Definisi
Diare akut adakah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu. Pada bayi yang
minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari,
keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau
normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, al tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya oerkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI
secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi
buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya
abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadnag pada seorang anak
buang air besar jurang dari 3 kali per hari, tetapi konsistensinya cair,
keadaan ini sudah dapat disebut diare.2
Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.Singkatnya, dapat
dikatakan melalui “4F” yakni finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), dan
field (lingkungan). 2
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
Tidak memberikan ASI penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi,
tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh
tinja,kurangnya sarana kebersihan (MCK) ,kebersihan lingkungan dan
pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
higienis,gizi buruk, Imunodefisiensi ,berkurangnya asam
lambung,menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu
terakhir, faktor genetik
Faktor lainnya:
-Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI.
-Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik
ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas
aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari
atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa
yang infeksius.
-Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah
subtropik, diare karena bakteri lebih sering terjasi pada musim panas,
sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada
musim dingin.
-Epidemi dan pandemic
Vibrio cholera dan Shigella dysentriae dapat menyebabkan epidemi dan
pandemi yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada
semua golongan usia
Patofisiologi / Patogenesis
Secara umum, diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbs
atau sekresi.Terdapat beberapa pembagian diare: 3
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbsi dan
gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-
infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi
Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang,
jarang, atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman
yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya. 3
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau
tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa
mulut, dan lidah kering atau basah. Pernafasan yang cepat dan dalam
indikasi adanya asidosis metabolic. Bisingusus yang lemah atau tidak ada
bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian
beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara obyektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare dan
subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria
MMWR, dan lainnya.3
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat, contohnya pemeriksaan
darah lengkap, kultur urin, dan tinha pada sepsis atu infeksi saluran kemih. 3
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan diare akut:
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Urin: urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Tinja 3
Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah
mulai diterapkan di rumah sakit- rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya
strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan
menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semuakasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah
maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu: 4
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Pencegahan
I. Identitas Pasien
• Nama : An. S
• Umur : 7tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : islam
• Alamat : Parean Girang
Keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini. Selain itu keluarga pasien tidak ada
yang memiliki riwayat penyakit alergi, asma, TB paru, hipertensi dan DM.
Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.
kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : Rumah bidan desa
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 3100 gr
Panjang lahir : 49 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Riwayat tumbuh kembang:
• Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
• Psikomotor :
* Duduk : 9 bulan
* Berdiri : 11 bulan
* Berjalan : 15 bulan
Riwayat Pemberian ASI :
ASI sejak lahir sampai 10 bulan
Riwayat Gizi :
Pasien makan makanan utama 3x sehari namun diseling jajan yang dibeli sembarangan
di luar yang kurang bersih.
Data Perumahan
Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah
tembok, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur pompa. Terdapat
jamban keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan
lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari,
pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang.
Kepala
• Kepala : bulat, normocephal
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
Toraks
Dada :
Paru : I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-)
P: Krepitasi (-), massa (-), Fremitus paru kiri=kanan.
P: Sonor pada seluruh lapang paru.
A: Nafas Vesikuler , Rhonki-/-, Wheezing-/-
Jantung: I : Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba di RIC 5 2jari medial linea midklavikulakiri
P: Batas jantung kiri di RIC 5 2jari medial linea midklavikula kiri,
batas jantung kanan di ICS 5 linea sternalis kanan.
A : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-).
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) meningkat : 25x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali cepat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Diagnosa Kerja
Diare akut non disentriform e.c bakteri dengan tanpa dehidrasi
Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Diet : biasa
• IVFD : Ringer laktat 15 tetes/menit makrodrip
• - paracetamol 250 mg 3x1
- cotrimoxazole syr 2x 2 cth
- Zinc 20 mg per hari (PO)
- Probiotik 3 x 1 sachet (PO)
- Edukasi kepada orang tua
PEMERIKSAAN ANJURAN
Kultur tinja
PROGNOSIS
Ad Vitam :ad bonam
Ad Fungsionam :ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Evaluasi
Peserta Pendamping
Referensi
1. Kementrian Kesehatan RI.Situasi Diare di Indonesia, Dalam : . Jendela Data dan
Informasi Kesehatan. Jakarta:Bakti Husada;1-2
2. Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H,
Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1.
Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 87-120
3. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds. Nelson
textbook of Pediatrics 17ed. Saunders. 2004 : 1272-6
4. WHO, UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the new ORS. Geneva. 2006
5. Buku Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya – Rumah Sakit Mohammad Hoesin, 2010.