Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

A. Pengertian dari Congestive Heart Failure (CHF)


Congestive heart failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2011).
Menurut Doengoes (2000) pengertian gagal jantung kongestif adalah kegagalan
ventrikel kiri dan atau kanan dari jantung yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk memberikan cardiac output yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan,
menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik. Sedangkan menurut
Brunner dan Suddarth (2001) gagal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi
akibat disfungsi miokardium.
Beberapa definisi gagal jantung ditujukan pada kelainan primer dari
sindrom tersebut, yaitu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan
sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian vena
dalam keadaan normal. Namun beberapa definisi lain menyatakan bahwa gagal
jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada satu sistem organ melainkan
suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung. Keadaan ini ditandai dengan suatu
bentuk respon hemodinamika, renal, neural dan hormonal yang nyata. Di samping
itu, gagal jantung merupakan suatu keadaan patologis dimana kelainan fungsi
jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan
meningkatkan tekanan pengisian (Muttaqin, 2012).

B. Etiologi dari Congestive Heart Failure (CHF)


Penyebab terjadinya gagal jantung menurut Baradero (2008) dibagi atas dua
kelompok yaitu :
1. Gangguan yang langsung merusak jantung, seperti infark miokardium,
miokarditis, fibrosis miokardium, dan aneurisma ventrikular.
2. Gangguan yang mengakibatkan kelebihan beban ventrikel. Kelebihan beban
ventrikel dibagi atas :
a. Preload adalah volume darah ventrikel pada akhir diastole. Kontraksi
jantung menjadi kurang efektif apabila volume ventrikel sudah
melampaui batasnya. Meningkatnya preload dapat diakibatkan oleh
regurgitasi aorta atau mitral, terlalu cepat pemberian cairan infus
terutama pada pasien lansia dan anak kecil.
b. Afterload adalah kekuatan yang harus dikeluarkan jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh (sistem sirkulasi). Meningkatnya
afterload dapat diakibatkan oleh stenosis aorta, stenosis
pulmonal,hipertensi sistemis, dan hipertensi pulmonal. Penyakit
jantung hipertensif adalah perubahan pada jantung.

C. Patofisiologi dari Congestive Heart Failure (CHF)


Gagal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokardium. Tetapi kongesti tergantung dari ventrikel yang terlibat. Disfungsi
ventrikel kiri atau gagal jantung kiri, menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis,
sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan mengakibatkan
kongesti vena sistemik. Kegagalan pada kedua ventrikel dinamakan gagal
biventrikular.
Infark miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal, dan
mengubah daya kembang ruang jantung tersebut. Dengan berkurangnya
kemampuan ventrikel kiri untuk mengosongkan diri, maka besar curah jantung
sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan
jantung sebelah kiri meningkat. Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru
melebihi tekanan osmotik vaskuler maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang
interstisial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi edema paru-paru akibat
perembesan cairan ke dalam alveoli.
Penurunan curah sekuncup akan menimbulkan respon kompensasi simpatis,
kecepatan denyut jantung dan daya kontraksi meningkat untuk mempertahankan
curah jantung. Terjadi vasokontriksi perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan
redistrubusi aliran darah dari organ-organ vital. Venokontriksi akan mengakibatkan
aliran balik vena ke jantung kanan, sehingga sesuai dengan hukum jantung dari
starling, akan meningkatkan kekuatan kontraksi. Pengurangan aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus akan mengakibatkan pengaktifan sistem rennin
angiotensin aldosteron dimana terjadi retensi natrium dan air oleh ginjal. Hal ini
akan meningkatkan aliran balik vena.
Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat
meningkatnya tekanan vaskuler paru-paru hingga membebani ventrikel kanan.
Selain tak langsung melalui pembuluh paru-paru tersebut, disfungsi ventrikel kiri
juga mempunyai pengaruh langsung terhadap fungsi ventrikel kanan melalui fungsi
anatomis dan biokimianya. Berkurangnya cadangan norepinefrin miokardium
selama gagal jantung dapat merugikan luka ventrikel. Infark ventrikel kanan jelas
merupakan predisposisi gagal jantung kanan. Kongesti vena sistemik akibat gagal
jantung kanan bermanifestasi sebagai pelebaran vena leher, hepatomegali, dan
edema perifer (Hudack & Gallo, 1997).

D. Pathway
E. Manifestasi Klinis dari Congestive Heart Failure (CHF)
1. Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viseral dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adequat sehingga tidak dapat
mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali ke sirkulasi vena.
a. Edema Anasarka/Ascites
Ascites atau edema anasarka atau edema tubuh generalisata, meskipun
gejala dan tanda dan gejala penimbunan cairan pada aliran vena
sistemik secara klasik dianggap terjadi akibat gagal jantung kanan,
tetapi manifestasi paling dini dari bendungan sistemik umumnya
disebabkan retensi cairan daripada gagal jantung kanan yang nyata.
Semua manifestasi yang dijelaskan disini awalnya ditandai bertam-
bahnya berat badan, yang jelas mencerminkan adanya rentensi natri-
um dan air.
b. Edema Perifer
Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang inter-
stisial. Edema mula-mula tampak pada bagian tubuh yang tergantung.
c. Anoreksia dan Nausea
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat pembe-
saran vena dan statis vena di dalam rongga abdomen. Rasa penuh,
atau mual dapat disebabkan karena kongesti hati dan usus.
d. Tekanan Vena Jugularis dan Vena Central
Tekanan vena jugularis terjadi karena adanya pembendungan. Teka-
nan vena sentral (CVP) dapat meningkat secara paradox selama
inspirasi jika jantung kanan yang gagal tidak dapat menyesuaikan
terhadap peningkatan aliran balik vena ke jantung selama inspirasi.
Meningkatnya CVP selama inspirasi dikenal dengan tanda Kussmaul
e. Hepatomegali
Hepatomegali atau pembesaran hati dan nyeri tekan pada hati terjadi
karena peregangan kapsula hati dan pembesaran vena di hepar. Bila
proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal mening-
kat sehingga cairan keluar terdorong rongga abdomen, suatu kondisi
yang dinamakan ascites.
f. Nokturia
Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi oleh karena
perfusi renal didukung oleh penderita pada saat berbaring. Nokturia
disebabkan karena redistribusi cairan dan reabsorbsi cairan pada wak-
tu berbaring, dan juga berkurangnya vasokonstriksi ginjal pada waktu
istirahat.
2. Gagal Jantung Kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
a. Edema Paru
Edema paru di akibatkan karena bendungan sistemik sehingga aliran
darah ke atrium dan ventrikel kiri menurun atau terjadi gangguan
fungsi pompa ventrikel. Ini akan mengakibatkan curah jantung
menurun sedangkan tekanan akhir diastole ventrikel kiri meningkat
sehingga terjadi bendungan vena pulmonalis dan terjadi udem paru.
b. Dispnea
Dispnea terjadi akibat penimbunan cairan yang terdapat di alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Dipsnea disebabkan oleh pening-
katan kerja pernafasan akibat kongesti vascular paru yang mengurangi
kelenturan paru. Meningkatnya tahanan aliran udara juga menimbul-
kan dispnea. Seperti juga spectrum kongesti paru yang berkisar dari
kongesti vena paru sampai edema interstisial dan akhirnya menjadi
edema alveolar, Dipsnea saat beraktivitas menunjukkan gejala awal
dari gagal jantung kiri.
c. Ortopneu
Ortopneu, yaitu dispnea saat berbaring terutama disebabkan oleh
redistribusi aliran darah dari bagian-bagian tubuh yang dibawa ke arah
sirkulasi sentral. Reabsorbsi cairan interstisial dari ekstremitas bawah
juga akan menyebabkan kongesti vascular paru lebih lanjut.
d. Dispneu Nocturnal Paroksismal
Dispnea Nocturnal Paroksismal (Paroxysmal Nocturnal Dypsnea,
PND)atau mendadak terbangun karena dipsnea, dipicu oleh timbulnya
edema paru interstisial. PND merupakan manifestasi yang lebih
spesifik dari gagal jantung kiri dibandingkan dengan dipsnea atau
ortopnea.
e. Batuk
Batuk dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada posisi berba-
ring.Timbulnya ronchi yang disebabkan oleh transudasi cairan paru
adalah ciri khas dari gagal jantung; ronkhi pada awalnya terdengar
dibagian bawah paru-paru karena pengaruh gaya gravitasi. Semua
gejala dan tanda ini dapat dikaitkan dengan gagal ke belakang pada
gagal jantung kiri. Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel
kiri bisa kering atau tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk
basah, batuk yang menghasilkan sputum berbusa.
f. Hemoptisis
Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahan vena bronchial yang
terjadi akibat distensi vena.
g. Kelelahan/Fatique
Mudah lelahterjadi akibat curah jantung yang kurang danmengham-
bat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya
energi yang di gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi
akibat distres pernafasan atau batuk.
h. Kegelisahan/Kecemasan
Kegelisahan dan kecemasanterjadi akibat gangguan oksigenasi jari-
ngan, stres akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik, kecemasan terjadi juga dispnu, yang pada
gilirannnya memperberat kecemasan.

F. Pemeriksaan Diagnostikdari Congestive Heart Failure (CHF)


1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pemeriksaan diag-
nostik yang pertama dan sebagai alat yang pertama untuk manajemen gagal
jantung. Sifatnya tidak invasif dan segera dapat memberikan diagnosis
disfungsi jantung dan segera. Dengan adanya kombinasi M-Mode,ekokar-
diografi 2D,dan Doppler,maka pemeriksaan infasif lain tidak lagi di
perlukan.
Gambaran yang paling sering di temukan pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik,kardiomiopati dilatasi,dan beberapa kelainan
katup adalah di latasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding
ventrikel.
2. Rontgen Toraks
Foto rontgen tiraks posterior - anterior dapat menunjukan adanya
hipertensi vena,edema paru,atau kadiomegali. Bukti yang menunjukkan
adanya peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke
daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.
3. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) meskipun memberikan infor-
masi yang berkaitan dengan penyebab,tetapi tidak dapat memberikan
gambaran yang spesifik. Pada hasil pemeriksaan EKG yang normal perlu di
curigai bahwa hasil diagnosis salah.
Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagak jantung dapat di
temukan kelainan EKG seperti berikut ini :
- Left bundke branch block,kelainan segmen ST/T menunjukkan dis-
fungsi ventrikel kiri kronis.
- Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen
ST menunjukkan penyakit jantung iskemik.
- Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombamg T terbalik : menunjukkan
stenosis aorta danpenyakit jantung hipertensi.
- Aritmia
Deviasi aksis ke kanan,right bundle branc block dan hipertrofi
ventrikel kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan.

G. Penatalaksaan Medis dari Congestive Heart Failure (CHF)


Adapun terapi yang bisa diberikan, yaitu :
1. Terapi Oksigen
Pemberian oksigen terutama ditujukan pada klien dengan gagal jan-
tung yang disertai dengan edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengura-
ngi kebutuhan miokardium akan O2 dan membantu memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh.
2. Terapi Nitrat dan Vasodilator Koroner
Penggunaan nitrat baik secara akut maupun kronis sangat dianjurkan
dalam penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded
(penurunan afterload - beban akhir) dengan adanya vasodilatasi perifer.
Peningkatan curah jantung lanjut akan menurunkan pulmonary artery
wedge pressure (pengukuran yang menunjukkan derajat kongesti vaskuler
pulmonal dan beratnya gagal ventrikel kiri) dan penurunan pada konsumsi
oksigen miokardium.
3. Terapi Diuretik
Selain tirah baring,klien dengan gagal jantung perlu pembatasan
garam dan air serta pemberian diuretik baik oral atau parental. Tujuannya
agar menurunkan preload (beban awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki
efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium.
Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan menurunkan tekanan
darah.
Jika garam natrum di tahan,air juga akan tertahan dan tekanan darah
akan meningkat. Banyak jenis diuretik yang menyebabkan pelepasan
elektolit-elektolit lainnya,yaitu kalium,magnesium,klorida, dan bikarbo-nat.
Diuretik yang meningkatkan ekskresi kalium digolongkan sebagai diuretik
yang tidak menahan kalium dan diuretik yang menahan kalium disebut
diuretik hemat kalium.
4. Terapi Digitalis
Digitalis adalah salah satu dari obat-obatan tertua, dipakai sejak tahun
1200 dan hingga saat ini digitalis masih terus di gunakan dalam betuk yang
telah dimurnikan. Digitalis dihasilkan dari tumbuhan foxglove ungu dan
putih dan dapat bersifat racun. Pada tahun 1785, William Withering dari
Inggris menggunakan digitalis untuk menyembuhkan “sakit bengkak“, yaitu
edema pada ekstremitas akibat insufisiensi ginjal dan jantung. Di masa itu,
Withering tidak menyadari bahwa “sakit bengkak” tersebut merupakan
akibat dari gagal jantung.
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas.
Digitalis bila diberikan dalam dosis yang sangat besar dan diberikan secara
berulang dengan cepat, kadang-kadang menyebabkan klien mengalami
mabuk,muntah,pandangan kacau,objek yang terlihat tampak hijau atau
kuning,klien melakukan gerakan yang sering dan kadang-kadang tidak
mampu untuk menahannya. Digitalis juga menyebabkan sekresi urine
meningkat,nadi lambat hingga 35 denyut dalam 1 menit,keringat
dingin,kekacauan mental,sinkope,dan kematian.
Digitalis juga bersifat laksatif. Pada kegagalan jantung,digitalis di
berikan dengan tujuan memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan
kekuatan kontraksi serta meningkatkan efisiensi jantung. Saat curah jantung
meningkat,volume cairan yang melewati ginjal akan meningkat untuk
difiltrasi dan diekskresi,sehingga volume intravaskuler menurun.
5. Terapi Inotropik Positif
Dopamine merupakan salah satu obat inotropik positif - bisa juga di-
pakai untuk meningkatkan denyut jantung (efek beta-1) pada keadaan
baradikardia saat pemberian atropin pada dosis 5-10 mg/kg/menit tidak
menghasilkan kerja yang efektif.
Kerja dopamine bergantung pada dosis yang diberikan,pada dosis
kecil (1-2 mg/kg/menit),dopamine akan mendilatasi pembuluh darah ginjal
dan pembuluh darah mensenterik serta menghasilkan peningkatan
pengeluaran urine (efek dopaminergik);pada dosis 2-10
mg/kg/menit,dopamine akan meningkatkan curah jantung melalui
peningkatan kontrak-tilitas jantung (efek beta) dan meningkatkan tekanan
darah melalui vasokon-triksi (efek alfa - adrenergic). Penghentian
pengobatan dopamine harus di lakukan secara bertahap, penghentian
pemakaian yang mendadak dapat menimbulkan hipotensi yang berat.
Dobutamin (dobutrex) adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja
beta-1 adrenergik.efek beta-1 adalah meningkatkan kekutan kontraksi
miokardium (efek inotropik positf) dan meningkatkan denyut jantung ( efek
krontopik positif ).
6. Terapi Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat,pemberian sedatif dapat mengurangi
kegelisahan. Obat-obatan sedatif yang sering di gunakan adalah Pheno-
barbital 15-30 mg empat kali sehari dengan tujuan untuk mengistirahatkan
klien dan member relaksasi pada klien.

H. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway: Bersihan jalan napas klien bisa terganggu karena produksi
sputum pada gagal jantung kiri
b. Breathing:
Kongesti vaskuler pulmonal
Gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal adalah dispnea,orto-
pnea,dispnea noktural paroksismal,batuk,dan edema pulmonal akut.
- Dispnea,dikarakteristikan dengan pernapasan cepat,dangkal, dan
keadaan yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan
udara cukup yang menekan klien. Terkadang klien mengeluh
adanya insomnia, gelisah, atau kelemahan yang disebabkanoleh
dispnea.
- Ortopnea,ketidakmampuan untuk berbaring datar karena
dispneaadalah keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang
berhubungan dengan kongesti vaskuler pulmonal. Perawat harus
menentukan apakah ortopnea benar-benar berhubungan dengan
penyakit jantung atau apakah peninggian kepala saat tidur
adalah kebiasaan klien belaka. Sebagai contoh bila klien
menyatakan bahwa ia terbiasa menggunakan tiga bantal saat
tidur. Namun, perawat harus menanyakan alasan klien tidur
dengan menggunakan tiga bantal. Bila klien mengatakan bahwa
ia melakukan ini karena menyukai tidur dengan ketinggian ini
dan telah di lakukan sejak sebelum mempunyai gejala gangguan
jantung, Kondisi ini tidak tepat di anggap sebagai ortopnea.
- Dispnea nokturnal paroksismal (DNP) adalah keluhan yang
dikenal baik oleh klien yaitu klien biasanya terbangun di tengah
malam karena mengalami napas pendek yang hebat. Dispnea
nokturnal paroksismal di perkirakan disebabkan oleh
perpindahan cairan dari jaringan ke dalam kompartemen
intravaskuler sebagai akibat dari posisi terlentang. Pada siang
hari,saat klien melakukan aktivitas,tekanan hidrostatisk vena
meningkat,khususnya pada bagian bawah tubuh karena adanya
gravitasi,peningkatan volume cairan,dan peningkatan tonus
sismpatetik.
- Batuk iritatif adalah salah satu gejala dari kongesti vaskuler
pulmonal yang sering tidak menjadi perhatian tetapi dapat
merupakan gejala dominan. Batuk ini dapat produktif, tetapi
biasanya kering dan batuk pendek.gejala ini dihubungkan
dengan kongesti mukosa bronchial dan berhubungan dengan
peningkatan produksi mucus.
- Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling bervariasi
dihubungkan dengan kongesti vaskuler pulmonal.edema
pulmonal akut ini terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi
tekanan yang cenderung mempertahankan cairan di dalam
saluran vaskuler (kurang lebih 30 mmHg).
c. Circulation:
1) Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut pada dada,keluhan
kelemahan fisik,dan adanya edema ekstremitas
2) Palpasi :Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya di
temukan.
3) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan
katup biasanya di temukan apabila penyebab gagal jantung
adalah kelainan katup.
4) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjuk-
kan adanya hipertrofi (kardiomegali).
- Penuranan Curah Jantung
Selain gejala-gejala yang di akibatkan gagal ventrikel kiri
dan kongesti vaskuler pulmonal,kegagalan ventrikel kiri juga di
hubungkan dengan gejala tidak spesifik yang berhubungan
dengan penurunan curah jantung. Klien dapat mengeluh
lemah,mudah lelah,apatis,letargi,kesulitan berkonsentrasi,defisit
memori,atau penurunan toleransi latihan. Gejala ini mungkin
timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan merupakan
keluhan utama klien.
- Bunyi Jantung dan Crackles
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri
yang dapat dikenali dengan mudah adalah adanya bunyi jantung
ketiga dankeempat (S3 dan S4) dan crackles pada paru-paru. S4
atau gallop atrium, dihubungkan dengan dan mengikuti kon-
traksi atrium dan terdengar paling baik dengan bell stetoskop
yang ditempelkan dengan tepat pada apeks jantung.
- Disritmia
Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respon awal
jantung terhadap stress, sinus takikardia mungkin di curigai dan
sering di temukan pada pemeriksaan klien dengan kegagalan
pompa jantung. Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan
pompa meliputi kontraksi atrium prematur,takikardia atrium
paroksismal,dan denyut ventrikel prematur. Kapanpun
abnormalitas irama terdeteksi,seseorang harus berupaya untuk
menemukan mekanisme dasar patofisiologisnya,kemudian terapi
dapat di rencanakan dan diberikan dengan tepat
- Ditensi Vena Jugularis
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi terhadap
kegagalan ventrikel kiri, akan terjadi dilatasi dari ruang
ventrikel,peningkatan volume,dan tekanan pada diastolik akhir
ventrikel kanan,tahanan untuk mengisi ventrikel, dan
peningkatan lanjut pada tekanan atrium kanan. Peningkatan
tekanan ini akan di teruskan ke hulu vena kava dan dapat di
ketahui dengan peningkatan pada tekanan vena jugularis.
Seseorang dapat mengevaluasi peningkatan vena jugularis
dengan melihat pada vena-vena di leher dan memerhatikan
ketinggian kolom darah. Klien diinstruksikan untuk berbaring di
tempat tidur dan kepala tempat tidur dan kepala di tempat tidur
ditinggikan antara 30-60 derajat,kolom darah di vena-vena
jugularis eksternal akan meningkat. Pada orang normal, hanya
beberapa millimeter di atas batas klavikula. Namun, pada klien
dengan gagal ventrikel kanan akan tampak sangat jelas dan
berkisar antara 1-2 cm.
- Kulit Dingin
Kegagalan arus darah ke depan (forward failure) pada
ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda yang menunjukkan ber-
kurangnya perfusi ke organ-organ. Karena darah di alihkan dari
organ-organ nonvital ke organ-organ vital seperti jantung dan
otak untuk mempertahankan perfusinya,maka manifestasi paling
awal dari gagal ke depan yang lebih lanjut adalah berkurangnya
perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit
tampak pucat dan terasa dingin karena pembuluh darah perifer
mengalami vasokontriksi dan kadar hemoglobin yang tereduksi
meningkat. Sehingga akan terjadi sianosis.
- Perubahan Nadi
Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung akan
menunjukkan denyut yang cepat dan lemah.

2. Pengkajian Sekunder
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit gagal
jantung kongestif, yaitu : :
- Umur : Gagal jantung adalah penyakit sistem kardio-
vaskuler yang banyak terjadi pada orang dewasa.
- Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi
terhadap pengetahuan klien tentang penyakit gagal jan-
tung.
- Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh ka-
rena dapat menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya
tahan tubuh klien rendah dan mudah jatuh sakit.
2) Identitas penanggung jawab meliputi :
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan
dengan klien.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah saat
beraktivitas dan sesak nafas.
2) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilaku-
kan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kele-
mahan fisik klien secara PQRST.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan mena-
nyakan apakah sebelumya klien pernah menderita nyeri
dada,hipertensi, iskemia miokardium, infark
miokardium,diabetes mellitus, dan hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa di minum oleh
klien pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi
saat ini. Obat-obatan ini meliputi obat
diuretik,nitrat,penghambat beta,serta antihipertensi.catat adanya
efek samping yang terjadi di masa lalu,alergi obat dan reaksi
alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi
sebagai efek samping obat.
4) Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di
alami oleh keluarga,anggota keluarga yang meninggal terutama
pada usia produktif,dan penyebab kematianya.penyakit jantung
iskemik. Pada orang tua yang timbulnya pada usia muda
merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung
iskemik pada keturunanya.
5) Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat klien bekerja dan
lingkunganya. Kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan
dan pola hidup misalya minum alcohol atau obat tertentu.
Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan
merokok,sudah berapa lama,berapa batang perhari, dan jenis
rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan tersebut,data biografi
juga merupakan data yang perlu diketahui,yaitu dengan
menanyakan nama,umur,jenis kelamin,tempat tinggal, suku, dan
agama yang dianut oleh klien.
Saat mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya
diperhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis,maka
pertanyaan yang di ajukanbukan pertanyaan terbuka tetapi
pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang jawabanya adalah
“ya” dan “tidak” atau pertanyaan yang dapat di jawab dengan
gerakan tubuh,yaitu menganggnk atau menggelengkan kepala
sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
6) Pengkajian psikososial
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien
adalah klien menyangkal,takut mati,perasaan ajal sudah
dekat,marah pada penyakit/perrawatan yag tak perlu,kuatir
tentang keluarga,pekerjaan, dan keuangan.kondisi ini ditandai
dengan sikap menolak,menyangkal,cemas,kurang kontak
mata,gelisah,marah,perilaku menyerang,dan fokus pada diri
sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stress karena
keluarga,pekerjaan,kesulitan biaya ekonomi dan kesulitan
koping dengan sresor yang ada,kegelisahan dan kecemasan
terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,stress akibat
kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung
dapat terjadi ditandai dengan adanya keluhan insomnia atau
tampak kebingungan.
7) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum,kesadaran klien gagal
jantung biasanya baik atau kompos mentis dan akan berubah
sesuai tingkat gangguan perfusi sistem, saraf pusat.
- B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering di temu-
kan sianosis perifer apabila terjadi gangguan perfusi
jaringan berat. Pengkajian objektif klien meliputi wajah
meringis,menangis,merintih,meregang,dan menggeliat.
- B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine selalu di hubungkan de-
ngan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya
oliguria karena merupakan tanda awal dari syok kardio-
genik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan adanya
retensi cairan yang parah.
- B5 (Bowel)
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila
proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh
portal meningkat sehingga cairan terdorong masuk ke
rongga abdomen,suatu kondisi yang di namakan asites.
Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat
menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga klien
dapat mengalami distress pernapasan.
- Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi aki-
bat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga
abdomen.
- B6 (Bowel)
Edema
- Mudah lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah. Hal
ini terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat
menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jari-
ngan dan penghambat pembuangan sisa hasil katabolisme.
Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan
untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress
pernapasan dan batuk.
Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan
kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat di picu
oleh ketidakseimbanagan cairan dan elektrolit atau anorek-
sia.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan kontraktilitas,
perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme ventrikular).
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat turunnya
curah jantung.
3. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
paru, contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusi jaringan

J. Intervensi ( Rencana keperawatan )


1) Penurunan curah jantung b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau
perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung,
perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya
penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil:
 Frekuensi jantung meningkat
 Status Hemodinamik stabil
 Haluaran Urin adekuat
 Tidak terjadi dispnu
 Akral Hangat
Intervensi :
a) Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung.
Rasional : Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas jantung.
b) Catat bunyi jantung.
Rasional : S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai
aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau
stenosis katup.
c) Palpasi nadi perifer.
Rasional : Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi
oleh CO dan pengisisan jantung.
d) Pantau tekanan darah.
Rasional: Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi
oleh CO dan pengisisan jantung.
e) Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau
konsentrasi urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal
yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi
pada
proses pengeluaran urine.
f) Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
g) Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan
kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.
h) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat diuretic
dan cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.

2) Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital,


adanya dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan partisipasi
dalam aktivitas
Kriteria hasil:
 Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
 Memenuhi perawatan diri sendiri
 Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi:
a) Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung.
b) Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat, pucat.
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera
frekuensi jantung.
c) Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker,
traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energi
dan menyebabkan kelemahan.
d) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
e) Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode
aktivitas dengan istirahat.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi
stress miokard.
f) Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja jantung atau
konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah
stress, : bila disfungsi jantung tidak dapat baik kembali.

3) Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus


(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelebihan volume cairan teratasi
Kriteria hasil:
 cairan dalam keadaan seimbang.
 TTV dalam rentang normal
 Tidak ada oedem.
Intervensi:
a) Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari)
karena penurunan perfusi ginjal
b) Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba
atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema atau asites masih ada.
c) Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan
nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama.
d) Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas tambahan contoh
krekels, mengi atau batuk.
e) Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru.
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut.
f) Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif.
g) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan dan elektrolit.
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat
reabsorbsi.
h) kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

4) gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perpindahan


cairan kedalamalveoli sekunder Oedem paru.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria hasil:
 Oksigenasi adekuat.
 Bebas gejala distres pernafasan
Intervensi:
a) Auskultasi bunyi napas, catat krekels.
Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau pengumpulan secret
b) Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen
c) Dorong perubahan posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d) Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan meningkatkan
inspaksi paru maksimal
e) Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat memperbaiki
atau menurunkan hipoksia jaringan.
f) Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic dan
bronkodilator.
Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan pertukaran gas,
meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas dan mengeluarkan
efek diuretic ringan untuk menurunkan kongestif paru.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC,
Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Udjianti, W. J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

LAPORAN PENDAHULUAN
CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF )

Disusun oleh:

SETIYAWAN RIYADI

1711040094

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018

Anda mungkin juga menyukai