Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19 No.

3, November 2016, hal 145-151


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
DOI : 10.7454/jki.v19i3.468

GAMBARAN PROSEDUR PEMASANGAN AKSES INTRAVENA YANG


DILAKUKAN OLEH PERAWAT KEPADA BALITA: PILOT STUDI

Atika Widyanti1*, Nur Agustini1

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*E-mail: atika.widyanti29@gmail.com

Abstrak

Prosedur pemasangan intravenous line merupakan sebuah prosedur tindakan invasif yang dapat mengakibatkan trauma
dan gambaran yang negatif pada balita dan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran prosedur
pemasangan intravenous line yang dilakukan oleh perawat kepada balita di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskriptif pada 40 responden dengan metode analisis data univariat. Hasil penelitian menunjukkan
sebanyak 55% responden mempunyai gambaran yang baik tentang prosedur pemasangan intravenous line yang
dilakukan oleh perawat kepada balita. Berdasarkan hasil penelitian ini prosedur pemasangan IV line sebagian besar
sudah dilaksanakan dengan baik oleh perawat. Penelitian ini dapat menjadi informasi dan hasil evaluasi bagi perawat
tentang prosedur pemasangan intravenous line kepada balita.

Kata kunci: balita, intravenous line, orang tua, perawat, rumah sakit

Abstract

Description of Intravenous Line’s Procedure doing by Nurses to Toddlers: Pilot Study. Intravenous line’s procedure
is an invasive procedure that can traumatize and gives negative perception for children under five years old and their
parents The purpose of this study was to describe intravenous line’s procedure done by nurses towards children under
five years old at hospital. This descriptive study was collected from 40 respondents by using univariate analysis. The
result of this study showed that 55% respondent had positive image about intravenous line’s procedure done by nurses
toward children under five years old. Based on the result showed a lot of nurses have performed intravenous line’s
procedure well. This study can be used as information and evaluation’s result for nurses about intravenous line’s
procedure toward children under five years old.

Keywords: children under five years old, hospital, intravenous line’s procedure, nurse, parent

Pendahuluan rapa prosedur standar perawatan, salah satunya


adalah pemasangan akses intravena. Tindakan
Balita atau bayi di bawah lima tahun meru- pemasangan akses intravena merupakan salah
pakan individu yang rentan terkena penyakit, satu tindakan invasif yang dapat menimbulkan
baik penyakit menular maupun tidak menular. nyeri. Pengalaman tersebut dapat membentuk
Penyakit-penyakit yang biasa menyerang bali- sebuah gambaran positif atau negatif pada
ta di Indonesia adalah diare, pneumonia, cam- balita yang mendapatkan tindakan tersebut.
pak, malaria, dan malnutrisi. Hasil statistik
pada tahun 2008 menunjukkan bahwa lebih Kemampuan balita untuk mengungkapkan rasa
dari 70% kematian balita disebabkan oleh tidak nyaman dan nyeri yang dialaminya be-
penyakit-penyakit tersebut (Depkes RI, 2009). lum sempurna walaupun pada kelompok usia
Balita yang mengalami sakit dan mendapatkan pra sekolah balita sudah mampu untuk menun-
perawatan di rumah sakit akan menjalani bebe- juk bagian tubuh yang mengalami nyeri
146 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 3, November 2016, hal 145-151

(Wong, 2010). Pada saat mengalami prosedur sioner oleh orang tua dan pengkajian langsung
invasif seperti pemasangan akses intravena, kepada balita mengenai tingkat nyeri. Pengo-
balita akan merasakan ketakutan terhadap nye- lahan data dalam penelitian ini melalui proses
ri dan perasaan tidak ingin berpisah dengan editing, coding, dan data entry dengan meng-
orang tuanya (Office of the Nursing Service gunakan salah satu program statistik di kom-
Director, 2010). Sebuah studi mengatakan puter. Metode analisis data dalam penelitian
pemasangan akses merupakan bagian dari pro- ini adalah analisis data univariat. Data numerik
sedur invasif yang dapat menimbulkan stres akan digambarkan melalui nilai rerata, median
dan cemas pada klien anak (Newbury dan dan standar deviasi; sedangkan data kategorik
Herd, 2009 dalam Crowley, et al., 2011). Stres digambarkan dengan nilai proporsi dan per-
dan rasa nyeri yang didapatkan dari prosedur sentase.
invasif dapat menimbulkan gambaran dan per-
sepsi negatif di masa yang akan datang Hasil
(Young, 2005 dalam Crowley, et al, 2011).
Penelitian sebelumnya juga menemukan prose- Jenis kelamin balita yang menjadi responden
dur tindakan yang menyakitkan dapat menga- dalam penelitian ini hampir sama antara
kibatkan trauma jangka panjang bagi beberapa perempuan (55%) dan laki-laki (45%); seba-
anak (Chen, et al., 2000 dalam Sparks, Setlik, gian besar tidak memiliki riwayat dirawat di
& Luhman, 2007). rumah sakit. Rerata usia balita yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah
Belum ada penelitian lebih lanjut atau peneli- 3,21+1,431, dengan usia minimal 1 tahun dan
tian serupa mengenai gambaran prosedur pe- maksimal 5 tahun. Sementara itu, usia termuda
masangan akses intravena pada balita di orang tua adalah 20 tahun dan usia tertua ada-
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, peneliti lah 47 tahun. Rerata usia orang tua adalah
ingin mengidentifikasi gambaran pemasangan 33,85+7,406.
akses intravena pada balita yang dirawat di
rumah sakit dan respon nyeri balita saat dila- Tabel 1 menunjukkan jumlah responden pe-
kukan pemasangan akses intravena. rempuan lebih banyak dari responden laki-laki,
yaitu berjumlah 36 dari 40 responden (90%).
Metode Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis
Kelamin, Hubungan dengan Balita, dan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pendidikan Terakhir Responden
deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah
balita yang terpasang akses intravena dan men- Variabel Frekuensi
Persentase
jalani rawat inap di rumah sakit, serta orang (%)
tuanya. Metode pengambilan sampel menggu- Jenis Kelamin:
Laki-laki 4 10,0
nakan total sampling dengan jumlah sampel 40 Perempuan 36 90,0
responden. Semua responden mendapatkan Hubungan dengan
informasi tentang penelitian dan selanjutnya Balita:
menandatangani lembar persetujuan menjadi Ayah 4 10,0
responden. Ibu 34 85,0
Kakek 0 0,0
Nenek 2 5,0
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini Lainnya 0 0,0
adalah kuesioner yang dikembangkan sendiri Pendidikan Terakhir:
oleh peneliti dan instrumen pengkajian nyeri SD 4 10,0
Wong Baker Face Pain Scale. Data yang di- SMP 16 40,0
SMA 16 40,0
peroleh dalam penelitian ini merupakan data Kuliah 4 10,0
primer yang diperoleh dari pengisian kue- Tidak Sekolah 0 0,0
Widyanti, et al., Gambaran Prosedur Pemasangan Akses Intravena Yang Dilakukan Oleh Perawat Kepada Balita 147

Tabel 2. Lokasi Pemasangan Intravenous Line pai tingkat SMP, 16 responden (40%) menem-
puh pendidikan sampai tingkat SMA dan 4
Persentase responden (10%) menempuh pendidikan sam-
Variabel Frekuensi
(%)
Lokasi IV Line
pai tingkat kuliah.
Sefalika 1 2,5
Basilika 5 12,5 Tabel 2 menunjukkan lokasi yang paling
Metakarpal 34 85,0 sering dijadikan pemasangan IV Line adalah
Kubitus Median 0 0,0 pada bagian metakarpal balita dengan jumlah
Lainnya 0 0,0
34 dari 40 balita (85%).

Gambaran prosedur pemasangan IV line yang


Tabel 3. Gambaran Prosedur Pemasangan dilakukan oleh perawat kepada balita dikelom-
Intravenous Line
pokkan menjadi dua kategori, yaitu baik (skor
Persentase lebih dari hingga sama dengan 38) dan tidak
Kategori Frekuensi baik (skor kurang dari 38). Pada kuesioner
(%)
Baik 22 55,0 gambaran prosedur pemasangan IV line terdiri
Tidak Baik 18 45,0 dari gambaran informed consent dan manaje-
men nyeri yang dilakukan perawat ketika pro-
sedur pemasangan IV line berlangsung.
Tabel 4. Gambaran Informed Consent Prosedur
Pemasangan Intravenous Line dan
Manajemen Nyeri
Sebagian besar responden mempunyai gamba-
Persentase ran yang baik mengenai prosedur pemasangan
Kategori Frekuensi IV line yang dilakukan oleh perawat kepada
(%)
Informed Consent balita, yaitu sekitar 22 responden (55%).
Baik 19 47,5 Gambaran informed consent dikelompokkan
Tidak Baik 21 52,5 menjadi dua kategori, yaitu baik (skor lebih
Manajemen Nyeri
Baik 31 77,5 dari 24,85) dan tidak baik (skor kurang dari
Tidak Baik 9 22,5 24,85). Pada kuesioner gambaran informed
consent direpresentasikan dalam 9 pernyataan.
Gambaran manajemen nyeri dikelompokkan
Tabel 5 Gambaran Tingkat Nyeri pada Balita menjadi dua kategori, yaitu baik (skor lebih
dari hingga sama dengan 14) dan tidak baik
Persentase (skor kurang dari 14). Pada kuesioner gamba-
Kategori Frekuensi
(%) ran informed consent direpresentasikan dalam
Tidak nyeri 1 2,5
Nyeri sedikit 2 5,0 5 pernyataan.
Nyeri sedikit bertambah 4 10,0
Nyeri bertambah banyak 3 7,5 Tabel 4 menunjukkan 52,5% responden mem-
Sangat nyeri 4 10,0 punyai gambaran yang tidak baik mengenai
Nyeri tidak tertahankan 26 65,0 informed consent yang dilakukan oleh perawat
sebelum prosedur berlangsung dan 77,5%
responden mempunyai gambaran yang baik
Jika dilihat dari distribusi hubungan responden tentang manajemen nyeri yang dilakukan
dengan balita, sebanyak 34 responden (85%) perawat selama prosedur berlangsung.
merupakan ibu dari balita. Distribusi pendidi-
kan terakhir responden dalam penelitian ini Gambaran tingkat nyeri balita pada saat
tidak merata, sebanyak 4 responden (10%) pemasangan penelitian ini didapatkan dari
menempuh pendidikan sampai tingkat SD, 16 hasil pengkajian nyeri dengan menggunakan
responden (40%) menempuh pendidikan sam- instrumen pengkajian nyeri Wong-Baker Faces
148 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 3, November 2016, hal 145-151

Pain Scale. Terdapat enam kategori nyeri pada kat pendidikan responden dengan gambaran
instrument tersebut, yaitu tidak nyeri (skor=0), responden mengenai pemasangan IV line yang
nyeri sedikit (skor=2), nyeri sedikit bertambah dilakukan kepada balita. Namun menurut pe-
(skor=4), nyeri bertambah banyak (skor=6), nelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rini
sangat nyeri (skor=8), dan nyeri tidak terta- (2013), tingkat pendidikan memengaruhi sese-
hankan (skor=10). orang untuk memilih pelayanan kesehatan
yang akan diambil serta mempersepsikan ben-
Pada tabel 5 menunjukkan sebagian besar tuk pelayanan kesehatan yang diterimanya.
balita mengalami nyeri tidak tertahankan saat
dilakukan prosedur pemasangan IV line, yaitu Usia rerata balita pada penelitian ini adalah
sebanyak 26 balita dari 40 (65%). 3,21 tahun. Pada usia tersebut anak akan
semakin mandiri dan disertai dengan kemam-
Pembahasan puan mobilitas dan kognitif yang meningkat
(Potter & Perry, 2009). Masa usia batita
Hasil dalam penelitian menunjukkan, rerata dikenal sebagai masa-masa penting perkemba-
usia responden adalah 33,85 tahun dan meru- ngan prestasi pada anak sehingga anak mem-
pakan usia dewasa menengah. Usia dewasa punyai rasa ingin tahu yang kuat terhadap
menengah disebut juga “generasi campuran” sesuatu. Karakteristik yang menjadi ciri khas
atau sandwich generation yang berarti mereka pada usia ini adalah temper tantrums, pikiran-
mempunyai tanggung jawab ganda sebagai pikiran negatif, dan sifat keras kepala untuk
penanggung jawab anak-anaknya dan juga mengendalikan orang lain, termasuk orang tua
orang tua mereka. Generasi dewasa menengah (Wong, 2010). peneliti berasumsi bahwa se-
juga lebih rentan terkena masalah kesehatan menjak usia batita anak sudah mampu untuk
psikososial, yaitu ansietas dan depresi (Potter menciptakan sebuah gambaran terhadap suatu
dan Perry, 2009). Responden dalam penelitian peristiwa, salah satunya prosedur pemasangan
ini memiliki kecenderungan rentan mengalami IV line di rumah sakit.
ansietas dan depresi karena mempunyai tang-
gung jawab terhadap balita yang harus menja- Sebagian besar balita yang terlibat dalam
lani hospitalisasi di rumah sakit. penelitian ini adalah perempuan (55%). Anak
perempuan memiliki kecenderungan lebih mu-
Mayoritas responden dalam penelitian ini dah penyesuaian dirinya terhadap lingkungan
berjenis kelamin perempuan (90%) dan meru- hospitalisasi dibandingkan dengan anak laki-
pakan ibu (80%) dari balita. Hal ini serupa laki (Solikhah, 2013). Mayoritas balita belum
dengan penelitian yang dilakukan oleh Debbi pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
Mustika Rini mengenai autramatic care pada yaitu sebanyak 75% dari 40 balita. Pada pene-
anak usia pra-sekolah yang menjalani hospital- litian sebelumnya, anak yang pernah menga-
lisasi di RSU dr. H. Koesnadi di Kabupaten lami hospitalisasi sebelumnya akan merasa
Wonosobo pada tahun 2013. Pada penelitian lebih terbiasa dengan lingkungan rumah sakit
tersebut mayoritas orang tua yang menemani dibandingkan anak yang baru pertama kali
anak saat hospitalisasi adalah ibu (75%). Hal mengalami hospitalisasi (Solikhah, 2013).
tersebut dikarenakan seorang ibu lebih banyak
berperan dalam merawat anggota keluarga Pada penelitian ini mayoritas balita mengalami
sehingga dapat meluangkan waktu untuk pemasangan IV line pada bagian metakarpal,
menemani anak lebih besar (Utami, 2013). yaitu sebanyak 34 dari 40 balita (85%). Pema-
sangan IV line pada bagian metakarpal meru-
Sebagian besar responden dalam penelitian ini pakan salah satu pilihan utama saat melakukan
menempuh pendidikan terakhir hingga SMP pemasangan IV line. Keuntungan yang dida-
(40%) dan SMA (40%). Peneliti belum dapat patkan dari pemasangan IV line pada daerah
mengambil kesimpulan hubungan antara ting- metakarpal adalah ideal untuk terapi jangka
Widyanti, et al., Gambaran Prosedur Pemasangan Akses Intravena Yang Dilakukan Oleh Perawat Kepada Balita 149

panjang, dan terlindungi oleh tulang meta- memperoleh informasi yang jelas mengenai
karpal (Office of the Nursing Service Director, pelayanan yang diberikan kepadanya dan
2010). Pemasangan IV line di metakarpal juga melindungi perawat apabila terjadi kesalahan
memenuhi prinsip pemilihan vena perifer, ya- di luar dari informed consent tersebut.
itu diutamakan untuk memilih vena distal
terlebih dahulu (Potter & Perry, 2010). Mayoritas responden memiliki gambaran yang
baik mengenai manajemen nyeri yang dilaku-
Sebagian besar responden dalam penelitian ini kan perawat saat prosedur pemasangan IV line
mempunyai gambaran yang baik mengenai kepada balita, yaitu sebanyak 31 responden
prosedur pemasangan IV line yang dilakukan (77,5%). Manajemen nyeri yang diteliti pada
kepada balita, yaitu sebanyak 22 responden penelitian ini meliputi teknik farmakologi dan
(55%). Gambaran prosedur pemasangan IV teknik non-farmakologi. Pada penelitian sebe-
line pada penelitian ini terdiri dari dua kom- lumnya menunjukkan, metode non-farmako-
ponen utama, yaitu gambaran mengenai infor- logi seperti mendengarkan musik mempunyai
med consent yang diberikan perawat kepada hasil yang signifikan untuk mengurangi rasa
responden sebelum prosedur pemasangan IV nyeri pada anak usia pra-sekolah pada saat
line dilakukan dan gambaran tentang mana- dilakukan pemasangan IV line (Purwati,
jemen nyeri yang dilakukan perawat kepada Rustina, Sabri, 2013). Metode non-farmako-
balita saat prosedur pemasangan IV line ber- logis lainnya seperti melakukan kompres
langsung. Sebelumnya peneliti belum mene- dingin dapat menurunkan tingkat nyeri pada
mukan penelitian serupa mengenai penelitian anak usia sekolah pada saat dilakukan pema-
ini sehingga peneliti belum dapat memban- sangan IV line (Indriyani, Hayati, Chodidjah,
dingkan hasil penelitian ini dengan penelitian 2014). Selain itu, positioning dengan melibat-
yang telah terjadi sebelumnya. kan orang tua saat melakukan pemasangan IV
line dapat mengurangi distres pada anak dan
Jika dilihat dari gambaran informed consent meningkatkan kepuasaan orang tua terhadap
yang dimiliki oleh responden, sebagian res- pelayanan yang diberikan (Sparks, Setlik, &
ponden mempunyai gambaran yang tidak baik Luhman, 2007).
dengan jumlah responden 21 (52,5%). Peneliti
berasumsi gambaran pada responden tentang Sebagian besar balita dalam penelitian ini
informed consent berhubungan dengan akunta- mengalami nyeri yang tidak tertahankan
bilitas yang dimiliki oleh perawat. Akunta- (skor=10) pada saat dilakukan pemasangan IV
bilitas merujuk pada kemampuan seorang line, yaitu sekitar 26 dari 40 balita (65%). Pada
perawat untuk menjelaskan alasan tindakannya penelitian yang dilakukan oleh Mediani,
(Potter & Perry, 2009), dalam penelitian ini Mardhiyah, dan Rakhmawati (2005) mengenai
informed consent prosedur pemasangan IV respon nyeri infant dan anak yang mengalami
line harus diketahui oleh responden, mencakup hospitalisasi saat pemasangan infus di RSUD
sifat dasar prosedur, resiko yang dapat ditim- Sumedang menunjukkan hasil pengkajian nye-
bulkan dari prosedur, dan keuntungan prosedur ri dengan menggunakan facial analog scale
bagi klien (Wong, 2010). American Hospital yang menampilkan perbedaan yang bermakna
Association (2003) bahwa klien berhak me- mengenai respon nyeri sebelum dan sesudah
ngambil keputusan tentang pelayanannya sete- pemasangan infus pada kelompok usia infant
lah menerima informasi yang cukup. Informasi dan balita. Hasil penelitian tersebut juga
tersebut harus akurat, lengkap dan sesuai de- menunjukkan bahwa balita sudah mampu me-
ngan kebutuhan klien (Potter dan Perry, 2009). ngungkapkan rasa nyeri yang dialaminya
Maka dari itu pemberian informed consent selama prosedur pemasangan infus melalui
yang jelas kepada responden diharapkan dapat pengukuran yang subjektif. Peneliti juga
memenuhi hak responden sebagai klien untuk meyakini bahwa respon nyeri yang dirasakan
150 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 3, November 2016, hal 145-151

oleh setiap balita berbeda terhadap prosedur untuk balita. Berdasarkan hasil penelitian ini
pemasangan IV line yang dilakukan kepada diharapkan perawat mampu mendapatkan
mereka. Respon dari nyeri tersebut akan mem- gambaran mengenai prosedur pemasangan IV
bentuk sebuah pengalaman nyeri yang dialami line pada balita dan solusi untuk meningkatkan
oleh balita. Stres dan rasa nyeri yang didapat- kualitas pelayanan yang diberikan, terutama
kan dari prosedur invasif dapat menimbulkan untuk meminimalkan tingkat nyeri yang diala-
gambaran dan persepsi negatif terhadap pro- mi balita ketika dilakukan prosedur pemasa-
sedur tersebut di masa yang akan datang ngan IV line dan informed consent yang jelas
(Young, 2005 dalam Crowley, et al., 2011). kepada orang tua sebelum dilakukan prosedur.
Penelitian sebelumnya juga menemukan prose- Saran dari penelitian ini adalah pada penelitian
dur tindakan yang menyakitkan, seperti prose- selanjutnya diharapkan dapat mengambil caku-
dur pemasangan IV line, dapat mengakibatkan pan sampel yang lebih banyak agar data yang
trauma jangka panjang bagi beberapa anak didapatkan lebih valid (YR, DW).
(Chen, et al., 2000 dalam Sparks, Setlik, &
Luhman, 2007). Referensi
Kesimpulan Crowley, M.A., Storer, A., Heaton, K.,
Naccarato, M., Proehl,J., Mporetz, J, Li, S.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 45% (2011). Clinical practice guideline: Needle
responden mempunyai gambaran yang baik related procedural pain in pediatric
tentang prosedur pemasangan IV line yang patients in the emergency department.
Emergency Nursing Resource, 37 (3),
dilakukan oleh perawat kepada balita. Karak-
246–251. doi: http://dx.doi.org/10.1016/
teristik dari responden yang terlibat dalam j.jen.2011.02.013
penelitian ini rerata berusia 33,85 tahun.
Mayoritas responden adalah perempuan dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
merupakan ibu dari balita. Karakteristik balita (2009). Profil kesehatan Indonesia 2008.
dalam penelitian ini rerata berusia 3,21 tahun. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Jumlah balita perempuan lebih banyak dari Indonesia.
laki-laki. Mayoritas balita belum pernah men-
jalani rawat inap di rumah sakit sebelumnya. Indriyani, P., Hayati, H., & Chodidjah, S.
Lokasi yang paling sering digunakan untuk (2014) Kompres dingin dapat menurunkan
pemasangan IV line pada balita adalah bagian nyeri anak usia sekolah saat pemasangan
infus. Jurnal Keperawatan Indonesia
metakarpal. Sebagian besar responden mem- 16(2).
punyai gambaran yang tidak baik tentang
informed consent yang dilakukan perawat se- Office of the Nursing Service Director. (2010).
belum prosedur pemasangan IV line pada National Clinical Policy and Procedural
balita dan mempunyai gambaran yang baik Guideline for Nurses and Midwives
tentang manajemen nyeri yang dilakukan undertaking Peripheral Cannulation in
perawat kepada balita ketika melakukan Children. Health Service Executive: Office
prosedur pemasangan IV line. Sebagian besar of the Nursing Service Director. Tersedia
balita mengalami nyeri yang tidak tertahankan di www.hse.ie/go/ONMSD/
saat dilakukan pemasangan IV line.
Potter, P.A., Perry, A.G. (2010). Fundamentals
Hasil penelitian yang telah dilakukan of nursing, third book, seventh edition.
memberikan gambaran bahwa prosedur pema- Terj. Ns. Diah Nur Fitriani, S.Kep., et. al.
Jakarta: Salemba Medika.
sangan IV line sudah mendapatkan gambaran
yang baik pada orang tua namun masih Purwati, N.Y., Rustina, Y., Sabri, L. (2013).
merupakan pengalaman yang menyakitkan Penurunan tingkat nyeri anak pra sekolah
Widyanti, et al., Gambaran Prosedur Pemasangan Akses Intravena Yang Dilakukan Oleh Perawat Kepada Balita 151

yang menjalani penusukan intravena untuk Utami, R. (2013). Hubungan penerapan


pemasangan infus melalui terapi musik. atraumatic care dengan tingkat kepuasaan
Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(1) orang tua anak selama proses
hospitalisasi di ruang anak Rumah Sakit
Rini, D.M. (2013). Hubungan penerapan Daerah Balung Jember. Skripsi. Jember:
atraumatic care dengan kecemasan anak Program Studi Ilmu Keperawatan
prasekolah saat proses hospitalisasi di Universitas Jember.
RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten
Bondowoso. Skripsi. Jember: Program Wong. (2010). Wong’s Essentials of Pediatric
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Nursing (7th Ed). St. Louis: Mosby, Inc.
Jember.

Solikhah, U. (2013). Efektivitas lingkungan


terapeutik terhadap reaksi hospitalisasi
pada anak. Jurnal Keperawatan Anak 1(1).

Sparks, L.A., Setlik, J., Luhman, J. (2007).


Parental holding and positioning to
decrease IV distress in young children: A
randomized controlled trial. Journal of
Pediatric Nursing, 22 (6), 2007.
doi:10.1016/j.pedn. 2007.04.010.

Anda mungkin juga menyukai